Proposal Skripsi
Oleh :
Oleh :
SUMIATI SUSANTI
NPM : 41220025
Sumiati Susanti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 RumusanMasalah....................................................................................2
1.3 TujuanPenelitian.....................................................................................3
1.4 ManfaatPenelitian...................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian ASI Eklusif dapat menekan AKB dan mengurangi 30.000 kematian bayi di
indonisia dan 10 juta kematian bayi di dunia memlalui pemberian ASI Eklusif selama
enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman
tambahan kepada bayi. Word Health Organizatioan (WHO) dan United Nations
Children’s Fund (UNICEF) membuat deklarasi yang bertujuan untuk melindunggi,
mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian Asi. WHO dan UNICEF
merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir melalui strategi
global pemberian ASI eklusif selama enam bulan.
Hasil survey menunjukan angka cakupan ASI Aklusif di indonesia pada bayi umur -6
bulan hanya 27 % Angka cakupan tersebutmasih sangat rendah namun setidaknya
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pada tahun 2007 yaitu 17%. Di
indonisia bayi yang mendapat ASI eklusif pada tahun 2014 sebesar 45,55%. Kementerian
kesehatan sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian Asi eklusif per 2014
sebesar 80%.kenyataannya persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat Asi
eklusifsebesar 54,0%,sedangkan bayi yang mendapat ASI eklusif sampai usia enam bulan
adalah sebesar 29,5%.
Salah satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eklusif bagi bayi di bawah usia
enam bulan karena beberapa ibu merasa bahwa dia merasa ASInya tidak cukup, padahal
sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASInya. Kecemasan dan kelelahan
ibu pada hari-hari pertama setelah melahirkan akan mempengaruhi berkurang rangangan
hormon prolagtin dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan
pengeluaran ASI sehinga mempengaruhi reflek let down dan menurunkan produksi ASI.
Penelitian yang dilakukan Blair (2003) didapatkan dari 95 ibu postpartum yang menyusui
bayinya menurun produksi ASInya pada saat rangsangan hisapan bayi berkurang yang
dapat menyebabkan menurunnya stimulasi hormone prolactin dan oksitoksin.
Usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitoksin pada ibu setelah melahirkan
selaindengan memeras ASI dapat dilakukan juga dengan melakukan perawatan dan
pemijatan payudara,membersihkan puting sering-sering,menyusui bayi meskipun ASI
belum keluar,menyususi dini dan teratur melaukan pijat oksitoksin.
Pijat oksitoksin merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,neurotrasmiter akan merangsang
medulla oblonagta langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk
mengeluarkan oksitoksin sehinga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Oksotksin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-nasal, intra-
musculer, maupun pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitoksin. Tindakan
pemijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merelaksasi ketegangan dan
menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu
pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera
bayi lahir dengan keadaan normal.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar oksitoksin dapat merangsang payudara untuk kontraksi, sehingga ASI akan di
lepaskan dengan lancar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami apa saja konsep ibu asi
b. Memahami apa pengertian pijat oksitoksin
c. Memahami apa hal yang dapat mempengaruhi produksi oksitoksin
d. Memahami apa alat yang di persiapkan
e. Memahami apa langkah-langkah pijat oksitoksin
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu
pengetahuan dan memahami apa itu pijat oksitoksin.
b. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan atau informasi kepada ibu
mengenai pijat oksitoksin .
c. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data atau landasan acuan bagi peneliti-
peneliti lain untuk mengembangkan penelitian ini sehingga akan lebih baik lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pembentukan Asi di mulai sejak awal kehamilan.ASI (air susu ibu) di
produksi karena pengaruh faktor hormonal,proses pembentukan ASI di mulai dari
proses terbentuknya laktogen dan hormon-hormon yang mempengaruhi
terbentuknya ASI,proses pembentukan laktogen dan hormon produksi asi sebagai
berikut :
1. Laktogenesis 1
Pada fase akhir kehamilan payudara perempuan memasuki fase pembentukan
laktogenesis 1,dimana payudara perempuan juga membentuk penambahan dan
pembesaran lobulus aleolus, Tingkat progestron yang tinggi dapat
menghambat produksi asai. Pada pase ini kolostrum yang keluar pada saat
hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadi masalah sedikit atau banyaknya
ASI yang akan di produksi.
2. Laktogenesis II
Pada saat melahirkan dan plasenta keluar menyebabkan menurunya hormon
progestron,e ,estrogen dan human placental laktogen (HPL) secara tiba-tiba
akan keluar hormon prolaktin yang tinggi yang menyebabkan produksi ASI
yang berlebih dan fase ini di sebut fase Laktogen II Pada faseini, apabila
payudara dirangsang,kadar prolaktin dalam darah akan meningkat dan akan
bertambah lagi pada periode waktu 45 menit, dan akan kembali ke level
semula sebelum rangsangan tiga jam kemudian .Hormon Prolaktin yang keluar
dapat menstimulasi sel di dalam alvioli untuk memproduksi ASI, hormon
prolaktin juga akan keluar dalam ASI. Level prolaktin dalam susu akan lebih
tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu pada pukul 2 pagi sampai 6
pagi,akan tetapi kadar prolaktin akan menurun jika payudara terasa penuh
Selain hormon prolaktin, hormon lainya seperti hormon insulin, tiroksin dan
kortisol terdapat dalam proses produksi ASI. Tetapi peran hormon tersebut
tidak terlalu dominan.penanda biokimiawi mengindikasikan jika proses
Laktogenesis II di mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu
yang setelah melahirkan merasakan payu dara penuh sekitar 2-3 hari setelah
melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukan bahwa produksi ASI
itu tidak langsung diproduksi setelah melahirkan. Kolostrum yang di konsumsi
oleh bayi sebelum ASI mengandung sel darah putih dan antibody yang tinggi
adalah immunoglobulin A(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman masuk pada bayi. IgA juga mencegah
alergi terhadap makanan,dalam dua minggu setelah melahirkan, kolostrum
akan mulai berkurang dan tidak ada. Dan akan di gantikan oleh ASI seutuhnya
3. Laktogenesis III
Fase laktogenesis III merupakan fase dimana system conrol hormone
endokrin mengatur produksi nya ASI selama kehamilan dan beberapa hari
setelah melahirkan .pada saat produksi ASI mulai setabil, sistim kontrol
endokrin dimulai.Pada tahap ini apabila ASI banyak dikeluarkan ,payidara
akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika Asi sering dikeluarkan selain
itu replek menghisap bayi pula akandapat mempengaruhi produksi ASI itu
senderi.
b. Pengertian Estrogen
Hormon estrogen ini menstimulasi saluran ASI untuk membesar.selama beberapa
bulan selama masih menyusui.pada saat hormon estrogen menurun dan ibu masih
menyusui, di anjurkan untuk menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen
karena akan menghambat produksi ASI
c. Prolaktin
Hormon Prolaktin merupakan suatu hormon yang di sekresi oleh grandula
pituitari.hormon ini berperan dalam membesarnya alvioli saat masa kehamilan.
Hormon prolaktin memiliki peran penting dalam memproduksi ASI. Karena kadar
hormon ini meningkat selama kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat oleh
placenta, saat melahirkan dan placenta keluar hormon progestrone dan estrogen
mulai menurun sampai tingkat di lepaskan dan diaktipkan hormonprolaktin.
Peningkatan hormon prolaktin akan menghambat ovulasi yang bias di karnakan
mempunyai fungsi kontasepsi alami, kadar prolaktin yang paling tinggi adalah
pada pada malam hari.
d. Oksitoksin
Hormon oksitoksin berpungsi mengencangkan otot halus pada rahim pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan. Pada saat setelah melahirkan, oksitoksin juga
mengencangkan otot halus alvioli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
Hormon oksitoksin juga berperan dalam prosesrunnya susu let down / milkejection
reflex.
Pada saat proses laktasi terdapat dua replek yang berperan , yaitu reflex prolaktin
dan reflek let down/reflek aliran yang akan timbul karena rangsangan isapan bayi
pada puting susu. Berikut penjelasan kedua reflek tersebut yaitu:
a. Replek prolaktin
ada saat akhir kehamilan, hormon prolaktin berperan untuk pembentukan
kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas hormon
prolaktin terhambat oleh hormon estrogen dan hormon progestron yang
kadarnya masih tinggi. Tetapi setelah melahirkan dan lepasnya placenta, maka
hormon estrogen dan hormon progestreron akan berkurang. Selain itu demgan
isapan bayi dapat merangsang puting susu dan payudara, yang akan
merangsang ujung-ujung saraf sensori yang mempunyai fungsi sebagai
resoptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke hipotalamus melalui
modula spinalis sehingga hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-
faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya juga akan
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang akan memacu sekresi prolaktin
akan meangsang hipofisis sehinga dapat dikeluarkannya prolaktin dan hormon
prolaktin dapat merangsang sel-sel alvioli yang fungsinya untuk membuat air
susu. Pada ibu menyusui, kadar hormon prolaktin akan mengalami
peningkatan jiga ibu bayi dalam keadaan stress (pengaruh psikis), anastesi,
oprasi rangsangan puting susu hubungan sexsual dan obat-obatan.
b. Replek Aliran /Let Down
Prose pembentukan prolaktin oleh adenohipofissi, rangsangan yang berasal
dari isapaan bayi dan akan dilanjutkan ke hipofisis posterior yang kemudian
akan meneluarkan hormonoksitoksin. Melalui aliran darah hormon akan di
bawa keuterus yang akan menimbulkan kontarsi pada uterus sehinga dapat
terjadi involusi dari organ tersebut.kontraksi yang terjadi tersebut merangsang
diperasnya air susu yang telah di proses dan akan dikeluarkan melalui alvioli
kemudian masuk ke sistim duktus dan dialirkan melalui laktiferus dan
kemudian masuk pada mulut bayi.
Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan nutrisi utama yang di berikan
pada bayi, produksi ASI di mulai pada saat kehamilan bulan ke 2 dan ke 3.
Manfaat dari ASI adalah nutrisi yang dapat di berikan setiap saat pada bayi.
Terkandung zat kekebalan terhadap penyakit. Manfaat ASI bukan hanya untuk
bayi, akan tetapi bisa bermanfaat juga untuk ibu bayi, nutrisi tidak hanya saat
di dalam kandungan, setelah dilahirkan seorang bayi masih memerlukan
nutrisi yaitu dengan pemberian ASI secara alami (Hayati,2009)
Masa post partum dimulai setelah kelahiran dari plasenta dan berakhir saat alat–
alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa post partum
dimulai 2 jam sejak melahirkan sampai 6 minggu pasca melahirkan atau 42 hari
(Risa, Rika,2014).
a. Involusi uteri
Involusi uteri merupakan proses berkurangnya ukuran uterus setelah lahirnya
plasenta yang disebabkan karena adanya kontraksi dan mengecilnya sel–sel
miometriumoleh proses autolysis yang dipecah dalam bentuk sederhana
kemudian diabsorbsi (Reede, Martrin,2012).
b. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus yang baik apabila uterus menjadi bundar/bulat dan keras
seperti batu, sebaliknya bila uterus berbentuk lembek menjadi tinggi dari
tempat semula, menunjukkan jika uterus kurang baik. Afterpains merupakan
kontraksi uterus intermiten setelah melahirkan dengan berbagai intensitas.
Peristiwa seperti ini biasanya dialami oleh ibu hamil multipara karena otot–
otot uterusnya tidak lagi dapat memepertahankan retraksi yang tetap karena
penurunan tonus dari persalinan sebelumnya (Reeder, Martrin,2012).
c. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang keluar dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas, lochea mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya berlangsung
kurang lebih selama 2 minggu setelah persalinan (Rukiyah, Liana 2011).
Perawatan payudara dapat dilakukan setelah melahirkan yaitu 1–2 hari dan harus
dilakukan secara rutin. Dengan dilakukan perawatan payudara dapat merangsang
otot–otot payudara yang dapat membantu merangsang hormon prolaktin untuk di
produksinya ASI. Pijat oksitosin adalah sebuah stimulus yang digunakan
merangsang pengeluaran ASI. Pijatan ini memberikan rasa nyaman pada ibu
setelah mengalami proses persalinan, pijat oksitosin dapat dilakukan selama 2–3
menit secara rutin 2 kali dalam sehari (Bobak, 2015).
Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan pada tulang belakang dari
nervus ke 5–6 sampai ke scapula yang bisa mempercepat kerja syaraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga dikeluarkannya
hormone oksitosin.
Pijat oksitosin dapat dilakukan sebelum ibu menyusui dan dapat diulangi beberapa
kali setelah ibu menyusui, pijat oksitosin dapat dilakukan beberapa kali dalam
setelah ibu menyusui, pijat oksitosin dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari
dengan waktu 3–5 menit pemijatan. Efek dari pijat oksitosin dapat di lihat
reaksinya dalam 6–12 jam pemijatan (Suhermi,2018).
a. Hasil penelitian menunjukkan ter-dapat hubungan yang signifikan pada taraf α= 0,05,
antara hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum
seksio sesarea dengan nilai Pvalue = 0,003. Hal ini dibuktikan dari 48 responden
sebagian besar dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24
responden (50%) produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9) produksi ASI tidak
lancar. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sesuai prosedur sebanyak
2 responden (4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi
ASI tidak lancar (Smith, 2016).
c. Hasil penlitian menunjukkan bahwa dari 48 responden sebagian besar produksi ASI
lancar sebanyak 26 responden (54,2%) dan produksi ASI tidak lancar sebanyak 22
responden (45,8%). Berdasarkan hasil penelitian dari 48 responden sebagian besar
dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24 responden (50%)
produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9) produksi ASI tidak lancar. Sedangkan
13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sesuai prosedur sebanyak 2 responden
(4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi ASI tidak
lancar.
d. Hasil uji continuity correction diperoleh nilai Pvalue = 0,003 pada α 5% sehingga
nilai Pvalue lebih kecil daripada α atau nilai X 2 hitung > X2 tabel (8,765 > 3,841).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum seksio sesarea hari ke 2 - 3 di RSIA
Aisyiyah Samarinda Tahun 2013. Dari hasil analisa juga diperoleh OR = 12,000 (95%
= (2,266-63,562), artinya ibu post partum seksio sesarea yang dipijat sesuai prosedur
memiliki peluang 12 kali produksi ASI lancar dibandingkan ibu post partum seksio
sesarea yang dipijat oksitosin tidak sesuai prosedur.
2.7 Kerangka Teori
BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat
(Rumengan, 2009). Desain yang peneliti gunakan adalah desain deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui pijat oksitosin untuk memperlancar asi di kota batam tahun 2020
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep –
konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri-ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
penelitian (Saryono, 2009). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah
3.6.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono,
2009). Sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui sebanyak 30 orang. Ada
pun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan total
sampling. Total Sampling adalah teknik penentuan sampel semua anggota populasi
Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoadmodjo, 2010). Alat ukur pada penelitian ini menggunakan kuesioner disini
diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik, sudah matang dimana
responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu
(Notoadmodjo, 2010).
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan kuisioner dan Check List Observasi.
Menurut Notoatmodjo (2010), tehnik pengolahan data yang digunakan yaitu secara
3.8.1Clearing
terhadap jawaban dari responden atau hasil observasi, hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya jawaban ganda atau lembar observasi yang belum diisi.
3.8.2 Coding
Coding adalah tahapan memberi kode pada jawaban responden yang mencakup
pemberian kode terhadap intensitas responden dan menetapkan kode untuk skoring
pernyataan dalam bentuk skala Ordinal yaitu 1=baik, jika >50% dan 0=buruk, jika
<50% dan pada variabel dependen penyusunan dalam bentuk Skala Ordinal yaitu
0= Lambat apabila durasi ≥1,5 jam untuk primigravida , ≥0,5 jam untuk
multigravida dan 1= cepat apabila durasi <1,5 jam untuk primigravida dan <0,5
3.8.3 Scoring
Scoring dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga
Setelah master tabel di edit dan di berikan kode, data dimasukkan dalam program
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data,
sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya. Adapun data dianalisis yaitu :
Analsi ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan
presentase setiap Variabel. Analisi data diakukan secara univariate dengan hasil
yang nantinya dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pembahasan dan kesimpulan.
Analisis bivariat dilakukan dua variabel yaitu variabel dependen dan variaabel
1. Jika p-value> 0,05 maka Ho gagal di tolak, berarti tidak ada hubungan antara
kedua variabel.
2. Jika p-value< 0<05 maka Ho di tolak, berarti ada hubungan antara kedua
variabel.
1. Bila dalam tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) < lebih (20%), maka uji yang
:Penerbit Salemba
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba
Medika Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. (1995). Buku
Ajar Keperawatan
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Guyton, A. C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC