Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY. D P1A0 8 JAM POST


PARTUM DI TBPM NYI AYU HAFIZAH MARGASARI LAMPUNG
TIMUR TAHUN 2023

OLEH:
MAIZAR
NIM : 230707479

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY. D P1A0 8 JAM POST


PARTUM DI TBPM NYI AYU HAFIZAH MARGASARI LAMPUNG
TIMUR TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing 1

Riza Faulina S.ST.,M.Kes


NIDK: 8944770024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny.D P1A0 8 Jam Post Partum Di
TPMB Bidan Nyi Ayu Hafizah Tahun 2023”. Dalam penyusunan Laporan ini,
penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd, Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Maryani, M.Keb, Ketua Prodi Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta
4. Ibu Riza Faulina S.ST.,M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
5. Ibu bidan Nyi Ayu Hafizah, selaku pembimbing yang sudah memberikan
kesempatan menggunakan lahan praktik untuk TPMB nya
6. Ibu/Bapak Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan, dan
bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan- perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
7. Kedua orangtua, mertua, anak anakku tersayang, adik-adik, serta keluarga besar
yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih
sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
Laporan ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya, dan
profesi kebidanan pada khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin…….
Lampung, desember
2023
Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................... 4
A. Komsep Dasar Masa Nifas................................................................ 4
1. Tahapan dalam Masa Nifas ........................................................ 10
2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Nifas………......................... 10
3. Perubahan Psikologi Nifas.......................................................... 10
4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas .................................................... 10
5. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas ...................... 10
B. Konsep Kunungan Ibu Nifas ............................................................ 10
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................... 18
A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP............................................... 18
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway ........................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 26
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 27
A. Kesimpulan ....................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 28
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan dan menjadi salah satu komponen
indeks kualitas hidup. AKI sering terjadi dari masa kehamilan hingga
masa nifas yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
kehamilan, persalinan maupun masa nifas (Pitriani & Andriyani, 2014).
Masa nifas merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia. Berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi dibanyak Negara, para pakar kesehatan
menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum.
Oleh karena itu, pembangunan dibidang kesehatan harus dilaksanakan
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, karena pada
dasarnya pembangunan nasional dibidang kesehatan berkaitan erat
dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal
dalam melaksanakan pembangunan.
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium
merupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
reproduksinya seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi terhitung
dari selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6
Minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017). Masa nifas ini merupakan masa
yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu
melakukan pemantauan terhadap ibu karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis
(Dewi & Sunarsih 2012 dalam Aprilianti, 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 mengatakan
AKI di seluruh dunia sebesar 216/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2017
menunjukkan AKI di Indonesia masih sebesar 305 per 100.000 kelahiran
hidup, hidup dan AKB mencapai angka 32/1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2017).
Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung, yaitu
kematian ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan
persalinannya. Penyakit tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV,
AIDS dan lain-lain. Penyebab kematian ibu langsung yaitu pendarahan
(25%, biasanya pendarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi
dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak
aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Saiffudin, 2016).
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi.
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak
langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu ataupun janin. Sebagai upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi maka dilakukan
pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. Pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanankepada ibu hamil, bersalin, atau
nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia dalam kurun waktu


delapan tahun terakhir secara umum mengalami kenaikan. Provinsi
Kepulauan Riau memiliki capaian tertinggi diikuti oleh DI Yogyakarta
sebesar 98,49%, Sumatera Utara 86,96% dan Jawa Barat sebesar
97,23%. Sedangkan provinsi dengan cakupan kunjungan nifas terendah
yaitu Papuasebesar 28,34%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 28,5%, dan
Maluku sebesar 43,39% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka mahasiswa tertarik untuk
mengetahui ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Masa Nifas Ny.D P1A0 8
Jam Post Partum Di TPMB Nyi Ayu Hafizah Tahun 2023.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnosa,melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat sesuai
teori yang berhubungan dengan asuhan kebidanan nifas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta
dibandingkan dengan teori asuhan kebidanan nifas.
b. Mahasiswa mampu:
1) Menegakan diagnosis dan masalah,
2) Menegakan diagnosis dan masalah potensial,
3) Melakukan tindakan segera jika di butuhkan pada asuhan
kebidanan nifas.
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan yang benar
dan tepat sesuai dengan diagnosis dan masalah pada ibu nifas.
d. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang
di berikan pada ibu nifas.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiwa dapat mengetahui teori dan wawasan tentang
pengkajian, melaksanakan asuhan nifas secara tepat dan benar
berdasarkan teori dan kenyataan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan nifas secara tepat dan
benar berdasarkan teori dan kenyataan.
3. Bagi Pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan
mahasiswi profesi kebidaan Stikes Abdi Nusantara dalam
melaksanakan asuhan nifas.
BAB II
TINJAUA
N
PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas


1. Pengertian Nifas
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim akibat melahirkan
atau setelah melahirkan. Masa nifas terhitung setelah plasenta keluar dan
selesai ketika alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil
yang berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari. Namun pemulihan
pada masa nifas secara menyeluruh memerlukan waktu 3 bulan. Masa ini
disebut juga masa puerperium. Puerperium berasal dari Bahasa latin
yaitu, “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang artinya melahirkan.
Jadi, puerperium bermakna melahirkan bayi. (Sari & Rimandini, 2014).
Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa dimana
keluarnya darahdari jalan lahir setelah melahirkan, yang lamanya berkisar
40-60 hari. Masa ini dialami wanita dari beberapa jam setelah melahirkan
bayi dan plasenta, hingga kira-kira 6 minggu setelah melahirkan dan alat-
alat kandungan kembali normal seperti keadaan sebelum hamil. (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).
Menurut Indriyani (2013), Masa nifas adalah masa pemulihan dari
setelah persalinan dan selesai ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan pra-hamil yang lamanya berkisar sekitar 6-8 minggu. Waktu
pemulihan yang diperlukan pada masa nifas untuk bisa sehat sempurna
bisa memakan waktu berminggu-minggu, bulanan, hingga tahunan,
terutama jika saat hamil atau persalinan mengalami komplikasi.
2. Tahapan dalam Masa Nifas
Menurut Indriyani (2013), tahapan dalam masa nifas dibagi
menjadi tiga periode, yaitu:
a. Periode immediate postpartum atau puerperium dini
Periode ini dimulai segera setelah persalinan sampai 24 jam pertama
setelah persalinan. Pada periode ini, seringkali terjadi masalah seperti
perdarahan, sehingga harus memeriksa kontraksi uterus, pengeluaran
lokhea, mengecek tekanan darah dan suhu secara teratur.
b. Periode intermedial atau early postpartum
Periode ini terhitung sejak setelah 24 jam setelah persalinan dan berakhir
pada satu minggu pertama setelah persalinan. Pemeriksaan yang harus
dilakukan pada periode ini yaitu, memastikan tidak adanya perdarahan,
involusio uteri dalamkeadaan normal, lokhea tidak berbau busuk, tidak
demam, dan ibu mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup, serta
dapat menyusui bayinya dengan baik.
c. Periode late postpartum
Periode ini mulai sejak setelah 1 minggu setelah persalinan
hingga sekitar 5 minggu setelah persalinan. Pada fase ini, tetap
diperlukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari dan konseling KB.

3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Nifas


a. Uterus
Uterus akan mengerut kembali ke keadaan sebelum hamil.
Perubahan ini disebut involusi uteri. Uterus akan kembali ke keadaan
sebelum hamil pada minggu keenam postpartum dengan berat kurang
lebih 50-60 gram. Setelah plasenta terlepas, produksi esterogen akan
menurun dan hormon oksitosin akan meningkat, sehingga kontraksi
uterus meningkat dan berdampak mengurangi suplai darah ke uterus.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya bekas luka implantasi plasenta.
Plasenta yang terlepas juga menyebabkan terpisahnya lapisan desidua
dan lapisan basal. Pelepasan desidua ini menyebabkan keluarnya lokhea
melalui vagina selamanifas. Adapun klasfikasi lokhea sebagai berikut:
1) Lokhea rubra berwarna merah yang keluar pada hari pertama sampai
hariketiga atau keempat pasca melahirkan
2) Lokhea serosa berwarna merah muda atau pucat yang keluar pada hari
ketigaatau keempat sampai hari sekitar hari kesepuluh pasca melahirkan
3) Lokhea alba berupa cairan putih atau putih kekuningan yang keluar
setelah hari kesepuluh.
b. Endometrium
Sisa kelenjar pada endometrium dan jaringan ikat antar-kelenjar
akan menjadi endometrium. Lapisan desidua dan lapisan basal akan
terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan basal akan membentuk
endometrium yang baru, sedangkan lapisan superfisial desidua akan
nekrotik.
c. Serviks Uteri
Setelah melahirkan bayi, rongga rahim akan melebar dan dapat
dilalui oleh satu tangan. Namun, dua jam setelah melahirkan rongga
rahim akan menyempit dan hanya dapat dilalui oleh 2 atau 3 jari.
Setelah 6 minggu persalinan, serviks tertutup, tetapi bagian ostium
eksterna tidak dapat benar-benar kembali seperti keadaan sebelum
hamil dan menjadi tanda bahwa sudah pernah melahirkan.
d. Vagina dan Perineum
Vagina akan terbuka dengan lebar setelah melahirkan dan mulai
mengecil hari pertama atau kedua postpartum. Postpartum minggu
ketiga vagina mulai pulih. Dinding vagina akan melunak dan lebih besar
sehingga ruang vagina akan longgar dan menjadi lebih besar dari
sebelum melahirkan.
e. Sistem Pencernaan
Setelah proses melahirkan, ibu akan merasa haus dan lapar karena
banyak energi yang terkuras saat melahirkan. Pada masa nifas, hormon
progesteron akan menurun, sehingga menyebabkan gangguan saat
buang air besar hingga 2-3 hari pasca melahirkan.
f. Sistem Perkemihan
Setelah persalinan, akan terjadi overdistensi pada kandung kemih,
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan residu urine
yang berlebih. Namun, hal ini akan hilang setelah 24 jam pasca
melahirkan. Pada hari pertama hingga kelima pasca melahirkan, ibu
akan mengalami peningkatan volume urine (diuresis).
g. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada masa nifas, yaitu
peregangan pada ligamen, diafragma panggul, dinding abdomen, dan
fasia. Ligamentum latum dan rotundum akan merengang dan
mengendur selama masa nifas dan akan berangsur- angsur membaik
sekita 6-8 minggu
h. Sistem Endokrin

Hormon esterogen dan progesterone akan menurun, sehingga


menyebabkan meningkatnya hormon prolaktin yang memengaruhi
produksi ASI. Selain itu, peningkatan hormon oksitosin yang
dihasilkan oleh Neurohipofise posterior akan berperan dalam produksi
ASI dan involusi uteri.

4. Perubahan Psikologi Nifas


Pada minggu pertama pasca melahirkan, banyak wanita menunjukkan
gejala depresi ringan hingga berat dan gejala neurosis traumatik. Namun,
biasanya akan membaik kembali tanpa atau dengan pengobatan. (Indriyani,
2013). Adapun fase- fase adaptasi ibu nifas meliputi:
a. Fase taking in
Fase ini dialami pada hari pertama dan kedua pasca melahirkan. Pada
fase ini, fokus utama ibu ada pada dirinya sendiri. Ibu memerlukan
istirahat yang cukupuntuk mencegah kurang tidur dan kelelahan.
b. Fase taking hold
Fase ini akan dialami ibu pada hari ketiga sampai hari kesepuluh. Pada
fase ini, ibu akan merasa khawatir akan kemampuan dan tanggung
jawabnya untuk merawat bayi. Penyuluhan dalam merawat bayi adalah
edukasi yang tepat untuk diberikan pada fase ini untuk meningkatkan
rasa percaya diri ibu.
c. Fase letting go
Fase ini dialami setelah hari kesepuluh. Pada fase ini, ibu mulai
menyesuaikan diri dengan bayinya.
5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Segera setelah proses melahirkan, ibu dianjurkan untuk
mengonsumsi 1 kapsul vitamin A 200.000 IU dan mengonsumsi 1
kapsul kedua setelah 24 jam mengonsumsi kapsul pertama. Pada masa
nifas, ibu dianjurkan untuk menambahkan 500 kalori/hari dengan gizi
seimbang untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
b. Ambulasi
Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan posisi miring kiri dan
kanan pada posisi tidur dan memperbanyak berjalan. Hal ini akan
membantu proses pemulihan ibu dan mencegah troboemboli.
c. Eliminasi
Segera setelah proses melahirkan, ibu dianjurkan untuk buang air
kecil agar tidak mengganggu kontraksi uterus. Pada 24 jam pertama,
ibu juga dianjurkan untuk buang air besar.
d. Kebersihan Diri
Setelah 2 jam pemantauan postpartum, ibu diperbolehkan mandi.
Ibu dianjurkan untuk mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan genitalia, mengganti pembalut minimal 2 kali
sehari atau ketika pembalut tampak basah dan kotor.
e. Istirahat
Ibu nifas dianjurkan untuk tidur malam selama 7-8 jam dan
istirahat di siang hari sekitar 2 jam. Berikan motivasi kepada keluarga
untuk meringankan pekerjaan ibu selama masa nifas.
f. Seksual
Berhubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah 6 minggu pasca
melahirkan karena pada fase ini, masih terjadi proses pemulihan
khususnya pada serviks yang baru tertutup sempurna setelah 6 minggu.
g. Perawatan Payudara
Selama masa nifas, ibu dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan payudara agar tidak mengganggu proses pemberian ASI dan
mencegah iritasi.
h. Keluarga Berencana
Wanita pasca melahirkan dianjurkan untuk menunda kehamilan
setidaknya 2 tahun agar bayinya dapat memperoleh ASI yang cukup.
Pasangan suami istri dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi dan
membuat perencanaan keluargaberencana.
6. Komplikasi pada Masa Nifas
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas, yaitu (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018):
a. Perdarahan Pasca Melahirkan
Perdarahan ini ditandai dengan keluarnya darah lebih dari 500 ml
atau jumlah perdarahan melebihi normal setelah melahirkan bayi. Hal
ini akan memengaruhi tanda-tanda vital, kesadaran menurun, pasien
lemah, menggigil, berkeringat dingin,hiperkapnia, dan Hb <8g%.
b. Infeksi pada Masa Nifas
Infeksi pada masa nifas ditandai dengan meningkatnya suhu
tubuh ibu sampai 38oC atau lebih. Hal ini disebabkan oleh infeksi
bakteri pada traktusgenitalia pada saat proses persalinan.
c. Keadaan abnormal pada Payudara
Payudara yang abnormal ditandai seperti puting susu lecet,
payudara bengkak, dan puting susu datar atau tertanam.
d. Eklampsia dan Preeklampsia
Eklampsia merupakan serangan kejang secara tiba-tiba pada
wanita hamil, bersalin, atau nifas yang sebelumnya sudah menunjukkan
gejala preeklampsia (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).
Eklampsia postpartum adalahserangan kejang secara tiba-tiba pada ibu
postpartum. Preeklampsia berat ditandai dengan tekanan darah >160
mmHg, proteinuria ≥2+, dan adanya edema pada ekstremitas.
e. Disfungsi Simfisis Pubis
Disfungsi simfisis pubis adalah kelainan dasar panggul dari
simfisis ossis pubis hingga os coccygeus. Hal ini disebabkan oleh
persalinan yang membuat otot dasar panggul lemah dan menurunkan
fungsi otot dasar panggul.
f. Nyeri Perineum
Ibu yang memiliki luka perineum saat proses persalinan akan
merasakan nyeri perineum. Nyeri yang dirasakan ini akan menyebabkan
ibu takut untuk bergerak pasca melahirkan. Hal ini akan menyebabkan
subinvolusi uteri, pengeluaran lokhea menjadi tidak lancar, dan
perdarahan postpartum.
g. Inkontinensia Urine
Menurut International Continence Society (ICS) dalam Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia (2018), inkontinensia urine adalah
pengeluaran urine yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini akan
menyebabkan rasa tidak nyaman.
h. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pasca melahirkan adalah gejala postpartum
jangka panjangyang disebabkan karena tegangnya postural pada sistem
muskuloskeletal akibat persalinan.
i. Koksidinia
Koksidinia adalah nyeri kronis pada tulang ekor atau ujung tulang
punggungyang berdekatan dengan anus. Nyeri ini bisa dirasakan Ketika
adanya tekanan secara langsung pada tulang tersebut seperti saat duduk.

B. Konsep Dasar Kunjungan Ibu Nifas


1. Pengertian Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas atau postnatal care adalah suatu perawatan atau asuhan
pencegahan dan penilaian rutin untuk mengidentifikasi, mengelola, dan
merujuk komplikasi pada ibu nifas. Asuhan kunjungan nifas ini meliputi
konseling KeluargaBerencana, kesehatan mental ibu, gizi dan kebersihan
(WHO, 2015). Menurut Rukiyah & Yulianti (2018), kunjungan ibu nifas
adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medis pada ibu nifas yang dilakukan selama 6 minggu setelah
persalinan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan nifas meliputi pemeriksaan
tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksiuterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin, serta penilaian
sistem perkemihan, sistem pencernaan, penyembuhan luka, pola istirahat, dan
nyeripunggung (Kementerian Kesehatan RI & WHO, 2013).
2. Tujuan Kunjungan Nifas
Pada masa nifas, dianjurkan paling sedikit melakukan kunjungan nifassebanyak
4 kali (Sari & Rimandini, 2014). Tujuan kunjungan nifas adalah sebagai berikut:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatanibu nifas maupun bayinya

3. Lokasi Kunjungan Nifas


Menurut WHO (2015), kunjungan nifas atau postnatal care ini dapat dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, kunjungan nifas juga bisa dilakukan dengan
metode home visit. Pelaksanaan kunjungan nifas pada masa Pandemi Covid-19 dapat
dilakukandengan metode kunjungan rumah (home visit) oleh tenaga kesehatan, dengan
melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga atau dengan metode pemantauan menggunakan media online (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).

4. Media Pendukung Kunjungan Nifas


Media yang digunakan untuk mendukung kunjungan nifas yaitu media
telehealth. Telehealth adalah suatu media inovasi dalam perawatan kesehatan yang
dibuat untuk memantau kesehatan karena tidak memungkinkan untuk melakukan
pemeriksaan langsung dan konseling. Media ini didesain untuk ibu hamil dan ibu nifas
di masa pandemi Covid-19 untuk meminimalisir tertular Covid-19 secara langsung.
Selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas diperlukan dukungan yang dibutuhkan
tidak hanya dari keluarga, masyarakat tetapi juga dari penyedia layanan kesehatan,
pemantauan dan dukungan ini dapat dilakukan melalui telehealth. Telehealth bisa
menggunakan call center khusus Kesehatan Ibu dan Anak, Short Message Service
(SMS), Whatsapp pengirim pesan, atau aplikasi telemedicine/telehealth. Telehealth
berkontribusi pada peningkatan pengetahuan maternal terutama ketika terdapat Batasan
kunjungan kehamilan offline karena pandemi Covid-19 (Anis & Amalia, 2021).
5. Jadwal Kunjungan Nifas
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020), jadwal kunjungan pada masanifas
sebagai berikut.
a. Kunjungan nifas pertama/KF1 (6 jam-2 hari postpartum)
Pada kunjungan pertama, asuhan yang perlu dilakukan adalah melakukan
pencegahan perdarahan dan meberikan konseling pencegahan akibat atonia
uteri, mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan jika diperlukan, pemberian ASI awal, memberikan edukasi tentang
cara mepererat hubungan ibu dan bayi, menjaga bayi agar tetap sehat dan
mencegah hipotermi (Sari& Rimandini, 2014)
b. Kunjungan nifas kedua/KF2 (3-7 hari postpartum)
Pada kunjungan kedua, asuhan yang dilakukan meliputi memastikan
involusi uteri tetap berjalan normal, kontraksi uterus baik, TFU di bawah
umbilicus,dan tidak ada perdarahan yang abnormal, menilai adanya infeksi dan
demam, memastikan ibu dapat beristirahat dengan baik, mengonsumsi nutrisi
dan cairan yang cukup, dan dapat menyusui bayinya dengan baik, serta
memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir (Sari & Rimandini,
2014)
c. Kunjungan nifas ketiga/KF3 (8 hari-28 hari postpartum)
Asuhan yang diberikan pada kunjungan ketiga sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan kedua
d. Kunjungan nifas keempat (29 hari-42 hari postpartum)
Pada kunjungan keempat, asuhan yang diberikan adalah memberikan
konseling KB secara dini dan menanyakan hal-hal yang menyulitkan ibu selama
masa nifas (Sari & Rimandini, 2014).

6. Frekuensi Kunjungan Nifas


Selama masa nifas, ibu dianjurkan untuk melakukan kunjungan nifas atau kontrol
sebanyak 4 kali (Kementerian Kesehatan RI & WHO, 2013). Adapaun sebaran waktu
kunjungan nifas, yaitu kunjungan pertama pada 6 jam-2 hari postpartum, kunjungan
kedua pada 3-7 hari postpartum, kunjungan ketiga pada 8-28 hari postpartum, dan
kunjungan keempat pada 29-42 hari postpartum(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
7. Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Nifas
Cakupan kunjungan nifas lengkap di Indonesia masih tergolong rendah
(Situmorang & Pujiyanto, 2021). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
kunjungan nifas, yaitu
a. Faktor Predisposisi
1) Usia ibu
Semakin dewasa usia ibu, maka semakin matang pula pola pikirnya. Oleh
sebab itu, ibu dengan usia dewasa akan lebih termotivasi untuk melakukan
kunjungan nifas lengkap untuk memeriksakan kesehatannya dan
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan (Rosita, 2018)
2) Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki wawasan yang lebih
luas dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Oleh karena itu, ibu
berpendidikan tinggi memiliki rasa ingin tahu mengenai kesehatan dirinya
pada masa nifas (Rosita, 2018)
3) Paritas
Ibu yang baru pertama kali melahirkan akan lebih antusias untuk
melakukankunjungan nifas karena dianggap hal baru. Berbeda halnya dengan
ibu dengan paritas tinggi yang sebelumnya sudah pernah melakukan
kunjungan nifas, sehinggarasa antusiasnya menurun (Rosita, 2018).
4) Metode persalinan
Wanita yang melahirkan dengan metode sesar, vacuum, forceps, dsb
cenderung lebih termotivasi untuk melakukan kunjungan nifas lengkap karena
adanya kerentanan terhadap komplikasi pasca melahirkan, sehingga perlu
dilakukan kunjungan nifas untuk mencegah komplikasi tersebut (Akibu et
al.,2018).
5) Tempat persalinan
Wanita yang bersalin di fasilitas kesehatan biasanya sudah diberikan
edukasioleh tenaga kesehatan tentang fasilitas pelayanan nifas, sehingga lebih
terdidik mengenai perawatan masa nifas (Chungu et al., 2018).
6) Pemeriksaan kehamilan
Seorang ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap cenderung
akan melakukan kunjungan nifas lengkap. Hal ini dipengaruhi oleh
pendidikan kesehatan ibu selama kehamilan yang sebelumnya sudah
mendapatkan pelayanan dan konseling kesehatan, sehingga berpengaruh
positif pada pemeriksaan atau kunjungan nifas.
7) Regional Provinsi
Menurut Situmorang & Pujiyanto (2021), ibu nifas yang tinggal di daerah
regional Nusa Tenggara-Maluku-Papua cenderung melengkapi kunjungan
nifas mereka dibandingkan dengan ibu nifas yang tinggal di Sumatera, Jawa,
Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat
kesehatanyan masih rendah, sehingga tingkat komplikasi lebih tinggi.

b. Faktor Pendukung
1) Status Pekerjaan
Status pekerjaan juga mempengaruhi kunjungan nifas, baik pekerjaan
ibu nifas atau pun suaminya. Mereka yang memiliki status pekerjaan tinggi
cenderung berpendidikan tinggi. Peran pendidikan menjadi faktor
kontribusi penting yang terkait dengan pemanfaatan dari perawatan pasca
melahirkan (Pandey et al., 2019).
2) Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Keluarga yang memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan
mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan karena
jaminan kesehatan dapat menjamin masyarakat dalam memperoleh
manfaat dalam pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar Kesehatan.

c. Faktor Kebutuhan
Salah satu faktor kebutuhan adalah riwayat komplikasi. Wanita yang
mengetahui atau pernah mengalami komplikasi kehamilan cenderung lebih
memanfaatkan pelayanan kunjungan nifas. Hal ini disebabkan olehkesadaran
ibu akan tanda dan bahaya, serta komplikasi pada masa nifas, sehingga lebih
termotivasi melakukan kunjungan nifas untuk melakukan pencegahan atau
perawatan komplikasi pada masa nifas.
8. Kunjungan Nifas di Masa Pandemi Covid-19
Menurut (Kemenkes & UNICEF, 2020), untuk layanan ibu nifas pada kunjungan
nifas pertama (KF1), kunjungan nifas kedua (KF2), kunjungan nifasketiga (KF3), dan
kunjungan nifas keempat (KF4) disarankan untuk dilakukan dengan metode kunjungan
rumah atau pemantauan media secara online. Pelayanan KB pada pandemi ini tetap
berlangsung sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan petugas kesehatan serta
diutamakan untuk metode kontrasepsi jangka Panjang (MKJP). Berdasarkan kebijakan
program nasional pada masa nifas, dianjurkan paling sedikit empat kali dalam
melakukan kunjungan pada masa nifas (Sari & Rimandini, 2014).

9. Dampak Tidak Melakukan Kunjungan Nifas


Kunjungan nifas sangat berpengaruh terhadap adanya komplikasi masa nifas
(Achyar & Rofiqoh, 2016). Dampak tidak melakukan kunjungan nifas adalah dapat
terjadi komplikasi persalinan di masa nifas atau komplikasi masa nifas yang tidak
terkontrol oleh tenaga kesehatan. Jika semakin jauh jarak persalinan dengan kunjungan
nifas, maka akan semakin besar risiko kematian ibu. Oleh karena itu, kunjungan nifas
sangat penting dilakukan untuk memberikan pengawasan yang komprehensif kepada
ibu dan bayi dalam masa pemulihan. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018)
BAB III

TINJAUAN

KASUS

A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 8 JAM POST PARTUM

No Reg 005
Nama Pengkaji : Maizar
Hari/tanggal : Jum’at, 29-12-
2023 Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : TPMB Nyi Ayu Hafizah Margasari Lampung Timur

Identitas
Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Suku : Jawa Suku : Jaseng
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Margasari Alamat : Margasari

Data Subjektif
1. Kunjungan saat ini : Nifas Kunjungan Pertama
Keluhan utama : Ibu mengatakan masih merasa mules, dan ibumengatakan
nyeri pada luka jahitan
2. Riwayat perkawinan : Menikah 1 kali pada usia 21 tahun
3. Riwayat menstruasi : Menarche : umur 16 tahunSiklus
: Teratur
Dismenorhea : Tidak ada rasa nyeri
Banyaknya : 3 kali ganti doek
4. Riwayat kehamilan :
a. Riwayat ANC
Ibu melakukan ANC sejak kehamilan 8 minggu di lakukan di bidan Ayu
Frekuensi : Trismester I : 2 kali
Trismester II : 2 kali
Trismester III: 3 kali
b. Pola nutrisi
Makan : 3 kali sehari
Jenis makanan : Nasi, sayur,
lauk Minum : 8 gelas sehari
c. Pola eliminasi
BAK : selama nifas sudah 5 kali dalam satu
hari Warna : Jernih
BAB : selama nifas belum
BAB Warnanya : kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak ada keluhan
Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak ada rasa sakit pada saat BAK
d. Pola aktifitas
Kegiatan sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah tangga
Saat masa nifas : Sudah jalan-jalan dan mandi
sendiri Istirahat/Tidur
Siang : 1 jam
Malam : 8
jam
Seksualitas : 1 kali dalam seminggu
e. Personal hygine
Mandi : 2 kali dalam satu hari
Kebiasaan membersihkan alat klamin :
Setiap mandi, BAB dan BAK selalu membersihkan daerah kelaminnya
Kebiasaan mengganti pakaian dalam :
Ibu selalu mengganti pakaian dalam padasaat lembab
f. Riwayat kontrasepsi yang pernah di gunakan :
Ibu sebelumnya menggunakan kontrasespsi suntik 3 bulanan
5. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita/yang sedang
diderita: Tidak ada penyakit yang di derita pada
ibu
b. Penyakit yang pernah/ sedang di derita pada keluarga:
Saat ini tidak ada penyakit yang di derita oleh keluarga
c. Riwayat keturunan kembar :
Dalam keluarga tidak ada yang memiliki keturunan kembar
d. Kebiasaan-Kebiasaan
1. Merokok : Ibu tidak merokok
2. Minum jamu : Ibu tidak mengkonsumsi jamu pada saat hamil
3. Minuman keras : Ibu dan suami tidak pernah mengkonsumsi minuman keras
4. Makanan pantangan :Tidak ada pantangan makanan pada saat hamil
5. Perubahan pola makan : Tidak ada masalah, ibu makan seperti biasa

6. Keadaan psikologis spiritual


a. Kelahiran kedua ini diinginkan oleh keluarga
b. Pengetahuan ibu tentang nifas cukup baik
c. Penerimaan pada kehamilan, kehamilan ini di terima oleh pihak keluarga
d. Ibu, suami dan keluarga rajin beribadah untuk keselamatan dirinya dan bayinya

Objektif
a. Keadaan umum : Baik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan emosional : Stabil
b. Tanda vital
1. Tekanan darah : 120/70 mmHg
2. Denyut nadi : 84 x/menit
3. Pernapasan : 24 x/menit
4. Suhu : 37,2oC
5. BB : 51,6 kg
6. Lila : 24 cm
7. TB : 156 cm
c. Pemeriksaan fisik
1. Rambut : Penyebaran merata, bersih, dan tidak rontok
2. Muka : Tidak oedema
3. Mata : Konjungtiva tidak anemis (merah
muda) Sklera tidak ikterik
4. Mulut dan gigi : Bersih tidak ada caries dan gigi berlubang
5. Lidah dan geraham : Bersih dan utuh
6. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
7. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
8. Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran, aerola
hiperpigmentasi, puting susu tenggelam, tidak adabenjolan,

dan rasa nyeri, tidak ada kemerahan, colosterum sudah keluar


9. Ekstremitas : Tidak ada odema dan varises, refleks patella (+)
10. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, uterus keras, TFU tiga
jari dibawah pusat
11. Genetalia : Tidak ada varises, ada laserasi jalan lahir derajat 1
12. Anus : Anus tidak ada hemoroid
13. Berat badan bayi Lahir : 2700 gram
14. Panjang badan : 47 cm
15. Anak ke : Pertama
16. Lahir tanggal : 29 desember 2023

ANALISA
Ny. D P1A0 8 jam post partum, normal

PENATALAKSANAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu
alami merupakan hal yang normal.
3. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene
4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan bergizi seimbang
5. Mengedukasi tentang perawatan payudara
6. Mengedukasi cara menyusui yang benar
7. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas
9. Menjelaskan penggunaan kontrasepsi setelah 40 hari post partum
10.Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway

Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Hari dan Tanggal :Jum’at,29-12-2023 Nifas


Tempat Praktik : TPMB Nyi Ayu DIAGNOSIS :
Ny. D P1A0 8 Jam Post Partum Data Subjektif:
Nama : Maizar
Program Studi : Profesi Kebidanan Ibu mengatakan
masih merasa mules,
Tanda/Gejala/Keluhan secara Patofisiologi (sesuai Tanda/Gejala/Keluhan dan nyeri pada luka
teori: yang di alami pasen) jahitan.
Masa nifas terhitung setelah plasenta Masa nifas bertujuan menjaga kesehatan ibu dan
keluar dan selesai ketika alat-alat bayinya baik fisik maupun psikologik, Data Objektif:
kandungan kembali ke keadaan sebelum melaksanakan skrining yang komprehensif,
hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu memberikan asuhan yang adekuat, dan
terstandar pada ibu segera setelah melahirkan Keadaan umum: baik
atau 42 hari. Namun pemulihan pada masa
nifas secara menyeluruh memerlukan dengan memperhatikan Riwayat selama TD : 110/80 mmHg
waktu 3 bulan kehamilan, dalam persalinan dan keadaan R: 22 x/m
setelah melahirkan, serta dapat mendeteksi N : 82 x/m
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Suhu : 37,2
TFU : 3 Jari di bawah pusat
Ibu masih merakan mulas dan nyeri pada luka
jahitan. Perut mulas pada masa nifas merupakan Kandung kemih :Kosong
akibat dari adanya proses involusi. Rasa nyeri PPV : 30 cc
(kram dan mules-mules) yang dapat disebabkan
oleh kontraksi rahim. Hal ini berlangsung
selama 3-10 hari post partum dan sering terjadi
pada multipara, karena uterus yang teregang
penuh, dua kali lipat cenderung kendur daripada
uterus primipara, dengan demikian harus
berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan
Asuhan yang diberikan : involusi uterus.
Nyeri perineum disebabkan oleh luka jahitan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada waktu melahirkan karena adanya jaringan
yang terputus dan keruskan jaringan, termasuk
Rasionalisasi dari asuhan
2. Menjelaskan bahwa mules
merupakan hal yang normal. serabut- serabut saraf perifer yang diberikan:
3. Beritahu ibu untuk menjaga
personal hygiene 1. Memberikan wawasan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk dan pengetahuan ibu
makan makanan bergizi tentang masa nifas
seimbang
5. Mengedukasi tentang perawatan 2. Mengetahui kondisi dan
payudara dan cara menyusui yang keadaan ibu 8 jam pp
benar dalam batas normal
6. Menganjurkan ibu untuk
mobilisasi dini dan tanda-tanda
bahaya pada masa nifas
7. Menjelaskan penggunaan
kontrasepsi setelah 40 hari post Evaluasi:
partum
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan 1. Ibu mengetahui hasil dari pemeriksaan yang sudah dijelaskan
ulang bidan
2. Ibu dapat memahami keluhan mules dan nyeri luka jahitannya
3. Ibu dapat mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
4. Ibu sudah mandi secara mandiri
5. Ibu mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas
6. Ibu mengatakan jika disetujui suami akan menggunakan IUD
7. Ibu mau melakukan kunjungan ulang
BAB IV
PEMBAHASA
N

Pemeriksaan dilakukan di TPMB Nyi Ayu Hafizah di Margasari Lampung


Timur. Penulis melakukan pemantauan nifas normal 8 jam, normal. Pada 8 jam post
partum dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan ibu dalam kondisi normal,
tanda- tanda vital, kontraksi baik, TFU 3 jari di bawah pusat, lochea rubra,
perdarahan 2 kali ganti doek, ibu sudah berkemih 5x, dan ibu sudah bisa mandiri
sendiri. Ambulasi dini pada ibu post partum harus dilakukan secepat mungkin, ibu
post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam,
sebaiknya ibu sudah diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke kamar mandi dengan
dibantu setelah 1 atau 2 jam melahirkan. (Saleha, 2016)
Menurut Saleha (2016), segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang
lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi dan Sari dan
Rimandini (2016) menyatakan bahwa hal yang perlu dipantau pada kunjungan masa
nifas 6-8 jam postpartum adalah memastikan bahwa tidak terjadi perdarahan,
pemberian ASI awal dan tetap menjaga bayi agar tidak hipotermi.
Asuhan yang diberikan pada ibu adalah memberikan konseling mengenai
kebutuhan istirahat karena ibu post partum yang kebutuhan istrirahatnya tidak
terpenuhi dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi
serta dapat menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya (Walyani, 2016). Selain itu konseling tentang istirahat, konseling perawatan
bayi seperti mengganti popok, mengajarkan cara menyusi yang benar, dan
pemberian tablet Fe sebanyak 10 tablet.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada setiap
pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan
masa nifas yang diberikan pada Ny.D di lakukan untuk memantau perkembangan
kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin akan
terjadi, sehingga dapat dihindari.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Disarankan kepada mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang asuhan nifas.
2. Bagi Lahan Praktek
Disarankan kepada lahan praktek agar dapat melaksanakan asuhan
nifas.
3. Bagi Pendidikan
Disarankan kepada instansi pendidikan agar meningkatkan sarana
prasarana untuk menunjang kelancaran perkuliahan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E.L. 2019. Kematian Maternan dan Neonata di Indonesia. Diakses dari
www.kemkes.go.id, diakses tanggal 18 Desember 2020.

Angka Kematian Ibu di Indonesia. Diakses dari elibrary.almaata.ic.id, diakses tanggal 11


Desember 2020. Muawanah dan Nindya, T.S. 2016

Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Misi, M.M. 2017.

Bartini, I. 2016. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Bidan dan Dosen Bidan Indonesia, 2018, Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta

Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2016. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, & N. (2021). Gambaran Perawatan Ibu Post Partum Pada Masa Pandemi Covid-19. Buku
Kebidanan\, 4(1), 1–23

Djami, M.E.U. 2018. Konsep dasar nifas, laktasi, dan menyusui. diakses
dari akbidbinahusada.ac.id, diakses tanggal 12 Juli 2023

Hutahaean, S. 2016. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes, 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes.

Konsep Dasar Post Partum. Diakses dari repository.ump.ac.id, diakses tanggal 10 Juli
2023. Maritalia, D. 2012.

Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2016. Perawatan Ibu hamil.


Yogyakarta; Fitramaya.

Manuaba, I.A.C. 2016. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuhan keperawatan intranatal. Jakarta :
Trans info media. Margaretha. L.2017

Mulati, Erna, (ed.). 2016. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of Carelife
Cycle. Jakarta: Kemenkes

Pantiawati, I, dan Saryono. 2016. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha


Medika.

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Romauli, S. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiah, A.Y., dkk. 2016. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi Revisi. Jakarta:
Trans Info Media.
Saifuddin. A.B. 2016 Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, S. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:


Salemba Medika. Saputra, L.
2016. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Tangerang. Binarupa Aksara.

Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2016. Asuhan Kebidanan


Kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai