Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN DENGAN PRE-EKLAMSI


BERAT PADA NY M USIA 39 TAHUN G3P2A0 HAMIL 40 MGG
DI PMB ELFI YANTI, STr.Keb DI KALIANDA
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2022-2023

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Persalinan
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH :
Linda Asmawati
NPM : 22390098

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PEB PADA NY M
USIA 39 TAHUN G3P2A0 HAMIL 40 MINGGU
DI PMB ELFI YANTI,STr.Keb.

Disusun Oleh:

Nama : Linda Asmawati


NIM : 22390098

Tanggal Pemberian Asuhan : 15 Februari 2023

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : (Elfi Yanti,STr.Keb)

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : (Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes)

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya karena atas segala yang diberikan pada kesempatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas kebidanan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Stase Persalinan dan Bayi Baru Lahir”.Tujuan dari pembuatan tugas
ini tidak lain untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran berfikir kritis
profesi bidan Universitas Malahayati Bandar Lampung. Dalam proses penyusunan
tugas ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Achmad Farich,M.M selaku Rektor Universitas Malahayati
2. Riyanti.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati
3. Vida Wira Utami.,SST.,Bdn,.M.Kes selaku Kepala Prodi Program Studi
Profesi Kebidanan.
4. Rosmiyati.,S.SiT.,M.Kes Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
stase perimenopause yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Elfi Yanti.,STr.Keb Selaku CI Praktik Mandiri Bidan yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Profesi Bidan fakultas
kedokteran Universitas Malahayati Penulis menyadari bahwa dalam tugas
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakn
kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat digunakan debagai referensi yang
bermanfaat bagi banyak kalangan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Bandar Lampung,
Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................................. 1
2. Tujuan Penulisan............................................................................. 3
3. . Manfaat........................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 6


1. Teori Asuhan kebidanan................................................................ 6
2. Teori EBM Pre Eklamsi................................................................ 10

BAB III. Tinjauan Kasus...................................................................... 10


1. Data Subjektif.............................................................................. 15
2. Data Objektif................................................................................ 20
3. Analisa......................................................................................... 25
4. Penatalaksanaan........................................................................... 30
BAB IV. Pembahasan........................................................................... 40
BAB V. Penutup................................................................................... 45
1. .Kesimpulan ................................................................................... 50
2. Saran............................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Preeklamsia adalah suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang

dapat ditandai dengan tekanan darah >140/90 mmHg, proteinuria (protein

>100 mg/dl dengan analisa urin atau >300 mg dalam urin per 24 jam), dan

atau edema yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu (Kristanto, 1999).

Pada kondisi berat preeklamsia dapat menjadi eklamsia dengan

penambahan gejala kejang (Rozikhan, 2007).

Preeklamsia merupakan gangguan multisistem yang mengakibatkan

komplikasi pada kehamilan3% 8% dinegara barat dan merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Uzan et al., 2011).

Insiden preeklamsia di masing- masing negara berbeda-beda. Di Indonesia,

frekuensi terjadinya preeklamsia dilaporkan sekitar 3%–10% (Priati, 2008).

Hasil penelitian Madi dan Sulin tahun 2003 di RSUP dr. M.Djamil Padang,

dari 12.203 persalinan didapatkan angka kejadian preeklamsia 5,5% atau

663 kasus (Putra, 2010).

Preeklamsia disebut “disease of theories” karena ada beberapa teori

yang bisa menjelaskan keadaan tersebut tersebut. Teori-teorinya antara

lain: teori implantasi plasenta, maladaptasi imunologi, genetik, disfungsi

endotel, nutrisi dan hormon (Fhelsi, 2008; Solomon dan Seely, 2004;

Wagner, 2004).

Maryam (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

5
preeklamsia dan eklamsia merupakan golongan penyakit obstetrik yang

paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR)

2,35%. Dan kebutuhan atas perawatan intensif neonatus (neonatal intensive

care) akan meningkat karena angka mortalitas perinatal meningkat hingga

lima kali. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa preeklamsia-

eklamsia mempengaruhi luaran perinatal.

Luaran perinatal meliputi asfiksia, BBLR, pertumbuhan janin

terhambat, dan kematian pada perinatal. Di seluruh dunia, preeklamsia

menyebabkan kematian bayi sebesar 129-220 per 1000 kelahiran hidup

(Nurhusna, 2008). Berdasarkan penelitian di 6 negara yaitu Argentina,

Mesir, India, Peru, Afrika Selatan dan Vietnam pada tahun 2001–2003

memperlihatkan bahwa angka kelahiran mati (stillbirth) 12,5 per 1000

kelahiran dan angka kematian neonatal dini adalah 9 per 1000 kelahiran

pada Kejadian preeklamsia dan eklamsia (Wahyuni,2009).

2. Tujuan
a. Tujuan Umum

Asuhan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melakukan penanganan

kasus preeklamsia pada pasein bersalin

b. Tujuan Khusus
(1) Mampu melakukan pengkajian secara lengkap dan akurat pada

pasien bersalin deng pre eklamsi

(2) Mampu merumuskan diagnosa dan / masalah kebidanan sesuai

dengan nomenklatur kebidanan .

(3) Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa

dan masalah yang ditegakkan

6
(4) Mampu mengidentifikasi masalah serta kebutuhan pasien bersalin

dengan preeklamsia

(5) Mampu melakukan tindakan segera pada pasien bersalin dengan

preeklamsia

(6) Mampu melakukan rujukan terhadap pasien bersalin dengan Pre

eklamsia.

(7) Mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien

(8) Mampu melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan secara

singkat dan jelas dalam bentuk SOAP

3. Manfaat
a. Manfaat Untuk Pendidikan

Informasi dari penulisan ini diharapkan dapat bergunabagi instansi

pendidikan Profesikebidanan pada pasien ibu bersalin dengan

masalah nyeripersalinan serta diharapkan penulisan ini menjadi

referensiinstitusi sebagai informasi khususnya kepada peserta didik

yangsedang mengikuti mata kuliah kebidanan.

b. Manfaat Mahasiswa

Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan

sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai persalinan dengan preeklamsia

c. Manfaat Untuk Masyarakat

Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi maasyarakat khusunya

ibu bersalin sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan

7
dan pengetahuan mengenai informasi menganai resiko persalinan

dengan preeklamsi

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pre Eklamsi
a. Definisi Pre Eklamsi

Menurut Nugroho (2012) preeklamsi adalah tekanan darah ≥ 140/90

mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥

300 mg/24 jam atau dipstick ≥ +1.

Preeklampsi adalah tekanan darah tinggi yang terjadi setelah umur

kehamilan 20 minggu dengan munculnya proteinuria (Prawiroharjo,

2013). Tiga hal yang diperhatikan yaitu :

a) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan diastolik

≥90 mmHg, dengan pengukuran darah dilakukan 2 kali selama selang

waktu 4-6jam.

b) Proteinuria adalah adanya protein di dalamurin sebanyak ±300 mg

atau ≥1+dipstic selama 24 jam.

c) Edema adalah bengkak yang terjadi pada bagian tubuh, tanda edema

pada preeklampsi terjadi di bagian ekstremitas yaitu salah satunya

pada tungkai,namunsekarang edema tungkai tidak lagi dipakai,

kecuali dengan edema generalisata (edema pada kaki, tangan, muka,

dan perut).Dan jika terdapat kenaikan berat badan >0,57kg per

minggu.

Preeklampsi adalah sindrom yang spesifik dalam kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel,

proteinuria adalah tanda penting preeklampsi, terdapatnya proteinuria

300 mg/+1 (Cunningham, 2013).

9
Impending eklamsia adalah preeklamsia yang disertai disertai

keluhan seperti;nyeri epigastrium. Nyeri kepala frontal, scotoma, dan

pandangan kabur (gangguansusunan syaraf pusat), gangguan fungsi

hepar dengan meningkatnya alanine atauaspartate amino transferase,

tanda-tanda hemolisis dan micro angiopatik,trombositopenia <

100.000/ mm3hingga munculnya komplikasi sindroma HELLP

(Cunningham,2013).

b. Etiologi

Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan

pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang

mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut

“penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban

yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai

penyakit ini yaitu :

a. Spasmus arteriola

b. Retensi Na dan air

c. Koagulasi intravaskuler

Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer

penyakit ini, akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan

berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Prawirohardjo, 2010).

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab

preeklampsia ialah iskemia plasenta.Akan tetapi, dengan teori ini

tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit

itu.Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor

10
yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-

faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang

sebab mana yang akibat (Prawirohardjo, 2010).

d. Patofisologi

Pada pre eklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini

menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan

iskemia uterus.Keadaan iskemia pada uterus, merangsang

pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan

pelepasan rennin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan

terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.

Tromboplastin yang dilepaskan menyebabkan terjadinya

vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin

akan menyebabkan koagulasi intravaskuler yang mengakibatkan

perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati (Sukarni dan

Sudarti, 2014).

e. Faktor Resiko

Menurut (Yanuarini, 2019), pre eklampsia dapat disebabkan

oleh beberapa faktor meliputi :

1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh

terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi

persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah

antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan

meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang

11
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,

karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkuarng

kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan

(Sudarto,2016). Pada usia >35 tahun terjadi proses degeneratif

yang mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional yang

terjadi pada pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab

terhadapperubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan

mengalami pre eklampsia.

2. Status gravida
Berdasarkan faktor Status Gravida menunjukkan bahwa 1 orang

primigravida dan 6 orang grandemulti. Paritas yang ideal adalah

2-3, ibu yang mempunyai anak >5 memiliki kecenderungan untuk

mengalami masalah dalam kehamilannya (Siswosudarmo,2008).

Pada primigravida memiliki kecenderungan terjadi preeklamsi

dua kali lipat lebih besar (JNPK-KR, 2009)

3. Obesitas
Berdasarkan factor obesitas menunjukkan bahwa 6 orang

mengalami obesitas dengan BMI 29. Kegemukan disamping

menyebabkan kerja jantung lebih berat,oleh karena jumlah darah

yang berada dalam tubuh sekitar 15% dari berat badan, maka

makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang

terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi

pemompaan jantung, Sehingga dapat menyumbangkan

terjadinya preeklamsi (Prawirohardjo,2011). Menurut Oetomo,K

12
(2011) obesitas pada ibu hamil merupakan ancaman yang serius

dan dapat mengakibatkan terjadi penyulit dalam kehamilan yaitu

DM, hipertensi (preeklamsi, dan jantung. Obesitas dapat

meningkatkan preeklamsi dengan beberapa mekanisme. Pada

wanita dengan preeklamsiaditemukan adanya lesi pada arteri

uteroplasenta.

4. Riwayat Hipertensi
Berdasarkan faktor penyakit keturunan (hipertensi) dalam

keluarga menunjukkan bahwa 6 orang memiliki riwayat

penyakit keturunan (hipertensi). Ibu yang mempunyai riwayat

hipertensi beresiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta

meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal

lebih tinggi (Cunningham, 2006).

5. Klasifikasi

Berdasarkan Buuku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Difasilitas

Dasar dan Rujukan Kemenkes, 2013, dari gejala-gejala klinik

preeklamsi dapat dibagi menjadi preeklamsi ringan dan

preeklamsi berat.

a. Preeklamsi Ringan
Diagnosis preeklamsi ringan yaitu :

a) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20

minggu

13
b) Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau
pemeriksaan proteinkuantitatif menunjukkan hasil >300
mg/24 jam

b. Preeklamsi Berat
1) Diagnosis

Preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan

satu atau lebih gejala sebagai berikut :

a) Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan

>20 minggu

b) Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau

pemeriksaan protein

kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam Atau disertai

keterlibatan organ lain:

c) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis

mikroangiopati

d) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran

kanan atas

e) Sakit kepala , skotoma penglihatan

f) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion

6. Penatalaksanaan Pre eklamsi


a) Penatalaksanaan Pre Eklamsi Ringan

1) Rawat jalan (ambulatoir)

Ibu hamil dengan preeklamsi ringan dapat dirawat secara

rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat

(berbaring / tidur miring). Pada umur kehamilan di atas 20

14
minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan

tekanan rahim pada vena kava inferior, sehingga

meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah

jantung. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat,

lemak, garam secukupnya, dan roboransia pranatal. Tidak

diberikan obat-obatan diuretik, antihipertensi, dan sedatif.

Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit,


fungsi hati, urin lengkap, fungsi ginjal (Prawirohardjo,
2010).
2) Rawat inap
Kriteria preeklamsi ringan dirawat di rumah sakit :

a. Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar

proteinuria selama 2 minggu

b. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda

preeklamsi berat. Selama di rumah sakit dilakukan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.

Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa

pemeriksaan USG dan doppler khususnya untuk

evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan

amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali

seminggu dan konsultasi dengan bagian mata,

jantung, dan lain-lain.

c. Perawatan obstetrik (sikap terhadap kehamilannya)

Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan

darah mencapai normotensif selama perawatan,

15
persalinannya ditunggu sampai aterm. Sementara

itu, pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan

ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau

dipertimbangkan untuk melakukan induksi

persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu

memperpendek kala II.(Prawirohardjo, 2010)

b) Penatalaksanaan Pre eklamsi Berat


Menurut Cunningham (2013), tatalaksana aktif dan

termniasi kehamilan merupakan salah satu tata laksana

preeklamsia yang disertai dengan impending eklamsia

(nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium)

yang merupakan tanda bahwa kejang akan segera terjadi

dan oligouria merupakan tanda bahaya lainnya.

1) Pengobatan medikamentosa

a) Penderita preeklampsia berat harus segera

masuk rumah sakit dianjurkan tirah baring

miring ke satu sisi (kiri).

b) Diberikan cairan :

(1) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam faali,

jumlah tetesan< 125 cc/jam

(2) Infus Dekstrose 5 % yang setiap 1 liternya

diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125

cc/jam) 500 cc.

16
c) Dipasang foley catheter untuk mengukur
pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi
urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500
cc/24 jam.
d) Pemberian obat antikejang

Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi

pilihan pertama untuk antikejang pada

preeklamsia atau eklamsia.

e) Pemberian antihipertensi

Menurut Belfort untuk pemberian antihipertensi

bila tekanan darah ≥ 160/110 mmHg.

Jenis obat hipertensi yang diberikan di Indonesia adalah

Nifedipin dengan dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah

30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam (Prawirohardjo,

2010).

2) Perawatan obstetrik (sikap terhadap kehamilannya)

a. Perawatan aktif

Kehamilan segera diakhiri / diterminasi

bersamaan dengan pemberian pengobatan

medikamentosa, dengan indikasi :

(1) Ibu
Umur kehamilan ≥ 37 minggu, adanya tanda-tanda /

gejala-gejala impending eklamsia, kegagalan terapi

pada perawatan konservatif, yaitu keadaan klinik

dan laboratorik memburuk, diduga terjadi solusio

17
plasenta, timbul onset persalinan, ketuban pecah,

atau perdarahan.

(2) Janin
Adanya tanda-tanda fetal distress., adanya tanda-

tanda IUGR, Non Stress Test (NST) nonreaktif

dengan profil biofisik abnormal, terjadinya

oligohidramnion.

(3) Laboratorik
Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khususnya

menurunnya trombosit dengan cepat.

(Prawirohardjo, 2010).

b. Setelah pre-eklmapsia berat dapat diatasi

pertimbangkan

mengakhiri kehamilan berdasarkan :

(1) Kehamilan cukup bulan

(2) Mempertahankan kehamilan sampai mendekati

cukup bulan.

(3) Apabila pengobatan pre-eklapsia berat gagal,

kehamilan diakhiri tanpa memandang usia

kehamilan.

(4) Merujuk ke rumah sakit untuk pengobata yang

adekuat. Mengakhiri kehamilan merupakan

pengobatan utama untuk memutuskan

kelanjutan pre-eklampsia menjadi eklampsia

18
7. Cara Pemberian MgSo4

Sumber : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar Dan rujukan ,Kementrian Kesehatan RI, 2013

c) Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Data Subyektif

a. Biodata

1) Umur

Umur dikaji apakah ibu sudah memasuki usia reproduksi yaitu usia 25-

30 tahun. Apabila ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun kualitas sel

telurnya sudah menurun sehingga dalam pembuahan akan

19
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan buah

kehamilan. Kemungkinan akan menyebabkan IUGR dan BBLR.

(Sulistyawati, 2011)

2) Pekerjaan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitasnya yang dijalani

tidak pboleh terlalu berat. Perlu dikaji apakah pekerjaan ibu termasuk

pekerjaan yang membutuhakan aktivitas fisik berat, berdiri dalam

jangka waktu yang lama, pekerjaan dalam industri mesin, atau

pekerjaan yang memiliki efek samping lingkungan, contoh : limbah,

sehingga harus disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. (Sulistyawati,

2011)Pekerjaan juga berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi.

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis

akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.

Status gizipun akan meningkatkan karena nutrisi yang didapatkan

berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis

mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

setelah bayinya lahir. (Sulistyawati, 2011)

3) Suku Bangsa

Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. (Marmi, 2014)

b. Keluhan Utama

Dari hasil anamnesis pada penderita preeklamsi berat adanya gejala :

nyeri kepala, gangguan visus, rasa panas di muka, dyspneu, nyeri

dada, mual muntah, kejang. (Nugroho, 2012). Menurut Prawirohardjo

(2010:545) pada preeklamsi berat juga terjadi nyeri epigastrium atau

20
nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula

glisson).

c. Riwayat Kesehatan

Beberapa penyakit yang menjadi faktor resiko terjadinya preeklamsia

yaitu :

a) Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia.

b) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum

hamil (Prawirohardjo, 2010).

c) Sistem Kardiovaskular

d) Penyakit Jantung

Perubahan fisiologis normal pada masa hamil meningkatkan curah

jantung wanita hingga mencapai 40 persen melebihi curah

jantungnya ketika tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat.

Peningkatan ini terjadi pada awal kehamilan dan mencapai

puncaknya pada usia kehamilan 20 hingga 24 minggu. Peningkatan

curah jantung selama kehamilan, persalinan, danpelahiran akan

meningkatkan resiko dekompensasi jantung pada wanita yang

mempunyai riwayat penyakit jantung. (Varney, 2008)

e) Hipertensi
Wanita hipertensi yang dinyatakan hamil perlu mendiskusikan

dengan dokternya tentang pengobatan mana yang aman digunakan

selama mengandung. Selain itu, wanita dengan hipertensi yang

sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan resiko terjadinya

preeklampsia selama kehamilan (Varney,2007).

21
f) Sistem Pernafasan
a) Asma

Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum hamil tebukti

akan terus mengalaminya dan menjadi semakin buruk selama

masa hamil. Asma dihubungkan dengan peningkatan angka

kematian perinatal, hiperemesis gravidaru, pelahiran preterm,

hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat lahir rendah, dan

perdarahan pervaginam. (Varney, 2007)

g) Sistem Endokrin
a) Diabetes Melitus

Diabetes dapat memberikan penyulit pada ibu berupa

preeklasia, polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan

seksio sesarea, trauma persalinan akibat bayi besar. (Saifuddin,

2010)

h) Sistem Urogenital
a) Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medik utama pada

wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami paling sedikit

satu kali serangan akut infeksi saluran kemih selama hidupnya.

Akibat infeksi ini dapat dapat mengakibatkan masalah pada ibu

dan janin. ISK berkaitan dengan kejadian anemia, hipertensi,

kelahiran prematur dan BBLR. (Saifuddin, 2010)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga ibu yang perlu dikaji dalam hubungannya

dengan pre-eklampsia yaitu kecenderungan wanitacenderung beresiko

22
ganda terhadap pre-eklampsia jika ibunya pernah mengalami pre-

eklampsia. Jika ibunya pernah mengalami eklampsia dan beresiko

sangat besar jika saudara perempuannya juga mengalami pre-

eklampsia. Kecenderungan untuk pre-eklampsia dan eklampsia akan

diwariskan (Cunningham, 2013).

e. Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid

Dikaji menarche, siklus haid, lamanya, keluhan, volume, bau, dan

konsistensi (Sulistyawati, 2011)

f. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu


a) Kehamilan

Dikaji untuk mengetahui primipara atau multipara, berapa usia

kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang lalu. Faktor resiko

preeklamsia berat salah satunya adalah ibu primigravida, multigravida,

(Maryunani, 2010)

b) Persalinan
Shenna dan Chappel (2002) dalam Chapman dan Charles (2013)

mengatakan bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia pada kehamilan

dan persalinan yang lalu berisiko 2 kali lipat padakehamilan dan

persalinan yang selanjutnya. Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,

persalinan yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau

kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forcep, atau

dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas,

sebelumnya, hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan

seelumnya, berat bayi sebelumnya, 2500 atau >4000, masalah-masalah

23
lain yang dialami, riwayat kebidanan yang lalu membantu dalam

mengelola asuhan pada kehamilan ini (konseling khusus, test, tindak

lanjut, dan rencana persalinan). (Rukiyah, 2009)

g. Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat kehamilan sekarang dikaji untuk menentukan umur kehamilan

dengan tepat. Setelah mengetahui umur kehamilan ibu, bidan dapat

memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang biasa terjadi

dan dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan yang lebih baik.

(Rukiyah, 2009).

Dalam hal ini pemeriksaan antenatal yang teratur dan diteliti dapat

menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2005).

Pasien dengan pre-eklampsia berat akan mengalami keluhan seperti

nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, hipertensi pada saat

kehamilannya (Chapman dan Charles, 2013). HPL = HPHT, hari + 7,

bulan – 3 bulan (Sulistyawati, 2011)

ANC minimal 6 kali :


Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil

terhadap pelayanan masa hamil adalah cakupan K1 (kunjungan

pertama).

Sedangkan indikator untuk menggambarkan kualitas layanan adalah

cakupan K4-K6 (kunjungan ke-4 sampai ke-6) dan kunjungan

selanjutnya apabila diperlukan.

1) Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan

24
terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus

dilakukan sedinimungkin pada trimester pertama, sebaiknya

sebelum minggu ke-8.

2) Kunjungan ke-4 (K4)


K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

mempunyaikompetensi, untuk mendapatkan pelayanan antenatal

terpadu dankomprehensif sesuai standar selama kehamilannya

minimal 4 kali dengandistribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1

(0-12 minggu ), 1 kali padatrimester ke-2 (>12 minggu-24

minggu) dan 2 kali pada trimester ke-3(>24 minggu sampai

kelahirannya).

3) Kunjungan ke-6 (K6)


K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

mempunyaikompetensi, untuk mendapatkan pelayanan antenatal

terpadu dankomprehensif sesuai standar, selama kehamilannya

minimal 6 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1

(0-12 minggu ), 2 kalipada trimester ke-2 (>12 minggu-24

minggu), dan 3 kali pada trimester. ). Kunjungan antenatal bisa

lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,

penyakit atau gangguan kehamilan.Ibu hamil harus kontak dengan

dokter minimal 2 kali, 1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester

3. Pelayanan ANC oleh dokter pada trimester 1 (satu) dengan usia

kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak pertama, dokter

melakukan skrining kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan

atau penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk didalamnya

25
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pelayanan ANC oleh dokter

pada trimester 3 (tiga) dilakukan perencanaan persalinan, termasuk

pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan rujukan terencana bila

diperlukan.

HPHT perlu dikaji dalam hubungannya dengan pre-eklampsia yaitu,

dimana hal tersebut dikaji agar dapat menentukan umur kehamilan yang

dapat mendukung diagnosa pre-eklampsia, dimana pre-eklampsia banyak

terjadi pada umur kehamilan 24 minggu (Varney, 2007).

TT : setiap ibu hamil diharapkan sudah mencapai status T5. WUS

perlu merujuk pada status imunisasi terakhir pada saat hamil

apabila sebelumnya sudah pernah hamil.

Status Interval Minimal Masa Perlindungan


Imunisasi Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun*)
Sumber: Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan >25 tahun (status T5)


adalah apabila telah mendapatkan imunisasi tetanus dan difteri (Td)
lengkap mulai dari T1 sampaiT5

Pemberian imunisasi tetanus dan difteri tidak perlu diberikan, apabila pemberian

imunisasi tetanus dan difteri sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan

dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, buku Rapor Kesehatanku, rekammedis,

dan/atau kohort

26
h. Riwayat KB
Menggunakan kontrasepsi hormonal dapat memicu hipertensi pada

klien yang memiliki riwayat hipertensi sehingga berisiko terjadi Pre-

eklampsia (Chapman & Charles, 2013). KB terakhir yang digunakan

jika pada kehamilan perlu juga ditanyakan rencana KB setelah

melahirkan. (Hani dkk, 2011)

i. Riwayat Perkawinan
Menurut Mc Cowan, dkk (2004) dalam Chapman dan Charles (2013)

menyatakan bahwa pasangan baru akan mengembalikan risiko pre-

eklampsia sama seperti pada primigravida.

j. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a) Nutrisi
Dalam kasus pre-eklampsia, nutrisi dikaji berkaitan dengan faktor

predisposisi pre-eklampsia yaitu nutrisi yang buruk, terutama dengan

diet kurang protein (Taber, 1994).Dikaji untuk mengetahui makanan

yang biasa dikonsumsi dan porsi makan dalam sehari. Pada ibu

hamil dengan Pre-eklampsia Berat makanan diet biasanya (tinggi

protein, tinggi karbohidrat), mengetahui porsi makan dalam sehari

cukup atau berlebihan, obesitas beresiko terjadinya Preeklampsia

(Wiknjosastro, 2010). Dikaji tentang gejala subjektif pasien pre-

eklampsia berat yaitu mual atau muntah (Wiknjosastro, 2005).Pada

pasien preeklamsi berat diet yang diberikan yaitu cukup protein,

rendah karbohidrat, lemak, dan garam.(Prawirohardjo,

2010)Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,

IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis.

27
Sedangkan kelebihan makan akan mengakibatkan kegemukan,

preeklamsi, janin terlalu besar. (Sulistyawati, 2011)

b) Eliminasi
Pada preeklamsi berat terjadi oliguria dan anuria.

Pada preeklamsi berat terjadi hipovolemia, sehingga aliran darah ke

ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun

(oliguria) bahkan dapat terjadi anuria. (Prawirohardjo, 2010) Dalam

hal ini perlu dikaji mengenai pengeluaran urin, karena pada pre-

eklampsia berat terdapat oliguria yaitu terjadi bila produksi urin < 30

cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam, atau bahkan dapat

terjadi anuria. (Saifuddin, 2010)

c) Aktivitas
Dikaji untuk memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas

yang biasa dilakukan pasien di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu

berat dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil, maka

perlu diberitahukan agar ibu membatasi kegiatan sampai ia sehat dan

pulih kembali. Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan

abortus dan persalinan prematur. (Sulistyawati, 2011)

d) Istirahat
Kebiasaan istirahat perlu dikaji, seberapa lama ibu tidur di malam

dan siang hari. Istirahat malam hari, rata-rata lama tidur malam yang

normal 6-8 jam. (Sulistyawati, 2011). Posisi tidur yang dianjurkan

pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan

sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi

rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah

28
kiri. (Sulistyawati, 2011)Pada klien Pre-eklampsia berat dianjurkan

istirahat yang cukup yaitu dengan istirahat baring 4 jam pada siang

hari dan 8 jam pada malam hari (Hani, 2011 ).

e) Hidup Sehat
Dikaji apakah ibu merokok atau alkoholik apa tidak. Ibu yang

merokok akan menyebabkan bayinya kekurangan oksigen dan racun

yang diisap melalui rokok dapat ditransfer lewat plasenta ke dalam

tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan merokok berat berisiko

keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian janin.

(Sulistyawati, 2011)CO2 yang terdapat dalam rokok akan dapat

dengan bebas menembus plasenta dan mengurangi kemampuan Hb

dalam mengikat oksigen. Nikotin yang merangsang hormon

adrenergik yang menyebabkan vasokontriksi menyeluruh, terutama

mengurangi perfusi uterus dan mempersempit arteri tali pusat.

(Sulistyawati, 2011)

f) Data Psikososial Dan Spiritual


a. Psikologis

Ibu dengan pre-eklampsia dapat langsung menderita penyakit

yang serius, dan hal ini dapat terasa sangat menakutkan bagi

klien dan orang-orang di sekitarnya. Lingkungan yang rileks

dapat menimbulkan dampak fisiologis dan juga psikologis,

sebab stress tidak akan membantu kondisi ibu (Chapman &

Charles, 2013).

29
b. Budaya
Budaya dikaji untuk mengetahui adanya pantangan makanan ibu

yang berkaitan dengan status gizi ibu dan adat istiadat tentang

kehamilan ini yang dapat berisiko terjadi pre klampsia berat

(Saifudin, 2006).

a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Diketahui dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Pada

kasus pre-eklampsia berat keadaan umum klien bisa dikatakan baik

maupun lemah tergantung terhadap kondisi klien (Manuaba, 2007).

a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan

orang lain, serta secara fisik pasein tidak mengalami ketergantungan

dalam berjalan.

b) Lemah

Jika pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk

berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2011)

2) Kesadaran
Pada kasus pre-eklampsia berat kesadaran ibu dapat apatis dan paling

baik composmentis (Chapman, Charles, 2013)

Dikaji untuk mengetahui tingkat kesadaran mulai dari composmentis

(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam

keadaan sadar) (Sulistyawati, 2011).

30
3) Berat Badan
Perlu dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam

kehamilan, bila didapatkan kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.

(Prawirohardjo, 2010)

4) Tekanan Darah
Pada preeklamsi berat tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik

≥ 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak minimal 6 jam.

(Nugroho, 2012)

5) Suhu
Pada klien pre-eklampsia berat dengan keadaan normal suhu tubuh

(36,5 ˚C-37,5˚C ). Pada pemeriksaan suhu penting karena panas/demam

tinggi dapat mengarah/ mengakibatkan kejang yang mengarah pada pre-

eklampsia (Wiknjosastro, 2010).

6) Nadi
Denyut nadi klien dihitung dalam 1 menit normal 80-100 X/ menit

(Hani, 2011). Apabila terjadi kenaikan denyut nadi dapat disebabkan

oleh adanya peningkatan sensifitas dari peredaran darah. Hal tersebut

merupakan akibat dari penyempitan pembuluh darah yang mengarah

pada Pre-eklampsia berat (Chapman, Charles, 2013).

7) Respirasi
Frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal 20–

25 x/menit (Hani, 2011). Apabila terjadi kenaikan denyut nadi dapat

disebabkan oleh adanya peningkatan sensifitas dari peredaran darah

yang merupakan akibat dari penyempitan pembuluh darah yang

mengarah pada Preeklampsia berat (Chapman, Charles, 2013).

31
8) LILA
LILA normal ≥ 23,5 cm. LILA < 23,5 cm termasuk faktor resiko tinggi

(KEK) yang berkaitan dengan status gizi dan dapat berpengaruh

terhaadap terjadinya pre-eklampsia berat (Wiknjosastro, 2010).

b. Status Present
1) Kepala : warna rambut, kebersihan, rambut mudah rontok atau

tidak

2) Mata : konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan, gangguan

penglihatan (rabun jauh/dekat), menurut Prawirohardjo (2010) pada

preeklamsi berat dapat terjadi

pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas

adanyakelainan, ablasio retinae (retinal detachment).

3) Hidung : kebersihan, polip, nafas cuping hidung, kebersihan ,

4) Mulut : karies gigi, kebersihan mulut dan lidah, kelembapan bibir,

stomatitis, perdarahan gusi.

5) Telinga : kebersihan, gangguan pendengaran, terlihat massa

6) Leher : pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis

7) Dada : bentuk, retraksi dada, denyut jantung, gangguan pernapasan

(auskultasi), menurut Nugroho (2012) auskultasi paru pada

penderita preeklamsi berat untuk mendiagnosis edema paru.

8) Perut : bentuk, bekas luka operasi, menurut Prawirohardjo (2010)

pada preeklamsi terjadi nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran

kanan atas abdomen.

32
9) Vulva : pengeluaran pervaginam, keputihan, kebersihan.

10) Ekstremitas : bentuk, kelainan, pucat di ujung jari, oedem,

varises, reflek patella, menurut Prawirohardjo (2010) pada

preeklamsi berat terjadi edema yang nondependen pada muka dan

tangan, atau edema generalisata.

a) Reflek Patela

b) Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu tanda

preeklamsi berat. Klonus biasanya terlihat menjelang eklamsia

atau pada eklamsia aktual. (Varney, 2007).

11) Anus : hemoroid, kebersihan (Sulistyawati, 2011)

c. Status Obstetrik
1) Inspeksi
a) Muka : cloasma, menurut Prawirohardjo (2010) pada preeklamsi berat

terjadi edema

yang nondependen pada muka dan tangan, atau edema generalisata.

b) Mammae : bentuk, hiperpigmentasi areola, teraba massa, nyeri atau

tidak, kolostrum, keadaan putting (menonjol, datar, masuk ke dalam),

kebersihan

c) Abdomen : striae, linea nigra.

d) Vulva : varises (Sulistyawati, 2011)

2) Palpasi
a) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di

fundus jika teraba bulat, melenting, maka itu kepala namun jika

33
teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting maka itu bokong

janin.

Mengukur TFU, menggunakan tangan jika usia kehamilan < 12 minggu

(Sulistyawati,2011)

TFU diukur dengan menggunakan pita pengukur (metylen). Pengukuran

ini akurat dilakukan pada usia kehamilan 22-24 minggu. (Hani dkk, 2011)

b) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan atau

kiri ibu. Jika teraba benda yang rata, terasa ada tahanan maka itu adalah

punggung namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka

itu adalah bagian kecil janin.

c) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus. Jika

teraba bagian bulat melenting, maka itu kepala namun jika teraba benda

bulat, besar, lunak, tidak melenting maka itu bokong janin. Apabila bagian

terbawah janin masih mudah digoyangkan berarti bagian terbawah belum

masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan maka bagian

terbawah sudah masuk panggul. (Sulistyawati, 2011)

d) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bagian janin (presentasi) yang

sudah masuk panggul. (Sulistyawati, 2011)

TBJ : (TFU-n) x 155

n = 12 bila kepala diatas atau pada spina iskiadika

n = 11 bila kepala dibawah spina iskiadika (Pantiawati, 2010)

34
3) Auskultasi

Menurut Maryunani dan Yulianingsih (2009) fetal distress atau gawat

janin adalah respon kritis janin terhadap stress yang meliputi hipoksia dan

atau asidosis yang ditandai dengan denyut jantung janin <100x/menit atau

>180x/menit, dan atau air ketuban hijau kental.

d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2012) pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan pada preeklamsi :

1) Pemeriksaan urin : untuk menentukan adanya proteinuria.

Pada preeklamsi berat ditemukan proteinuria > 5 g/24 jam atau

+4 dalam pemeriksaan kualitatif. Proteinuria disebabkan

kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya

permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran.

(Prawirohardjo, 2010)

Langkah awal untuk pemeriksaan penunjang pada kecurigaan

adanya pre-eklampsia adalah pemeriksaan urine protein. Pada

preeklamsia berat terdapat protein urin lebih dari 5 g/ 24 jam

atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif. (Saifuddin, 2010)

Pemeriksaan darah

35
No. Tes Diagnostik Penjelasan
1. Hemoglobin dan Peningkatan Hb dan Hmt berarti :
hematokrit a. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung
diagnosis preeklamsia.
b. Menggambarkan adanya hipovolemia.
Penurunan Hb dan Hmt bila terjadi hemolisis.

2. Trombosit Trombositopenia menggambarkan


preeklamsia berat. Menurut Prawirohardjo
(2010:540), bila trombosit <100.000
sel/ml.
3. Kreatinin serum, Peningkatannya menggambarkan :
asam urat serum, a. Beratnya hipovolemia
nitrogen urea darah b. Tandamenurunnya aliran darah ke ginjal
(BUN) c. Oligouria
d. Tanda preeklamsiaberat
Menurut Prawirohardjo (2010:539), asam urat
serum umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc.Kadar
kreatinin plasma mencapai ≥ 1 mg/cc.

4. Transaminasi Peningkatan transaminase serum


serum(SGOT, menggambarkan preeklamsia berat dengan
SGPT) gangguan fungsi hepar.
5. Lactid acid Menggambarkan adanya hemolisis.
dehydrogenase
6. Albumin serum dan Menggambarkan kebocoran endotel dan
faktor kemungkinan koagulopati.
koagulasi

36
2. Assessment
a) Diagnosa kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkaninterpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yangsudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis danmasalah yang spesifik. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialamiwanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah jugasering menyertai

diagnosis.Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkanbidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklaturdiagnosis kebidanan.Cara penulisan diagnosis :G… P… Ab…

(kehamilan normal / dengan penyulit dankomplikasi) G (gravid) : jumlah

kehamilan yang dialami wanita P (para):jumlahkehamilan yang diakhiri

dengan kelahiran janin.Ab (abortus) : jumlah kelahiranyang diakhiri

dengan aborsi spontan atau terinduksi pada usia kehamilan sebelum20

minggu atau memiliki berat kurang dari 500 gram.(Hani dkk, 2011)

b) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani

dkk, 2011)

c) Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. (Sulistyawati, 2011).

Diagnosa potensial pada kasus preeklamsi berat diantaranya :

37
1) Pada Ibu
a) Sistem saraf pusat
Perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi

ensefalopati, edema serebri, edema retina, makular atau retina

detachment, dan kebutaan korteks.

b) Gastrointestinal-hepatik
Subskapular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar.

c) Ginjal
Gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.

d) Hematologik

DIC, trombositopenia.

e) Kardiopulmonar
Edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi atau arrest

pernapasan, kardiak arrest, iskemia miokardium.

2) Pada Janin
a) Intrauterine fetal growth restriction

b) Prematuritas

c) Sindroma distres napas

d) Kematian janin intrauterin (Prawirohardjo, 2010)

3. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi


Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan

secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose diagnose

potensial tidak benar – benar terjadi. (Sulistyawati, 2009)

Pada kasus Pre-eklampsia Berat dapat dilakukan pemantauan terhadap ibu

dan janin antara lain :

38
a. Tekanan darah secara rutin setiap 15 menit

b. Keseimbangan cairan/ resusitasi cairan

1) Kanula intravena harus dipasang pada semua ibu yang menderita

preeklampsia

berat untuk pemberian cairan

2) Pemberian cairan secara oral tetap dianjurkan

c. Pemantauan DJJ.

d. Kontrol ulang protein urine, dan edema

e. Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan

persalinan (Chapman, Charles. 2013).

4. Pelaksanaan

Menurut Cunningham (2013), tatalaksana aktif dan termniasi kehamilan

merupakansalah satu tata laksana preeklamsia yang disertai dengan impending

eklamsia (nyerikepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium) yang

merupakan tanda bahwakejang akan segera terjadi dan oligouria merupakan

tanda bahaya lainnya.

a. Pengobatan medikamentosa
1) Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit dianjurkan
tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Diberikan cairan :

a. 5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam faali, jumlah tetesan < 125 cc/jam

b. Infus Dekstrose 5 % yang setiap 1 liternya diselingi dengan infus

Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.

3) Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi


bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.

39
4) Pemberian obat antikejang
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk

antikejang pada preeklamsia atau eklamsia.

Cara pemberian :

a) Loading dose : initial dose

4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10 cc) selama 15 menit.

b) Maintenance dose
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer / 6 jam, atau diberikan 4

atau 5 gram IM. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram IM

tiap 4-6 jam.Bila terjadi refrakter terhadap pemberian magnesium

sulfat, maka diberikan salah satu obat berikut : tiopental sodium,

sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin.

5) Pemberian antihipertensi
Menurut Belfort untuk pemberian antihipertensi bila tekanan darah

≥ 160/110 mmHg.Jenis obat hipertensi yang diberikan di Indonesia

adalah Nifedipin dengan dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah

30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. (Prawirohardjo, 2010)

40
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PEB PADA NY. M


USIA 39 TAHUN G3P2A0 USIA HAMIL 40 MGG
DI PMB ELFI YANTI,STr.Keb

I.PENGKAJIAN
Tanggal : 15 Februari 2023
Jam : 08.30 WIB
Identitas pasien Suami
Nama : Ny. M Nama : Tn. A
Umur : 39 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Alamat : Kalianda

A. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang

Ibu mengatakan ingin melahirkan.

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan kenceng-kenceng, dan merasa pusing pada kepala bagian

belakang

Uraian Keluhan Utama

Kenceng-kenceng yang dirasakan ibu sejak kemarin hilang timbul hilang

timbul.

41
3. Tanda-Tanda Persalinan

Kontraksi :Teratur dengan frekuensi: 1x dalam 10 menit durasi25 detik

Lokasi ketidak nyamanan : dari perut bagian bawah menjalar ke punggung

PPV : lendir darah

4. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :

Ibu mengatakan mempunyai riwayat hipertensi, obesitas kelas II, tidak

pernah menderita penyakit menular maupun tidak menular, penyakit

menurun maupun kronis seperti jantung, DM, TBC, asma, malaria,

PMS dan HIV/AIDS serta memiliki alergi terhadap obat yaitu

antibiotik (amoxicillin).

b) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

menular maupun tidak menular, penyakit menurun maupun kronis

seperti jantung, DM, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta

tidak ada riwayat kembar akan tetapi pasien mempunyai riwayat

hipertensi dari ibunya.

5. Riwayat obstetri:
a) Riwayat Haid :

Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : tidak ada

Siklus : 28hari Lama : 7 hari

Warna darah : Merah kecoklatan Leukhorea : tidak keputihan

Banyaknya :±2-3x ganti pembalut

b) Riwayat Kehamilan sekarang :


1) Hamil ke3,usia 37 minggu

42
2) HPHT :11 Mei 2022 HPL : 15 Februari 2023

3) Gerak janin
a. Pertama kali : Ibu merasakan gerak janin pada usia 16 minggu

b. Frekuensi dalam 12 jam : ±10 x

4) Tanda bahaya : Ibu mengatakan pernah mengalami nyeri kepala,

tidak pernah mengalami perdarahan pervaginam, tidak mengalami

penglihatan kabur, dan tidak mengalami oedem pada wajah dan

tangan.

5) Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan khawatir dengan

kehamilan ini karena riwayat hipertensi.

6) Imunisasi TT : ImunisasiTT 5x

7) ANC : a. 4 x di PMB

b. 2 x di Puskesmas untuk melakukan ANC

Terpadu pada :

- TM I dengan hasil laboratorium pada tanggal 09

Juli 2022 yaitu Hb 11,8 gr/dl, GDS 118 mg/dl,

protein urine Negatif, HIV Non Reaktif, Siphilis

Non Reaktif, dan HbSAg Non Reaktif.

- TM III dengan hasil laboratorium pada 10

Desember 2022 yaitu Hb 12 gr/dl dan protein urine

negatif.

c. 2 x di dokter untuk pemeriksaan USG

43
Kehamilan Persalinan Nifas
Keadaan
Frek
No Tahun AN Keluhan UK Jenis Penolong JK/ Peny IMD Penyulit Asi anak
BB ulit eksklusif sekarang
C
1 2000 7x TAK 39 N Bidan L TA dilak TAK T Sehat
. mgg 4000 ukan
gr

2 2009 8x TAK 38 N Bidan P TA dilak TAK Y Sehat


. mgg 3200 ukan
gr

3 Ham
. il ini
2023
c) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu:

d) Riwayat KB

Jenis Lama
Keluhan Alasan dilepas
Kontrasepsi Pemakaian

Suntik 5 tahun Tidak ada Ingin memiliki anak


Pil ± 11 tahun Tidak ada Gagal KB

RencanaSetelah Melahirkan: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB steril


(MOW).
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir Kali:

a) Nutrisi

Makan , Jam : Pasien makan terakhir jam 07.00 WIB

1) Komposisi :

a. Nasi : 1x @ 1/2 piring (sedang / penuh)

b. Lauk : 1 x @1 potong (sedang / besar), jenisnya tempe,

ayam

c. Sayuran : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran kangkung

d. Buah : 1 potong, jenispisang

44
e. Camilan : jenis biskuit jumlah:1 bungkus

2) Pantangan : Pasien mengurangi makan-makanan yang

mengandung garam

Minum, Jam : Pasien minum terahir jam 08.00 WIB

Jenis air putih Jumlah 1 gelas

b) Pola Istirahat
1) Jam 22.00 WIB (14 Februari 2023) s.d 02.00 WIB ( 15 Februari

2023)

2) Kualitas : Tidur malam kurang efektif

3) Keluhan/masalah :kurang nyenyak karena merasakan kenceng -

kenceng

c) Pola aktifitas

Ibu tiduran di kasur untuk mengurangi nyeri kenceng-kenceng

d) Pola eliminasi :

1) Buang Air Kecil , tgl 15-02-2023Jam : 08.00 WIB

a. Jumlah : ±50 cc, warna kuning jernih

b. Keluhan/masalah : BAK sedikit tapi sering

2) Buang Air Besar , Jam : 06.00WIBTanggal 15/02/2023

a. Warna : kuning kecoklatan konsistensi

lembek

b. Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan

e) Personal hygiene

1) Jam : 07.00WIB tanggal 15 Februari2023

 Mandi  Ganti Pakaian

45
 Keramas  Ganti Celana Dalam
 Gosok Gigi
7. Riwayat Psikososial-spiritual
1. Riwayat perkawinan :

(1) Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 16th dengan

suami yang pertama dan usia 25 tahun dengan suami yang kedua.

(2) Pernikahan ini yang ke 1sah lamanya 14 tahun

(3) Hubungan dengan suami : baik, tidak ada masalah

2. Persalinan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;

Respon & dukungan keluarga terhadap persalinan ini : suami dan

keluarga mendukung penuh, mulai dari mengantar ibu sampai dengan

menemani proses persalinan ibu.

3. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Ibu segera datang ke

tenaga kesehatan setelah mengetahui adanya tanda-tanda persalinan

4. Ibu tinggal serumah dengan : suami dan anak

5. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami

Dalam kondisi emergensi, ibutidak mengambil keputusan sendiri.

6. Orang terdekat ibu : suami

Yang menemani ibu untuk persalinan :suami

7. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan :Masih

mempercayai adat mengenai tarak pada makanan selama kehamilan,

dan melakukan pijat perut saat hamil.

8. Penghasilan suami perbulan: ±Rp 2.500.000,00 Cukup

9. Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan : Lingkungan

setempat masih mempercayai air doa dari kyai untuk mempercepat

46
proses persalinan ( adat yang dipercayai adalah adat yang tidak

merugikan ibu )

10. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :

 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh nakes wanita maupun pria;

 tidak boleh menerima transfusi darah;

 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,


11. lainnya :
12. Tingkat pengetahuan ibu :

a. Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui bahwa ibu

adalah pasien resti dan akan dirujuk untuk melahirkandi RS, ibu

sudah tahu tanda-tanda persalinan

b. Hal-hal yang belum diketahui ibu : Tidak ada, karena ibu sudah

mengetahui persalinan dengan PEB akan dilakukan di RS

c. Hal-hal yang ingin diketahui ibu : Tidak ada, karena ibu sudah

mengetahuii persalinan dengan PEB akan dilakukan di RS dengan

SC/operasi.

B. Data Objektif

Keadaan umum : Baik Tensi : 160/100 mmHg

Kesadaran : Composmentis Nadi : 82 x/menit

TB : 150 cm Suhu : 36,5℃

LILA : 34 cm RR : 22x/menit

BB : 83 kg SpO2 : 97%

a) Status present

47
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,warna rambut hitam

dan rambut tidak mudah rontok.

Muka : Tidak pucat , tidak ada oedem

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak pucat

48
Hidung : Simetris, berlubang, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip

Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak

bengkak

Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan

vena jugularis tidak ada nyeri tekan

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hati dan

kelenjar limfe.

Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa

Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises

Ekstremitas : Turgor kulit baik, terdapat oedem, pergerakan normal, kuku jari

bersih

Refleks patella : +/+

Punggung : Lordosis/ tidak ada kelainan tulang punggung

Anus : Tidak ada hemoroid

b) Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal periksa : 25 Januari 2023

dilakukan pada tanggal 9 juli 2022 dengan hasil :

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Golongan Darah O A, AB, B, O
Hemoglobin 12.9 12 – 16 g/dL
Eritrosit 4.55 4.2-5.4 10^6/mL
Hematokrit 38 37-47 %
Trombosit 312 150-450 103/μL
MCV 82.9 80-100 fL
MCH 28,4 27-32 pg

49
MCHC 34,2 32-36 g/dL
RDW 13,9 11,5-14,5 %
Leukosit 11340 4800-10800 103/μL

Tanggal 25 Januari protein ++

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Creatinin 0.4 0.6-1.1 Mg/dl
Albumin 3.3 L 3.8-5.4 gr/dl
Gula Darah 77 70-125 Mg/dl
Sewaktu
Imunoserologi
HBsAG Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
Urologi
Protein Urine Negatif

Tes Antigen Negatif

b.Pemeriksaan penunjang lain

Pemeriksaan USG Tanggal 15 Februari 2023 dengan hasil :

Janin : Tunggal

Presentasi : Kepala

CairanAmnion : cukup

BPD : 8.85 cm sesuai 40 minggu

AC : 32,7 cm sesuai 37minggu

Usia Kehamilan : 40 minggu

Tafsiran Berat Janin : 2685 gram


c) Status Obstetrik
1) Inspeksi:

50
a. Muka : Tidak oedem, tidak pucat, tidak ada chloasma

gravidarum

b. Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, putting susumenonjol,

areolamenghitam, ASI belum keluar

c. Abdomen : Membesar, terdapat striae gravidarum dan linea nigra

d. Vulva : Tidak oedem, tidak ada varices, PPV lendir darah


2) Palpasi
a. Leoplod I : TFU3 jari dibawah PX . Pada bagian fundus teraba satu

bagian bulat besar, lunak, sulit digerakkan (bokong).

b. Leoplod II: Pada perut ibu sebelah kiri teraba tahanan keras dan

memanjang seperti papan (punggung). Pada perut ibu sebelah kanan

teraba bagian-bagian kecil(ekstremitas) dan menonjol.

c. Leoplod III: Pada perut ibu sebelah bawah teraba satu bagian bulat

keras (kepala), tidak bisa digoyang

d. Leoplod IV: bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)

a. Penurunan Kepala : 3/5

b. TFU : 28 cm TBJ : 2.635 gram

3) Auskultasi :
a. DJJ : 148 x/menit

b. His : 1x dalam 10’ selama 25’’

1. Pemeriksaan Dalam: tgl/jam : 15 januari 2023 / 08.40WIB


Vulva/vagina : Tidak oedem, tidak varises, tidak ada

benjolan

Serviks :

a. Posisi : Anterior

51
b. Pembukaan :∅ 1 cm

c. Efficement : 10% (lunak)

Kulit ketuban : (+)

Presentasi : Belakang kepala

Penunjuk : UUK kanan melintang

Penyusupan : tidak teraba

Penurunan bag. Terbawah : kepala turun di hodge II

II.Analisa

1. Ny. M umur 39 tahun G3P2A0, hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup intra

uteri, letak membujur, presentasi kepala, PUKI, U inpartu kala I fase

laten dengan Pre Eklampsia Berat

Data Dasar :

DS : ibu mengatakan ini kehamilan yang ke 3, merasakan kenceng –

kenceng, mengeluh pusing bagian kepala belakang

DO : Tekanan Darah : 160 /100 mmHg, Protein Urine ++ (Positif dua)

Masalah : Tekanan darah tinggi (PEB)

Kebutuhan :Mencegah kejang pemberian infus RL, pasang

Oksigen, dan kateterisasi. injeksi MgSO4

III. Penatalaksanan
Tanggal : 15 Februari 2023 Pukul : 08.30 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan ibu akan melahirkan dalam kondisi Resiko tinggi PEB.

Rasionalisasi :Memberitahukan hasil pemeriksaan merupakan salah satu

hak pasien

52
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui kondisinya.

2. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri dan mengajari teknik

relaksasi saat ada kontraksi dengan mengambil nafas dalam dan panjang.

Rasionalisasi : Menurut Indrayani (2013) Salah satu konsep

daripersalinan normal adalah ibu dapat melahirkan dengan posisi yang

sesuai dengan keinginannya (selama tidak membahayakan). Mengatur

posisi ibu (miring kiri) mengurangi tekanan pada tali pusat dan

memperbaiki aliran darah uterus (Susanti, 2009).

Evaluasi : ibu berbaring miring ke kiri dan relaksasi saat ada kontraksi.

3. Menganjurkan keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.

Rasionalisasi : pemenuhan nutrisi saat proses persalinan sangat penting

untuk memnuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.

Evaluasi : ibu bersedia minum 1 gelas air putih.

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter jaga rumah sakit

Rasionalisasi : penatalaksanaan PEB memerlukan kolaborasi dengan

tenaga medis lainya untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat

bagi pasien.

Evaluasi : Memberikan tatalaksana PEB dan segera lakukan rujuk sesuai

dengan advice dokter.

5. Memberitahu ibu dan keluarga akan dilakukan rujukkan ke fasilitas

kesehatan karena Pre Eklampsia Berat yang sesuai dengan protap

tatalaksanan PEB antara lain :

a. Memasang infus RL 20 tpm

b. Melakukan kateterisasi

53
c. Memberikan suntikan MgSO4 40% dengan dosis awal 4 gr secara IV

bolus dan dosis rumatan 6 gr secara maintanance dengan infus RL ke

dua. Untuk memberikan MgSO4 kepada pasien harus memperhatikan

syarat : frekuensi pernafasan minimal 16/menit, reflek patella (+), urin

<30 ml/jam dalam 4 jam terakhir, dan sedia anti dotum yaitu kalsium

glukonat 1 gr (20 ml dalam larutan 10%).

d. Memberikan obat nifedipin oral 10 mg

e. Memasang oksigen 3-4 L

Rasionalisasi : penatalaksaan awal yang tepat meliputi pemberian infus,

MgSo4, pemasangan Kateter , pemberian nifedipin, pemberian oksigen

merupaka langkah awal yang dilakukan terhadap pasien dengan diagnosa

PEB untuk mengantisipasi terjadinya ibu kejang dan gawat janin

Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti dan bersedia untuk dilakukan

tatalaksanana PEB pada ibu.

6. Melakukan inform concent dengan keluarga pasien

Rasionalisasi : informend consent adalah sebagai bentuk bukti

perlindungan hukum akan segaa tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

Evaluasi : informed concent sudah dilakukan

7. Melakukan stabilisasi pasien yakni pemberian infuse RL 20 tpm/menit.

Rasionalisasi : sabilisasi kondisi pasien sebelum dilakukan rujukan sangat

penting dilakukan untuk mengindari kegawatan dalam proses rujukan.

Evaluasi : infuse RL telah tepasang

54
8. Memasang kateter untuk mengetahui apakah jumlah urine yang keluar

yaitu minimal <30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.

Rasionalisasi : pemasangan kateter sebagai salah satu cara untuk

Monitoring input/output cairan untuk mencegah Edema paru sebagai

akibat dari gejala preklampsia yang terjadi karena peningkatan cairan yang

sangat banyak, segabai salah satu syarat dalam pemberiang MgSo4

(Cunningham, 2005).

Evaluasi : Ibu telah dipasang kateter dan memenuhi syarat untuk

diberikan MgSO4

9. Melakukankolaborasi dengan dokter Memberikan dosis awal 4 gr MgSO4

(10 cc MgSO4 40% + 10 cc aquabides atau 20 cc MgSO4 20%) diberikan

secara IV perlahan selama 5-10 menit.

Rasionalisasi :MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan

eklampsia (sebagai

tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).

Evaluasi : Ibu telah diberikan 10 cc MgSO4 40%+ 10 cc aquabides secara

IV perlahan pada pukul 08.45 WIB selama 10 menit

10. Memberikan dosis rumatan 6 gr MgSO4 40% (15 cc MgSO4 40%) dan

dilarukan dalam 500 cc larutan RL diberikan melalui infuse 28 tetes/menit

selama 6 jam (1 gr / jam).

Rasionalisasi : MgSO4 perawatan (lanjutan ) diberikan secara intravena

kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan

preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).

55
Evaluasi : Ibu telah diberikan dosis rumatan MgSO4 pada pukul 08.55

WIB

11. Melakukan stabilisasi pasien yakni pemberian oksigen 2-3 L

Rasionalisasi : untuk meningkatakan pemenuhan oksigen untuk ibu serta

janin mencegah terjadinya hipoxia

Evaluasi : oksigen sudah terpasang

12. Melakukan Konfirmasi kepada rumah sakit tujuan rujukan

Rasionalisasi : konfirmasi dulakukan untuk memastikan agar pasien dapat

dilakukan rujukan dengan cepat dan tepat

Evaluasi : pasien diterima dan segera dikirim ke rs rujukan (RS.permata

Hati)

13. Menyiapkan tempat, alat-alat partus, dan obat untuk menolong persalinan

saat rujukan .

a. Partus Set : sepasang handscoon steril, klem tali pusat 1 buah, klem

1 buah, gunting tali pusat 1 buah, gunting episiotomy 1 buah.

b. Hecting Set : sepasang handscoon steril, pinset anatomi 1 buah,

pinset cirurgy 1 buah, benang chatgut, nafuder, jarum dan spuit

1buah.

c. Resusitasi Set : 2 bedong bayi, penghisap lendir DeLee, alat

ventilasi (sungkup atau balon), sarung tangan.

d. Obat-obaan : Oksitosin 10 IU 1 ampul

Rasionalisasi : mempersiapakan alat persalinan pada saat proses

perujikan untuk tatap melakukan petolongan persalianan yang aman

56
dalam proses rujukan .

Evaluasi : tempat, alat-alat partus dan obat sudah disiapkan.

14. Melakukan observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dan

melakukan dokumentasi selama rujukan.

Rasionalisasi : Salah satu asuhan kala I adalah memantau kemajuan

persalinan dan kesejahteraan janin dengan melakukan observasi DJJ dan

His tiap 30 menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, nadi dan pernafasan tiap

30 menit, Tekanan darah dan suhu tiap 4 jam (Depkes, 2012).

Evaluasi : keadaan janin baik, tekanan darah 160/100mmHg DJJ

144X/Menit

15. Melakukan pendokumentasian

Rasionalisasi : untuk sebagai salah satu bentuk pelaporan tertulis kondisi

pasien

Evaluasi : hasil pemeriksaan sudah di dokumentasikan

16. Pasien diantarkan bidan ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan


APD lengkap dengan prisip BAKSOKUDA (Bidan, Alat, Keluarga, Surat
Obat, Kendaraan, Uang, Darah)
Rasionalisasi : prinsip dalam melakukan rujukan yaitu menggunakan
prinsip BAKSOKUDA
Evaluasi : pasien sudah sampai dirumah sakit rujukan, selama dalam

perjalanan tdak ada keluhan dan pasien kooperatif,kemudian dilakukan

pemeriksaan dan penanganan oleh bidan dan dokter Rumah Sakit

BAB IV
PEMBAHASAN

57
Pada laporan kali ini dilakukan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologis

Pada Ny. M usia 39 tahun G3P2A0 usia hamil 40 minggu Janin Tunggal, Letak

Membujur U PUKI Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan PEB di PMB ELFI

YANTI, STr.Keb Kalianda dan dalam pembahasan ini akan diulas mengenai

hubungan antara asuhan kebidanan yang telah dilakukan dengan jurnal yang ada.

Berdasarkan data yang diperoleh dengan cara anamnesa Ny. M mengalami

PEB karena tekanan darah yang tinggi yaitu 160/100 mmHg, menurut Sukarni

dan Sudarti (2014) penyebab pre eklampsia sampai saat ini belum diketahui, tetapi

ada teori yang menerangkan mengenai penyebab pre eklampsia, yaitu

bertambahnya frekuensi pada primigravidas, kehamilan ganda, hidramnion, dan

mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tua nya kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus, timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Faktor

resiko untuk kasus pre eklampsia berat pada Ny. M kemungkinan berasal dari

peran faktor imunlogis, faktor genetik serta adanya faktor predisposisi yaitu

diabetes melits, obesitas maupun umur yang sudah lebih dari 35 tahun. Sedangkan

pengaruh pre eklampsia berat terhadap janin yaitu akan terjadi keracunan janin

karena terdapat penurunan aliran darah pada ibu sehingga perubahan ini

menyebabkan prostaglandin plasenta menurun, menyebabkan iskemia uterus dan

peredaran darah ke bayi kurang lancar. Hal tersebut akan meninggikan angka

morbiditas dan mortalitas pada maternal dan neonatal. Terhadap janin yaitu

sebelum gejala pada ibu dirasakan, komplikasi yang sering dialami oleh janin

adalah gawat janin, hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada

bayi). Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama,

58
skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial,gagal

ginjal, distress pernapasan sehingga meningkatkan Morbiditas dan mortalitas

perinatal.

Penatalaksanaan pada pre eklamsia sesuai dengan Kemenkes (2016) yaitu

memasang infuse RL 20 tpm, pemberiandosis awal 4 gr MgSO4 (10 cc MgSO4

40% + 10 cc aquabides atau 20 cc MgSO4 20%) diberikan secara IV perlahan

selama 5-10 menit kemudian dilanjutkan dengan memberikan dosis rumatan 6 gr

MgSO4 40% dan dilarukan dalam 500 cc larutan RL diberikan melalui infuse

28 tetes/menit selama 6 jam (1 gr / jam), kemudian memberikan O2 2L/menit.

Pemberian MgSO4 harus mempertimbangkan beberapa syarat seperti frekuensi

pernafasan minimal 16/menit, reflek patella (+), kateterisasi untuk mengetahui

jumlah urin yang keluar yaitu <30 ml/jam dalam 4 jam terakhir, dan sedia anti

dotum yaitu kalsium glukonat 1 gr (20 ml dalam larutan 10%).

Berdasarkan data yang diperoleh dengan cara anamnesa Ny. J yang

mengalami PEB pada persalinan maka penatalaksanaan yang diberikan yaitu

memasang infus RL 20 tpm, pemasangan kateter, pemberiandosis awal 4 gr

MgSO4 (10 cc MgSO4 40% + 10 cc aquabides atau 20 cc MgSO4 20%)

diberikan secara IV perlahan selama 5-10 menit pada pukul 08.45 WIB selama

10 menit, kemudian dilanjutkan dengan memberikan dosis rumatan 6 gr MgSO4

40% dan dilarukan dalam 500 cc larutan RL diberikan melalui infuse 28

tetes/menit selama 6 jam (1 gr / jam), kemudian memberikan O2 3-4L/menit dan

merujuk ke RS Ponek.

Penatalaksanaan pada Ny. M di lahan sudah sesuai dengan teori yang ada,

sudah dilakukan pengkajian pada kasus PEB sesuai SOAP dan penanganan PEB

59
dilakukan dengan kolaborasi secara horizontal maupun vertikal.

BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan

60
Semua wanita memiliki risiko preeklampsia selama hamil, bersalin, dan

nifas. Preeklampsia tidak hanya terjadi pada primigravida/primipara, pada

grandemultipara juga memiliki risiko untuk mengalami eklampsia.

Misalnya pada ibu hamil dan bersalin lebih dari tiga kali. Peregangan

rahim yang berlebihan menyebabkan iskemia berlebihan yang dapat

menyebabkan preeklampsia. Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang

timbul pada wanita hamil, bersalindan nifas yang terdiri dari hipertensi,

edema dan protein uria tetapi tidak menjukkantanda-tanda kelainan

vaskuler atau hipertensi sebelumnya.

Penatalaksanaan awal PEB pada Ibu inpartu dengan preeklamsia diberikan

MgSO4 supaya tidak terjadi hal buruk jika ibu dibiarkan eklamsia akan

berbah aya bagi ibu dan janinnya. harus yaitu eklamsi. Penanganan yang

tepat dalam penatalaksanaan awal kasus pre eklmasi berat pada ibu

bersalin sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatn

ibu dan janin serta mencegah terjadinya kegawatdaruratan maternal serta

neonatal yang berakibat pada kemtian ibu dan bayi

b. Saran
a) Kepada Tenaga Kesehatan

agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat

preeklamsi dalam persalianan merupakan suatu bentu kegawatan

maternal dan neonatal

b) Sebagai mahasiswa

dalam melakukan asuhan hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan


klien baik fisik maupun mental yaitu dengan melakukan pengkajian

61
menyeluruh sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan dala kasus
persalinan dengan Pre eklamsi
c) Masyarakat

Masyarakat khususnya bagi ibu bersalian sebaiknya mempersipakan

kesehatan serta memantau kondisi kehamilanaya secara optimal untuk

mencegah serta mengantisispasi terjadinya pre eklamsi , menggali

informasi melalui kelas ibu tentang tanda – tanda bahaya dalam

kehamilan serta persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan


Rujukan Kemenkes, 2013

62
Cunnigham, FG., et al. 2013. Obstetri William. Jakarta : EGC.

Febria Syafyu Sari Akper Nabila Padang Panjang. (2017). Pengaruh Teknik
Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
Praoperatif. MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April
2017.

Hani, Ummi. Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.


Jakarta : Salemba Medika

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar Nanang, Q. (2013). Tindakan keperawatan yang diterima

pasien preoperatif di
bangsal bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang. Diakses 3 Maret
2015. http://medicahospitalia.rskariadi.co
.id/index.php/mh/article/view/73/6

Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Pantiawati, Ika. Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

-----------------------------2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Rukiyah, Ai Yeyeh. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).

Jakarta : Trans Info


Media

Smertzer & Bare.(2013) Manual for the Depression Anxiety & Stress
Scales (Second edition). Psychology Foundation.Diakses
dari www.Serene. Me.Uk.diakses pada tanggal 29 Agustus
2016 pukul 16.56 wib)

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta


: Salemba Medika

LEMBAR KONSULTASI
KEGIATAN BIMBINGAN STASE PERSALINAN
PROFESI BIDAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

63
Nama : Linda Asmawati
Nim : 22390098
Pembimbing : Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes
Judul : Laporan Kasus Asuhan Pada Persalinan
Patologi

No Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes)

64

Anda mungkin juga menyukai