Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS STASE

KELUARGA BERENCANA (KB)


DAN PELAYANAN KONTRASEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S DENGAN

PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI BAWAH KULIT (IMPLANT)

DI TPMB Lia Rachmawati, S.S.T,Bdn,M.Kes

DISUSUN OLEH :

SINTA PEBRIANTI

4009230182

PEMBIMBING AKADEMIK

(SRI HENNYATI, SST.,M.TR.KEB.,M.KES)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA


TAHUN AKADEMIK 2023/2024

I
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S DENGAN

PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI BAWAH KULIT (IMPLANT)

OLEH :

SINTA PEBRIANTI

4009230182

Yang telah dilaksanakan oleh Pembimbing

pada tanggal 28 Oktober 2023

Pembimbing Stase Mahasiswa

Bdn. Sri Henyati, SST.,M.Tr.Keb.,M.Kes Sinta Pebrianti

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ini Sebagai salah satu pernyataan
Dalam Penyelenggaraan Praktik Stase Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Pada Prodi Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada

Mengetahui, Ketua Prodi

Ira Kartika,S,ST.,M.Keb
NIK: 432121002020

II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tercurah limpah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S Dengan Pemasangan Alat Kontasepsi Bawah Kulit Di
TPMB Lia Rachmawati, S.S.T,Bdn,M.Kes.

Laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Stase
Asuhan Kebidanan Kontrasepsi (KB) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma
Husada Bandung. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulisan telah
mendapatkan banyak bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Dra. Suryani, Dipl.Mid,MM sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dharma Husada Bandung
2. Ira Kartika, S.ST.,M.Keb sebagai Ketua Program studi Profesi kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung
3. Sri Hennyati, SST.,M.Tr.Keb.,M.Kes sebagai pembimbing Akademik stase
Asuhan Kebidanan Kontrasepsi (KB) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma
Husada Bandung
4. Seluruh Tim Dosen pembimbing Asuhan Kebidanan Kontrasepsi (KB) yang
telah bersedia membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi
dalam kegiatan praktik ini
5. TPMB Lia Rachmawati, S.S.T,Bdn,M.Kes selaku pemilik tempat praktik
mandiri bidan, yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatan praktik
Asuhan Kebidanan Kontrasepsi (KB).
Penulis menyadari bahwa Laporan kasus ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dari laporan kasus ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan
ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Bandung, 28 Oktober 2023
Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................3

A. Definisi .........................................................................................................3
B. Indikasi dan Kontraindikasi ..........................................................................3
C. Efektifitas ......................................................................................................5
D. Cara Kerja .....................................................................................................6
E. Penggunaan ..................................................................................................9
F. Keuntungan dan Kerugian ............................................................................15
G. Efek Samping dan Komplikasi ......................................................................18
H. Gambar ........................................................................................................21

BAB III LAPORAN KASUS ..........................................................................22

A. Langkah I :Pengumpulan Data Dasar .............................................................22


B. Langkah II : Interpretasi Data Dasar .............................................................23
C. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial ..................23
D. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera ........................................................................................23
E. Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh ................................24
F. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan .....................................................24

iv
v

G. Langkah VII : Evaluasi .................................................................................28

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................30

A. Simpulan ......................................................................................................30
B. Saran ............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menghambat laju pembangunan
diberbagai bidang, oleh karena itu upaya untuk menurunkan tingkat kelahiran perlu
ditingkatkan. Pemerintah telah merencanakan beberapa program, salah satunya
adalah program keluarga berencana. Keluarga berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan.
Implan adalah kontrasepsi dengan cara memasukan tabung kecil yang berisi
hormone dibaah kulit pada bagian tangan dilakukan oleh dokter dan bidan terlatih
(Mastiningsih,2019).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 secara global
penggunaan kontrasepsi modern sedikit meningkat dari 54% pada tahun 2008
menjadi 57,4% pada athun 2015. Secara regional, proporsi wanita berusia 15-49
tahun yang melaporkan penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat secara
minimal antara 2008 dan 2015 sebanyak 591,667 akseptor, dengan penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu implan sebanyak 51,536
akseptor, Intra Uterine Devices (IUD) sebanyak 23,383 akseptor, pil sebanyak
146,767 akseptor, metode kontrasepsi mantap 9,289 akseptor, kondom sebanyak
19,583 akseptor (BKKBN,2020).
Akseptor KB implan lebih sedikit disbandingkan dengan akseptor KB suntik
disebabkan karena sejak ibu kunjungan kehamilan sudah diberikan KIE tentang KB
suntik sehingga pengetahuan masyarakat untuk KB implan masih kurang dan
ketakutan pasien untuk menggunakan KB implant, kemungkinan lain juga
disebabkan karena adanya komplikasi dari timbulnya efek samping KB implan yaitu

1
2

seperti amenorea, spooting, ekspulsi, infeksi pada daerah insisi dan kenaikan berat
badan.
Pada tindakan pemasangan KB implan yaitu melakukan insisi di bawah kulit
sehingga perlu adanya pencegahan infeksi saat pemasangan KB implant. Asuhan
kebidanan yang diberikan yaitu melakukan prosedur pemasangan KB implant
dengan cara steril yaitu mencuci tangan, memakai sarung tangan serta menggunakan
alat pemasangan KB implan yang sudah dalam keadaan steril dan asuhan pada pasca
pemasangan KB implan yaitu memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan luka
insisi dan menerapkan informasi pasca pemasangan KB implan yang bertujuan agar
tidak terjadi infeksi pasca pemasangan KB implan serta dilakukan perawatan luka
insisi pasca pemasangan KB implan sesuai dengan prosedur.
Peran bidan dalam memberikan asuhan kepada akseptor KB implan yaitu
konseling pra pemasangan dan perlu dianjurkan untuk melakukan kunjungan untuk
memantau keadaan akseptor (Jitowiyono,2019).
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana “Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Dengan
Pemasangan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implan)”
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Implan adalah kontrasepsi jangka panjang bersifat reversibel berisi hanya
progestin saja (progestin-only) yang melepaskan sejumlah kecil progestin secara
(9)
terusmenerus ke dalam aliran darah. Kontrasepsi implan yang beredar di
Indonesia antara lain Norplant, Jadena, dan Implanon.
1. Norplant terdiri dari enam batang silastik yang berisi levonorgestrel masing-
masing 36 mg dan masa kerjanya 5 tahun.
2. Jedena terdiri dari dua batang yang masing-masing mengandung 75 mg
levonorgestrel dan masa kerjanya 5 tahun.
3. Implanon adalah implant tunggal berisi etonogestrel 68 mg dibungkus dalam
sebuah membrane etilen vinil asetat dan masa kerjanya 3 tahun.
B. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Kontrasepsi implan merupakan pilihan yang baik untuk wanita pada usia
reproduksi yang aktif secara seksual dan menginginkan kontrasepsi jangka
panjang yang kontinu. Implan dipertimbangkan pada wanita yang: (5,11)
a. Ingin menunda kehamilan selanjutnya dalam 2 sampai 3 tahun.
b. Menginginkan metode kontrasepsi jangka panjang dengan efikasi yang
tinggi.
c. Mengalami efek samping terkait esterogen esterogen serius atau minor
dengan kontrasepsi esterogen-progestin.
d. Mengalami kesulitan mengingat untuk mengkonsumsi pil setiap hari,
memiliki kontraindikasi atau kesulitan dengan penggunaan AKDR, atau
menginginkan metode kontrasepsi yang tidak terkait dengan koitus.
e. Tidak ingin hamil lagi, tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi
melakukan sterilisasi permanen.

3
4

f. Memiliki riwayat anemia dengan perdarahan perdarahan menstrual yang


berat.
g. Cenderung untuk menyusui selama setahun setahun atau dua tahun.
h. Memiliki penyakit kronis, yang kesehatannya dapat terancam dengan
kehamilan.
2. Kontraindikasi
Penggunaan implan merupakan kontraindikasi absolut pada wanita dengan: (6,11)
a. Kehamilan atau disangka hamil
b. Penyakit tromboflebitis atau tromboemboli
c. Perdarahan genital yang belum terdiagnosis, penggunaan kontrasepsi
hormonal dapat menyebabkan perubahan pola perdarahan. Apabila terdapat
perdarahan genital yang belum terdiagnosis harus diterapi
d. Penyakit hati akut.
e. Tumor hati yang jinak atau ganas.
Kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati sehingga gangguan fungsi
hati pada wanita dengan penyakit hati akut maupun gangguan hati berupa
tumor jinak atau ganas akan menyebabkan hormon yang digunakan tidak
dapat dimetabolisme dengan baik.
f. Kanker payudara payudara yang dicurigai dicurigai atau telah diketahui.
Kanker payudara terkait dengan hormon reproduksi wanita sehingga penderita
kanker payudara, baik yang dicurigai maupun yang telah diketahui, sebaiknya
tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Penggunaan implan merupakan
kontraindikasi relatif pada wanita dengan:(6,11)
1. Perokok Perokok berat (lebih 15 batang per hari) pada wanita berusia
berusia lebih 35 tahun
2. Riwayat Riwayat kehamilan kehamilan ektopik ektopik
3. Diabetes Diabetes mellitus mellitus
4. Hiperkolesterolemia
5. Hipertensi
5

6. Riwayat Riwayat penyakit penyakit jantung. jantung. Contohnya


Contohnya : infark miokard, miokard, penyakit penyakit arteri koroner,
tromboembolik, dan pasien dengan katup jantung artifisial
7. Penyakit Penyakit kandung kandung kemih
8. Penyakit Penyakit kronis ( immunocompromised )
Implan tidak dikontraindikasikan pada situasi berikut, tetapi metode lain
mungkin lebih disarankan: (11)
1. Acne berat.
2. Sakit kepala berat.
3. Depresi Depresi berat.
4. Penggunaan secara bersama-sama obat-obat yang menginduksi enzim
hati mikrosomal, di antaranya Carbamazepine, Felbamate, Nevirapine,
Phenobarbital, Phenytoin, Rifampicin, Griseofulvin, Troglitazone.
Obat-obat ini tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko
kehamilan akibat turunnya kadar progestin dalam darah.
C. Efektifitas
Kontrasepsi implan memberikan kontrol kehamilan yang sangat efektif. Studi
tentang Norplant pada 11 negara, dengan 12.133 akseptor wanita sebagai subjek,
angka kehamilan adalah 0,2 kehamilan dari 100 wanita per tahun penggunaan. Salah
satu kehamilan yang terjadi selama evaluasi ini adalah pada saat insersi implan. Jika
insersi selama fase luteal ini dikecualikan dari analisis ini maka angka kehamilannya
menjadi 0,01 kehamilan dari 100 wanita per tahun.
Pada remaja, implan Norplant memberikan poteksi yang lebih baik dalam
menghadapi kehamilan yang tidak diharapkan, dibandingkan dengan kontrasepsi
oral, dan faktor yang penting adalah angka keberlanjutan dengan Norplant. Efikasi
kontrasepsi dapat terjaga sampai 7 tahun penggunaan. (11)
Tidak ada pembatasan berat badan untuk akseptor Norplant, tetapi wanita yang
gemuk (lebih dari 70 kg) dapat mengalami angka kehamilan yang sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih kurus. Namun, pada beberapa tahun
6

terakhir angka kehamilan pada wanita gemuk yang menggunakan Norplant lebih
rendah daripada mereka yang menggunakan kontrasepsi oral. Perbedaan angka
kehamilan berdasarkan berat badan mungkin disebabkan oleh efek dilusional akibat
ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan kadar serum levonorgestrel
yang rendah dan berkelanjutan tersebut. Wanita yang gemuk sebaiknya tidak
mengandalkan Norplant pada batasan 5 tahun tersebut. Pada wanita yang lebih
langsing, durasi efikasi Norplant dapat lebih panjang dari 5 tahun. Pada beberpa
percobaan lanjutan, tidak didapatkan kehamilan sampai pada tahun ketujuh
penggunaan. (11)
Efikasi kontrasepsi Implanon melebihi Norplant dan sterilisasi. Jarang sekali
terjadi kehamilan, menghasilkan Pearl Index sekitar 0,01 kehamilan dari 100 wanita
per tahun penggunaan. Pada lebih dari 70.000 siklus, tidak ada kehamilan yang
dilaporkan akibat inhibisi total ovulasi sampai ovulasi diobservasi pada 6 bulan
terakhir bulan terakhir pada periode pada periode 3 tahun. 3 tahun. Tidak ada data
tersedia terkait berat pengaruh berat badan pada efikasi Implanon. (11)
D. Cara Kerja
Dengan penggunaan implan LNG, kehamilan dicegah melalui mekanisme
kombinasi sebagai berikut. Mekanisme primernya adalah: (6)
1. Memproduksi mukus serviks yang tebal yang mencegah penetrasi sperma.
2. Menghambat ovulasi, pada kurang lebih 50% siklus menstruasi.
Mekanisme sekunder, yang dapat mendukung kerja dari mekanisme primer
tersebut antara lain: (6)
1. Mengurangi produksi progesteron alami oleh ovarium selama fase
luteal bahkan pada siklus-siklus ketika ovulasi terjadi.
2. Menekan pertumbuhan endometrium (hypoplasia).
Kadar pelepasan kontrasepsi implan ditentukan oleh area permukaan
total dan densitas implan yang mengandung progestin. Progestin berdifusi dari
dalam implan menuju ke jaringan sekitarnya melalui sistem sirkulasi dan
didistribusikan secara sistemik, mencegah kadar inisiasi yang tinggi pada
7

sirkulasi seperti pada steroid oral atau injeksi. Dalam 24 jam setelah insersi
Norplant, konsentrasi levonorgestrel dalam plasma menjadi sekitar 0,4 sampai
0,5 ng/mL. Cukup tinggi untuk mencegah konsepsi. Namun, sebuah studi
tentang perubahan mukus serviks mengindikasikan bahwa sebuah metode
backup harus digunakan harus digunakan 3 ha ri setelah setelah insersi. (11)
Kapsul Norplant melepaskan sekitar 86 mcg levonorgestrel per 24 jam
selama 12 bulan pertama. bulan pertama. Kadar ini Kadar ini berkurang
secara berkurang secara bertahap menjadi bertahap menjadi 50 mcg per hari
per hari pada 9 bulan berikutnya, dan menjadi 30 mcg per hari pada sisa waktu
berikutnya. Hormon sejumlah 86 mcg yang dilepaskan oleh implan selama
beberapa bulan pertama akan tersebut pertama akan tersebut sama dengan
penggunaan kontr sama dengan penggunaan kontrasepsi progestin-
only minipil 4 levonorgestrel oral harian, dan 25 sampai 50 % dosis tersebut
(11)
didapatkan melalui kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah.
Berat badan mempengaruhi kadar levonorgestrel yang bersirkulasi.
Semakin tinggi berat badan seseorang, seseorang, semakin semakin rendah
kadar levonorgestrelnya. levonorgestrelnya. Pengurangan Pengurangan
terbesar terjadi pada wanita dengan berat badan lebih dari 70 kg, tetapi
bahkan pada wanita gemuk, tingkat pelepasannya cuku pada wanita gemuk,
tingkat pelepasannya cukup tinggi untuk mencegah kehamilan, gi untuk
mencegah kehamilan, paling tidak sama paling tidak sama reliabilitasnya
dengan reliabilitasnya dengan kontrasepsi oral. kontrasepsi oral. Konsentrasi
plasma Konsentrasi plasma ratarata di bawah 0,2 ng/mL dihubungkan dengan
peningkatan angka kehamilan. Setelah 6 bulan penggunaan kadarnya adalah
sekitar 0,35 ng/mL, pada 2,5 tahun kadarnya menjadi 0,25 sampai 0,35 ng/mL.
Sampai pada penggunaan tahun ke-8, kadar reratanya tetap di atas 0,25 ng/mL.
(11)

Kadar levonorgestrel dapat pula dipengaruhi oleh kadar sirkulasi sex


hormone- hormonebinding globulin (SHBG). Levonorgestrel memiliki
8

afinitas yang tinggi terhadap SHBG. Pada minggu setelah insersi Norplant,
kadar SHBG berkurang secara cepat kemudian kembali menjadi kira-kira
setengah dari kadar 1 tahun sebelum insersi. Kadar SHBG ini tidak seragam
dan dapat diperhitungkan pada beberapa variasi individu dalam hal
(11)
konsentrasi levonorgerstrel plasma. Mekanisme konsepsi yang dicegah
oleh Norplant hanya dapat dijelaskan sebagian.
Terdapat 3 mode aksi yang mungkin, yang sama dengan yang
(8,11)
diatribusikan pada efek kontrasepsi pada mini pil progestin-only. Kadar
konstan levonorgestrel memiliki efek berkepanjangan terhadap mukosa
serviks. Mukus menjadi tebal dan jumlahnya berkurang,
membentuk pelindung dari penetrasi sperma.
Levonorgestrel Levonorgestrel menekan menekan hipotalamus dan
pituitari, serta lonjakan hormon LH yang dibutuhkan untuk ovulasi.
Sebagaimana yang ditentukan oleh kadar progesteron pada banyak akseptor
selama beberapa tahun, kira-kira sepertiga dari keseluruhan siklus adalah
ovulatori. Selama 2 tahun pertama penggunaan, hanya sekitar 10 % wanita
ovulatori, tetapi dalam penggunaan lebih dari 5 tahun terdapat lebih dari 50
persen. Pada siklus-siklus yang ovulatori tersebut, terdapat insidensi
insufisiensi luteal yang tinggi.
Levonorgestrel menekan maturasi siklik akibat estradiol estradiol pada
endometrium dan selanjutnya menyebabkan atrofi. Perubahan tersebut dapat
mencegah implantasi pada saat terjadi fertilisasi. Namun, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa fertilisasi dapat dideteksi pada akseptor Norplant.
Implanon mencegah ovulasi selama periode 3 tahun, dengan perhitungan
semua efek kontrasepsi. Namun, perkembangan folikuler dapat terjadi,
menghindarkan masalah klinis signifikan hipoesterogenemia, dan pada 6
bulan terakhir pada periode 3 tahun, terkadang terdapat ovulasi. Sementara
dengan Norplant efek progestasional diproduksi pada mukus servikal dan
9

endometrium. Angka kegagalan yang besar tidak didapatkan pada kegagalan


yang besar tidak didapatkan pada individu individu yang gemuk.(11)
E. Penggunaan
Insersi dan pencabutan implan memerlukan prosedur bedah minor di bawah
pengaruh anestetik lokal. Implan idealnya idealnya diinsersikan diinsersikan pada
hari 5 pertama sampai kelima pada pertama sampai kelima pada siklus menstruasi
siklus menstruasi normal. Ada normal. Ada pula yang mengatakan yang
mengatakan diinsersikan pada hari ke 5 sampai ke 7 setelah menstruasi dimulai
untuk mencegah terjadinya ovulasi. Apabila amenore, hal yang harus dipastikan
adalah bahwa calon akseptor tidak sedang hamil. (10,12)
Pemasangan:
 Persiapan alat non-steril: (6)
1. Meja periksa
2. Penyanggah tangan
3. Sabun untuk mencuci tangan
4. Pulpen atau marker
5. Template
6. Implan dalam kemasan
7. Cairan antiseptik
8. Anestetik lokal
 Alat steril: (6)
1. Doek steril
2. Tiga buah mangkuk steril (untuk cairan antiseptik, kapas alkohol, dan batang
implan)
3. Handschoen steril
4. Spuit 5 atau 10 cc dengan needle 22G
5. Trokar
6. Scalpel dengan blade
10

7. Forsep jaringan jaringan


8. Plester
9. Kain kasa
10. Epinefrin untuk keadaan emergensi (syok anafilaktik)
 Prosedur Pemasangan:(6)
1. Pastikan pasien membersihkan lengan yang akan dipasangi implan dengan air
dan sabun, dan pastikan tidak ada sisa sabun.
2. Posisikan pasien di meja dalam posisi nyaman dengan lengan tersanggah lurus
atau bengkok.
3. Pasang kain bersih dan kering di bawah lengan pasien.
4. Tentukan daerah optimal optimal untuk insersi insersi yaitu sekitar sekitar 8
cm di atas lipatan lipatan siku. Gunakan template untuk membuat pola dan
tandai daerah yang akan di pasangi batang implan serta perkiraan ujung atas
kedua implant di kulit dengan spidol (marker).
5. Siapkan tempat peralatan dan buka kotak instrumen steril atau DTT tanpa
menyentuh instrumen tersebut.
6. Bukalah Bukalah kemasan steril yang berisi 2 batang implan dan jatuhkan
batang implan tersebut ke dalam wadah mangkuk steril atau DTT.
7. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian kemudian keringkan.
8. Kenakan sarung tangan steril atau DTT pada kedua tangan.
9. Susun alat sehingga mudah untuk diambil. diambil.
10. Berikan cairan antiseptik pada daerah yang akan diinsisi dengan
menggunakan kasa yang dijepit dengan forsep. Usapkan mulai dari daerah
yang akan diinsisi dan gerakkan meluas secara sirkuler hingga 8 hingga 13
cm. Setelah itu biarkan mengering sekitar 1 sampai 2 menit. Ingat untuk
tidak menyentuh daerah yang belum didekontaminasi.
11. Jika tersedia, pasangkan doek steril dengan lubang Jika tersedia, pasangkan
doek steril dengan lubang di tengahnya pada daerah di tengahnya pada
11

daerah yang akan diinsersikan. Lubang tersebut harus cukup besar untuk
menampilkan seluruh daerah dimana batang implan akan diinsersikan.
12. Setelah memastikan bahwa pasien tidak alergi Setelah memastikan bahwa
pasien tidak alergi terhadap anestetik lokal, isilah anestetik lokal, isilah spoit
dengan 2 cc anestetik lokal (tanpa epinefrin).
13. Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada daerah Masukkan jarum tepat di
bawah kulit pada daerah insisi. Injeksikan sejumlah isi. Injeksikan sejumlah
kecil anestetik lokal pada daerah tersebut sampai menggembung. Kemudian
tanpa mencabut jarum, masukkan sekitar 5 cm lagi ke arah pertengahan
daerah antara yang akan dipasangi implan.
14. Arahkan Arahkan skalpel sekit skalpel sekitar 45ᴼ dan buatlah insisi kecil
dangkal berukuran sekitar 2 mm untuk sekedar menembus kulit. Jangan
membuat insisi yang lebar atau dalam. Jika trokar yang akan digunakan
masih baru, tidak perlu dilakukan insisi.
15. Masukkan trokar dengan ujung bevel menghadap ke atas. Terdapat tiga
tanda pada trokar, tanda yang berada di tengah tidak digunakan untuk insersi
implan. Tanda yang paling dekat dengan hub menandakan seberapa jauh
trokar harus dimasukkan ke bawah kulit sebelum implan dimasukkan. Tanda
yang paling dekat dengan ujung trokar menandakan seberapa jauh trokar bisa
ditarik ketika akan memasukkan implan pada lokasi berikutnya.
16. Insersikan trokar dan plunger-nya ke bawah kuli Insersikan trokar dan
plunger-nya ke bawah kulit melalui lubang insisi yang lalui lubang insisi
yang telah dibuat sebelumnya dengan ujung bevel menghadap ke atas.
Masukkan trokar ke dalam, hentikan segera setelah ujungnya masuk ke
dalam kulit (2-3 mm dari ujung bevel). Jangan pernah memaksa trokar
masuk. Jika terdapat tahanan, arahkan pada sudut lain.
17. Untuk menjaga batang implan tetap pada bidang superfisial, tahan trokar ke
atas ketika mendorong trokar di bawah kulit. Dengan perlahan dorong trokar
dan plunger-nya plunger-nya menuju tanda yang telah dibuat pada kulit.
12

Trokar tersebut tersebut harus cukup dangkal sehingga terlihat menonjol dan
bisa diraba di bawah kulit.
18. Ketika trokar sudah sampai pada tanda yang paling dekat dengan hub,
lepaskan plunger dari trokar.
19. Masukkan batang implan pertama melalui trokar. Masukkan batang implan
pertama melalui trokar. Gunakan tangan atau forsep kan tangan atau forsep
untuk memasukkan implan, sementara tangan yang satu lagi tetap
memegang trokar.
20. Gunakan plunger untuk mendorong implan masuk dengan perlahan sampai
terasa tahanan.
21. Tahan plunger pada posisinya, kemudian tarik trokar a, kemudian tarik
trokar sampai pada tanda yang sampai pada tanda yang paling paling dekat
dengan bevel tadi sampai pada bekas insisi (trokar tidak keluar dari kulit).
22. Pastikan batang implan pertama telah bebas dari Pastikan batang implan
pertama telah bebas dari ujung trokar dengan meraba ujung implan setelah
trokar ditarik ke arah plunger.
23. Tanpa mencabut trokar dari kulit, arahkan Tanpa mencabut trokar dari kulit,
arahkan trokar masuk ke arah satu lagi untuk pemasangan batang implan
berikutnya.
24. Palpasi ujung batang implan yang mengarah ke bahu untuk memastikan
implan terpasang dengan benar.
25. Untuk meminimalkan risiko ekspulsi spontan dari batang implan, palpasi
daerah insisi untuk memastikan ujung implan berjarak sekitar 5 mm dari
tempat insisi. Ujung-ujung batang implan yang berdekatan sebaiknya
berjarak sekitar 2-3 mm.
26. Dengan hati-hati tarik trokar dan tekan Dengan hati-hati tarik trokar dan
tekan bekas insis bekas insisi dengan kasa sekitar satu menit untuk
menghentikan perdarahan. Lepaskan doek, dan bersihkan daerah sekitar
13

lokasi insersi dengan kapas cairan sekitar lokasi insersi dengan kapas cairan
DTT atau alkohol.
 Langkah pemasangan Implanon: (13)
1. Pemasangan Implanon harus dalam kondisi aseptik oleh petugas
petugas kesehatan yang familiar dengan prosedurnya.
2. Insersi Implanon adalah dengan menggunakan menggunakan
aplikator khusus. Penggunaan aplikator ini berbeda dengan
pemasangan klasik. Penarikan dari aplikator yang dibongkar dan
komponen-komponen lainnya tertera nen lainnya tertera sepertti di
bawah sepertti di bawah ini.
3. beri injeksi. Ketika memasukkan Implanon, obturatornya harus tetap
terfiksasi ketika kanula ditarik dari kulit.
4. Persilakan Persilakan pasien untuk berbaring berbaring telentang
telentang dengan tangan yang tidak dominan terbentang dan siku
dominan terbentang dan siku dibengkokkan. dibengkokkan.
5. Untuk meminimalkan meminimalkan risiko kerusakan kerusakan
vaskular vaskular atau neural, neural, Implanon Implanon harus
diinsersikan di sebelah medial lengan yang tidak dominan.
6. Implanon Implanon harus dimasukkan dimasukkan secara
subdermal, subdermal, tepat dibawah dibawah kulit. Jika Implanon
dimasukkan terlalu dalam, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
vaskular atau neural. Juga akan mempersulit dalam melokalisasi dan
melepasnya kemudian.
7. Tandai daerah insersi. insersi.
8. Bersihkan Bersihkan daerah tersebut tersebut dengan antiseptik.
antiseptik.
9. Anestesi dengan anestetik semprot Anestesi dengan anestetik
semprot atau dengan 2 atau dengan 2 cc lidokain 1% yang
dimasukkan sepanjang kanal insersi.
14

10. Buka kemasan Imp kemasan Implanon.


11. Sebelum membuka pelindung jarum, pastikan keberadaan batang
implan yang terlihat seperti benda putih di dalam ujung jarum. Jika
implan tidak terlihat, ketuk ujung atas pelindung jarum pada
permukaan yang rata agar implannya turun ke ujung jarum. Begitu
pula sebaliknya jika implan keluar terlalu jauh dari
ujung jarum, jarum, ketukkan ketukkan pelindung jarum agar
implan berada pada ujung jarum. Setelah Setelah itu, pelingung
jarum dapat dilepaskan.
12. Implan dapat jatuh sewaktu-waktu dari aplikatornya, karenanya
posisikan aplikator dengan posisi menghadap ke atas sampai pada
waktu akan melakukan insersi.
13. Regangkan kulit di sekitar daerah insersi dengan jempol dan
telunjuk. 14. Masukkan ujung jarum dengan sudut sekitar 20ᴼ.
14. Lepaskan regangan kulit.
15. Turunkan aplikator sampai pada aplikator posisi hampir horisontal.
16. Ketika aplikator tersebut tampak mengangkat kulit, dorong jarum
sampai pada panjang maksimalnya. Jangan gunakan tenaga yang
berlebihan. Jarum tersebut harus sejajar di bawah kulit untuk
memastikan Implanon diinsersi tepat dibawah kulit.
17. Biarkan aplikator berada sejejar dengan kulit. Jika implan
ditempatkan terlalu implan ditempatkan terlalu dalam, dapat
menyebabkan parestesi dan migrasi implan sehingga pencabutan
implan akan menjadi lebih sulit. 19. Patahkan segel aplikator.
18. Putar obturator 90ᴼ
19. Fiksasi obturator dengan satu tangan arah sejajar dengan lengan,
sementara tangan yang lainnya dengan pelan menarik kanula
(jarum) lepas dari lengan. Jangan menekan obturator.
15

20. Pastikan implan sudah tidak ada di ujung jarum. Setelah retraksi
kanula, bergelombang dari obturator akan terlihat.
21. Selalu pastikan keberadaan implan dengan palpasi dan biarkan
pasien meraba implan yang sudah diinsersi tersebut. Setelah
melahirkan, implan dapat diinsersikan sebelum 21 hari postpartum.
Jika diinsersikan lebih dari 21 hari postpartum, akseptor implan
disarankan untuk menggunakan kondom atau tidak berhubungan
selama 7 hari. (10)
Pada kasus keguguran medis, implan dapat diinsersikan mulai
dari saat operasi sampai hari ke-5 pasca operasi. Jika diinsersikan
lebih dari hari ke-5 pasca operasi keguguran, akseptor implan
disarankan untuk menggunakan kondom atau tidak berhubungan
selama 7 hari. (10)
F. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
Implan adalah metode kontrasepsi yang aman, sangat efektif,
dan berkelanjutan yang membutuhkan hanya sedikit usaha dan tidak seperti
kontrasepsi injeksi jangka panjang, implan dapat mengembalikan kesuburan
secara cepat. Oleh karena merupakan metode progestin-only, implan dapat
digunakan oleh wanita yang memiliki kontraindikasi dengan kontrasepsi yang
mengandung esterogen. Pelepasan berkelanjutan progestin dosis rendah
menghindarkan dosis inisiasi yang tinggi oleh lonjakan hormonal yang tinggi
akibat injeksi yang berhubungan dengan kontrasepsi oral. Implan merupakan
pilihan yang sangat baik untuk wanita menyusui dan dapat diinsersikan segera
setelah melahirkan. Tidak ada efek terhadap kualitas atau kuantitas ASI, dan bayi
dapat tumbuh normal. Keuntungan lain metode implan adalah memungkinkan
seorang wanita mengatur kehamilan secara tepat kerena pengembalian fertilitas
adalah tepat waktu setelah pencabutan, berbeda dengan pengembalian
16

pengembalian fertilistas fertilistas 6 sampai 18 bulan pada penggunaan


penggunaan injeksi Depo-Povera. (11)
Pada wanita menyusui, gemuk, dengan diabetes gestasional utama,
minipil progestin-only secara oral berhubungan dengan peningkatan risiko 3 kali
lipat diabetes mellitus non-insulin dependen. Telah diketahui bahwa meskipun
hal ini dapat terjadi pada semua wanita yang menderita diabetes gestasional atau
pada semua metode kontrasepsi progestin-only, cara pemberian yang bijaksana
tentang metode lain harus disarankan untuk kelompok wanita tertentu. (11)
Satu dari keuntungan mayor metode pelepasan berkelanjutan adalah efikasi
yang tinggi, hampir sama dengan efektifitas teoritis. Pada pasangan yang mana
tidak mungkin melakukan aborsi elektif dalam hal kehamilan yang tidak
direncanakan, tingkat efikasi yang tinggi merupakan hal sangat penting. Tidak
ada pil yang lupa diminum, diminum, kondom yang bocor, diafragma diafragma
yang hilang, hilang, atau salah suntik. Untuk wanita pada risiko tinggi komplikasi
medis sehingga mereka tidak boleh hamil, implan yang pelepasan pelepasan
berkelanjutan berkelanjutan ini hadir dengan keuntungan keuntungan keamanan
yang signifikan.
Akseptor impan harus diyakinkan bahwa penggunaan implan tidak
berhubungan dengan perubahan metabolisme karbohidrat maupun lemak,
koagulasi, fungsi hati atau ginjal, atau kadar immunoglobulin. Oleh
karena banyak banyak wanita yang menginginkan menginginkan implan dapat
saja mengalami mengalami pengalaman pengalaman negatif dengan
kontrasepsilain, merupkan hal yang penting untuk menjelaskan perbedaan antara
metode ini dan metode sebelumnya perbedaan antara metode ini dan metode
sebelumnya. (11)
b. Kerugian
Terdapat beberapa kerugian yang berhubungan dengan penggunaan sistem
implan. Implan dapat menyebabkan disrupsi pada pola haid, khususnya pada
tahun pertama pertama penggunaan, penggunaan, dan beberapa beberapa wanita
17

tidak dapat menerima menerima perubahan perubahan pola haid tersebut.


Esterogen endogen biasanya normal, dan tidak seperti kontrasepsi oral esterogen-
progestin, progestin tidak secara reguler menyebabkan endometrial sloughing .
(11)
Akibatnya, endometrium runtuh pada interval yang tidak dapat diprediksi.
Implan harus diinsersi dan dicabut pada dengan prosedur pembedahan
oleh petugas petugas yang terlatih. yang terlatih. Wanita itu sendiri sendiri tidak
dapat memulai memulai atau menghentikan menghentikan metode ini tanpa
bantuan klinisi. Kejadian pencabutan yang rumit adalah sekitar 5% untuk
Norplant dan lebih rendah lagi pada Implanon. Kejadian ini dapat diminimalisasi
dengan pelatihan yang baik dan insersi yang hati-hati. Implan dapat terlihat di
bawah kulit. Tanda ini mungkin tidak dapat diterima oleh beberapa pasangan.
(11)

Implan tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual


seperti herpes, HPV, HIV, gonore, atau klamidia. Meskipun penggunanya
biasanya jarang menggunakan menggunakan kontrasepsi kontrasepsi tambahan
tambahan karena tingginya tingginya efikasi efikasi metode ini, akseptor yang
memiliki resiko untuk mendapatkan penyakit menular seksual harus
menggunakan kondom sebagai metode tambahan untuk proteksi terhadap
infeksi penyakit menular seksual. (11)
Oleh karena insersi dan pencabutan implan memerlukan prosedur bedah
minor, biaya inisiasi maupun penghentian lebih tinggi jika dibandingkan
dengan metode kontrasepsi oral atau metode barrier. Biaya implan ditambah
biaya jasa untuk insersi dapat terlihat tinggi bagi pasien kecuali jika pasien
membandingkan dengan total biaya metode kontrasepsi lainnya selama 5 tahun.
Terlepas dari pada itu, penggunaan jangka pendek implan lebih mahal jika
dibandingkan dengan metode reversibel jangka pendek lainnya, dan
kebanyakan wanita mungkin tidak mengharapkan penggunaan metode jangka
panjang dalam durasi penuh. (11)
18

G. Efek Samping dan Komplikasi


Kebanyakan akseptor implan mengalami gangguan pola haid, termasuk haid
memanjang atau tidak teratur atau spotting atau amenore. Komplikasi lainnya yang
didapatkan adalah pertambahan berat badan, sakit kepala, jerawat, kista ovarium,
hiperpigmentasi pada lokasi pemasangan implan, hiperpigmentasi pada lokasi
(5,15)
pemasangan implan, dan perubahan perubahan mood.
1. Perdarahan
Perubahan pola perdarahan sering terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi implan. Sebuah studi retrospektif menunjukkan bahwa 25% wanita
tidak melanjutkan penggunaan implan setelah satu tahun pemakaian, dan 62% di
antara alasan berhentinya adalah karena alasan perubahan pola perdarahan.
Namun, perubahan perubahan pola perdarahan perdarahan ini biasanya ini
biasanya hanya terjadi terjadi pada tahun pertama pertama pemakaian implan.
(10)
2. Perubahan berat badan
Sebuah studi retrospektif menunjukkan bahwa beberapa wanita mengalami
peningkatan berat badan selama menggunakan menggunakan implan.
Peningkatan Peningkatan berat badan 11 kumulatif dalam 3 tahun penggunaan
adalah 2,8% sampai 12,7%. Perubahan berat badan yang fluktuatif selama usia
reproduktif reproduktif memang umum terjadi, tetapi tidak ada bukti untuk
mendukung hubungan antara penggunaan implan dan perubahan berat badan. (10)
3. Perubahan mood
Studi non-komparatif telah menunjukkan perubahan mood pada sekitar 10%
sampai 11% wanita selama penggunaan implan 3 tahun. Namun, perubahan
(10)
mood dalam arti postif maupun negatif tidak didefinisikan.
4. Kehilangan libido
Dilaporkan pada kurang dari 6% akseptor Dilaporkan pada kurang dari 6%
akseptor implan prog implan progesteron. esteron. (10)
19

5. Jerawat
Dilaporkan bahwa jerawat terjadi atau memberat pada 13% wanita yang
menggunakan implan. (10)
6. Sakit kepala
Sebanyak 1% sampai 4% wanita akseptor implan mengeluhkan sakit kepala
selama 3 tahun follow up penggunaan implan. Namun, sakit kepala merupakan
keluhan yang sangat umum sehingga sangat sulit untuk menentukan bagaimana
hubungan antara sakit kepala ini dengan tara sakit kepala ini dengan penggunaan
implant.(10)
Efek samping tersebut kebanyakan terjadi akibat pelepasan progestin oleh
implan. Namun, hal ini tidak terjadi sesering pada penggunaan pil. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain adalah tromboemboli vena, penurunan penurunan
densitas densitas tulang, tulang, serta kanker payudara. Namun, komplikasi
tersebut tersebut sangat jarang terjadi dan belum cukup bukti untuk menjadikan
implan sebagai faktor risiko untuk penyakit-penyakit komplikasi tersebut. (10)
Menurut Saifuddin (2010, p.MK58-59) efek samping dari implan:
1. Perdarahan bercak/spotting Sering ditemukan pada tahun pertama
Pengobatan:
a) Bila tidak ada masalah masalah dan klien tidak h dan klien tidak hamil,
tidak diperlukan tindak amil, tidak diperlukan tindakan apapun.
b) Bila pasien merasa terganggu terganggu dapat diberikan diberikan pil
kombinasi kombinasi satu siklus atau ibuprofen 3x 800 mg selama 5 hari.
2. Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di
tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak
ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru
1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila infeksi, cabut yang ada dan
pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain
20

3. Infeksi pada daerah insersi


a) Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau
antiseptik, berikan antibiotik selama 7 hari, implan jangan dilepas
b) Bila tidak membaik cabut implan dan pasang yang baru, pada sisi lengan
yang lain atau metode kontrasepsi yang lain
c) Bila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik dan aliran pus keluar,
cabut s keluar, cabut implan lakukan perawatan luka dan berikan
antibiotik oral 7 hari.
4. Berat badan naik/turun Perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.
Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat d tidak dapat diterima, bantu
klienmencari iterima, bantu klienmencari metode lain.
5. Amenorea
a) Bila tidak hamil, tidak memerlukan memerlukan penanganan khusus,
cukup konseling saja
b) Bila klien tidak dapat menerima, angkat implan dan ganti kontrasepsi lain
c) Bila terjadi kehamilan cabut implan.
6. Jerawat
a) Gejala : timbul jerawat yang berlebihan pada wajah
b) Penyebab : karena faktor progesteronnya, terutama nortestosteron
menyebabkan eron menyebabkan peningkatan kadar lemak
c) Pengobatan:
1. Bila tidak mengganggu cukup dengan menjaga kebersihan wajah
2. Bila ada infeksi dapat diberi tetrasiklin 3-4 X 1 kapsul 250 mg selama
tujuh hari
3. Bila jerawat menetap dan bertambah banyak sehingga tidak dapat
ditolerir oleh klien cabut implan dan ganti cara kontrasepsi non
hormonal.
Waktu pemasangan Implan
a) Sewaktu haid berlangsung
21

b) Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil


c) Bila menyusui menyusui : 6 minggu-6 bulan pasca salin
d) Saat ganti cara dari metode yang lain
e) Pasca keguguran

H. GAMBAR
BAB III

LAPORAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA


NY.”S” DENGAN AKSEPTOR BARU KB IMPLAN DI TPMB LIA
RACHMAWATI

Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2023

Nama Pengkaji : Sinta Pebrianti

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar


1. Data Subjektif
a. Identitas Ibu/Suami
Nama : Ny. S / Tn. B
Umur : 37 th / 46 th
Suku :Sunda
Agama :Islam
Pendidikan :SD / SLTP
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat :Marti Babakan
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin memakai kb implant untuk pertama kalinya karena
untuk menjarangkan kehamilannya.
c. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : teratur 28 hari
Lamanya : 6-7 hari

22
23

Dismenore : tidak ada


d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
e. Riwayat KB
Ibu pernah memakai kb suntik 3 bulan selama 2 tahun dan ibu ingin
mengganti cara kb implan karena ingin menjarangkan kehamilannya.
f. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM,
jantung,asma dan penyakit serius lainnya dan tidak ada riwayat alergi
terhadap obat-obatan.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di keluarga tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM,
jantung,asma dan penyakit serius lainnya dan tidak ada riwayat alergi
terhadap obat-obatan.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Makan 3x sehari,nafsu makan baik. Pola makan nasi,sayur dan lauk,
minum 7-8 gelas/hari.
b) Eliminasi
BAB 1x sehari dan BAK 3-4x sehari dan tidak ada gangguan saat BAB
dan BAK
c) Personal hygiene
Mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 2-3 dalam seminggu, ganti
baju 2x sehari
d) Istirahat
Tidur siang 1 jam sehari dan tidur malam 8 jam sehari
e) Aktivitas
Aktivitas ibu sebagai ibu rumah tangga memasak, menyapu, mengepel,
mencuci dan mengurus anak
24

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,7 C
Pernafasan : 22x/menit
c. Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus
Payudara : simetris, putting menonjol dan tidak teraba massa
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan
Ektermitas : simetris, tidak ada oedema dan tidak ada varises
B. Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnose : Ny. S P2A0 dengan akseptor baru Kb implan
C. Langkah III Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Diagnose potensial : Tidak adanya tanda-tanda infeksi pada luka bekas insisi
D. Langkah IV Antisipasi Masalah dan Tindakan Segera
Tidak ada data yang menunjang
E. Langkah V menyusun Rencana Asuhan
a. Melakukan pendekatan pada klien/suami dan keluarga
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya
c. Menjelaskan tentang implan (definisi,cara kerja, indikasi, kontraindikasi,efek
samping, keuntungan dan kerugian implan)
d. Melakukan informed consent
e. Menjelaskan pada klien hasil pemeriksaan
25

f. Melakukan teknik pemasangan implant yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku
g. Melakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka insisi dirumah
dan kapan kunjungan ulang klien berikutnya
F. Langkah VII Implementasi
a. Melakukan pendekatan pada ibu dengan bersikap ramah dan sopan,
memperkenal diri maksud dan tujuan untuk konseling KB serta menjaga privasi
percakapan dengan klien sehingga klien bebas bertanya dan mengemukakan
pendapat.
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya. Ibu
ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang lama, salah satunya yaitu KB
implan dan ibu ingin tau tentang KB implan
c. Menjelaskan tentang KB implant, implant merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat
hormone progesterone, implant ini kemudian dimasukan kedalam kulit bagian
lengan atas. Hormone tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan
implant ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.
Keuntungan kontrasepsi implant yaitu daya guna tinggi, perlindungan jangka
panjang sampai 5 tahun, tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
implant, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengguna estrogen,
tidak mengganggu saat berhubungan, tidak mengganggu produksi ASI dan
menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Efek samping yaitu amenorea (tidak haid), bercak darah (spooting) ringan,
ekspulsi (kapsul keluar dari tempat pemasangan), infeksi pada tempat
pemasangan, berat badan nail/turun.
d. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan, ibu dan suami setuju dan menandatangani.
26

e. Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu baik,
TTV dalam batas normal tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, suhu
36,7 C, pernafasan 22x/menit. Hasil pemeriksaan tidak ada kelainan.
f. Melakukan teknik pemasangan implant yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku
1. Persiapan alat dan bahan
a) Meja periksa untuk tempat tidur klien
b) Penyangga lengan atau meja samping
c) Sabun untuk mencuci tangan
d) Implant set steril
e) Kain penutup
f) 3 mangkok steril atau DTT
g) Sepasang sarung tangan steril
h) Larutan antiseptic
i) Lidocain 1%
j) Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik
k) Balpoin
l) Plester
m) Kassa
2. Pemasangan implant
Kapsul implant dipasang tepat dibawah kulit, diatas lipat siku didaerah
medial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien
yang jarang digunakan.
3. Langkah pemasangan
a. Persiapan
a) Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih
b) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan
27

c) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas membentuk sudut 30ºC
terhadap bahu dan sendi siku 90ºC untuk memudahkan petugas
melakukan pemasangan
d) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm (3 inci) diatas lipat
siku dan reka posisi kapsul dibawah kulit (subdermal).
e) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa
menyentuh peralatan yang ada didalamnya.
f) Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril
b. Tindakan sebelum pemasangan
a) Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
b) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril
c) Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai
d) Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptic. Hapus
antiseptic yang berlebihanbila larutan ini mengaburkan tanda yang
sudah dibuat sebelumnya
e) Langkah 5
Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup, latakan
kain dibawah lengan atas.
28

f) Langkah 6
Setelah memastikan anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi
(lidocain 1%)
g) Langkah 7
Lakukan anastesi lokal intracutan dan subdermal. Hal ini akan membuat
kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya dan dorong jarum untuk
menyuntikan anatesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml)
membentuk huruf V.
c. Pemasangan kapsul
a) Langkah 1
Pegang scalpel dengan sudut 45ºC buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau
dalem
b) Langkah 2
Trocar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas.
Tanda 1 dekap kapsul menunjukan batas masuknya trocar sebelum
memasukan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukan batas
pencabutan trocar setelah memasang setiap kapsul
c) Langkah 3
Dengan trocar dimana posisi angka (implant-2) dan panah (implant-2
plush) menghadap ke atas masukan ujung trocar pada luka insisi dengan
posisi 45ºC (saat memasukan ujung trocar) kemudian turunkan menjadi
30ºC saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan kulit saat
mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari pangkal trocar).
d) Langkah 4
Untuk meletakan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trocar ke atas,
sehingga kulit terangkat. Masukan trocar perlahan-lahan dan hati-hati
kea rah tanda (1) dekat pangkal. Trocar harus selalu terlihat mengangkat
29

kulit selama pemasangan. Masuknya trocar akan lancer bila berada tepat
dibawah kulit.
e) Langkah 5
Saat trocar masuk sampai tanda 1, cabut pendorong dari trocar (impla-
2). Untuk implant-2 plus, justru pendorong dimasukan (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180ºC searah jarum
jam hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong memasuki
alur kapsul yang ada didalam saluran trocar.
f) Langkah 6
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trocar
sampai terasa ada tahanan (jika sebagian pendorong masuk jalur kapsul
maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan).
g) Langkah 7
Tahan pendorong ditempatnya kemudian Tarik trocar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong.
h) Langkah 8
Saat pangkal trocar menyentuh pegangan pendorong. Tanda 2 harus
terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trocar tepat
berada dibawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan
kapsul sudah keluar seluruhnya dari trocar.
i) Langkah 9
Tanpa mengeluarkan seluruh trocar, putar ujung dari trocar kea rah
lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas.
j) Langkah 10
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
dipastikan tepat keluarkan trocar pelan-pelan. Tekan tempat insisi
30

dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan


perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan antiseptik
d. Tindakan setelah pemasangan
a) Menutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan plester dengan kasa steril untuk
menutup luka insisi.
b) Pembuangan darah dan dekontaminasi
Sebelum melepas sarung tangan. Masukan alat-alat ke wadah yang
berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Cuci tangan segera dengan
sabun dan air.
c) Perawatan luka
Amati klien lebih kurang 14-20 menit untuk kemungkinan dari luka
insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemasangan. Kalau bias diberikan secara
tertulis.
e. Melakukan konseling pasca pemasangan
1. Petunjuk perawatan luka di rumah
a) Mungkin akan terjadi memar, bengkak atau sakit daerah insisi
b) Jaga luka tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam
c) Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam
d) Klien dapat bekerja secara rutin
e) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan
f) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas segera kembali ke klinik
2. Memberikan obat amoxillin dan asam mefenamat 3x500 mg/8 jam
3. Kunjungan ulang apabila terdapat keluhan dan implant dapat dilepas
pada tanggal 28 Oktober 2026
31

G. Langkah VII Evaluasi


1. Ibu dan keluarga menyambut dengan baik maksud dan tujuan yang akan
diberikan
2. Ibu mengerti bahwa KB implant tidak mengganggu produksi ASI
3. Telah terpasang KB implant dengan jangka panjang 3 tahun jenis indopant
4. Bidan, ibu serta suami telah melakukan informed consent tentang tindakan yang
akan dilakukan
5. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,7ºC,
pernafasan 22x/menit, hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.
6. Tidak ada kendala atau komplikasi pada saat pemasangan implant dan tidak ada
perdarahan dari luka insisi atau efek lain. Ibu telah diberi petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemasangan dan akan kembali jika terdapat keluhan
atau ibu ingin melpasnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.S dengan akseptor KB baru


implant. Selama 1x24 jam dan membandingkan antara tinjauan teori dengan tinjauan
kasus tidak ada kesenjangan.

Pengumpulan data yang telah dilakukan dalam mengkaji data dari pasien tidak
mengalami kesulitan. Data subjektif dan objektif semua dapat dikaji sesuai dengan
konsep asuhan kebidanan. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ditemukan
kesenjangan.

Diagnose dan masalah ditentukan berdasarkan data subjektif dan objektif yang
diperoleh saat pengkajian data. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan tinjauan kasus.

Pada tahap perencanaan semua intervensi pada tinjauan teori dapat dilakukan
pada tinjauan kasus tanpa ada hambatan. Sehingga dalam hal ini tidak terjadi
kesenjangan, karena sudah terjadi interaksi saling percaya sehingga terjlin kerjasama
yang baik antara nakes, klien dan keluarga. Pelaksanaan intervensi terhadap klien dapat
dilakukan semua pada tinjauan teori dan tinjauan kasus. Dan didukung adanya sarana
dan prasarana yang tersedia dan memungkinkan untuk melakukan asuhan kebidanan
sesuai intervensi.

Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu yang melakukan pemasangan KB


implant, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
Jadi tidak ada hal-hal yang perlu di khawatirkan.

29
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus Ny.S dengan
akseptor baru kb implant. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan asuhan
kebidanan dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengkaji data, diagnose dan
masalah yang dialami klien, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
B. Saran
Untuk mendapatkan hasil yanag diinginkan perlu kiranya pembelajaran tentang
penerapan manajemn kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga
Bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. HTA Indonesia. KB pada Periode Menyusui–Hasil Kajian HTA tahun 2009.


Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.
2. BKKBN. Adult and Maternal Mortality. In: Indonesia Indonesia Demographic
and Health Survey 2012. 2013: 212-5
3. World Health Organization. Maternal Mortalitity. 2012. [online] [cited:
March2nd,2014]Availablefrom:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs34
8/en#
4. Pernoll ML. Contraception. In: Benson and Pernoll’s Handbook of Obstetrics
Benson and Gynecology, 10th Ed . New York: Medical Publishing Division.
2001: 727- 41.
5. Albar E. Kontrasepsi. In: Wiknjosastro H, editor. editor. Ilmu Kandungan
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007: 534-
72.
6. Bayer Schering Farma. Jadelle Training Manual of Family Planning
.2008:[online][cited:January28th,2014]Availablefrom:http://www.k4healthorg/t
oolkits/implans/jadelle-training-manual-family-planning
7. Meirik O, Fraser IS, d’Arcangues C. Implantable contraceptives for women.
Human Reproduction Up Human Reproduction Update. 2003; 9(1):49-59.
8. Darney PD. Everything Everything you need to know about the contraceptive
contraceptive implants. Obg Management . Sept 2006: 50-63.
9. Jacobstein R, Stanley Stanley H. Contraceptive implants: providing providing
better choice to meet growing family planning demand. Global Health: Science
and Practice. 2013; 1(1). 11-17.
10. Clinical Effectiveness Unit. Progestogen-Only Implants. Faculty of Sexual &
Reproductive Healthcare. 2008.
11. Speroff L, Fritz MA, editors. Lo Speroff L, Fritz MA, editors. Long-Acting
Methods o ng-Acting Methods of Contraception. In: Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility, 7th Ed . Lippincott Williams and Wilkins. 2005:
950-61.
12. DelConte A. Contraception. In: Curtis MG, Overholt S, Hopkins MP,
editors. Glass’ Office Gynecology, 6th Ed . Lippincott Williams and Wilkins.
2006:347-61.

Anda mungkin juga menyukai