Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MEMPERLANCAR ASI

DI KOTA BATAM PADA TAHUN 2020

Proposal Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh :

Oleh :
SUMIATI SUSANTI
NPM : 41220025

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi ini dengan judul: “Hubungan Pijat Oksitosin Untuk Mempelancarkan
ASI Di Kota Batam Pada Tahun 2020” Proposal Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan. Penyusunan Proposal Skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan, dan berbagai pihak.
Proposal Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Yayasan Griya Husada Universitas Batam,Bapak Dr. Rusli Bintang.
2. PengawasYayasan Universitas Batam, Bapak Prof. Dr. Ir. Jemmy Rumengan, SE,
MM.
3. Rektor Universitas Batam, Bapak Dr. Ir. Chablullah Wibisiono, M.M..
4. Dekan Fakultas Kedokeran Universitas Batam, Bapak Dr. dr. Ibrahim, M.Sc,
M.Pd, SH,MH, M.Kn, M.Sc.
5. Ketua Prodi D-IV Kebidanan Universitas Batam dan Dosen Pembimbing I, Ibu
Prasida Yunita, S.ST, M.Biomed yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada peneliti.
6. Dosen Pembimbing II Ibu , S.ST, M.Biomed yang telahmeluangkan waktu
dengan sabar dan ikhlas memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Dewan Penguji, Ibu, S.ST, M.Biomed yang telah meluangkan waktu untuk
menguji dan memberikan arahan kepada peneliti.
8. Kepada orang tua, suami, anak, dan keluarga yang telah memberikan spirit,
support, motivation dan doa, sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi
ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian Proposal Skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Batam, September 2020

Sumiati Susanti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 RumusanMasalah....................................................................................2
1.3 TujuanPenelitian.....................................................................................3
1.4 ManfaatPenelitian...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Produksi Asi............................................................................................4
2.2 Hormon-Hormon Pembentuk ASI..........................................................6
2.3 Stadium Pembentukan laktasi.................................................................8
2.4 Post partum....................................................................................... 10
2.5 Pijat Oksitosin....................................................................................11
2.6 Penelitian Terkait...............................................................................14
2.7 Kerangka Konsep..............................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 DesainPenelitian.................................................................................17
3.2 KerangkaKonsep.....................................................................................18
3.3 Hipotesis..................................................................................................19
3.4 Definisi Operasional................................................................................20
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................22
3.6 Populasi dan Sampel...............................................................................24
3.7 Instrumen Penelitian................................................................................25
3.8 Pengambilan Data...................................................................................27
3.9 Pengolahan Data......................................................................................28
3.10 Analisa Data...........................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health organization (WHO) dan united Nations Children’s Fund (UNICEF)
meremondasikan pemberian nutrisi yang optmal bagi bayi baru lahir melalui strategi
global pemberian ASI eklusif selama enam bulan.

Pemberian ASI Eklusif dapat menekan AKB dan mengurangi 30.000 kematian bayi di
indonisia dan 10 juta kematian bayi di dunia memlalui pemberian ASI Eklusif selama
enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman
tambahan kepada bayi. Word Health Organizatioan (WHO) dan United Nations
Children’s Fund (UNICEF) membuat deklarasi yang bertujuan untuk melindunggi,
mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian Asi. WHO dan UNICEF
merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir melalui strategi
global pemberian ASI eklusif selama enam bulan.

Hasil survey menunjukan angka cakupan ASI Aklusif di indonesia pada bayi umur -6
bulan hanya 27 % Angka cakupan tersebutmasih sangat rendah namun setidaknya
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pada tahun 2007 yaitu 17%. Di
indonisia bayi yang mendapat ASI eklusif pada tahun 2014 sebesar 45,55%. Kementerian
kesehatan sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian Asi eklusif per 2014
sebesar 80%.kenyataannya persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat Asi
eklusifsebesar 54,0%,sedangkan bayi yang mendapat ASI eklusif sampai usia enam bulan
adalah sebesar 29,5%.

Salah satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eklusif bagi bayi di bawah usia
enam bulan karena beberapa ibu merasa bahwa dia merasa ASInya tidak cukup, padahal
sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASInya. Kecemasan dan kelelahan
ibu pada hari-hari pertama setelah melahirkan akan mempengaruhi berkurang rangangan
hormon prolagtin dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan
pengeluaran ASI sehinga mempengaruhi reflek let down dan menurunkan produksi ASI.
Penelitian yang dilakukan Blair (2003) didapatkan dari 95 ibu postpartum yang menyusui
bayinya menurun produksi ASInya pada saat rangsangan hisapan bayi berkurang yang
dapat menyebabkan menurunnya stimulasi hormone prolactin dan oksitoksin.

Usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitoksin pada ibu setelah melahirkan
selaindengan memeras ASI dapat dilakukan juga dengan melakukan perawatan dan
pemijatan payudara,membersihkan puting sering-sering,menyusui bayi meskipun ASI
belum keluar,menyususi dini dan teratur melaukan pijat oksitoksin.

Pijat oksitoksin merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,neurotrasmiter akan merangsang
medulla oblonagta langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk
mengeluarkan oksitoksin sehinga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Oksotksin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-nasal, intra-
musculer, maupun pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitoksin. Tindakan
pemijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merelaksasi ketegangan dan
menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu
pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera
bayi lahir dengan keadaan normal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini
adalah”PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MEMPERLANCAR ASI” kota Batam tahun 2020

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar oksitoksin dapat merangsang payudara untuk kontraksi, sehingga ASI akan di
lepaskan dengan lancar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami apa saja konsep ibu asi
b. Memahami apa pengertian pijat oksitoksin
c. Memahami apa hal yang dapat mempengaruhi produksi oksitoksin
d. Memahami apa alat yang di persiapkan
e. Memahami apa langkah-langkah pijat oksitoksin
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu
pengetahuan dan memahami apa itu pijat oksitoksin.
b. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan atau informasi kepada ibu
mengenai pijat oksitoksin .
c. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data atau landasan acuan bagi peneliti-
peneliti lain untuk mengembangkan penelitian ini sehingga akan lebih baik lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Asi


2.1.1 Pengertian Produksi ASI
Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI yang melibatkan
hormon prolaktin dan hormon oksitoksin.Hormon Prolaktin selama kehamilan akan
meningkat akan tetapi asi belum keluar karena masih terhambat oleh hormon
estrogen yang tinggi.dan pada saat melahirkan hormon estrogen dan progestron
akan menurun dan hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi
ASI (rini yuli astutik,2014).

Proses pembentukan Asi di mulai sejak awal kehamilan.ASI (air susu ibu) di
produksi karena pengaruh faktor hormonal,proses pembentukan ASI di mulai dari
proses terbentuknya laktogen dan hormon-hormon yang mempengaruhi
terbentuknya ASI,proses pembentukan laktogen dan hormon produksi asi sebagai
berikut :
1. Laktogenesis 1
Pada fase akhir kehamilan payudara perempuan memasuki fase pembentukan
laktogenesis 1,dimana payudara perempuan juga membentuk penambahan dan
pembesaran lobulus aleolus, Tingkat progestron yang tinggi dapat
menghambat produksi asai. Pada pase ini kolostrum yang keluar pada saat
hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadi masalah sedikit atau banyaknya
ASI yang akan di produksi.

2. Laktogenesis II
Pada saat melahirkan dan plasenta keluar menyebabkan menurunya hormon
progestron,e ,estrogen dan human placental laktogen (HPL) secara tiba-tiba
akan keluar hormon prolaktin yang tinggi yang menyebabkan produksi ASI
yang berlebih dan fase ini di sebut fase Laktogen II Pada faseini, apabila
payudara dirangsang,kadar prolaktin dalam darah akan meningkat dan akan
bertambah lagi pada periode waktu 45 menit, dan akan kembali ke level
semula sebelum rangsangan tiga jam kemudian .Hormon Prolaktin yang keluar
dapat menstimulasi sel di dalam alvioli untuk memproduksi ASI, hormon
prolaktin juga akan keluar dalam ASI. Level prolaktin dalam susu akan lebih
tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu pada pukul 2 pagi sampai 6
pagi,akan tetapi kadar prolaktin akan menurun jika payudara terasa penuh
Selain hormon prolaktin, hormon lainya seperti hormon insulin, tiroksin dan
kortisol terdapat dalam proses produksi ASI. Tetapi peran hormon tersebut
tidak terlalu dominan.penanda biokimiawi mengindikasikan jika proses
Laktogenesis II di mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu
yang setelah melahirkan merasakan payu dara penuh sekitar 2-3 hari setelah
melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukan bahwa produksi ASI
itu tidak langsung diproduksi setelah melahirkan. Kolostrum yang di konsumsi
oleh bayi sebelum ASI mengandung sel darah putih dan antibody yang tinggi
adalah immunoglobulin A(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman masuk pada bayi. IgA juga mencegah
alergi terhadap makanan,dalam dua minggu setelah melahirkan, kolostrum
akan mulai berkurang dan tidak ada. Dan akan di gantikan oleh ASI seutuhnya

3. Laktogenesis III
Fase laktogenesis III merupakan fase dimana system conrol hormone
endokrin mengatur produksi nya ASI selama kehamilan dan beberapa hari
setelah melahirkan .pada saat produksi ASI mulai setabil, sistim kontrol
endokrin dimulai.Pada tahap ini apabila ASI banyak dikeluarkan ,payidara
akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika Asi sering dikeluarkan selain
itu replek menghisap bayi pula akandapat mempengaruhi produksi ASI itu
senderi.

2.2 Hormon-Hormon Pembentuk ASI


a. Pengetian Progesteron
Hormon progestreron ini mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.Tingkat
progestron akan menurun sesaat setelah melahirkan dan hal ini dapat
mempengaruhi produksi Asi berlebih

b. Pengertian Estrogen
Hormon estrogen ini menstimulasi saluran ASI untuk membesar.selama beberapa
bulan selama masih menyusui.pada saat hormon estrogen menurun dan ibu masih
menyusui, di anjurkan untuk menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen
karena akan menghambat produksi ASI

c. Prolaktin
Hormon Prolaktin merupakan suatu hormon yang di sekresi oleh grandula
pituitari.hormon ini berperan dalam membesarnya alvioli saat masa kehamilan.
Hormon prolaktin memiliki peran penting dalam memproduksi ASI. Karena kadar
hormon ini meningkat selama kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat oleh
placenta, saat melahirkan dan placenta keluar hormon progestrone dan estrogen
mulai menurun sampai tingkat di lepaskan dan diaktipkan hormonprolaktin.
Peningkatan hormon prolaktin akan menghambat ovulasi yang bias di karnakan
mempunyai fungsi kontasepsi alami, kadar prolaktin yang paling tinggi adalah
pada pada malam hari.

d. Oksitoksin
Hormon oksitoksin berpungsi mengencangkan otot halus pada rahim pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan. Pada saat setelah melahirkan, oksitoksin juga
mengencangkan otot halus alvioli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
Hormon oksitoksin juga berperan dalam prosesrunnya susu let down / milkejection
reflex.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keluarnya hormon oksitoksin, yaitu:


1) Isapan bayi saat menyusu
2) Rada kenyamanan diri pada ibu menyusui
3) Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitoksin ibu yang sedang
menyusui
4) Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam masa menyusui
eklusif pada bayi
5) Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik

e. Human placenta Laktogen (HPL)


Pada saat kehamilan bulan kedua. Placenta akan banyak mengeluarkan hormon
HPL, berperan dalam pembentukan payu dara, puting, dan areola sebelum
melahirkan Pada saat payu dara sudah memproduksi ASI, terdapat pula proses
pengeluaran ASI yaitu dimana ketika bayi mulai menghisap, terdapat beberapa
hormon yang berbeda berkerjasama untuk pengeluaran airsusu dan melepaskan
nya untuk di hisap. Gerakan isapan bayi dapat merangsang saraf dalam puting.
Serat saraf ini membaea permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis ke
kelenjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis akan mererespon otak untuk
melepaskan hormon prolaktin dan hormon oksitoksin. Hormon prolaktin dapat
merangsang payu dara untuk menghasikan lebih banyak susu. Sedangkan hormon
oksitoksin merangsang kontraksi otot-otot yang sangat kecil yang mengelilingi
duktus dalam payudara. Kontraksi ini menekan duktus dan mengeluarkan air susu
ke dalam penampungan di bawah areola (rini yuli Astutik,2014) (dr.taufan
Nogroho, Nurrezki. Desi. Dan Wilis, 2014)

Pada saat proses laktasi terdapat dua replek yang berperan , yaitu reflex prolaktin
dan reflek let down/reflek aliran yang akan timbul karena rangsangan isapan bayi
pada puting susu. Berikut penjelasan kedua reflek tersebut yaitu:
a. Replek prolaktin
ada saat akhir kehamilan, hormon prolaktin berperan untuk pembentukan
kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas hormon
prolaktin terhambat oleh hormon estrogen dan hormon progestron yang
kadarnya masih tinggi. Tetapi setelah melahirkan dan lepasnya placenta, maka
hormon estrogen dan hormon progestreron akan berkurang. Selain itu demgan
isapan bayi dapat merangsang puting susu dan payudara, yang akan
merangsang ujung-ujung saraf sensori yang mempunyai fungsi sebagai
resoptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke hipotalamus melalui
modula spinalis sehingga hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-
faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya juga akan
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang akan memacu sekresi prolaktin
akan meangsang hipofisis sehinga dapat dikeluarkannya prolaktin dan hormon
prolaktin dapat merangsang sel-sel alvioli yang fungsinya untuk membuat air
susu. Pada ibu menyusui, kadar hormon prolaktin akan mengalami
peningkatan jiga ibu bayi dalam keadaan stress (pengaruh psikis), anastesi,
oprasi rangsangan puting susu hubungan sexsual dan obat-obatan.
b. Replek Aliran /Let Down
Prose pembentukan prolaktin oleh adenohipofissi, rangsangan yang berasal
dari isapaan bayi dan akan dilanjutkan ke hipofisis posterior yang kemudian
akan meneluarkan hormonoksitoksin. Melalui aliran darah hormon akan di
bawa keuterus yang akan menimbulkan kontarsi pada uterus sehinga dapat
terjadi involusi dari organ tersebut.kontraksi yang terjadi tersebut merangsang
diperasnya air susu yang telah di proses dan akan dikeluarkan melalui alvioli
kemudian masuk ke sistim duktus dan dialirkan melalui laktiferus dan
kemudian masuk pada mulut bayi.

Pada reflek letdwon terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya dan faktor-


faktor yang menghambat letdwon reflek. Faktor-faktor yang mempengaruhi
reflek letdwon tersebut yaitu dengan melihat bayi, mendengar tangisan bayi,
mencium bayi, dan mempunyai pikiran untuk menyusui.dan sedangkan faktor-
faktor yang menghambat reflek tersebut adalah ibu bayi yang mengalami
stress, kebinggungan, pikiran kacau,dan takut untuk menyusui bayinya serta
ibu bayi yang mengalami kecemasan (Rini Yuli Astutik,2014)

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan nutrisi utama yang di berikan
pada bayi, produksi ASI di mulai pada saat kehamilan bulan ke 2 dan ke 3.
Manfaat dari ASI adalah nutrisi yang dapat di berikan setiap saat pada bayi.
Terkandung zat kekebalan terhadap penyakit. Manfaat ASI bukan hanya untuk
bayi, akan tetapi bisa bermanfaat juga untuk ibu bayi, nutrisi tidak hanya saat
di dalam kandungan, setelah dilahirkan seorang bayi masih memerlukan
nutrisi yaitu dengan pemberian ASI secara alami (Hayati,2009)

2.3 Stadium Pembentukan laktasi


Menurut stadium pembentukan laktasi, ASI terbagi menjadi tiga stadium,yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ciaran kental dapat pula encer berwarnakekuningan yangdi berikan
pertama pada bayi yang mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat
membunuh kuman dan bakteri penyakit. Kolostrum juga melapisi usus pada bayi
sehinga terlindung dari kuman dan bakteri penyakit. Kolostrum yang disekresikan
oleh kelenjar dari hari pertama sampai keempat.pada awal menyusui, kolostrum yang
keluar kira-kira sesendok teh. Pada keadan normal kolostrum dapat keluar sekitar
10cc-100cc dan akan meningkat setiap hari sampai sekitar 150-300ml setiap 24 jam.
Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbonhiitrad dan
kadar lemak lebih rendah. Fungsi dari kolostrum adalah memberikan gizi dan
proteksi,yang terdiri atas zat sebagai berikut :
1) Immunoglobulin
Imminoglobulin tersebut dapat melapisi dinding usus yang berfungsi mencegah
terjadina penyerapan protein yang menyebabkan alergi.
2) Laktoferin adalah protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terdapat zat besi.
Kadar laktoperin yang tinggi pada kolostrum dan air susu ibu adalah terdapat pada
hari ke tujuh setelah melahirkan. perkembangan bakteri patogen dapat dicegah
dengan zat besi yang terdapat dalam kolostrum dan ASI
3) Lisosom mempunyai fungsi yang tinggi sabagai anti bakteri dan menghambat
perkembangan virus,kadar lisosom pada pada kolostrum lebih tinggi dari pada
susu sapi.
4) Faktor antitrypsin berfungsi sebagai penghambat kerja tripsin sehinga dapat
menyebabkan immuniglobulin pelindung tidak akan pecah oleh tripsin
5) Laktobassilus terdapat pada usus bayi dan menghasilkan asam yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen, pertumbuhan laktobasilus membutuhkan
yang mengandung nitrogen berupa faktor bifidus yang terdapat dalam kolostrum.

b. Air susu Masa Peralihan


Air susu Ibu(ASI) peralihan merupakan ASI yang keluar setelah keluarnya kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang matur. adapun ciri-ciri dari air susu masa
peralihan adalah sebagai berikut :
1. Peralihan ASI dari kolstrum sampai menjadi ASI yang matur
2. Disekresi pada hari ke 4sampai hari ke 10 dari masa laktasi
3. Produksi ASI semangkin banyak, dan pada waktu bayi berusia tiga bulan dapat
diproduksi kurang lebih 800ml/hari

c. Air Susu Matang (matur)


Air Susu Matang adalah cairan susu yang keluar dari payu dara ibu setelah masa ASI
peralihan. ASI matur berwarna putih kekuningan.
Ciri-ciri dari ASI matur adalah sebagai berikut:
1. ASI yang di sekresi pada hari ke 10 dan seterusnya
2. Pada ibu yang sehat.produksi Asi akan cukup untuk bayi
3. Cairan berwarna putih kekuningan yang di akibatkan oleh garam ca-Casianat,
riboflovin, dan karates yang terdapat di dalamnya
4. Tidak mengumpal jika dipanaskan
5. Mengandung faktor anti mikroba
6. interferon producing cell
7. Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer

2.4 Post partum


2.4.1 Pengertian post partum
Post partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah lasenta lahir dan
berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum
hamil yang berlangsung sekitar 6 minggu (Syafrudin, Hamidah, 2009).

Masa post partum dimulai setelah kelahiran dari plasenta dan berakhir saat alat–
alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa post partum
dimulai 2 jam sejak melahirkan sampai 6 minggu pasca melahirkan atau 42 hari
(Risa, Rika,2014).

a. Involusi uteri
Involusi uteri merupakan proses berkurangnya ukuran uterus setelah lahirnya
plasenta yang disebabkan karena adanya kontraksi dan mengecilnya sel–sel
miometriumoleh proses autolysis yang dipecah dalam bentuk sederhana
kemudian diabsorbsi (Reede, Martrin,2012).

b. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus yang baik apabila uterus menjadi bundar/bulat dan keras
seperti batu, sebaliknya bila uterus berbentuk lembek menjadi tinggi dari
tempat semula, menunjukkan jika uterus kurang baik. Afterpains merupakan
kontraksi uterus intermiten setelah melahirkan dengan berbagai intensitas.
Peristiwa seperti ini biasanya dialami oleh ibu hamil multipara karena otot–
otot uterusnya tidak lagi dapat memepertahankan retraksi yang tetap karena
penurunan tonus dari persalinan sebelumnya (Reeder, Martrin,2012).

Afterpains seringkali bersamaan dengan saat menyusui, saat kelenjar hipofisis


posterior melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Hormon
oksitosin kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu
proses hemostatis (Reeder, Martrin,2012).

c. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang keluar dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas, lochea mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya berlangsung
kurang lebih selama 2 minggu setelah persalinan (Rukiyah, Liana 2011).

d. Servik dan Segmen Bawah Uterus


Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis
berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Pada beberapa
minggu. Segmen bawah diubah dari struktur yang jelas–jelas cukup besar
untuk membuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus uteri
hamper tidak dapat dilihat yang terletak diantara korpus uteri dan os interna
servik dibawah (Rukiyah, Liana 2011).

Setelah melahirkan, servik menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk


seperti corong, hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi sedangkan servik
tidak berkontraksi, sehingga pembatas antara korpus dan servik uteri
berbentuk cicin, warna servik merah kehitam–hitaman karena penuh pembuluh
darah. Setelah bayi lahir, tangan pemeriksa dimasukan 2–3 jari, dan setelah
satu minggun hanya 1 jari yang dapat masuk. Oleh karena hiperplasi dan
retraksi servik, robekan servik dapat sembuh (Rukiyah, Liana 2011)

e. Vulva dan vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta penegangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan kembali secara estrogen pada masa post partum
berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan
terlihat kembali setelah minggu ke empat (Rukiyah, Liana 2011).

Perubahan pada system pencernaan Setelah keluarnya plasenta, terjadi pula


penurunan produksi progesterone, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati
(heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama.

Motilitas dan tonus system gastrointestinal kembali normal dalam waktu 2


minggu setelah melahirkan. Kebanyakan wanita sangat haus pada 2 sampai 3
hari pertama karena adanya perpindahan cairan antara ruang intestinal dan
sirkulasi akibat dieresis (Reeder Martrin,2012).

2.5 Pijat oksitosin


2.5.1 Pengertian Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus 5–6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang, sehingga oksitosin dapat
dikeluarkan (Suhermi, 2008)

Penurunan produksi ASI pada hari pertama melahirkan dikarenakan kurangnya


rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam produksi dan
pengeluaran ASI. Ada bebarapa faktor untuk merangsang pengeluaran ASI, salah
satunya adalah dengan perawatan payudara dengan tehnik pijat oksitosin.

Perawatan payudara dapat dilakukan setelah melahirkan yaitu 1–2 hari dan harus
dilakukan secara rutin. Dengan dilakukan perawatan payudara dapat merangsang
otot–otot payudara yang dapat membantu merangsang hormon prolaktin untuk di
produksinya ASI. Pijat oksitosin adalah sebuah stimulus yang digunakan
merangsang pengeluaran ASI. Pijatan ini memberikan rasa nyaman pada ibu
setelah mengalami proses persalinan, pijat oksitosin dapat dilakukan selama 2–3
menit secara rutin 2 kali dalam sehari (Bobak, 2015).

Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan pada tulang belakang dari
nervus ke 5–6 sampai ke scapula yang bisa mempercepat kerja syaraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga dikeluarkannya
hormone oksitosin.

Pijat oksitosin dapat dilakukan sebelum ibu menyusui dan dapat diulangi beberapa
kali setelah ibu menyusui, pijat oksitosin dapat dilakukan beberapa kali dalam
setelah ibu menyusui, pijat oksitosin dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari
dengan waktu 3–5 menit pemijatan. Efek dari pijat oksitosin dapat di lihat
reaksinya dalam 6–12 jam pemijatan (Suhermi,2018).

Pijat oktitoson merupakan suatu tindakan untuk mengatasi ketidaklancaran


produksi ASI dengan cara pemijatan pada tulang belakang dikeluarkan (vertebra)
sampai tulang kosta ke lima dan ke enam dan pijatan ini juga merupakan usaha
merangsang hormon prolaktin dan hormon oksitosin setelah ibu melahirkan
(Roesli, Yohmi,2008).

2.5.2 Tujuan Pijat Oksitosin


a. Mengurangi stress sehari–hari
b. Meningkatkan system kekebalan tubuh
c. Mempercepat proses involusi uteri sehingga tidak terjadi perdarahan
d. Nenfasilitasi proses penyembuhan luka. Oksitosin mempercepat proses
penyembuhan tubuh sebagian dengan membantu untuk meremajakan selaput
lendir dan mendorong produksi reaksi anti inflamasi (Hamranani,2010).

2.5.3 Langkah–Langkah Pijat Oksitosin


a. Ibu duduk, bersandar ke depan lipat tangan di atas meja di depannya letakkan
kepala di atas lengan
b. Payudara tergantung, lepas tanpa pakaian
c. Oleskan baby oil atau minyak kelapa pada telapak tangan
d. Memijat sepanjang kedua ssi tulang belakang ibu dengan kedua kepalan tangan,
dengan ibu jari menunjuk ke depan
e. Penekan kuat–kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar
kecil–kecil dengan kedua ibu jari
f. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari
leher
2.6 Penelitian Terkait

a. Hasil penelitian menunjukkan ter-dapat hubungan yang signifikan pada taraf α= 0,05,
antara hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum
seksio sesarea dengan nilai Pvalue = 0,003. Hal ini dibuktikan dari 48 responden
sebagian besar dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24
responden (50%) produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9) produksi ASI tidak
lancar. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sesuai prosedur sebanyak
2 responden (4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi
ASI tidak lancar (Smith, 2016).

b. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses melahirkan dengan seksio sesarea


akan menghambat terbentuknya produksi ASI (Fisher, 2012). Apalagi ditambah faktor
obat - obatan penghilang rasa sakit yang digunakan pada saat operasi maupun setelah
operasi dapat menyebabkan bayi mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu
sehingga isapan bayi akan berkurang yang akan menyebabkan refleks let down
terganggu (Soraya, 2015).

c. Hasil penlitian menunjukkan bahwa dari 48 responden sebagian besar produksi ASI
lancar sebanyak 26 responden (54,2%) dan produksi ASI tidak lancar sebanyak 22
responden (45,8%). Berdasarkan hasil penelitian dari 48 responden sebagian besar
dipijat sesuai prosedur sebanyak 35 responden (72,9%) dimana 24 responden (50%)
produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9) produksi ASI tidak lancar. Sedangkan
13 responden (27,1%) yang dipijat tidak sesuai prosedur sebanyak 2 responden
(4,2%) yang produksi ASI lancar dan 11 responden (22,9%) produksi ASI tidak
lancar.

d. Hasil uji continuity correction diperoleh nilai Pvalue = 0,003 pada α 5% sehingga
nilai Pvalue lebih kecil daripada α atau nilai X 2 hitung > X2 tabel (8,765 > 3,841).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum seksio sesarea hari ke 2 - 3 di RSIA
Aisyiyah Samarinda Tahun 2013. Dari hasil analisa juga diperoleh OR = 12,000 (95%
= (2,266-63,562), artinya ibu post partum seksio sesarea yang dipijat sesuai prosedur
memiliki peluang 12 kali produksi ASI lancar dibandingkan ibu post partum seksio
sesarea yang dipijat oksitosin tidak sesuai prosedur.
2.7 Kerangka Teori
BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat

sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan – pertanyaan penelitian

(Rumengan, 2009). Desain yang peneliti gunakan adalah desain deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui pijat oksitosin untuk memperlancar asi di kota batam tahun 2020

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep –

konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkandalam

bentuk bagan sebagai berikut.

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

pijat oksitosin untuk memperlancar asi :


f. Memahami apa saja konsep ibu asi
g. Memahami apa pengertian pijat oksitoksin
h. Memahami apa hal yang dapat mempengaruhi
produksi oksitoksin
i. Memahami apa alat yang di persiapkan
j. Memahamiapa langkah-langkah pijat
oksitoksin
k. Memahami apa saja konsep ibu asi
3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri-ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki

atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


Operasional ukur Ukur Ukur Ukur
Pengetahuan 1. Memahami apa Kuesioner Kuesioner 1.Baik: Ordinal
ibu tentang saja konsep ibu 76 -100 %
pijat asi 2.Cukup:
oksitosin 2. Memahami apa
56 – 75 %
untuk pengertian pijat
memperlanc oksitoksin 3.Kurang:
r asi 3. Memahami apa < 56 %
hal yang dapat
mempengaruhi Sumber:
produksi
(Notoatmodj
oksitoksin
4. Memahami apa o, 2010)
alat yang di
persiapkan
5. Memahamiapa
langkah-
langkah pijat
oksitoksin
6. Memahami apa
saja konsep ibu
asi

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Waktu Penelitian


Waktu penelitian akan dimulain pada Agustus – September 2020

3.4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Batam Tahun 2020.

3.5 Populasi dan sampel

3.6.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Saryono, 2009). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah

ibu menyusui di kota batam 2020.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono,

2009). Sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui sebanyak 30 orang. Ada

pun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan total

sampling. Total Sampling adalah teknik penentuan sampel semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoadmodjo, 2010). Alat ukur pada penelitian ini menggunakan kuesioner disini

diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik, sudah matang dimana

responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu

(Notoadmodjo, 2010).
3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh

langsung dari responden dengan menggunakan kuisioner dan Check List Observasi.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), tehnik pengolahan data yang digunakan yaitu secara

manual, kemudian data diolahmenggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

3.8.1Clearing

Clearing adalah tahapan dimana kita peneliti melakukan pemeriksaan ulang

terhadap jawaban dari responden atau hasil observasi, hal ini dilakukan untuk

menghindari adanya jawaban ganda atau lembar observasi yang belum diisi.

3.8.2 Coding

Coding adalah tahapan memberi kode pada jawaban responden yang mencakup

pemberian kode terhadap intensitas responden dan menetapkan kode untuk skoring

jawaban responden. Pada variabel independen penyusunan bentuk jawaban dengan

pernyataan dalam bentuk skala Ordinal yaitu 1=baik, jika >50% dan 0=buruk, jika

<50% dan pada variabel dependen penyusunan dalam bentuk Skala Ordinal yaitu

0= Lambat apabila durasi ≥1,5 jam untuk primigravida , ≥0,5 jam untuk

multigravida dan 1= cepat apabila durasi <1,5 jam untuk primigravida dan <0,5

jam untuk multigravida.

3.8.3 Scoring

Scoring dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga

jawaban responden dan hasil observasi dapat diberikan kode..


3.8.4 Entering

Setelah master tabel di edit dan di berikan kode, data dimasukkan dalam program

atau “software”.Yaitu paket program SPSS for windows.

3.9 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data,

sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya. Adapun data dianalisis yaitu :

3.9.1 Analisa Univariat

Analsi ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan

presentase setiap Variabel. Analisi data diakukan secara univariate dengan hasil

yang nantinya dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pembahasan dan kesimpulan.

Analisis data di tampilkan dalam aplikasi software computer (Notoadmojo 2010,

dalam anggi 2015)

3.9.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dua variabel yaitu variabel dependen dan variaabel

independen yang di duga berhubungan atau berkkolerasi (Notoadmojo). Kriteria uji

statistik menggunakan Chi-Square yaitu :

1. Jika p-value> 0,05 maka Ho gagal di tolak, berarti tidak ada hubungan antara

kedua variabel.

2. Jika p-value< 0<05 maka Ho di tolak, berarti ada hubungan antara kedua

variabel.

Kriteria dan ketentuan Chi-Square :

1. Bila dalam tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) < lebih (20%), maka uji yang

digunakan Fisher Exact test


2. Bila dalam tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E (harapan) < lebih (20%), maka uji

yang digunakan uji pearson Chi-Square. Bila p-valeu<0,05, artinya Ho ditolak

Ha diterima yang berarti ada hubungan antara Variabel dependent dengan

variabel independent. Bila p-value 0,05 artinya Ho diterima ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependent. (Ariani, 2014 dalam anggi 2015)


DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A, Aziz, (2008), Riset Keperawatan Dan Teknik


Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta

Ambarwati. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press

Arikunto. S. (2010). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan ilmiah. Jakarta

:Penerbit Salemba
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba
Medika Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. (1995). Buku
Ajar Keperawatan

Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter

Anugerah (penterjemah). (2005). Jakarta: EGC

Budiarti, T. (2009). Efektifitas pemberian paket sukses ASI terhadap


produksi ASI ibu menyusui dengan seksio sesarea di wilayah
Depok Jawa

Budiharjo, N.S.D. (2003) Masalah-masalah dalam menyusui,

Jakarta; Perkumpulan perinatology Indonesia

Depkes R.I., (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika

Guyton, A. C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC

Hamilton, Persis Mry, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,


Jakarta : EGC

Lowdermilk, Bobak, dan Jensen, (2006), Buku Ajar Keperawatan Maternitas,


alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). EGC.
Jakarta
Lubis,P. et al.(2010). Alasan Wanita Enggan Menyusui

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Citra Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Perinasia. (2010). Manajemen Laktasi. Jakarta: Gramedia

Roesli, U, (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakrta : PT. Pustaka


Pembangunan Swadaya Nusantara.

Rusdiarti. (2014). Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas


Terhadap Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember. Akademi
Kebidanan Jember

Sugiyono. (2010) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai