Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indikator kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara menurut WHO
bisa dilihat dari angka kematian ibu selama masa perinatal, intranatal, dan
postnatal. Hal ini sesuai dengan visi yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan pemerintah Indonesia. Target MDGs di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu
nasional adalah 102/100rb kelahiran hidup,dan data Statistik Indonesia (2012)
menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality
Ratio (MMR) di Indonesia menurut data SDKI 2007 ialah sebesar 228/100.000
kelahiran hidup, namun target tersebut masih belum sepenuhnya tercapai.
Angka kematian ibu melahirkan disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya karena pendarahan. Pendarahan menjadi penyebab utama kematian
ibu di Indonesia yaitu 28%. Penyebab kedua ialah eklamsia 24% lalu infeksi 11%
di susul dengan komplikasi masa peurperium 8%, abortus 5%, partus lama/macet
5%, emboli obstentri 3% dan faktor-faktor lain yang tidak di ketahui sebanyak
11% (Depkes, 2011).
Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan semenjak
persalinan kala tiga dan empat dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin ini
sangat berperan dalam proses involusi uterus. Involusi uterus atau pengerutan
uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram. Proses involusi akan berjalan dengan bagus jika
kontraksi uterus kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki
kontraksi uterus (Cuningham, 2006). Faktor-faktor yang menpengaruhi proses
involusi uterus diantaranya adalah mobilisasi dini, pengosongan kandung kemih,
faktor laktasi, faktor usia, senam nifas, menyusui dini, gizi, psikologis dan paritas.
Upaya untuk mengendalikan terjadinya perdarahan dari tempat plasenta denga
memperbaiki kontraksi dan retraksi serat myometrium yang kuat dengan pijatan
oksitosin. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kontraksi uterus melalui
pijatan untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin merupakan bagian penting
dari perawatan post partum atau pada masa nifas (Bobak ., et all, 2005).

1
2

Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-
nasal, intra- muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya
hormon oksitosin. Sebagaimana ditulis Lun, et al dalam European Journal of
Neuroscience, bahwa perawatan pemijatan berulang bisa meningkatkan produksi
hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya
setelah 6-12 jam pemijatan (Lund .,et all, 2002). Selain itu, pijat oksitosin dapat
menyebabkan peningkatan produksi hormon oksitosin sehingga ASI dapat keluar
segera setelah melahirkan. Hal ini juga didukung dengan adanya Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
disebutkan bahwa pemberian ASI ekslusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan
hak bayi agar mendapatkan ASI Ekslusif sejak lahir sampai batas berusia 6 (enam)
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga
kelompok kami membuat makalah yang berjudul Pelayanan Asuhan Kebidanan :
"Pijat Oksitosin".

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pijat oksitosin?
2. Bagaimana mekanisme kerja oksitosin?
3 Bagaimana cara melakukan pijat oksitosin?
4. Siapa sasaran pelayanan pijat oksitosin?
5. Apakah efek pelaksanaan pijat oksitosin?
6. Apa dampaknya dapat menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan
dan ketidaknyamanan?
7. Apakah ketidaknyamanan dan kepuasan pelaksanaan pijat oksitosin?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pijat oksitosin.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja oksitosin.
3 Untuk mengetahui cara melakukan pijat oksitosin.
4. Untuk mengetahui sasaran pelayanan pijat oksitosin.
5. Untuk mengetahui efek pelaksanaan pijat oksitosin.
6. Untuk mengetahui dampaknya dapat menurunkan angka kesakitan,
kematian, kecacatan dan ketidaknyamanan.
7. Untuk mengetahui ketidaknyamanan dan kepuasan pelaksanaan pijat
oksitosin.

1.4 Manfaat
1. Mengerti tentang pengertian pijat oksitosin.
2. Mengerti tentang mekanisme kerja oksitosin.
3 Mengerti tentang cara melakukan pijat oksitosin.
3

4. Mengerti tentang sasaran pelayanan pijat oksitosin.


5. Mengerti tentang efek pelaksanaan pijat oksitosin.
6. Mengerti tentang dampaknya dapat menurunkan angka kesakitan,
kematian, kecacatan dan ketidaknyamanan.
7. Mengerti tentang ketidaknyamanan dan kepuasan pelaksanaan pijat
oksitosin.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Pelayanan

2.1.1 Pengertian
Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai
ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin (Hamrarani, 2010).

