Anda di halaman 1dari 36

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam
penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah neurosain melalui pendekatan
ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN BERCAKAP-CAKAP UNTUK


MENURUNKAN HALUSINASI PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PENDENGARAN

OLEH:
MELINDA ALIFIANTI
P3.73.20.1.17.061

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN BERCAKAP-CAKAP UNTUK
MENURUNKAN HALUSINASI PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI
PENDENGARAN

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun dalam rangka Tugas Praktikum Pengantar Riset Keperawatan pada
Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Tahun Akademik 2020

OLEH:

NAMA: MELINDA ALIFIANTI


NIM: P3.73.20.1.17.061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berjudul:


Penerapan Strategi Pelaksanaan Bercakap-Cakap untuk Menurunkan Halusinasi
pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran
Oleh : Melinda Alifianti
NIM : P3.73.20.1.17.061
Telah diperiksa dan disetujui serta layak untuk dipertahankan dihadapan Penguji
Proposal Peneliti Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III.

Bekasi, Februari 2020

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Dosen Dosen
NIP NIP

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian denga Judul:


Penerapan Strategi Pelaksanaan Bercakap-cakap untuk Menurunkan Halusinasi
pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran
Oleh : Melinda Alifianti
NIM : P3.73.20.1.17.061
Telah diujikan di hadapan Tim Penguji Sidang Proposal Program Studi DIII
Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III di
Bekasi, pada Februari 2020.

Ketua Penguji Penguji Anggota

Dosen Dosen
NIP NIP

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Santun Setiawati, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An


NIP. 197512232002122001

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan

Ns. Ulty Desmarnita, S.Kp., M.Kes., Sp. Mat


NIP. 196212211986032003

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Berkat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal riset
keperawatan yang berjudul ‘’Penerapan Strategi Pelaksanaan Bercakap-cakap
untuk menurunkan Halusinasi Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran’’ tepat
pada waktunya. Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi praktikum
Pengantar Riset Keperawatan.
Dalam menyusun proposal ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
sehingga proposal ini dapat terselesaikan, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Yupi Supartini, SKp, MSc selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta III
2. Ns. Ulty Desmarnita, S.Kp., M.Kes., Sp. Mat selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III
3. Ns. Santun Setiawati, M.Kep., Ns., Sp.Kep. An selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III
4. Suhana Haeriyanto, SKM., M.Kep selaku Penanggung jawab dan
Pembimbing Praktikum mata kuliah Pengantar Riset Keperawatan
5. Ns. Paula Krisanty, S. Kep, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan
6. Kedua orang tua, adik dan nenekku yang selalu memberikan doa,
semangat dan motivasi selama penyusunan proposal ini
7. Teman-teman kelas 3 Reguler B yang selama tiga tahun ini berjuang
bersama melewati suka dan duka selama berkuliah di Poltekkes Jakarta III
8. Teman- teman Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta III yang telah
membantu selama masa pendidikan, yang tidak dapat di sebutkan satu per
satu
9. Teman – teman kelompok yang telah memberikan masukan, semangat dan
mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan proposal ini
10. Ismi, Dhilah, Yuli, Anne, Vita, Tiwi, Indah, Mar, Ade yang selalu menjadi
support system dan mood booster untuk penulis.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari
sempurna karena terbatasnya pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman yang
penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
proposal ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Bekasi, Februari 2020

Penulis

v
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPEL DEPAN ............................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
A. Konsep dasar kompres air hangat .................................................................. 5
B. Konsep dasar peningkatan suhu tubuh pada anak .......................................... 7
C. Penelitian terkait penerapan prosedur kompres hangat pada anak dengan
peningkatan suhu tubuh ..................................................................................... 11
BAB III METODOLODI PENELITIAN.............................................................. 12
A. Desain penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.
B. Subjek Studi Kasus ....................................................................................... 12
C. Instrumen Pengumpulan Data ........................ Error! Bookmark not defined.
D. Metode Pengumpulan Data ........................... Error! Bookmark not defined.
E. Pengolahan dan Analisa Data ........................ Error! Bookmark not defined.
F. Etika Penelitian ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
LEMBAR PENJELASAN STUDI KASUS ......................................................... 17
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONCENT) .................................... 18
LEMBAR OBSERVASI CHECKLIST STANDAR OPERASIONAL KOMPRES
............................................................................................................................... 19
PENDOMAN WAWANCARA ............................................................................ 21
JADWAL PENELITIAN ...................................................................................... 22
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN .................................................................. 23

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam UU No.14 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, disebutkan
bahwa kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yaitu dimana seseorang
yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekelompok gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, dan juga dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis
dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013, memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk. Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis/ skizofrenia tahun 2013 di
Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki gangguan jiwa terbesar pertama
antara lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,27%), kemudian urutan
kedua Aceh ( 0,27%), urutan ketiga sulawesi selatan (0,26%), Bali menempati
posisi keempat (0,23%), dan Jawa Tengah menempati urutan kelima (0,23%)
dari seluruh provinsi di Indonesia.

1
2

Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan gelaja


halusinasi dan waham (Townsend, 2011). Pasien dengan skizofrenia
mempunyai gejala salah satunya adalah halusinasi akibat cemas
berkepanjangan yang tidak mampu dihadapi pasien menggunakan mekanisme
koping dalam diri pasien. Menurut Hawari (2014), menyebutkan bahwa
halusinasi yang terjadi pada pasien skizofrenia halusinasi gangguan alam
perasaan yang tidak menentu, isi kebesaran atau kejaran, sering bertengkar atau
berdebat, dan perilaku cemas yang tidak menentu dan kemarahan. Penyebab
gangguan jiwa salah satunya adalah adanya tekanan yang berat dalam peristiwa
hidup. Stres berasal dari lingkungan atau biologi ataupun bisa keduanya
(Videback, 2008).
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi
pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang berbicara (Lilik, 2016).
Keliat dan Akemat (2012) mengemukakan salah satu cara mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap. Dengan bercakap-cakap dengan
orang lain akan terjadi distraksi yang diperlukan dalam mengontrol halusinasi
karena fokus perhatian dari halusinasi menjadi teralihkan ke percakapan
dengan orang lain (Fresa, 2015 dalam Mardhayanti, 2019).
Hasil penelitian yang dilakukan Suheri (2014), mengenai pengaruh
tindakan generalis halusinasi pada pasien skizofrenia di RS Jiwa Grhasia
Pemda DIY dalam penelitiannya didapatkan bahwa pada pasien skizofrenia
3

dimana dalam penelitian ini mengalami halusinasi pendengaran (auditory)


dilakukan tindakan generalis salah satunya dengan bercakap-cakap
menunjukkan perbedaan tingkat halusinasi sebelum dan sesudah pemberian
tindakan generalis dengan bercakap-cakap. Pasien mengalami penurunan
tingkat frekuensi dalam halusinasinya setelah dilakukan tindakan. Terbukti
pasien mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor dalam
mengendalikan halusinasi sehingga menurunkan tanda-tanda halusinasinya.
Sehingga, berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian penerapan
strategi pelaksanaan bercakap-cakap untuk menurunkan halusinasi pada pasien
halusinasi pendengaran.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan bercakap-cakap untuk menurunkan
halusinasi pada pasien dengan halusinasi pendengaran?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya penerapan strategi pelaksanaan bercakap-cakap halusinasi
pada pasien dengan halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya konsep prosedur bercakap-cakap
b. Diketahuinya konsep halusinasi
c. Diketahuinya penerapan strategi pelaksanaan bercakap-cakap untuk
menurunkan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi rumah sakit
Menambah keluasan ilmu dan pengembangan bidang keperawatan bagi
Rumah Sakit dalam penerapan strategi pelaksanaan bercakap-cakap untuk
menurunkan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran.
4

2. Bagi tenaga kesehatan (Perawat)


Perawat dapat menambah informasi dan pengalamannya mengenai prosedur
bercakap-cakap pada pasien dengan halusinasi khususnya halusinasi
pendengaran, serta menambah wawasan keilmuwan perawat dalam merawat
pasien dengan halusinasi.
3. Bagi penulis
Penulis dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan studi kasus
kualitatif dengan desain deskriptif mengenai penerapan strategi pelaksanaan
bercakap-cakap untuk menurunkan halusinasi pada pasien halusinasi
pendengaran.

E. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan
pustaka berisi tentang konsep dasar prosedur bercakap-cakap, konsep dasar
halusinasi, dan penelitian terkait. Bab III metodologi penelitian berisi tentang
desain studi kasus, subjek studi kasus, fokus studi, definisi operasional fokus
studi, instrument studi kasus, metode pengumpulan data, tempat dan waktu
studi kasus, analisis data dan penyajian data, dan etika studi kasus.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Prosedur Bercakap-cakap


1. Pengertian Bercakap-Cakap
Menurut (Nasir, 2009 dalam Muhith, 2011).Teknik bercakap-cakap dengan orang lain
adalah upaya mengendalikan diri yang berfokus pada perhatian pasien untuk
berkomunikasi dengan orang lain sehingga pasien hanya tertuju pada hal yang nyata
untuk mengontrol halusinasinya. Strategi pelaksanaan komunikasi berperan penting
dalam asuhan keperawatan jiwa, dengan alasan komunikasi mampu berhubungan
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan pasien juga butuh
penguatan untuk mempertahankan diri melalui komunikasi yang efektif
2. Tujuan
Selanjutnya (Muhith,2015) menyebutkan Cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Terutama bila isi halusinasi itu menyenangkan,
memuji, memuja atau mencintai dia, maka individu akan cenderung menikmati
dengan melamun berlama-lama. Disinilah pentingnya pendampingan keluarga.
Sangat sulit bila keluarga adalah nenek atau ibu yang sudah tua atau malah tidak ada
keluarga lagi. Orang lain yang berbincang-bincang menanyakan isi halusinasinya
adalah untuk mengoreksi dan memvalidasi. Bila individu pasif, keluarga atau
pendamping harus aktif. Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu
mengontrol halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi
distraksi: fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain sehingga halusinasinya berkurang atau hilang

3. Tahapan tindakan Bercakap-cakap


Sedangkan Trimeilia (2011), tahapan tindakan bercakap-cakap dengan orang lain
meliputi:

a. Tahapan pertama perawat menjelaskan tujuan menemui orang lain dan bercakap
cakap. Tujuan pasien menemui orang lain dan bercakap-cakap yaitu agar pasien
tidak berfokus pada halusinasi tetapi berfokus pada percakapan yang akan
dibicarakan misalnya pasien menemui pasien lainnya membicarakan tentang
hobby pasien, makanan kesukaan pasien, kegiatan yang dilakukan pasien saat
dirumah.
6

b. Tahapan kedua perawat menjelaskan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap.
Perawat menjelaskan cara menemui orang lain yaitu dengan mengucapkan salam
misalnya ‘’selamat pagi/siang, memperkenalkan diri, dan mengajak pasien lain
bercakap-cakap yaitu apakah mau mengobrol dengan saya karena saya mendengar
suara-suara yang tidak ada wujudnya.
c. Tahapan ketiga yaitu perawat mencotohkan cara menemui orang lain dan bercakap-
cakap. Contohnya yaitu pada saat halusinasi pasien muncul, pasien langsung
menemui pasien lain dengan mengatakan, ‘’tolong, saya mulai mendengar suara-
suara apakah bisa kita mengobrol?’’, pasien dan pasien lainnya bisa membicarakan
tentang hal-hal apa saja yang mereka sukai atau yang sedang ingin dibicarakan
misalnya apa film kesukaan pasien.
d. Tahapan keempat perawat meminta pasien untuk memperagakan cara menemui
orang lain dan bercakap-cakap.
e. Tahapan kelima yaitu perawat memantau perilaku dan mengevaluasi penerapan
cara bercakap-cakap terhadap kemampuan pasien untuk mengontrol halusinasi.
7

B. Konsep dasar Halusinasi


1. Pengertian Halusinasi
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari
panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.

Halusinasi menurut Maramis (2009) adalah penerapan tanpa adanya rangsang


apapun pada panca indera seseorang pasien yang terjadi dalam sadar dan tidak sadar
atau bangun, dasarnya bisa organik, fungsional, psikotif ataupun histerik. Selain itu
ada yang mengungkapkan bahwa halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa
dimana pasien mengalami perubahan sensori: merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu (Direja, 2011).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut
(Nanda-I, 2012).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi


merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana individu mengalami gangguan
perubahan dalam mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (nyata) atau
bersifat palsu tanpa adanya stimulus eksternal.

Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan


dan perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling
banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%,
dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.

2. Pengertian Halusinasi Pendengaran


Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara, paling sering suara orang,

berbicara kepada pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau banyak

suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Berbentuk

halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh pasien untuk melakukan untuk

melakukan tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau membahayakan

orang lain dan dianggap berbahaya (Videbeck, 2008, dalam Keliat, 2010).
3. Etiologi (menurut)
Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep
stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi.

a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis:
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya
kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah
serta pernah mmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.

5
6

4. Tanda dan Gejala (menurut


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut:

a. Data Subyektif: Pasien mengatakan:


1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

5. Rentang Respon Neurobiologis


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, sehingga halusinasi
merupakan gangguan dari respon neurobiologis. Rentang respon
neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi
akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok dan
terciptanya hubungan social yang harmonis. Sementara itu, kesukaran
7

proses emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan isolasi social: menarik diri.
Berikut adalah gambaran rentang respons neurobiology halusinasi.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir:


terganggu waham
Persepsi akurat
Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten
Ketidakmampuan untuk
dengan pengalaman Emosi tidak stabil
mengalami emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh Ketidakteraturan
Isolasi social
Hubungan sosial Menarik diri

6. Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut

a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien


sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan
bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini
pasien mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati: Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, respon verbal yang
lambat, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas
tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat
menjijikkan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi
mulai merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
8

Perilaku yang teramati : Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang


menunjukkan timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan
pernafasan, kemampuan kosentrasi menyempit. Dipenuhi dengan
pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah
untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir
(Psikotik)
Perilaku yang teramati: Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh halusinasinya dari pada menolak. Kesulitan
berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat,
tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati : Perilaku menyerang - teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Amuk, agitasi dan menarik diri. Tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang komplek. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari
satu orang.
9

7. Manifestasi Perilaku
Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin
muncul yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara
sendiri, Memandang satu arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah.
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.
Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan karakteristiknya
menurut (Stuart, 2007) meliputi :

a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara
dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara
mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu
pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya
bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan
seperti darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
f. Halusinasi senestetik
10

Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui


vena dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran menurut Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurologis maladaptive yaitu:

a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi da upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas
hidup sehari-hari.
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaska kerancuan persepsi
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

9. Sumber Koping (gausah)


Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kreativitas tinggi. Orang tua harus secara aktif meendidik
anak-anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat
berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan
waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan (Fitria, 2012).
11

C. Penelitian Terkait Penerapan Strategi Pelaksanaan Bercakap-Cakap


Untuk Menurunkan Halusinasi Pada Pasien Dengan Halusinasi
Pendengaran

Oky Fresa, Dwi Heppy Rochmawati dan M. Syamsul Arif (2015),


mengemukakan bahwa kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok
intervensi ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan
terapi bercakap-cakap mengalami peningkatan dalam mengontrol
halusinasinya. Dengan hasil uji statistik Mann-Whitney Test yaitu 6.359, nilai
negative menunjukkan kemampuan mengontrol halusinasi setelah dilakukan
terapi individu bercakap-cakap pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada
kemampuan mengontrol halusinasi control yang tidak diberikan terapi individu
bercakap-cakap.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Marzuki Setyo Wicaksono
(2017), tentang teknik distraksi sebagai strategi menurunkan kekambuhan
halusinasi yang mana teknik tersebut dimasukkan dalam strategi pelaksanaan
dalam keperawatan jiwa pada strategi pelaksanaan ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain didapatkan hasil pada saat implementasi yaitu interaksi klien
selama wawancara klien tampak kooperatif mendengar apa yang ditanya dan
menjawab sesuai pertanyaan. Teknik ini mulai digunakan dengan tujuan untuk
mengalihkan perhatian klien ke hal lain sehingga dapat menurunkan tingkat
kewaspadaan klien terhadap halusinasinya, sehingga klien merasa pada situasi
yang tenang, aman nyaman dan dalam kondisi yang baik selama mungkin.
Klien mampu mempraktekkan SP3 teknik bercakap-cakap dengan benar dan
teknik tersebut berpengaruh pada penurunan tingkat halusinasi ditandai dengan
klien mampu mengontrol rasa takut saat halusinasi muncul dan halusinasinya
sudah tidak muncul pada malam hari.
Dalam hasil penelitian Faiza dan Abu Bakar Sidik (2012), melakukan
penelitian di rs……….menyatakan bahwa dalam membantu pasien untuk
mengontrol halusinasi dengan mengajarkan teknik bercakap-cakap dengan
orang lain peneliti berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan perawat dalam
membantu pasien mengontrol halusinasi adalah hanya dengan menghardik
halusinasi, menganjurkan pasien berinteraksi dengan orang lain. Menurut
12

peneliti bila tindakan perawat dalam melatih pasien tidak dilakukan


sepenuhnya maka halusinasi pasien kurang terkontrol.
Hasil penelitian yang dilakukan Suheri (2014), mengenai pengaruh
tindakan generalis halusinasi pada pasien skizofrenia di RS Jiwa Grhasia
Pemda DIY dalam penelitiannya didapatkan bahwa pada pasien skizofrenia
dimana dalam penelitian ini mengalami halusinasi pendengaran (auditory)
dilakukan tindakan generalis salah satunya dengan bercakap-cakap
menunjukkan perbedaan tingkat halusinasi sebelum dan sesudah pemberian
tindakan generalis dengan bercakap-cakap. Pasien mengalami penurunan
tingkat frekuensi dalam halusinasinya setelah dilakukan tindakan. Terbukti
pasien mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor dalam
mengendalikan halusinasi sehingga menurunkan tanda-tanda halusinasinya.
Cut Putri Meliza & Nur Anisah (2017), dalam penelitiannya
menyatakan bahwa perawat RSJ Aceh telah menerapkan komunikasi terapeutik
dalam pemulihan pasien gangguan jiwa khususnya masalah keperawatan
halusinasi. Komunikasi terapeutik yang dilakukan dalam setiap strategi
pelaksanaan membantu pemulihan pasien gangguan jiwa halusinasi. Strategi
pelaksanaan komunikasi terapeutik secara individu yang diberikam dalam
empat tahap kerja salah satunya meliputi melatih pasien bercakap-cakap
dengan orang lain berdampak pada meningkatnya pemulihan pasien gangguan
jiwa.
BAB III
METODOLODI STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan
Studi kasus ini menggunakan desain kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus yang menjelaskan kasus secara deskriptif.

B. Subjek Studi Kasus


Subjek studi kasus ini adalah pasien gangguan jiwa yang mengalami
halusinasi pendengaran. Penulis mengambil dua pasien yang mengalami
halusinasi pendengaran dan akan menerima strategi pelaksanaan pada
halusinasi yaitu teknik bercakap-cakap. Subjek penelitian dalam studi kasus ini
terdiri atas dua orang dengan masalah yang sama yaitu halusinasi pendengaran,
dengan kriteria subyek dalam studi kasus ini, yaitu pasien yang mempu
berkomunikasi, kooperatif, dan pasien dengan halusinasi tahap I-III.

C. Fokus Studi
Fokus studi kasus adalah dua orang pasien dengan diagnosa halusinasi
pendengaran yang berada di RSKD Duren Sawit.

D. Kriteria Subjek Studi Kasus


Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi pendengaran adalah merupakan suatu
gejala gangguan jiwa dimana individu mengalami gangguan perubahan dalam
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (nyata) atau bersifat palsu
tanpa adanya stimulus eksternal.
Prosedur teknik bercakap-cakap dengan orang lain adalah upaya
mengendalikan diri yang berfokus pada perhatian pasien untuk berkomunikasi
dengan orang lain sehingga pasien hanya tertuju pada hal yang nyata untuk
mengontrol halusinasinya.

12
13

E. Instrumen Studi Kasus


Menurut Sugiyono (2012) menyebutkan yang menjadi instrument atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham terhadap metode
kualitatif, menguasai teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan. Ciri khas penelitian kualitatif
tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, dimana pengamat memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri situasi yang mungkin terjadi. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu format pengkajian jiwa,
lembar observasi, lembar wawancara dan lembar observasi tanda dan gejala
halusinasi. Catatan medic pasien

F. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi
Menurut Sugiyono (2013) dalam Mardhasanti (2019), observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
menggunakan alat indera untuk mengetahui dan mendapatkan data yang
terdapat pada objek studi kasus. Berdasarkan teori metodologi
pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis yaitu dengan cara
observer ikut mengambil bagian dalam kehidupan pasien dan dilihat dari
tanda gejala halusinasi yang dialami pasien.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2013) dalam Mardhasanti (2019), wawancara
merupakan suatu percakapan yang ditunjukkan pada suatu masalah dan
merupakan proses Tanya jawab secara lisan dimana terdapat dua orang
atau lebih dan dilakukan secara berhadapan. Berdasarkan teori metedologi
pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis yaitu dengan
berinteraksi dengan pasien secara berhadapan langsung untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan.

G. Tempat dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus ini akan dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit
pada 09 Mei-15 Mei 2020.
14

H. Analisis Data dan Penyajian Data


Menurut Sugiyono (2013) dalam Mardhasanti (2019) Analisis data
merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dipahami,
dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data pada studi kasus ini dilakukan
setelah semua data terkumpul. Data pada studi kasus ini disajikan dalam
bentuk narasi deskriptif dengan bantuk kalimat atau teks, berupa pemaparan
gambaran penerapan prosedur teknik bercakap-cakap pada dua orang pasien
dengan halusinasi.

I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2011), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (Persetujuan)


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus
ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
15

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya


oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
4. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For Person)
Prinsip Respect for persons menyangkut penghormatan akan otonomi
manusia untuk dengan bebas menentukan sendiri apa yang akan dia
lakukan untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian dan atau mau berhenti
dalam tahap manapun atau meneruskan keikutsertaannya dalam suatu
penelitian.
5. Prinsip Etik Berbuat Baik (Beneficience) dan Tidak Merugikan (Non
Maleficience)
Beneficience menyangkut prinsip untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dan tidak mencelakannya. Bila prinsip ini diterapkan dalam
bidang riset medis, maka prinsip ini menyangkut suatu kewajiban untuk
meminimalisir risiko bila dibanding dengan potensi keuntungan yang bisa
dipetik dari penelitian itu. Prinsip etik berbuat baik juga menyangkut
kewajiban membantu orang lain, dilakukan dengan mengupayakan
manfaat maksimal dengan kerugian minimal. Diikutsertakannya subjek
manusia dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu
tercapainya tujuan penelitian yang dilakukan.
6. Prinsip Keadilan (Justice)
Justice menyangkut kewajiban untuk memperlakukan setiap manusia
secara baik dan benar, memberikan apa yang menjadi haknya, serta tidak
membebani mereka dengan apa yang bukan menjadi kewajibannya. Dalam
penelitian kesehatan, penelti meminta subjek untuk berkorban (menaggung
beban dan risiko), dengan harapan mendapatkan keuntungan untuk
kemaslahatan masyarakat banyak.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/1300/4/MIGUNANI%20UTAMI%20BAB%20III.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/8245fa062cfae36925f774d22
4ba8987.pdf

http://repository.upi.edu/15624/9/Ta_JKR_1205962_Chapter3.pdf

http://repository.upi.edu/3848/6/S_PSI_0800926_Chapter3.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57173/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4&isAllowed=y

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/162/jtptunimus-gdl-dewanggava-8073-2-
babii.pdf

http://repository.ump.ac.id/969/3/ANGGI%20FITRIYANI%20BAB%20II.pdf

http://repository.ump.ac.id/3901/3/ELGA%20ANIS%20AMRULLOH%20BAB%20II.pdf

http://repository.ump.ac.id/2615/3/RESTU%20ARDIYANTO%20BAB%20II.pdf

http://repository.stikes-
ppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/604/Buku%20Ajar%20Jiwa%
202016.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://rsjiwajambi.com/wp-content/uploads/2019/09/buku-ajar-keperawatan-
kesehatan-jiwa-Ah.-Yusuf-Rizky-Fitryasari-PK-Hanik-Endang-Nihayati-1.pdf

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2014-kesehatan-jiwa

http://eprints.ums.ac.id/64730/1/BAB%20I.pdf

http://eprints.ums.ac.id/59144/3/BAB%20I.pdf

16
17

https://www.kemkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-
kesehatan-jiwa-masyarakat.html
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN STUDI KASUS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Tyas Puspita Ratna
NIM : P3.73.20.1.17.154
Status : Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III

Akan mengadakan studi kasus ini yang berjudul “Penerapan Prosedur Kompres
Hangat Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh”. Studi kasus ini bertujuan
untuk Diketahuinya penerapan prosedur kompres hangat pada anak dengan
peningkatan suhu tubuh. Saya akan melakukan observasi terhadap prosedur
kompres hangat pada anak selama kurang lebih 6 hari. Manfaat dari studi kasus
ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam merawat anak dengan
peningkatan suhu tubuh..
Studi kasus ini tidak bersifat memaksa. Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi
peserta silahkan menandatangani surat persetujuan. Dengan persetujuan yang di
berikan, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam kegiatan studi kasus ini.
Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan data atau informasi yang
Bapak/Ibu berikan.
Demikian lembar persetujuam studi kasus ini saya sampaikan. Atas perhatian dan
kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Bekasi, Februari 2020


Mahasiswa

Tyas Puspita Ratna

17
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Inisial Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi partisipan penelitian Mahasiswi


Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Jakarta III atas nama Tyas Puspita Ratna dengan judul “Penerapan Prosedur
Kompres Hangat Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh”.
Saya sudah diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi sebagai
partisipan pada penelitian ini secara sukarela dan partisipan penelitian mendapat
kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu saya (bersedia/tidak bersedia)* secara sukarela untuk menjadi
partisipan penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan pada pihak
manapun.
*)coret bila perlu
Jakarta, Februari 2020
Peneliti Partisipan

Tyas Puspita Ratna ....................................

18
LEMBAR OBSERVASI CHECKLIST STANDAR OPERASIONAL
KOMPRES

No Tindakan Dilakukan Keterangan


Ya Tidak
1 Pengkajian
Kaji tanda-tanda vital khususnya
suhu
Kaji riwayat penyakit terkait
peningkatan suhu
Kaji usia anak, tingkat
perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan
kemampuan kooperatif
2 Perencanaan
Persiapan Alat :
 Thermometer
 Air hangat dalam tempatnya,
 Kain/washlap 5 buah
 Pengalas/perlak
 Pakaian anak,
 Handuk,
 Selimut extra
Cuci tangan
3 Implementasi
Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan kepada orang tua dan
anak
Mengukur suhu tubuh anak
Mengatur posisi anak
Memasang perlak atau pengalas di
bawah tempat pengompresan
Membuka pakaian anak
Pasang selimut extra
Basahi kaian atau washlap
pengompresan dengan air hangat,
peras sehingga tidak terlalu basah
Letakan kain pada daerah yang
akan di kompres (dahi, kedua
ketiak, dan kedua lipatan paha)
Apabila kain telah kering atau
suhu kain relative menjadi dingin,
masukan kembali kain kompres
ke dalam cairan kompres dan
letakan kembali di daerah

19
kompres, lakukan berulang-ulang
sekitar 15 menit
Menghentikan tindakan kompres
apabila anak menggigil
Mengeringkan anak dengan
handuk
Memakai pakaian anak
Mengukur suhu
Mengatur posisi anak setelah
tindakan
Membereskan peralatan
Mencuci tangan
4 Evaluasi
Mengevaluasi reson anak
Suhu tubuh anak membaik
5 Dokumentasi
Melakukan pendokumenasian
dengan tepat

20
PENDOMAN WAWANCARA

Nama Narasumber :
Hubungan dengan Responden :
Nama Responden :
Usia Responden :
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah benar anak ibu sedang
mengalami demam/peningkatan
suhu tubuh ?
2 Sejak kapan anak ibu mengalami
demam/peningkatan suhu tubuh ?
3 Apakah tanda dan gejala yang
anak ibu alami ketika demam ?
4 Apakah anak ibu pernah berobat
ke pelayanan kesehatan sebelum
dirawat di rumah sakit ?
5 Apakah ada obat-obatan yang
pernah atau sedang di konsumsi
oleh anak ibu sebelum dirawat di
rumah sakit ? jika ada, apakah
ibu/bapak dapat menyebutkan apa
saja obatnya ?

6 Apakah penanganan pertama yang


dilakukan ibu untuk mengatasi
demam/peningkatan suhu tubuh
anak ibu ?
7 Apakah dengan cara tersebut
dapat menurunkan suhu tubuh
anak ibu?
8 Apakah sebelumnya ibu sudah
pernah melakukan kompres air
hangat ?
9 Apakah ibu mengetahui tentang
kompres dengan menggunakan air
hangat ?
10 Apakah ibu mengetahui manfaat
dari kompres dengan
menggunakan air hangat ?
11 Apa sajakah respon dari anak ibu
setelah dilakukan kompres hangat
?

21
JADWAL PENELITIAN

Februari 2020 Maret 2020 April 2020 Mei 2020


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Perbaikan proposal
3 Perizinan dengan
lembaga terkait
4 Uji coba instrument
5 Pengambilan Kasus
6 Penyusunan laporan
7 Akhir penelitian

22
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

No. Uraian kegiatan Volume Harga Satuan Biaya


1. Biaya Perizinan Rp. 500.000,-
Penelitia
Rp. 500.000,-
2. Biaya Habis pakai
- Fotocopy referensi 20 lembar Rp. 500,- Rp. 10.000,-
- Print proposal 30 lembar Rp. 500,- Rp. 15.000,-
- Laminating 1 paket Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-
- Print revisi 30 lembar Rp. 500,- Rp. 15.000,-
Rp. 47.000,-
3. Biaya Perjalanan
- Ongkos Transportasi 10 hari Rp. 50.000,- Rp. 500.000,-
ke kampus
- Ongkos Transportasi 6 hari Rp. 28.000,- Rp. 168.000,-
ke RSCM
- Ongkos Makan siang 16 hari Rp. 15.000,- Rp. 240.000,-
Rp. 908.000,-
Rp.
TOTAL BIAYA 1.445.000,-

23

Anda mungkin juga menyukai