Anda di halaman 1dari 44

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORAS INTERPROFESIONAL

PADA IBU BERSALIN PADA NY. M UMUR 33 TAHUN DENGAN VAGINAL BIRTH
AFTER CAESAREAN DI KLINIK BIDAN PUTRI, S. ST. MKM PADA
TAHUN 2020

NPM :

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL


PADA IBU BERSALIN PADA NY. M UMUR 33 TAHUN DENGAN VAGINAL BIRTH
AFTER CAESAREAN DI KLINIK BIDAN PUTRI, S. ST. MKM
PADA TAHUN 2020

Telah Disetujui Pada Tanggal:


… Desember 2020

Mengetahui,

Dosen
Pembimbing Lapangan,

( )
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan askeb ini yang berjudul manajemen asuhan kebidanan

praktik kolaborasi interprofesional pada ibu hamil dengan preeklampsia berat

pada Ny. F umur 34 tahun di Klinik Bidan Kuswinarti, S. ST Pulogadung tanggal

20 November 2020

Dalam proses penyusunan asuhan kebidanan ini penulis banyak

memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga asuhan

kebidanan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Drs. H. Jacub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta

2. Dr. Dr. dr. Hafizurrahman, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

3. Dr. Sobar Darmadja S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

4. Astrid Novita SKM,MKM Selaku Wakil Ketua II dan III Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

5. Hidayani, AM. Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan dan

Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

6. Retno Sugesti, SST. M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.


7. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada Bidan Kuswinarti, S. ST Pulogadung yang telah membantu dan

memberikan izin untuk melakukan asuhan kebidanan ini.

9. Kepada kedua orang tua, saya dan adik saya mengucapkan terima kasih

karena kalian selalu memberikan dukungan, memberikan Do’a, dan

mendampingi saya sampai sekarang, dan kepada keluarga besar saya terima

kasih telah memberikan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan ini.

10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulisan laporan penelitian ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan selama penyusunan

laporan asuhan kebidanan ini.

Penulis menyadari keterbatasan baik pengetahuan, serta teori dalam

penulisan askeb ini, untuk itu penulis tidak menutup diri dan mengharap adanya

saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan

menyempurnakan penulisan laporan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan semua rahmat dan hidayah-

Nya, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semuanya dan

khususnya untuk penulis.

Jakarta, Desember 2020


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1. Latar Belakang..............................................................................................5
2. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
3. Manfaat Penulisan.........................................................................................8
SOAP VBAC...........................................................................................................9
SOP Penanganan VBAC.....................................................................................15
Analisa SOP..........................................................................................................21
Hasil Rekomendasi SOP......................................................................................25
Rekomendasi SOP Baru......................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................32
1. Kesimpulan.................................................................................................32
2. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKAS
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seksio sesarea adalah suatu persalinan melalui insisi pada abdomen dan

uterus ketika usia kehamilan melebihi 28 minggu. Angka kejadian seksio sesarea

terus meningkat hingga saat ini. Alasan peningkatan angka seksio sesarea ini tidak

dipahami sepenuhnya. Salah satu hal yang berperan dalam peningkatan angka

seksio sesarea adalah peningkatan kejadian seksio sesarea ulang (Cunningham,

2014).

Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia adalah 7% dari seluruh

kelahiran. Angka ini mengalami peningkatan menjadi 9,8% pada tahun 2013

dengan proporsi tertinggi terdapat di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di

Sulawesi Tenggara (3,3%) (Nasution, 2017).

Seorang ibu dengan riwayat persalinan seksio sesarea akan memiliki dua

pilihan metode persalinan pada kehamilan berikutnya, yaitu trial of labor (TOL)

atau persalinan seksio sesarea ulang elektif. Trial of labor (TOL) adalah

percobaan persalinan pervaginam yang dilakukan pada ibu yang memiliki

Riwayat persalinan seksio sesarea sebelumnya. Tindakan ini harus dilakukan di

institusi yang memiliki sarana obstetrik emergensi dan dokter yang selalu ada

untuk melakukan seksio sesarea. Percobaan persalinan pervaginam yang berhasil

disebut juga sebagai vaginal birth after cesarean-section (VBAC) yang

merupakan pilihan untuk menurunkan kejadian morbiditas pada ibu akibat seksio

sesarea (Nasution, 2017).


Vaginal Birth After Caesarean (VBAC) saat ini mulai banyak diterapkan

oleh dokter-dokter di dunia. Dokter di Indonesia saat ini juga mulai

merekomendasikan VBAC kepada para pasiennya. Pada dasarnya, seksio sesarea

berulang memiliki komplikasi yang luas, seperti plasenta akreta, cedera dalam,

membutuhkan perawatan khusus dan intensif, histerektomi, transfusi darah dan

tinggal di rumah sakit untuk waktu yang lebih lama dari yang seharusnya pada ibu

serta dapat menyebabkan gangguan napas pada bayi yang dilahirkan. Namun,

dalam praktiknya VBAC juga memiliki risiko ruptur uteri, yaitu terjadinya

robekkan pada bekas luka operasi sesar sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum

melakukan VBAC, dokter akan menilai terlebih dahulu apakah kondisi pasien

memenuhi kriteria untuk melakukan VBAC atau tidak (Maharani, 2017).

Tindakan VBAC memiliki beberapa kontraindikasi. Salah satunya adalah

terkait dengan jumlah persalinan seksio sesarea yang telah dilakukan sebelumnya.

Seorang ibu yang memiliki riwayat tiga kali atau lebih seksio sesarea, maka

VBAC tidak boleh dilakukan sehingga seksio sesarea elektif menjadi pilihan. Hal

ini disebabkan karena risiko ruptur uteri yang tinggi. Seorang ibu yang memiliki

riwayat dua kali seksio sesarea sebelumnya, maka VBAC masih dapat

dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan adalah teknik seksio sesarea

sebelumnya, ada atau tidaknya komplikasi kehamilan saat ini, dan ada atau

tidaknya kontraindikasi persalinan pervaginam. Riwayat satu kali seksio sesarea

lebih diutamakan untuk VBAC karena morbiditas yang lebih tinggi pada ibu

dengan riwayat dua kali seksio sesarea. Alasan lainnya adalah riwayat dua atau
lebih seksio sesarea memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya ruptur uteri

(Nasution, 2017).

2. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Mengetahui manajemen asuhan kebidanan praktik kolaborasi

interprofesional pada ibu bersalin pada Ny. M umur 33 tahun dengan Vaginal

Birth After Caesarean di Klinik Bidan Putri, T. ST. MKM pada tahun 2020.

b. Tujuan Khusus

1) Dilakukan pengkajian pada Ny. M dengan Vaginal Birth After

Caesarean di Klinik Bidan Putri, T. ST. MKM pada tahun 2020.

2) Dirumuskannya diagnose/masalah yang terjadi pada Ny. M dengan

Vaginal Birth After Caesarean di Klinik Bidan Putri, T. ST. MKM pada

tahun 2020.

3) Dilakukan identifikasi tindakan segera/kolaborasi pada Ny. M dengan

Vaginal Birth After Caesarean di Klinik Bidan Putri, T. ST. MKM pada

tahun 2020.

4) Ditetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. M dengan

preeklampsia berat di Klinik Bidan Kuswinarti, S. ST Pulogadung

tanggal 20 November 2020.

5) Dilaksanakan tindakan asuhan yang telah disusun pada Ny. M dengan

Vaginal Birth After Caesarean di Klinik Bidan Putri, T. ST. MKM pada

tahun 2020.
6) Didokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah dilakukan

pada Ny. M dengan Vaginal Birth After Caesarean di Klinik Bidan

Putri, T. ST. MKM pada tahun 2020.

3. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus diatas adalah :

a. Manfaat bagi Ibu

Ibu dapat mendapatkan pengetahuan dan pelayanan sesuai standar pelayanan

kebidanan.

b. Manfaat bagi bidan pelaksana

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan

program di Klinik Bidan Putri, S. ST, MKM tentang Vaginal Birth After

Caesarean.

c. Manfaat bagi Intitusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi

kebidanan STIKIM dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan Vaginal Birth After Caesarean.


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI
INTERPROFESIONAL PADA IBU BERSALIN PADA NY. M UMUR 33
TAHUN DENGAN VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREAN DI KLINIK
BIDAN PUTRI, S. ST. MKM PADA TAHUN 2020

Ny. M usia 33 tahun hamil anak kedua usia kandungan 39 minggu 3 hari, HPHT

26 Februari 2020 sedang melakukan kunjungan di Klinik Bd. Putri, S. ST.MKM

pada tanggal 28 November 2020, Ibu datang dengan mengeluhkan rasa kencang-

kencang sejak malam hari dan terasa lebih sering dan kuat. Ibu mengatakan ini

kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran, anak pertama lahir pada tahun

2014, cukup bulan, SC, di tolong oleh dokter di RS, penyulit karena ketuban

kering dan gawat janin, BB 3100 gram, PB 49 cm. Ibu tidak memiliki Riwayat

penyakit keturunan, BB sebelum hamil : 67 kg, BB sekarang: 77 kg, TB : 157 cm,

LILA : 29 cm, Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 90x/m,

Pernafasan : 22 x/m, Suhu : 37,2 ºC. Hasil dari palpasi perut diperoleh bahwa

presentasi janin adalah kepala, puki, TFU : 37 cm dan DJJ : 140 x/menit, hasil

dari cek laboratorium Hb Ny. M 11,2 gr%. Pada kasus ini bidan berkolaborasi

dengan dokter untuk mendeteksi keadaan Ny. M dan menanganinya secara dini.
IDENTITAS

Nama Istri : Ny. M Nama Suami : Tn. K

Umur : 33 tahun Umur : 40 tahun

Suku : Betawi Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Pulogadung

Nikah : 1 X / ± 20 tahun

KALA I
Tanggal Pengkajian : 28 November 2020
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB

Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran. Ibu

datang dengan mengeluhkan rasa kencang-kencang sejak malam hari dan terasa

lebih sering dan kuat. Hari pertama haid terakhir tanggal 27 Februari 2020. Ibu

mulai merasakan pergerakan janinnya pertama kali pada usia kehamilan kurang

lebih 20 minggu. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : dirasakan kuat oleh ibu

>10x dalam sehari, aktivitas sehari-hari Istirahat siang tidur siang ± 1 jam, tidur

malam ± 8-9 jam, pekerjaan ibu rutin mengerjakan pekerjaan rumah tangga, pola

seksualitas tidak ada masalah. Pola eliminasi (BAK) > 10 x/hari, warna jernih,

BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan. Ibu sudah
mendapatkan suntikan TT lengkap. Ibu pernah menjadi akseptor KB suntik 3

bulan selama 5 tahun. Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun

seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, dan penyakit jantung. Riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ibu mengatakan ini merupakan

kehamilan kedua, anak pertama lahir pada tahun 2014, lahir secara SC, lahir

cukup bulan, di RS, ditolong oleh dokter, BB : 3100 gram, PB : 49 cm, jenis

kelamin perempuan dan mendapatkan ASI eksklusif, keadaan anak baik umur 6

tahun.

Data Objektif (O)

Keadaan umum ibu baik, Kesadaran composmentis

Pemeriksaan antropometri :

BB sebelumnya : 67 kg, BB sekarang: 77 kg, TB : 157 cm, LILA : 29 cm,

Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 90x/m, Pernafasan :

22 x/m, Suhu : 37,2 ºC

Pemeriksaan fisik :

Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada kotoran/ketombe, rambut sehat

Wajah : ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema

Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva berwarna merah muda

dan sklera tidak icterus

Telinga : bersih tidak ada serumen

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, ada caries pada gigi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


Payudara : Simetris kiri dan kanan, hyperpigmentasi pada areola

mammae, putting susu menonjol, tidak ada benjolan dan nyeri

tekan

Abdomen : Terdapat linea nigra, striae alba dan terdapat luka bekas operasi

dan pembesaran perut sesuai umur kehamilan.

Palpasi :

Kontraksi : ada, TFU : 37 cm, Leopold I : teraba bagian janin

besar, lunak, tidak melenting yaitu bokong, Leopold II : pada

perut ibu bagian kiri teraba bagian janin Panjang, keras, seperti

papan yaitu punggung. Pada perut ibu bagian kanan teraba

bagian terkecil janin yaitu ekstremitas. Leopold III : teraba

bagian janin bulat, keras, melenting yaitu kepala. Leopold IV :

bagian terbawah janin belum masuk PAP. DJJ : 140 x/menit,

His : 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik.

Genitalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada kondiloma, tidak

ada pembengkaan kelenjar bartholini. Dilakukan pemeriksaan

dalam, dinding vagina : licin, tidak ada massa, portio : tipis,

lunak, Ø : 8 cm, selaput ketuban : utuh, presentasi : kepala,

posisi : UUK kiri depan, penurunan : Hodge II, penyusupan :

tidak ada, presentasi rangkap : tidak ada

Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, tidak terdapat

oedema pada kedua kaki, refleks patella kiri (+) kanan (+)
Pemeriksaan Penunjang, HB 12 gram/dl, Urine: reduksi (-), protein (-),

Golongan Darah: A.

A : Ny. M umur 33 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu 3 hari inpartu

kala I fase laten dengan bekas operasi. Janin tunggal, hidup, intra uterine,

presentasi kepala.

P :

1. Membina hubungan baik dan saling percaya dengan klien dan keluarga

dengan senyum sapa salam sopan santun

(hubungan baik telah terbina)

2. Melakukan dan menjelaskan tentang informed consent dengan klien

dan keluarga

(ibu mengerti mengenai informed concent)

3. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan saat ini kepada klien dan

keluarga bahwa kehamilannya normal, Ibu dan Janin sehat, tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 37,2C, dan pembukaan 8

cm, DJJ (+) 140 x/menit, teratur dan kuat (puki), dan Janin tunggal,

hidup intrauterine dengan presentasi kepala.

(ibu mengerti hasil pemeriksaan fisik)

4. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Untuk melakukan diskusi tentang

diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab

pada pekerjaannya.

(telah dilakukan kolaborasi dengan dokter)


5. Memberikan Ibu makanan dan minuman seperti biasa, contohnya roti

dan air putih atau teh manis

(ibu mau makan dan minum)

6. Menganjurkan Ibu untuk berkemih sebelum menjalani persalinan

supaya tidak menghambat penurunan kepala janin dan mengukur

jumlah urin dengan cara menampungnya pada tempat yang telah

disediakan.

(ibu mengerti dan mau melakukan apa yang

7. Mengobservasi DJJ, His dan nadi 30 menit kemudian dan suhu 2 jam

kemudian serta TD dan pembukaan 4 jam kemudian kecuali jika ada

indikasi.

(observasi telah dilakukan)

8. Mendokumentasikan hasil dokumentasi dalam bentuk SOAP

(hasil pemeriksaan telah didokumentasikan)

KALA II
Tanggal Pengkajian : 28 November 2020
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan ada dorongan kuat seperti akan buang air besar dan
ingin segera meneran.
O : Keadaan Umum : Baik Keadaan Emosional : Stabil
Kesadaran : Composmentis
His : 5 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik

DJJ : 144 x/menit


Periksa Dalam :

Dinding vagina : Licin, tidak ada massa

Portio : Tidak teraba

Ø : 10 cm

Selaput ketuban : (-) pecah spontan

Presentasi : Kepala

Posisi : UUK kiri depan

Penurunan : Hodge III+

Penyusupan : Tidak ada

Presentasi rangkap : Tidak ada

Terlihat tanda Kala II : Adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva dan anus membuka

A : G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu 3 hari inpartu kala II. Janin tunggal,

hidup, intra uterine dengan presentasi kepala.

P :

1. Memberitahu Ibu dan keluarga bahwa Ibu dalam proses persalinan dan

hasil pemeriksaan pembukaan sudah lengkap dan keadaan Ibu dan janin

baik.

(ibu dan keluarga mengerti)

2. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi persalinan yang nyaman

seperti setengah duduk, berdiri, jongkok, miring kiri dan merangkak

serta mengajarkan tehnik relaksasi yang baik.

(ibu telah memilih posisi persalinan)


3. Memberikan dukungan kepada Ibu dan keluarga serta tetap

mendampingi selama persalinan.

(ibu telah mendapat dukungan dari suami dan keluarga)

4. Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami atau keluarga Ny. M

agar ibu merasa nyaman saat persalinan.

(suami ny. M mendampingi ibu selama proses persalinan)

5. Memakai APD

(telah memakai APD)

Mempimpin persalinan dengan APN

a. Pukul : 11.30 WIB

Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan, jenis kelamin : perempuan

BB : 3.000 gram

PB : 48 cm

(bayi telah lahir spontan)

b. Keringkan bayi dengan handuk kering dan hisap lendir

(bayi telah di keringkan dan lendir telah di hisap)

c. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan janin tunggal, kontraksi

baik dan kandung kemih kosong.

(palpasi telah dilakukan)

KALA III
Tanggal Pengkajian : 28 November 2020
Waktu Pengkajian : 11.30 WIB
S : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

O : Keadaan Umum : Baik Keadaan Emosional : Stabil


Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg S : 37C N : 86 x/menit
Tinggi Fundus uteri : Sepusat
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Perdarahan : ± 200 cc
Tanda- tanda pelepasan plasenta : Adanya kontraksi, uterus berglobuler,
tali pusat bertambah panjang dan adanya semburan darah secara tiba-
tiba.
A : P2A0 partus kala III

P :

1. Menginformasikan kepada Ibu bahwa plasenta belum lahir

(ibu mengerti informasi yang disampaikan bidan)

2. Memberitahu Ibu bahwa mulesnya disebabkan dari uterus atau rahim

yang sedang berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari dinding

Rahim.

(ibu mengerti mengenai keadaanya)

3. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha

kanan bagian luar.

(oksitosin telah disuntikkan)

4. Melakukan PTT dengan tangan kanan bila ada his dan tangan kiri

kearah dorso cranial kemudian lahirkan plasenta brand Andrew

(Plasenta lahir lengkap pukul 11.35 WIB)


5. Melakukan massase fundus uteri dan eksplorasi sisa plasenta

(masasse dan eksplorasi telah dilakukan)

6. Menilai kelengkapan plasenta

(Plasenta lengkap : Selaput plasenta utuh, koteledon lengkap, diameter

plasenta 18 cm, tebal 2 cm, panjang tali pusat 50 cm, insersi tali pusat

sentralis)

7. Melakukan IMD dengan meletakan bayi tengkurap di dada ibu agar ada

kontak kulit antara ibu dan bayi.

(IMD telah dilaksanakan)

8. Mendokumentasikan hasil dokumentasi dalam bentuk SOAP

(hasil pemeriksaan telah didokumentasikan)

KALA IV
Tanggal Pengkajian : 28 November 2020
Waktu Pengkajian : 11.35 WIB

S : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

O : Keadaan Umum : Baik Keadaan Emosional : Stabil


Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg S : 37C N : 86 x/menit
Tinggi Fundus uteri : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
Perdarahan : ±50 cc
A : P2A0 partus kala IV

P :
1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan saat ini bahwa
ibu dalam keadaan baik.
(ibu mengerti apa yang disampaikan bidan)
2. Membereskan dan merendam alat-alat ke dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit.
(alat telah direndam dan dibereskan)
3. Mengajarkan ibu dan keluarga cara massase fundus uteri selama 15
detik.
(ibu mengerti dan mau melakukan apa yang dianjurkan bidan)
4. Membersihkan ibu dari darah dengan air DTT, memakaikan pembalut,
celana dalam dan pakaian ibu.
(ibu telah dibersihkan dan menggunakan pakaian)
5. Membersihkan tempat tidur dengan klorin 0,5 % dan air DTT
(tempat tidur telah dibersihkan)
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi, minum, eliminasi dan mobilisasi ibu.
(ibu telah memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi dan mobilisasi)
7. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa Ibu dalam keadaan baik-
baik saja.
(ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan)
8. Menganjurkan Ibu untuk melakukan IMD
(IMD telah dilakukan)
9. Mengobservasi TTV, kontraksi, TFU, perdarahan dan kandung kemih
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 2 jam kedua.
TTV : TD : 120/80, N : 86 x/menit, S: 36,5 oC.
(observasi telah dilakukan).
10. Memberikan Ibu motivasi untuk menyusui bayinya serta memberitahu
manfaat ASI esklusif.
(ibu mengerti dan mau melakukan apa yang dianjurkan bidan)
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam bentuk SOAP
(hasil pemeriksaan telah didokumentasikan)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PELAYANAN KEBIDANAN

KLINIK
Bidan Putri, S.S.T. MKM

Terbitan : SOP/004
Ditetapkan,
No Revisi :4 (Penanggung jawab)
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR Tgl Mulai berlaku : 10-08-2017
(Bidan Putri, S.S.T. MKM)
Halaman :1

Definisi 1. Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah percobaan


persalina normal pada riwayat caeser.
2. A Trial of Labor Cesarean Delivery (TOLAC) adalah upaya
persalinan pervaginam pada wanita bekas seksio cesaria.
Tujuan Menjadi pedoman dalam pelaksanaan persalinan normal dengan
riwayat bekas Caesar.
Kebijakan Bidan, perawat, Dinkes

Persiapan Alat & Bahan - Bak instrumen berisi partus set (klem 2, gunting tali pusat 1,
setengah koher 1, kateter 1)
- Sarung tangan steril
- Kom berisi kapas dan air DTT
- Penghisap lendir atu delee
- Oksitosin
- Spuit 3cc
- Umbilikal klem dan mono aural
- Kasa steril
- Kain utk ibu dan bayi
- Bengkok
- Tempat placenta
- Baskom berisi air DTT dan waslap
- Baskom berisi cairan klorin 0,5%
- Tempat sampah basah dan kering

PROSEDUR 1. Beri penjelasan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga (Informed Consent).
2. Persiapan pasien
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
b. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan dengan air
mengalir dan keringkan
3. Anamnesa:
a. Identitas lengkap
b. Keluhan
c. Riwayat perkawinan
d. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
e. Status riwayat Haid, HPHT
f. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
g. Kebiasaan ibu
h. Riwayat persalinan terdahulu
4. Pemeriksaan Umum
5. Pemeriksaan khusus
6. Melakukan pemeriksaan penunjang ke laboratorium
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter untuk melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan
kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
8. Penatalaksanaan:
I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
a. Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin
meningkat
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partu set
3. Memakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril),
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa dengan dibasahi air
DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
b. Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi)
dalam wadah yang tersedia
c. Ganti jika sarung tangan terkontaminasi
(dekontaminasi) lepas dan rendam dalam larutan clorin
0,5%
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan
pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan clorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam sarung
tangan dalam posisi terbalik selama 10 menit. Kemudian
cuci tangan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam batas normal
(120-160 x/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ


dan semua hasil penilaian serta asuhan pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK
MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan yang sesuai dengan keinginannya
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat
kepada ibu untuk meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi
untuk meneran. (bila ada rasa untuk meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
a. Bimbing ibu untuk meneran secara benar
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang
dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
f. Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
17. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan
bahan dan alat
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahir Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan
proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan bahu
belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelususri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jaro-
jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
a. Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
b. Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-
megap lakukan tindakan resusitasi (Þ langkah 25 ini
berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi
baru lahir dengan asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
27. Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(tanpa membersikan verniks) kecuali bagian tangan
a. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
b. Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut
ibu
28. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
kedua dalam uterus (hamil tunggal)
29. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin
10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
31. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit
setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus)
bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm
distal dari klem pertama
32. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi
perut bayi) diantara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul
kunci
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
33. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi
34. Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel baik di
dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
35. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva
37. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami,
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu.

Mengeluarkan Plasenta
39. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, meminta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetapkan lakukan
tekanan dorso-kranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1) Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir
6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
40. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan dua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsang Taktil (Masase) Uterus


41. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakan telapak tangan di atas fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
42. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
43. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
44. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
45. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi
(di dada ibu paling sedikit 1 jam).
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui
pertama biasanya berlangsung 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusui
46. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, vitamin K1 1mg intramuskular di
paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak ibu-bayi.
47. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
a. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusunkan.
b. Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
48. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia
uteri
49. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
51. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pascapersalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam
pertama pascapersalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal
52. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,6-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah dekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai
yang sesuai.
55. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang kering dan bersih.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV

Hal-Hal yang Keadaan umum ibu, kondisi janin, TTV, kemajuan persalinan
Perlu
Diperhatikan
Unit Terkait 1. KIA
2. UGD
3. Ruang rawat inap
Dokumen Status pasien, buku KIA, informant, identitas bayi, Portograf
Terkait
Analisa SOP

Berdasarkan SOP (Standart Operasional Prosedur) VBAC (Vaginal

Birth After Caesarean) yang didapatkan dari Klinik Bidan Putri, S. ST. MKM,

VBAC (Vaginal Birth After Caesarean) yaitu sebuah metode persalinan normal

yang dilakukan setelah pada kelahiran sebelumnya menjalani operasi caesar.

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan Ny. M didapatkan hasil bahwa ibu

sedang hamil anak kedua dan pernah melakukan operasi SC, setelah di inspeksi

bagian perut, terdapat bekas luka operasi.

Tata laksana VBAC yang harus dilakukan berdasarkan SOP yang

didapatkan dari Klinik Bidan Putri, S. ST. MKM yaitu terdapat 8 tahapan awal

penanganan yang pertama adalah memberi penjelasan tindakan yang akan

dilakukan pada pasien dan keluarga (Informed Consent) sebelum melakukan

tindakan, hal ini penting dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui

risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dijalaninya. Tahapan yang

kedua yaitu persiapan pasien seperti persiapan alat dan obat yang akan

digunakan, pasien mengosongkan kandung kemih dan petugas mencuci tangan.

Tahapan yang ketiga yaitu melakukan anamnesa kepada pasien seperti layaknya

menerima pasien pada wajarnya, tanyakan tentang keluhan yang dirasakan,

riwayat penyakit dahulu atau yang sedang diderita atau riwayat penyakit

keluarga. Pada tahapan yang keempat yaitu lakukan pemeriksaan umum yaitu

mengukur tekanan darah, BB, lila dan melakukan pemeriksaan fisik dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Pada tahapan yang kelima yaitu lakukan

pemeriksaan khusus yaitu melakukan inspeksi pada daerah perut, melakukan

pengukuran TFU, melakukan leopold dan mendengarkan DJJ, dilakukan untuk

melihat kondisi dan keadaan janin, pada kasus Ny. M didapatkan bahwa ada

luka bekas operasi di perut ibu. Pada tahapan keenam yaitu melakukakan

pemeriksaan penunjang yaitu melakukan cek hemoglobin untuk mengetahui

kadar Hb ibu hamil dan juga mengecek protein dan glukosa urine. Pada tahapan

yang ketujuh yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan

diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada

pekerjaannya. Pada tahapan yang kedelapan yaitu melakukan penatalaksaan

untuk kasus yang di alami oleh Ny. M yaitu dengan melakukan APN.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Benedicta

Audrey Maharani, dari kelima kasus kelahiran VBAC yang ditemukan pada

kelahiran kedua dan ketiga semuanya berhasil. Dari hasil penelitian didapatkan

faktor usia ibu ketika melahirkan< 30 tahun menunjukkan rasio 4:5, Indeks

Massa Tubuh ibu sebelum hamil≤ 30 kg/m2menunjukkan rasio 5:5,berat badan

bayi saat lahir≤ 4000 gram menunjukkan rasio 5:5, jarak waktu antara seksio

sesarea dengan kelahiran sekarang > 18 bulan menunjukkan rasio 4:5, dilatasi

serviks saat masuk rumah sakit ≥ 4 cm menunjukkan rasio 5:5, posisi kepala

bayi saat akan lahir occipito-anteriormenunjukkan rasio 5:5,perabaan

penurunan bagian terendah janin < 2/5 menunjukkan rasio0:5, riwayat

persalinan pervaginam menunjukkan rasio 2:5.Dapat disimpulkan faktor


pendukung kesuksesan VBAC yang dapat digunakan di RSUP Sanglah adalah

usia ibu ketika melahirkan< 30 tahun, Indeks Massa Tubuh ibu sebelum hamil≤

30 kg/m2, berat badan bayi saat lahir ≤ 4000 gram, jarak waktu antara seksio

sesarea dengan kelahiran sekarang > 18 bulan,dilatasi serviks saat masuk rumah

sakit ≥ 4 cm, posisi kepala bayi saat akan lahir occipito-anterior (Maharani,

2017).
HASIL REKOMENDASI SOP

ITEM SOP REKOMENDASI ALASAN


SOP
Prosedur Tidak ada Ditambahkan Untuk memudahkan dalam
(pelaksanaan) diagram alir diagram alir melakukan pelaksanaan

Rekomendasi SOP Baru


KLINIK
Bidan Putri, S.S.T. MKM

Terbitan : SOP/004 Ditetapkan,


(Penanggung jawab)
No Revisi :4
STANDAR
OPERASIONAL Tgl Mulai berlaku : 10-08-2017
PROSEDUR
Halaman :1
(Bidan Putri, S.S.T. MKM)

Definisi 1. Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah percobaan


persalina normal pada riwayat caeser.
2. A Trial of Labor Cesarean Delivery (TOLAC) adalah
upaya persalinan pervaginam pada wanita bekas seksio
cesaria.
Tujuan Menjadi pedoman dalam pelaksanaan persalinan normal
dengan riwayat bekas Caesar.
Kebijakan Bidan, perawat, Dinkes
Persiapan Alat & Bahan - Bak instrumen berisi partus set (klem 2, gunting tali pusat
1, setengah koher 1, kateter 1)
- Sarung tangan steril
- Kom berisi kapas dan air DTT
- Penghisap lendir atu delee
- Oksitosin
- Spuit 3cc
- Umbilikal klem dan mono aural
- Kasa steril
- Kain utk ibu dan bayi
- Bengkok
- Tempat placenta
- Baskom berisi air DTT dan waslap
- Baskom berisi cairan klorin 0,5%
- Tempat sampah basah dan kering
TATALAKSANA

PROSEDUR 1. Beri penjelasan tindakan yang akan dilakukan pada pasien


dan keluarga (Informed Consent).
2. Persiapan pasien
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
b. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan dengan air
mengalir dan keringkan
3. Anamnesa:
a. Identitas lengkap
b. Keluhan
c. Riwayat perkawinan
d. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
e. Status riwayat Haid, HPHT
f. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
g. Kebiasaan ibu
h. Riwayat persalinan terdahulu
4. Pemeriksaan Umum
5. Pemeriksaan khusus
6. Melakukan pemeriksaan penunjang ke laboratorium
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter untuk melakukan
diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam
asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi
serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya.
8. Penatalaksanaan:
I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA
DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala
Dua
a. Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk
meneran
b. Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina
semakin meningkat
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik
steril sekali pakai di dalam partu set
3. Memakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, kemudian keringkan tangan dengan handuk
bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung
suntik(gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
dengan dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
b. Buang kasa atau kapas pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c. Ganti jika sarung tangan terkontaminasi
(dekontaminasi) lepas dan rendam dalam larutan
clorin 0,5%
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan
pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih menggunakan
sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5%,
kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam
posisi terbalik selama 10 menit. Kemudian cuci
tangan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam.


DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan pada
partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK
MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan yang sesuai dengan
keinginannya
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat
kepada ibu untuk meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan
posisi untuk meneran. (bila ada rasa untuk meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ada dorongan kuat untuk meneran:
a. Bimbing ibu untuk meneran secara benar
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
c. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman
sesuai dengan pilihannya (kecuali dalam posisi
terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
f. Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
atas perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
17. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali
kelengkapan bahan dan alat
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI
Lahir Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
lanjutkan proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit di leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng
secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal
untuk mengeluarkan bahu belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelususri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan
kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jaro-jari lainnya)
VII.PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
a. Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan?
b. Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau
megap-megap lakukan tindakan resusitasi (Þ
langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah
prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan
asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
27. Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersikan verniks) kecuali bagian
tangan
a. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
b. Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas
perut ibu
28. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi kedua dalam uterus (hamil tunggal)
29. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
31. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua
menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar
(umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama
32. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah
dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali
pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada
satu sisi kemudian lingkarkan kembali ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan dengan simpul kunci
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah disediakan
33. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi
34. Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel baik di
dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
35. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari
vulva
37. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke
arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu,
suami, atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
39. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas, meminta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1) Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir
6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta
manual
40. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan dua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT
atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
41. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di atas
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
42. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
43. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
44. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
45. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-
bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam).
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusui pertama biasanya berlangsung 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusui
46. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, vitamin K1 1mg
intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu
jam kontak ibu-bayi.
47. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu
jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan
anterolateral.
a. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusunkan.
b. Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
48. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pascapersalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia uteri
49. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
51. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2
jam pertama pascapersalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal
52. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta
suhu tubuh normal (36,6-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampai yang sesuai.
55. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan
klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yang kering dan bersih.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV

Hal-Hal yang Keadaan umum ibu, kondisi janin, TTV, kemajuan persalinan
Perlu
Diperhatikan
Unit Terkait 1. KIA
2. UGD
3. Ruang rawat inap
Dokumen Status pasien, buku KIA, informant, identitas bayi, Portograf
Terkait
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil analisa pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa analisa asuhan kebidanan pada Ny. M dengan Vaginal Birth After

Caesarean di Klinik Bidan Putri, S. ST. MKM adalah sebagai berikut:

a. Pada Kasus ini dapat ditegakkan bahwa Ny. M mengalami Vaginal Birth

After Caesarean. Hal ini didukung dengan temuan hasil pemeriksaan fisik

ditemukan ada luka bekas operasi di abdomen ibu.

b. Asuhan kehamilan pada kasus Vaginal Birth After Caesarean yang di alami

oleh Ny. M sesuai dengan SOP Klinik Bidan Putri, S. ST. MKM yaitu

dengan melakukan kolaborasi dengan dokter dan melakukan asuhan sesuai

APN.

c. Tidak ada kesenjangan antara asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan

kepada Ny. M dengan SOP yang ada, serta tidak ada kesenjangan antara

teori dan jurnal penelitian dengan yang ada dilapangan.

d. Pendokumentasian sangat perlu dilakukan dengan lengkap dan akurat

karena merupakan salah satu bukti pencatatan tentang tindakan bidan

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis yang

dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.


2. Saran

a. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan agar ibu dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu

tentang Vaginal Birth After Caesarean.

b. Bagi Bidan Pelaksana

Diharapkan berdasarkan penelitian ini agar petugas pelayanan

kesehatan dapat memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil

mengenain indikasi, kontraindikasi dan hal-hal yang berkaitan dengan

Vaginal Birth After Caesarean.

c. Bagi Institusi

Diharapkan dengan penulisan laporan ini dapat menjadi sumber

informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu kebidanan dan sebagai

referensi tentang studi kasus pada ibu bersalin dengan Vaginal Birth After

Caesarean.

Anda mungkin juga menyukai