2.1.2 Mekanisme Kerja Oksitosin


Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh hipofisis posterior
yangakan dilepas ke dalam pembulih darah jika mendapatkan rangsangan yang
4

tepat. Efek fisiologis dari oksitosin adalah merangsang kontraksi otot polos uterus
baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga yang akan
mempercepat proses involusi uterus. Di samping itu oksitosin juga akan
mempunyai efek pada payudara yaitu akan meningkatkan pemancaran ASI dari
kelenjar mammae (Hamrarani. 2010).
Oksitosin fetal dan maternal memainkan peranan fasilitasi yang penting
dalam proses melahirkan anak, sekresi kedua hormon ini akan meningkat
bertambah banyak lebih dari 100 kalinya selama kehamilan. Mekanisme kerja
0ositosin adalah bahwa oksitosin merupakan hormon yang menyebabkan
kontraksi otot polos uterus sehingga dapat memperlancar proses persalinan dan
memperceat proses involusi uterus (Jordan, 2004)
Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang miometrium uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi uterusmerupakan proses yang
kompleks dan terjadi karena adanya pertemuanantara aktin dan myosin. Dengan
demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi. Pertemuan antara
aktin dan myosin disebabkan karena adanya myocin light chine kinase (MLCK)
dan dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion
kalsium yang masuk kedalam intrasel (Hamrarani, 2010). Sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masukan ion kalsium ke
dalam intra sel. Jadi jelas bahwa dengan dngan dikeluarkannya hormon oksitosin
akan memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus akan menjadi
kuat.
Berdasarkan faktor faktor lainnya, oksitosin memainkan peranan yang
sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada rseptor
oksitosik untuk menyebabkan :
Kontraksi uterus pada kehamilan aterem yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostagladin
Kontraksi pemuluh darah umbilicus
Kontraksi sel sel mioepitel (refleks ejeksi ASI)
Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk
menyebabkan :
Peningkatan atau penurunn yang mendadak pada tekanan darah
(khususnya diatolik) karena terjadi vasodilatasi
Retensi cairan
5

Oksitosin yang di hasilkan oleh hipofise posterior pada nucleus para


ventrikel dan nucleus supraoptik. Saraf ini berjalan menuju neurohipofisemelalui
tangkai hipofisis, dimana bagian akhir dari tangkai ini merupakansuatu bulatan
yang banyak mengandung granula sekretrotikdan berada pada permukaan hipofise
posterior dan bila ada rangsangan akan mensekresikan oksitosin, sementara
oksitosin akan bekerja menimbulkan kontraksi bila pada uterus telah ada reseptor
oksitosin (Hamrarani, 2010).

2.1.3 Cara Melakukan Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin merupakan upaya untuk meningkatkan kontraksi uterus
setelah melahirkan, sehingga tindakn untuk merangsang keluarnya hormon
oksitosin dilakukan sedini mungkin disesuaikan dengan kemampuan pasien.
Adapun kondisi ibu pospartum yang mnyebabkan pijat oksitosin tidak dapat
dilakukan sedini mungkin adalah ibu post secio caesarae hari ke -0, hal ini
disebabkan pada hari tersebut ibu masih terpengaruhi oleh efek anastesi. Kondisi
lain yang menyebabkan pijat oksitosin tidak dapat dilakukan adalah ibu past
artum dengan gngguan sistem pernfasan dan system kardiovaskuler.
Bahan dan alat yang digunakan dalam pijat oksitosin adalah baby oil atau minyak
kelapa agar tangan perawat lebih mudah dalam melakukan massage. Air hangat
yang digunakan untuk membersihkan tulang belakang setelah dilakukan massage
dan handuk untuk mengeringkan
Langkah langkah dalam melakukan pijatan oksitosin adalah (a)
memberitahukan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan , tujuan
maupun cara kerjanya untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu. (b) menyiapkan
peralatan dan ibu dianjurkan membuka pakian atas, agar dalam melakukan
tindakan lebih efesien. (c) mengatur ibu dalam posisi duduk dengan kepala
bersandarkan tangan yang dilipat ke depan dan melelakan tangan yang terlipat di
meja yang ada didepannya , dengan kondisi tersebut diharapkan bagian tulang
belakang menjadi lebih mudah dilakukan pemijatan. (d) dengan meletakan kedua
ibu jari sisi kanan dan kiri dengan jarak satu jari tulang belakan, gerakan tersebut
dapat merangsang keluarnya oksitosin yang dihasilkan oleh hipofisis posterior, (e)
menarik kedua jari yang berada di costa ke 5-6 menyusuri tulang belakang dengan
membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jarinya, (f) gerakan
meijatan dengan menyusuri garis tulang belakang ke atas kemudian kembali lagi
6

kebawah, (j) melakukan pemijatan selama 2-3 menit, (k) membersihkan punggung
ibu dengan washlap air hangat dan dingin secara bergantian,(l) mempersilahkan
dan membantu pasien untuk mengenakan pakian kembali, (m) memberi tahu pada
pasien bha tindakan telah selesai dan mengucapkan salam, (n) membersihkan alat
alat dan mengembalikan ke tempat semula, (o) mencuci tangan, dan (p)
melakukan pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 2007).

Gambar 1.1 Pijat Oksitosin

2.2 Sasaran Pijat Oksitosin


Ibu yang mempunyai bayi dan meberikan ASI secara eksklusif (Marmi,
2012).

2.3 Efek pelaksanaan pijat oksitosin


Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap
ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal (Saleha, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Hamrani (2010) menyatakan bahwa ada
pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum yang
mengalami persalinan lama. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh
Khairani, Komariah, Mardiah (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap involusi uterus.
7

Bersama dengan faktor-faktor lainnya, oksitosin memainkan peranan yang


sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor
oksitosik untuk menyebabkan:
1. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin.
2. Konstriksi pembuluh darah umbilicus.
3. Kontraksi sel-sel mioepitel (refleks ejeksi ASI).
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan relaksasi otot uterus
sehingga akan mengkompresi pembuluh darah yang akan menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
Tinggi fundus uteri dicatat setiap hari dan dipalpasi dua kali sehari untuk
memastikan bahwa uterus mengalami kontraksi dengan kuat serta terletak
ditengah. Ibu harus mengosongkan kandung kemihnya sebelum pemeriksaan
fundus dilakukan. Kandung kemih yang penuh akan mendorong uterus keatas dan
menghalangi kontraksi uterus yang kuat. Tinggi fundus berkurang sebanyak
kurang lebih 1cm perhari sampai fundus uteri tidak teraba lagi lewat abdomen
biasanya pada hari 1-10 (Sulistyawati, 2009).

2.4 Dampak Pelayanan Oksitosin (menurunkan angka kesakitan,


kematian, kecacatan dan ketidaknyamanan)
1. Menjaga dan memperlancar ASI
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2008 masih relatif
tinggi yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran hidup, dan di Jawa Timur tahun 2010
sebesar 25,7 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian bayi dan
balita tersebut adalah faktor gizi, dengan penyebab antara lain karena buruknya
pemberian ASI eksklusif. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010
menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9% menurun
0,5% dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 5,4%, sedangkan gizi kurang
tetap 13%.
2. Mencegah terjadinya infeksi
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan relaksasi otot uterus
sehingga akan mengkompresi pembuluh darah yang akan menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
8

perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk


sembuh total.
3. Pijat oksitosisn ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosisn atau
refleks let down.
Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah
melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan
oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan
pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stress,
penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan
nutrisi (Bobak, 2005). Perawatan payudara sebaiknya dilakukan segera setelah
persalinan (1-2 hari), dan harus dilakukan ibu secara rutin. Dengan pemberian
rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon
prolaktin untuk membantu produksi air susu (Bobak, 2005). Pijat oksitocin juga
merupakan stimulasi yang dapat diberikan untuk merangsang pengeluaran ASI.
Pijatan ini memberikan rasa nyaman pada ibu setelah mengalami proses
persalinan dapat dilakukan selama 2-3 menit secara rutin 2 kali dalam sehari
(Depkes, 2007)
4. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat nya untuk memberikan
kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI,
merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga dapat mempertahankan
produksi ASI (Marmi, 2012).
5. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap percepatan penurunan tinggi fundus
uteri pada kelompok dengan diberi perlakuan pijat oksitosin (Rumahastuti, 2014).
Indonesia telah menetapkan target penurunan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 115/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) menjadi
35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2004). Sedangkan menurut
hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2005) angka kematian ibu
sudah mengalami penurunan dari 450/100.000 per kelahiran hidup pada tahun
1995 menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (Adriaansz, 2006; Hartono., et al
2008). Penurunan AKI ini merupakan usaha Pemerintah untuk mencapai tujuan
dari MDG 2015.
Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28.5% dan dapat
terjadi dalam saat persalinan maupun periode post partum. Kejadian perdarahan
9

pada saat persalinan menunjukkan manajemen proses persalinan tahap ketiga


kurang baik dan pelayanan emergensi obstertrik serta perawatan neonatal tidak
tepat waktu. Sedangkan penyebab perdarahan pada periode post partum biasanya
disebabkan oleh retensio placenta dan atonia uteri.
Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan sejak
pertolongan persalinan kala tiga yaitu kala pengeluaran uri, pada tahap ini akan
terjadi proses pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah terjadi pengeluaran plasenta
akan terjadi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus menerus untuk
mencegah perdarahan post partum. Pada fase kala tiga kadar oksitosin didalam
plasma meningkat dimana normon ini jelas sangat berperan dalam proses involusi.
Prose involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga
harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Cunningham,
2006).
Proses involusi yang tidak ada merupakan salah satu jenis komplikasi
persalinan yang mengancam jiwa ibu atau janin, karena merupakan gangguan
sebagai akibat langsung dari kehamilan dan persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya perdarahan post partum (Depkes RI, 2000). Perdarahan
merupakan komplikasi dari persalinan dan merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas maternal. Untuk mengatasi kejadian ini diperlukan langkah yang
tepat dalam upaya pencegahan, pengenalan secara dini gejala perdarahan serta
menangani perdarahan secara tepat (Cameron., et al, 2007). Upaya untuk
mengendalaikan terjadinya perdarahan dari tempat plasenta dengan memperbaiki
kontraksi dan retraksi serta miometrium yang kuat. Oleh karena itu upaya
mempertahankan kontrkasi uterus melalui massage manual ataupun merangsang
keluarnya hormon oksitoksin merupakan bagian penting perawatan post partum
(Bobak., et al, 2005).

2.5 Ketidaknyamanan dan Kepuasan


Pada dasarnya ketidaknyamanan yang mungkin timbul ketika seorang ibu
mendapatkan pelayanan pemberian pijat oksitosin bukanlah hal yang tidak dapat
diatasi. Karena efek samping dari pelayanan ini pun hampir tidak ada. Justru pada
pelayanan pijat oksitosin ini, mampu mengurangi rasa ketidaknyamanan fisik
pada ibu nifas. Akan terhitung sebagai pijat relaksasi (Rumahastuti & Diana,
2014).
10

Selain itu tingkat kepuasan pelayanan pijat oksitosin pada ibu nifas lebih
tinggi dibandingkan yang tidak melakukan pijat oksitosin karena, memang dari
hasil pemberian pijatan oksitoin terlihat memberikan efek pada involusi uterus ibu
dan berpengaruh terhadap pengeluaran ASI ibu sehingga tentu dapat dikatakan
angka kepuasan ada pada tingkat yang baik. (Rumahastuti & Diana, 2014).
11

BAB III

3.1 Kesimpulan
Bidan sebagai pemberi layanan kesehatan memiliki berbagai macam layanan
atau asuhan kebidanan. Salah satu pelayanan yang dapat dilakukan oleh seorang
bidan adalah pelayanan pijat oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan pada ibu yang
memiliki bayi dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan
pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stress,
penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan
nutrisi. Berbagai resiko komplikasi dan kegawatdaruratan dapat dialami oleh ibu
nifas, yang selain hal diatas yaitu perdarahan postpartum yang merupakan penyebab
kematian tertinggi pada ibu. Pelayanan pijat oksitosin ini dapat membantu mengatasi
masalah-masalah tersebut. Selain itu, pelayanan ini memiliki berbagai manfaat antara
lain yaitu memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi
sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga memperlancar
produksi ASI, mencegah terjadinya infeksi, membantu mencegah perdarahan pada
ibu nifas, dan mempercepat penurunan tinggi fundus uteri sehingga dapat membantu
ibu pasca melahirkan kembali seperti pada kondisi sebelumnya. Manfaat-manfaat
tersebut dapat menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dan
ketidaknyamanan pada ibu nifas.

3.2 Saran
Pelayanan pijat oksitosin memiliki manfaat yang sangat besar untuk ibu dan
bayinya. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya
dapat memberikan dan melakukan pelayanan pijat oksitosin dengan baik sehingga
dapat membantu mengurangi mortalitas dan mordibilitas Ibu. Selain itu, informasi
pelayanan pijat oksitosin belum menyebar luas pada masyarakat. Disinilah peran
bidan dalam memberikan informasi dan edukasi diperlukan untuk memperkenalkan
pelayanan pijat oksitosin dan manfaatnya kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
12

Adriaansz. 2006. Periode kritis dalam rentang kehamilan, persalinan dan nifas
dan penyediaan berbagai jenjang pelayanan bagi upaya penurunan
kematian ibu, bayi dan anak. (http://www.pkmi-online.com. Di peroleh
tanggal 12 November 2015).
Bobak., et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity
Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah).
Jakarta: EGC.
Bobak, 2005. Buku Ajar Keperwatan Maternitas,Jakarta: EGC.
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Cameron., et al. 2007. Evidence based post partum haemorrhage policy into
practice. (Online). (http://web.ebscohost.com/ehost. diperoleh tanggal
13 november 2015).

Cunningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.


Cunningham. 2006. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung seto.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Menejemen Laktasi : Dit Gizi
Masyarakat Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Manajemen Laktasi, Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2011. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan


2005- 2025. (Online). (http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads
rancangan_RPJPK_2005-2025.pdf . diakses tanggal 12 November 2015).
Hamrani, S. 2010. Pengaruh pijat pksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
postpartum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
Kabupaten Klaten. Tesis. Universitas Indonesia : tidak dipublikasikan.
Hartono., et.al. 2008. Profil kesehatan di Indonesia.(Online). (http://www.pkmi-
online.com. Diperoleh tanggal 13 November 2015).
Hermrarani, S . 2010. Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
post partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
kabupaten klaten. Tesis. Universitas Indonesia.

Jordan.2004. Breastfedding A Guide For The Medical Profession. St Louis : Cv


Mosby.

Khairani., et al. 2012. Pengaruh pijat oksitosis terhadap involusi uterus pada ibu
post partum. Skripsi Universitas Padjajaran: tidak dipublikasikan.
Lund, I; Moberg, U; Wang, J; Yu, C; Kurosawa, M. 2002. Massage affect
nociception of oxytocin. J.European neuroscience Vol 16:330-338.
13

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Puerpurium Care.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo. 2007. Ilmu kebidanan. Cetakan ke-9. Jakarta: yayasan bina
pustaka.

Rumahastuti & Diana. 2014. Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus
pada ibu multipara hari pertama sampai hari ke sepuluh postpartum di
BPM Soemadyah Ipung Kota Malang. Skripsi Universitas Brawijaya:tidak
dipublikasikan.
Saifudin. 2001. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. POGI. Jakarta.
Saleha, S. 2003. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: salemba medika.

Sulistyawati, A. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Jakarta:
salemba Medika.
Suzeta. 2007. Laporan MDGs 2007. (Online). ( http://www.undp.or.id/pubs/docs.
Diakses pada 12 November 2015). UNDP. Jakarta: Kementrian Negara
Perencaan Pembangunan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai