Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY. S


DI UPT PUSKESMAS TUNJUNG TEJA
KABUPATEN SERANG TAHUN 2023

OLEH :

KARTIKA HENDRIA
NIM : 220706191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY. S


DI UPT PUSKESMAS TUNJUNG TEJA
KABUPATEN SERANG TAHUN 2023

Telah disetujui, di periksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

TUTY YANUARTI,S.Si.T,Bd,M.Kes
NIDN.0311017702
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Nifas Pada Ny.S Di UPT Puskesmas Tunjung Teja Serang Banten Tahun 2023”
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr.Maryati Sutarno, Spd, SST, BD, MARS, MH, Ketua Yayasan Abadi Nusantara
Jakarta.

2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M.Keb Ketua Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Jakarta.
4. Ibu Tuty Yanuarti, S.Si.T,Bd,M.Kes Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-
perbaikan untuk ke sempurnaan laporan penulis.
5. Ibu/Bapak, telah banyak memberikan masukan,pengarahan, dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua orang tua tercinta, suami, anak-anak ku tersayang serta keluarga besar yang
selalu mendo’akan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta
selalu memberi semangat kepada penulis.

Dalam penulisan kasus leengkap ini , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga kasus
kehaamilaan lengkap ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita
semua.
Jakarta ……. 2023
Penulis

Kartika Hendria
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... . .ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Tujuan ....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 4

A. Pengertian .............................................................................................. 4

B. Patofisiologi ..…………………………………………………………….10

C. Penatalaksanaan ………………………………………………………… 11

BAB. III TINJAUAN KASUS ……………………………………………………….14

A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP …………………………………..14

B. Laporan kasus dengan Metode Pathway ………………………………..21

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………………..20

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………25

A. Saran ………………………………………………………………………..25

B. Kesimpulan …………………………………………………………………25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………26


LAMPIRAN ……………………………………………………………………………
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ny. S

Tempat/Tanggal Lahir : 23 Tahun

Alamat : Kp. Panggulingan Desa Panunggulan


Kec Tunjung Teja

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan


prosedur pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan
setelah mendapat penjelasan dari operator/petugas kesehatan yang
berwenang difasilitas kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak
manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Serang, 19 Juli 2023

Pemeriksa Pembuat pernyataan

(Kartika Hendria) (Ny. S )


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat- alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih,

2018).

Pada masa nifas dapat terjadi sulit BAB (konstipasi) karena ketakutan akan rasa sakit, takut

jahitan terbuka, atau karena adanya haemorroid (Anggraini, 2010).

Konstipasi merupakan suatu kondisi berkurangnya frekuensi buang air besar dimana untuk

perempuan kurang dari 3x/minggu sedangkan laki-laki kurang dari 5x/minggu atau selama lebih

dari 3 hari tidak merasakan pergerakan isi perut, memadatnya feses (sehingga menjadi keras)

pada saat defekasi lebih dari 25% dari normal dan defekasi terjadi dua kali atau lebih sedikit

per minggu, dan pada saat defekasi pasien meng-edan (Pusmarani, 2019).

Hasil penelitian Health Study Kohort tahun 2017, dari 62.031 jumlah wanita yang mengalami

konstipasi sejumlah 35%. Sedangkan, hasil National Health Interview di Amerika Serikat

ditemukan lebih dari 4-4,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi hingga

prevalensi mencapai sekitar 2% penderitanya yang mengeluh konstipasi ini kebanyakan wanita

(Lestari, dkk, 2020). Pada tahun 2007 ibu nifas yang mengalami konstipasi 33% dari 103 ibu

nifas (Laili & Nisa, 2019).

Di Indonesia banyak ibu postpartum yang mengalami susah buang air besar. Beberapa

faktor penyebab yang mempengaruhi antara lain kurangnya gerak setelah melahirkan

(mobilisasi dini), asupan nutrisi kurang baik dan kurangnya asupan cairan (Laili & Nisa, 2019).

Karena kurangnya ambulasi dini atau akibat terbaring yang terlalu lama mengakibatkan

konstipasi (pola eliminasi), dan otot sangat lemah sehingga proses penyembuhan terganggu
(Rizki, 2017). Pada seseorang dapat dialami setelah 3 hari ibu bersalin akan

menyebabkan makin susahnya defekasi. Sehingga, konstipasi dapat berdampak kontraksi uteri

lembek, infeksi, lamanya penyembuhan luka jahitan, dan ambeien (Laili & Nisa, 2019).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Puskesmas Tunjung Teja,

didapatkan data tahun 2021 ibu nifas yang mengalami konstipasi sebanyak 10%, sedangkan

data tahun 2022 sebanyak 13%. Oleh karena itu penulis tertarik membuat laporan kasus

dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Nifas 3 Hari Dengan konstipasi Di UPT

Puskesmas Tunjung Teja Serang Banten Tahun 2023.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisa kasus Asuhan Kebidanan Nifas 3 hari pada NY. S di UPT

Puskesmas Tunjung Teja Kabupaten Serang Tahun 2023

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Subyektif dan obyektif, Asuhan
Kebidanan Nifas 3 hari pada NY. S di UPT Puskesmas Tunjung Teja Kabupaten Serang
Tahun 2023
b. Mahasiswa mampu menegakkan diganosa pada Asuhan Kebidanan Nifas 3 hari pada
NY. S dengan Konstipasi di UPT Puskesmas Tunjung Teja Kabupaten Serang Tahun
2023
c. Mahasiswa mampu membuat rencana dan melakukan tindakan pada Asuhan Kebidanan
Kebidanan Nifas 3 hari pada NY. S dengan Konstipasi di UPT Puskesmas Tunjung Teja
Kabupaten Serang Tahun 2023
d. Mahaiswa mampu melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Kebidanan Nifas 3 hari pada
NY. S dengan Konstipasi di UPT Puskesmas Tunjung Teja Kabupaten Serang Tahun
2023.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. MASA NIFAS

1. Pengertian Nifas

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu

( Prawirohardjo, 2018).

Masa nifas (puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga

alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8

minggu( Bahiyatun, 2009)

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alata-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu ( Abdul

bari,2000:122)

Masa nifas berasal dari bahasa latin , yaitu puer artinya bayi dan parous artinya

melahirkan . asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya

tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum

hamil( Saleha, 2013)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Mendeteksi Adanya Perdarahan

Masa Nifas Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/ mendeteksi

adanya kemungkinan adanya kemungkinan pendarahan post partum dan infeksi,


penolong persalinan tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum

untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan, umumnya wanita

sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama (Dewi

Vivian , 2013 : 25)

b. Menjaga kesehatan Ibu dan Bayi

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh

penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, bidan

mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air, dari depan kebelakang dan baru membersihkan daerah disekitar anus,

jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari

/tidak menyentuh daerah luka (Dewi Vivian,2019:25)


c. Melaksanakan Skrining secara Komprehensif

Melaksanakan skrining secara komprehensif dengan mendeteksi masalah,

mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, pada hal ini

seseorang bidan bertugas untuk melakakuan pengawasan kala IV yang meliputi

pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan konsistensi rahim, dan

pengawasan keadaan umum ibu, bila ditemukan permasalahan, maka harus segera

melakukan tindakan sesuai standar pelayanan (Dewi Vivian, 2019:26).

1. Memberikan Pendidikan Kesehatan Diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayinya dan perawatan bayi

sehat, ibu-ibu post partum harus diberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi

antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut :

Mengo

nsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein dan mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter

air setiap hari (anjurkan ibu minum sebelum menyusui) (Dewi Vivian, 2019:26).

2. Memberikan Pendidikan Mengenai Laktasi dan Perawatan Payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunkan bra yang menyokong

payudara, apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui tetap dilakukan mulai dari puting

susu yang tidak lecet,

Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI (Dewi

Vivian, 2018:26).

3. Konseling Mengenai KB

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu

penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk mencegah kehamilan baru,

hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka


tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita akan

menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. oleh

karena itu, pada umumya metode KB dapat mulai 2 minggu setalah persalinan.

Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek samping, untung

ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan. Jika ibu dan pasangan telah

memilih metode KB tertentu dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali hal ini untuk

melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Dewi Vivian, 2018:27).
2. TAHAPAN MASA NIFAS

a. Puerperium dini

Puerpurium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

b. Puerperium intermedial

Puerpurium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8

minggu.

c. Remote puerperium

Remote Puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila

selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Sutanto, 2019:28).

3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit ada 3 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan

bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang

terjadi. (Sutanto,2019:29) Berikut adalah jadwal pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN)

dan Kunjungan Nifas (F). K

Kunjungan Nifas (KF)

 KF 1 (6-8 jam)

 KF 2 (3-7 hari)

 KF 3 (8-28 hari)

 KF 4 (28-42 hari) Sumber : (Sutanto, 2019:30)

3. TANDA BAHAYA MASA NIFAS


a. Pengertian
Tanda-tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
(Pusdiknakes, 2003)
b. Tanda-tanda bahaya masa nifas
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan post partum adalah keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24
jam pertama sesduah kelahiran bayi. (Marmi, 2012)
Jenis perdarahan pervaginam :
a) Perdarahan Post Partum Primer Perdarahan post partum primer adalah mencakup
semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebab perdarahan
Post Partum Primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan
lahir dan inversion uteri.
b) Perdarahan post partum sekunder Perdarahan post partum sekunder adalah
mencakup semua kejadian perdarahan pervaginam yang terjadi antara 24 jam setelah
kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum. Penyebab perdarahan post parum
sekunder adalah sub involusi uteri,retensio sisa plasenta, infeksi nifas. 17 Perdarahan
post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya dinegara
berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
(1) Grandemultipara
(2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
(3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa,
persalinan dengan narkosa. (Marmi, 2012)
c) Penanganan Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infus, transfuse darah, pemberian
antibiotok dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan dilakukan rujukan
kerumah sakit (Marmi, 2012).

2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat
lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi
dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta). Menurut Rustum
Mochtar (2012). Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu :
a) Lochea Rubra (Cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa,lanugo, dan makoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender hari ke 3-7
pasca persalinan.
c) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke7-14 pasca
persalinan.
d) Lochea alba : ciran putih, setelah 2 minggu
e) Lochea purulenta : keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis : lochea tidak lancar keluarnya. Bila lochea bernanah atau berbau busuk,
disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan diagnisisnya adalah metritis. Metritis
adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septic (Rustam Mochtar, 2012).

3) Sub-involusi uterus (pengecilan rahim yang terganggu)


Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim
dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40- 60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-involusi (Rustum Mochtar, 2012).
Faktor penyebab sub-involusi, diantara lain, infeksi (endometritis), sisa plasenta,
adanya mioma uteri, beku-bekuan darah (Rustam Mochtar, 2012). Pada palpasi uterus
lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya. Fundus masih tinggi, lochea banyak dan
bau, dan tidak jarang terdapat perdarahan (Rustam Mochtar, 2012). Pengobatan
dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hari ditambah dengan
Ergometrian per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotic sebagai
perlindungan infeksi (Rustam Mochtar, 2012).

4) Nyeri perut dan pelvis


Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti :
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Peritonitis umum dapat menyebabkan
kematian 33 % dari seluruh kematian karena infeksi. Menurut Rustam Mochtar (2012).
Gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis tanda dan gejalanya demam, nyeri perut
bagian bawahtetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles
menonjol karena ada abses.
b) Peritonis umum Tanda dan gejala : suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadangkadang muntah.

5) Pusing dan lemas yang berlebihan


Menurut Maunaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas,
pusing bisa disebabkan karena tekanan darah rendag (Sistol90 mmHg). Pusing dan
lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin 38°C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara 37,2°C-
37,8°C oleh karena reabsorbasi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam
hal ini disebut demam reabsorbasi. Hal ini adalah normal. Namun apabila terjadi
peningkatan melebihi 38°C berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas (Rustam Mochtar, 2002). Penanganan umum bila terjadi demam :
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat.
(Prawiharjo, 2009).

7) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit


Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar
payudara (Masitis). Mastitis bernanah dapat 22 terjadi setelah minggu pertama
persalinan, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke-3 atau ke-4 (Prawihardjo,
2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan takikardia.
Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan
batas tegas, dan disertai rasa nyeri (Prawihardjo, 2008).
Penanganan utama mastitis adalah :
a) Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu bernanah (abses) dan
sepsis yang dapat terjadi bila penanganan terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b) Susukan bayi sesering mungkin.
c) Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
d) Pemberian anti biotok 500mg/6 jam selama 10 hari.
e) Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan
nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.

8) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)


Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini
disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat
hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain 23 itu juga karena perubahan
fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009).
Gejala-gejala baby blues antara lain :
a) Menangis.
b) Mengalami perubahan perasaan.
c) Cemas.
d) Kesepian.
e) Khawatir mengenai sang bayi.
9) Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan oleh
kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak
mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009).
Gejala-gejala depresi masa nifas adalah :
a) Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b) Nafsu makan hilang.
c) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control.
d) Terlalu cemas atau idak perhatian sama sekali pada bayi.
e) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi.
g) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

8) Konstipasi

1. Pengertian

Konstipasi merupakan suatu kondisi berkurangnya frekuensi buang air besar dimana untuk

perempuan kurang dari 3x/minggu sedangkan laki-laki kurang dari 5x/minggu atau selama

lebih dari 3 hari tidak merasakan pergerakan isi perut, memadatnya feses (sehingga

menjadi keras) pada saat defekasi lebih dari 25% dari normal dan defekasi terjadi dua kali

atau lebih sedikit per minggu, dan pada saat defekasi pasien mengedan (Pusmarani,

2019).

Konstipasi adalah pergerakan feses yang lambat melewati usus

besar dihubungkan dengan banyaknya jumlah feses yang kering dan keras yang terkumpul

pada colon descenden yang disebabkan oleh absorbsi cairan yang berlebihan (Muawanah

& Triska, 2016).

Konstipasi merupakan defekasi yang tidak lampias serta ditandai oleh frekuensi buang air

besar yang tidak rutin (kurang dari tiga kali per minggu) dan atau kesulitan mengeluarkan

feses atau keduanya (Makmun & Pribadi, 2020).

Tanda dan gejala Konstipasi :


a. Manifestasi klinik dari konstipasi yaitu:

1. Buang air besar kurang dari 2 kali per minggu

2. Feses keras, kecil-kecil atau kering

3. Sulit untuk buang air besar/defekasi (ditandai dengan mengedan)

4. Perasaan tidak nyaman pada perut seperti kembung, atau tidak tuntas pada saat

buang air besar (feses seperti masih tertinggal didalam jejunum) (Pusmarani, 2019).
b. Tanda dan gejala yang perlu diwaspadai (alarm) yaitu:

1. Hematosezia

2. Melena

3. Riwayat penyakit keluarga dengan kanker kolon

4. Riwayat penyakit keluarga dengan penyakit inflamasi pada saluran cerna bawah

5. Kehilangan berat badan

6. Anorexia

7. Mual dan muntah

8. Kondisi parah atau berat, konstipasi persisten sulit disembuhkan

9. Konstipasi yang membruruk pada lansia tanpa ada penyebab primer (Pusmarani,

2019).

1. Patofisiologi

Konstipasi merupakan penyakit primer atau sekonder (disebabkan karena penggunaan

obat-obatan tertentu, kebiasaan hidup (Lifestyle), atau karena penyakit. Konstipasi sering

disebabkan karena rendahnya diet makanan yang berserat, kurangnya asupan cairan,

menurunnya aktivitas fisik, atau karena penggunaan obat- obatan seperti golongan

opiat.Konstipasi kadang menjadi psicogenic sejak lahir (Pusmarani, 2019).

Sedangkan konstipasi pada ibu dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada

perineum dan rasa takut jika ada tekanan pada anus ketika buang air besar akan

berpengaruh pada penyembuhan luka perineum. Konstipasi pada masa nifas selain

disebabkan oleh faktor metode persalinan, obat anastesi dan pengaruh hormone juga

dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu rendah serat, kurang mobilisasi dan

faktor psikologis (Agustin, Sari, dkk. 2019).

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan konstipasi menurut Pusmarani

(2019) sebagai berikut:

a. Gangguan GI termasuk iritable bowel syndrome (IBS), upper and lower GI tract
diseases, hemorrhoids, tumors, hernia, syphilis, dan tuberculosis

b. Gangguan metabolic dan endrokin termasuk diabetes mellitus komplikasi neuropati,

hipotiroidsme, hiperkalsemia dan gangguan masuknya glukosa secara enteric

c. Kehamilan

d. Penyakit jantung seperti gagal jantung

e. Konstipasi neurologic seperti head trauma, tumors, spinal cord injury, cerebrospinal

accidents, dan penyakit parkinson

f. Kasus psycogenic

2. Penatalaksanaan / Penanganan Konstipasi

Menurut Fathonah & Sarwi (2020) cara mengatasi konstipasi adalah sebagai berikut:

a. Konsumsi pangan sumber serat

1) Serat tidak larut : Selulosa, hemiselulosa, lignin, sumber dedak beras, gandum,

sayuran,buah melancarkan defikasi

2) Serat larut air : Pectin, gum, mukilas; sumber pangan havermout, kacang-

kacangan, sayuran, buah. Fungsi: mengikat asam empedu sehingga menurunkan

absorpsi lemak dan kolesterol, meringankan penyakit jantung koroner dyslipidemia

mengikat dan mengeluarkan bahan karsinogen sehingga mencegah kanker kolon.

b. Konsumsi air minimal 8 gelas/hari

c. Membatasi konsumsi gula maksimal 40g/hari dan lipida 15-25% dari total energy

Melakukan akfitas fisik sekitar 150 menit/minggu.

Melakukan mobilisasi dini setelah melahirkan.Setelah melakukan mobilisasi dini ibu postpartum

juga dianjurkan untuk melakukan latihan fisik secara teratur seperti senam nifas. Selain dengan

melakukan latihan fisik secara teratur, asupan nutrisi terutama serat yang dikonsumsi oleh ibu

selama masa nifas juga sangat mempengaruhi terjadi konstipasi. Makanan yang memiliki

kandungan serat tinggi dapat membantu mempercepat proses defekasi pada ibu nifas (Laili & Nisa,

2019).
B. PERUNDANG –UNDANGAN

Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Kewenangan Bidan

1. Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan


Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan tertuang pada Undang-
undang RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan pasal 46, yang berbunyi
sebagai berikut:
Bab IV
Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang
Pasal 46:
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
bertanggung jawab dan akuntabel.
Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan Ibu
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang :
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,
masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran
dan dilanjutkan dengan rujukan.

2. KEPMENKES NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi


Bidan
BAB IV DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN
a. Daftar Pokok Bahasan

Area Kompetensi e: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan Masa Kehamilan:


1) Perubahan anatomi fisiologi pada ibu hamil
2) Adaptasi pada ibu hamil
3) Diagnosis kehamilan
4) Pemantauan kehamilan
5) Asuhan kebidanan pada masa hamil
6) Deteksi dini komplikasi dan penyulit pada masa kehamilan
7) Tatalaksana awal kegawatdaruratan masa hamil dan rujukan

3. PMK NO. 21 Tahun 2021 Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.

Pasal 13

(1) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
dan berkualitas.
(2) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan.
(3) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan paling sedikit 6 (enam) kali selama masa
kehamilan meliputi:
(a) 1 (satu) kali pada trimester pertama;

(b) 2 (dua) kali pada trimester kedua; dan

(c) (tiga) kali pada trimester ketiga.


(4) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan dan paling sedikit
2 (dua) kali oleh dokter atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada trimester
pertama dan ketiga.
(5) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil yang dilakukan dokter atau dokter spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk pelayanan ultrasonografi (USG).
(6) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
dilakukan melalui pelayanan antenatal sesuai standar dan secara terpadu.
(7) Pelayanan antenatal sesuai dengan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
meliputi:
(a) pengukuran berat badan dan tinggi badan;
(b) pengukuran tekanan darah;
(c) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
(d) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
(e) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
(f) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
(g) pemberian tablet tambah darah minimal 90 (sembilan puluh) tablet;
(h) tes laboratorium;
(i) tata laksana/penanganan kasus; dan
(j) temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.
(8) Pelayanan antenatal secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan
pelayanan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan secara terintegrasi dengan
program pelayanan kesehatan lainnya termasuk pelayanan kesehatan jiwa.
(9) Pelayanan antenatal sesuai standar dan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) dan ayat (8) dilakukan dengan prinsip:
(a) deteksi dini masalah penyakit dan penyulit atau komplikasi kehamilan;

(b) stimulasi janin pada saat kehamilan;

(c) persiapan persalinan yang bersih dan aman;

(d) perencanaan dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi; dan
(e) melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarga dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil dan menyiapkan persalinan dan kesiagaan jika terjadi penyulit atau komplikasi.
(10) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicatat
dalam kartu ibu/rekam medis, formulir pencatatan kohort ibu, dan buku kesehatan ibu
dan anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Permenkes No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan
pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui,
dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan :
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
b. Episiotomi;
c. Pertolongan persalinan normal;
d. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
e. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
f. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
g. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
h. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
i. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
j. Penyuluhan dan konseling;
k. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
l. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan:
a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
dan
b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
BAB III

TINJAU
AN
KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. Laporan Kasus Dengan Metoda Soap

Nama Pengkaji : KARTIKA HENDRIA

Hari/tanggal : Rabu, 19 Juli 2023

Waktu Pengkajian : 09.25.00 WIB

Tempat Pengkajian : UPT Puskesmas Tunjung Teja Kabupaten Serang

A. DATA SUBJEKTIF

Identitas

Jenis Identitas Istri Suami


Nama Ny. S Tn. D
Umur 23 tahun 25 tahun

Suku/bangsa Jawa /Indonesia Sunda / Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan IRT Buruh

Alamat rumah Kp. Panggulingan Kp. Panggulingan


RT.001/001 Desa RT.001/001 Desa
Panunggulan Panunggulan
Kecamatan Tunjung Kecamatan Tunjung
Teja- Serang Teja- Serang

Anamnesa pada tanggal 19 Juli 2023 Pukul 09.25 WIB, Oleh KARTIKA HENDRIA

1) Keluhan utama saat masuk : Ibu mengatakan merasa cemas karna belum BAB
setelah 3 hari setelah melahirkan dan ibu juga merasa
takut untuk BAB
2) Quickcheck masa nifas

Tanda Bahaya Nifas

 Sakit kepala hebat : tidak

 Pandangan kabur : tidak

 Kelelahan atau sesak : tidak

 Demam : tidak
 Nyeri payudara, pembengkakan : tidak
payudara, luka atau perdarahan
pada puting
 Bengkak pada tangan, wajah. : tidak
Tungkai
 Nyeri perut hebat : tidak
 Perdarahan berlebihan : tidak
 Sekret vagina berbau : tidak
3) Riwayat Antenatal

 Pemeriksaan di : UPT Puskesmas Tunjung Teja

 Kelainan/komplikasi : Tidak ada

 Usia Kehamilan : 39 minggu

 Para :1
4). Riwayat Persalinan

 Anak Ke 1

 Persalinan lahir tanggal 16 Juli Jam : 03.10 WIB

 Jenis Kelamin Perempuan BB 2600 gram,PB 48 cm

 Perdarahan kala III : 100 ml

 Perdarahan kala IV: 80 ml

 Perdarahan Total 280 ml

 Perdarahan selama operasi tidak ada

 Jenis Persalinan : spontan

 Placenta : lahir spontan

 Perineum : tidak ada luka/ jahitan

 Anastesi : Tidak ada

 Jahitan : Tidak ada

 Infuse cairan tidak ada

 Transfusi darah tidak ada

4) Pola Kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi:

Alergi Terhadap Makanan : tidak ada


Pola makan : 3 x sekali porsi sedikit
menu makan : sayur dan lauk pauk
variasi makanan : nasi, lauk, sayur sedikit
Porsi makan : ½ piring

 Budaya terhadap Konsumsi Makanan : tidak boleh makan buah

 Kebiasaan Minum: Kurang 2 liter per hari

b. Pola Eliminasi:

 BAB : Ibu belum BAB setelah melahirkan

 BAK : BAK lancar

c. Mobilisasi : sudah bisa berjalan


d. Pola Aktifitas Pekerjaan : hanya mengurus anak tidak melakukan pekerjaan berat

e. Pola Istirahat : cukup sehari 8 jam

f. Personal Hygiene : mengganti pembalut tiap 4 jam sekali, ganti celana dalam
jika
selesai BAK

g. Pola Seksual : belum melakukan hubungan seksual

6) Psikososial Spiritual

a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya

Kehamilan yang diinginkan dan direncanakan keluarga sangat mendukung untuk


kehamilan

b. Pengambilan keputusan dalam keluarga

Suami dan orang tua

7) Lingkungan yang berpengaruh

Tinggal bersama suami dan orang tua .Dukungan Lingkungan saudara dan tetangga

datang untuk menjenguk

B. DATA OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum : Baik

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/mnt

Pernafasan : 20 x/mnt

Suhu :36,7 °C

Berat Badan : 55 Kg

Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala: rambut bersih tidak ada ketombe, rambut tidak rontok, tidak ada benjolan,

Muka : simetris tidak ada oedema, dan tidak ada kelainan

Mata : simetris, Konjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak icterus

b. Dada dan Axila (ketiak)

Mamae : tidak ada Pembengkakan


Benjolan : tidak ada

simetris : simetris

Kemerahan : tidak ada

Areola : hitam

Puting susu :menonjol

Pengeluaran : ASI baik

Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : tidak

ada nyeri : tidak ada

c. Abdomen

 TFU : baik

 Kandung Kemih : kosong

 Kembung : tidak ada

d. Ekstermitas
Tungkai : tidak ada oedema Nyeri : tidak, Merah: tidak

Edema : tidak ada

e. Ano-genital

 Lochea : sanguilenta

 Bau : khas, tidak amis dan tidak anyir

 Vulva : tidak ada pembengkakan

 Jahitan Perineum : tidak ada

 Penyembuhan luka : -

f. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : HB :

12,3gr/dl

C. ASSESSMENT

Ny.S usia 23 tahun P1A0 nifas 3 hari dengan Konstipasi

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan (ibu mengerti)
2. Menjelaskan pada ibu dari hasil pemeriksaan bahwa konstipasi adalah sesuatu yang tidak normal
( ibu mengerti)
3. Menganjurkan ibu untuk aktif bergerak tetap beraktifitas seperti biasanya (Ibu mengerti)
4. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB mau pun BAK (Ibu mengerti)
5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan mengandung serat seperti sayur dan buah (ibu
bersedia)
6. Menganjurkan ibu untuk minum air putih minimal 8 gelas perhari ibu menegerti)
7. Mengingatkan ibu untuk memperbanyak istirahat dan rutin melakukan relaksasi untuk menghindari
stres dan cemas ( ibu bersedia)
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas (ibu mengerti )
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada tanda bahaya nifas (ibu bersedia )
B. PATHWAY ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
Hari/Tangga : Rabu19 Juli 2023
Tempat Praktek : UPT PKM
Tunjung Teja
Nama Mahasiswa : KARTIKA
HENDRIA
Program Studi : Profesi Bidan
Tanda/gejala/keluhan yang
DIAGNOSA
dialami pasien
Tanda/gejala/keluhan secara Ny. S. usia 23 tahun P1A0 Nifas 3 hari
 Data Subyektif
teori dengan konstipasi
Ny. S H
1. Buang air besar kurang mengatakan
dari 2x perminggu merasa cemas
2. Faeses keras, kecil-kecil karena belum BAB
dan kering setelah 3 hari
melahirkan karena
3. Sulit untuk buang air
Patofisiologi : takut untuk BAB
besar/ defekasi (ditandai
dengan mengedan) Konstipasi pada ibu dengan persalinan normal
terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa  Data Obyektif
4. Perasaan tidak nyaman KU baik, Kesadaran
takut jika ada tekanan pada anus ketika
pada perut seperti buang air besar akan berpengaruh pada compos mentis, TD
kembung atau tidak penyembuhan luka perineum. Konstipasi pada 110/80mmHg, N:80
tuntas pada saat buang masa nifas selain disebabkan karena oleh x/mnt, S: 36,7◦C,BB
air besar ( faeses seperti faktor metode persalinan , obat anestesi dan 55 kg, TB 156
masih tertinggal di dalam pengaruh hormon juga dipengaruhi oleh cm,IMT 24, Lila 25
cm, Konjungtiva
jejunum) ( Pusmarani, makanan yang dikonsumsi rendah serat ,
tidak pucat sclera
2019) kurang mobilisasi dan faktor psikologis tidak ikterik
(Agustin sari dkk, 2019)

Asuhan yang diberikan Rasionalisasi dari Asuhan yang diberikan)


1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan (Ibu mengerti)
2. Menjelaskan pada ibu dari hasil pemeriksaan bahwa konstipasi 1. Dengan memberitahukan hasil
adalah sesuatu yang tidak normal ( ibu mengerti) pemeriksaan ibu lebih tahu akan
kondisiyang dialaminya sehingga ibu akan
3. Menganjurkan ibu untuk beraktifitas seperti biasanya ( Ibu bersikap kooperatif terhadap tindakan dan
bersedia) anjuran petugas kesehatan ( notoatmodjo,
4. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB maupun BAK ( ibu 2003)
mengerti) 2. Dengan menganjurkan ibu untuk
5. Mrnganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi dan mobilisasi dini atau latihan fisik secara
mengandung serat tinggi Ibu bersedia) teratur atau dengan senam nifas untuk
6. Menganjurkan ibu untuk minum air putih minimal 8 gelas dapat membantu mengatasi konstipasi
perhari ( ibu menegerti) (laili & nisa, 2019)
3. Dengan menganjurkan ibu untuk makan
7. Mengingatkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup ( Ibu makanan yang bergizi dan mengandung
bersedia) serat yang tinggi agar proses pencernaan
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas ( ibu mengerti) ibu lebih bagus dan memperlancar BAB
9. Menganjurkan olahraga seperti senam masa nifas (laili & nisa, 2019)
10. Menganjufrkan ibu untuk melanjutkan obat minum yang masih 4. Dengan menganjurkan ibu minum minimal
ada dirumah 8 gelas perhari dapat memenuhi asupan
11. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada tanda cairan ibu dalam masa nifas dan menyusui
bahaya nifas ( Ibu bersedia) sehingga mengurangi terjadinya konstipasi
(Fathonah & Sarwi 2020)
5. Dengan diberitahukannya tanda bahaya
pada nifas ibu lebih mengerti dan
waspada terhadap kesehatan ibu selama
nifas ( Dewi vivian,2018)
6. Dengan melakukan kunjungan ulang ibu
lebih terpantau kesehatannya
Evaluasi asuhan yang diberikan
Ibu mengerti dengan penjelasan dan anjuran bidan dan ibu akan
mengikuti anjuran bidan
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengkajian Data

Pada pengkajian data ini, data subjektif yang dibutuhkan diperoleh dari

anamnesa dengan cara wawancara kepada pasien, sedangkan untuk

mendapatkan data objektif dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang (Rukiyah dkk, 2019). Tanggal 19 Juli 2023 pukul 09.25

WIB bertempat di UPT Puskesmas Tunjung Teja -Serang, dengan identitas Ny. S

berumur 23 tahun, beragama Islam, kebangsaan Jawa /Indonesia, pendidikan

terakhir SMA. Pekerjaan IRT , bertempat tinggal di Kp. Panggulingan Rt.001 Rw.

001 Desa Panunggulan Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang.

Dari hasil pengkajian anamnesa didapatkan data subjektif Ny. S H

mengatakan sudah tidak BAB 3 hari setelah melahirkan ibu ingin konsultasi

tentang keadaan yang dialaminya karena khawatir jika hal tersebut berbahaya jika

terjadi pada masa nifas. Tidak ada riwayat penyakit selama kehamilan dan

bersalin,

Data obyektif ditemukan Hasil pemeriksaan fisik : KU Baik, Kesadaran

:composmentis ,TD 110/80 mmhg, N 80 x/menit, R 20 x/menit, S 36,7⁰c BB: 55 kg

TFU normal, kontraksi baik, lochea sanguinolenta, tidak ada luka pada perineum

pengambilan keputusan suami dan orangtua, pola makan sehari 3 kali dengan

porsi seidkit, akan tetapi jika pada pola minum kurang dari 2 liter perhari ,

dukungan keluarga, keluarga mendukung dan membantu mengurus bayi.

Payudara tidak ada pembengkakan kanan dan kiri, pengeluaran ASI, putting

menonjol, anogenital tidak ada luka, tidak ada varises, kelenjar scene, lochea

sanguinolenta, personal hygine baik Reflek patella (+) kanan dan kiri, pemeriksaan

penunjang Hb: 12,5gr/dl, Golda O/Rh(+),


Dari hasil pengkajian data diatas saya dapat menyimpulkan
adanya tanda gejala Konstipasi pada ibu nifas oleh karena itu dapat kami

sesuaikan dengan teori Konstipasi. Konstipasi pada ibu dengan persalinan normal

terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa takut jika ada tekanan pada anus

ketika buang air besar akan berpengaruh pada penyembuhan luka perineum.

Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan oleh faktor metode persalinan, obat

anastesi dan pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi

oleh ibu rendah serat, kurang mobilisasi dan faktor psikologis (Agustin, Sari, dkk.

2019). Diagnosa yang di dapatkan Ny. S umur 23 tahun P1A0 nifas 3 hari dengan

Konstipasi. Berdasarkan fakta data subjektif Ibu mengatakan mengatakan kalau

takut untuk BAB. (Hal ini senada dengan pendapat teori Marmi (2012) pada post

partum persalinan normal, hormone progesterone rendah dapat mengakibatkan

sistem kerja otot panggul menurun dan peristaltic usus mengalami penurunan.

Serta rasa ketakutan akan luka jahitan terbuka saat BAB sehingga terjadi

penumpukan fases dan terhambatnya pengeluaran fases dapat menyebabkan

risiko konstipasi. menegakan dignosa di butuhkan data subjektif yang diperoleh

dari anamnesa dengan cara wawancara kepada pasien, sedangkan untuk data

objektif di dapatkan dengan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus

dan pemeriksaan penunjang.

Masalah yang ditemukan yaitu:

1. Rasa takut untuk BAB

2. Tidak BAB 3 hari semenjak sesudah persalinan

Ibu harus diberikan konseling pada saat pemeriksaan masa nifas


agar ibu memiliki pengetahuan dan mengerti cara mengatasi mengatasi rasa
takut untuk BAB agar tidak konstipasi tidak terlalu lama dan tidak menyebabkan
komplikasi dalam masa nifas .

2. Asuhan Kebidanan yang diberikan

Berdasarkan hasil diagnosis masalah dan hasil dari pengkajian data subyektif

dan data obyektif .maka Asuhan yang di berikan pada kasus Ny S umur 23 tahun
P1A0 nifas 3 hari dengan Konstipasi, diantaranya adalah:

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan (ibu mengerti). Dengan


memberitahukan hasil pemeriksaan ibu lebih tahu akan kondisi yang dialaminya
sehingga ibu akan bersikap kooperatif terhadap tindakan dan anjuran petugas
kesehatan ( notoatmodjo, 2003)
2. Menganjurkan ibu untuk tetap beraktifitas seperti biasanya (Ibu mengerti).
Dengan menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini atau latihan fisik secara teratur
atau dengan senam nifas untuk dapat membantu mengatasi konstipasi (laili &
nisa, 2019)
3. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB maupun BAK (Ibu mengerti).
Menahan BAB bisa terjadi karena rasa takut yang ibu alami sehingga
menggangu psikologis ibu yang mempengaruhi terjadinya konstipasi (Agustin,
Sari, dkk. 2019)
4. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan mengandung serat (ibu
bersedia) Dengan menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi dan
mengandung serat yang tinggi agar proses pencernaan ibu lebih bagus dan
memperlancar BAB (laili & nisa, 2019)
5. Menganjurkan ibu untuk minu minimal 8 gelas perhari (ibu mengerti) Dengan
menganjurkan ibu minum minimal 8 gelas perhari dapat memenuhi asupan
cairan ibu dalam masa nifas dan menyusui sehingga mengurangi terjadinya
konstipasi (Fathonah & Sarwi 2020)
6. Mengingatkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup dan melakukan relaksasi( ibu
bersedia) Dengan istirahat yang cukup dan relaksasi akan mengurangi stres dan
rasa takut yang dialami ibu ((Agustin, Sari, dkk. 2019)

7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas (ibu mengerti ) Dengan


diberitahukannya tanda bahaya pada nifas ibu lebih mengerti dan waspada
terhadap kesehatan ibu selama nifas ( Dewi vivian,2018)
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada tanda bahaya nifas (ibu
mengerti).
3. . Evaluasi
Keadaan Konstipasi disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang makan dan
efek anastesi. Untuk dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan diit
teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat dan olahraga atau
Ambulasi dini. (Yanti, 2014)
Maka dari itu dukungan suami dan keluarga juga penting untuk memberikan rasa
aman dan nyama pada ibu nifas agar proses masa nifas bisa berjalan dengan
lancar tanpa adanya rasa takut dan cemas.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, mahasiswa mampu menganalisa kasus

dari pengkajian data subyektif dan obyektif, menegakkan diagnosa,

merencanakan dan memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan rasionalisasi

berdasarkan teori serta mengevaluasi asuhan yang diberikan pada kasus nifas

3 hari dengan konstipasi. Hasil yang didapatkan tidak ada kesenjangan antara

teori dan fakta yang ada di pelayanan.

B. Saran

• Bagi lahan Praktik


Agar dapat melaksanakan asuhan kebidanan nifas dengan konstipasi dengan
lebih memperhatikan kebutuhan pasien, seperti konseling tentang perawatan
masa nifas, gizi seimbang dan tanda bahaya nifas. Bila harus diberi perawatan
medis dan tindakan berkolaborasi dengan dokter spesialis
• Bagi institusi pendidikan
Instansi pendidikan agar meningkatkan sarana prasarana bimbingan untuk
menunjang kelancaran perkuliahan ,mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah dan Yulianti, (2020).Asuhan Kebidanan masa nifas. Jakarta:Trans Info Media.

Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung :RefikaAditma

Varney H. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2.EGC. Jakarta.

Pudiastuti, R, D. 2017. Asuhan Kebidanan masa nifas fisiologis dan Patologi.

Yogyakarta: Nuha Medika

Manuaba, I.B.G. 2017. Ilmu Kebidanan, pada masa nifas , Dan

KBUntukPendidikan Bidan, Edisi 2, Jakarta : EGC

Modul Penyulit nifas. 2017. Kemenkes .

Kusnawati, I. 2019. Asuhan masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Kurniasih, Dedeh, dkk. 2020. Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang.

Penerbit Buku Gramedia . Jakarta.

Amirudin. 2007. Masa nifas dengan Bendungan ASI UNHAS.

Proverawati A. 2018. Masa nifas dan penyulit nifas. Yogyakarta :


NuhaMedika

Arisman. .2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Mochtar R. 2017. Sinopsis Obsetri. Jakarta : EGC

Paratmanitya, Y. 2019. Citra Tubuh, Asupan Makan dan Status Gizi Wanita Usia Subur.
Stikes Alma Ata. Yogyakarta
Makalah “Evidence based terkait asuhan masa nifas

Anda mungkin juga menyukai