Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu sehingga tidak terserang penyskit tersebut dan apabila terserang
tidak berakibat fatal (Depkes RI dalam Saputra, 2014).
Salah satu cara imunisasi adalah dengan pemberia vaksin, yaitu produk biologis
yang terbuat dari kuman, komponen kuman, ataupun racun yang dilemahkan atau
dimatikan.
Imunisasi wajib
KIPI dapat berupa pusing, diare ringan, dan nyeri otot.paralisi oleh vaksin
atau vaccine assocated polio paralytic (VAPP) bisa terjadi tetapi sangat
jarang. Virus asal vaksin dapat bereplikasi dalam usus manusia, kemudian
diekskresikan melalui tinja selama 2-3 bulan., saat replikasi tersebut dapat
terjadi mutasi virus sehingga virus menjadi aktif kembali dan
menyebabkan kelumpuhan layuh akut (VVAP), virus tersebut dapat
menginfeksi orang lain karena diekskresi melalui tinja.
5. Campak
Imunisasi diberikan untuk mencegagah penyakit campak (measles atau
morbii). Campak mudah menular melalui udara atau kontak langsung
dengan penderita.
Gejala yang tampak awalnya flu berat, abtuk dan mata berair, kemudian
diikuti muncul bercak putih di mulut (bintik komplik). Lalu terjadi demam
tinggi 38 C. Ruam akan muncul pada hari ke 3-4 akan semakin
memerah dan bertambah banyak namun tidak menimbulkan gatal.
Imunisasi diberikan pada bayi berusia 9-11 bulan dengan dosis 0,5 ml per
SC atau IM di lengan kiri atas. Imunisasi ulangan perlu dibeikan saat anak
SD (5-6 th) untuk mempertinggi serokonversi, namun bila pada usia 15-18
bulan anak mendapat imunasasi MMR imunisasi ulangan tidak diperlukan.
Imunisasi tidak dapat diberikan bila demam tinggi, sedang menerima
terapi imunosupresi jangka panjang, hamil, anak dengan imunodefisiensi
primer, dan memiliki riwayat alergi.
KIPI sering dijumpai pada vaksin dari virus yang dimatikan, berupa
demam tinggi lebih dari 39,5 C pad hari ke 5-6 setelah imunisasi.
Demam berlangsung dalam 2 hari dan dapat memicu kejang demam, ruam
pada hari ke 7-10 selama 2-4 hari, serta ensefalopati dan ensefalitis pasca
imuisasi.
Imunisasi Anjuran
1. Imunisasi Hib.
Diberikan untuk menceg h infeksi Haemophilus influenza type B. Infeksi
ini bisa mengakibatkan meningitis, epiglotitis, artritis, selulitis, dan
pneumonia. Vaksin yang sering digunakan PRP-TP ( konjugasi dengan
protein tetanus), vaksin ini ada yang tunggal ( Act-Hb dan Hiberix) atau
dikombinasi dengan vaksin lain misal dengan DPT (pediacel dan Tetract-
Hb).
Vaksin diberikan 0,5 ml IM, perlu diulang pada usia 18 bulan, jika anak
baru diimunisasi saat usia 1-5 tahun cukup diberikan satu kali.
Dikontraindikasikan pada hipersenstif dan infeksi berat disertai kejang.
Efek samping berupa reaksi lokal di sekitar penyuntikan, biasanya hilang
dalam 2 hari.
2. Imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine)
Berfungsi untuk mengurangi morbiditas akibat pneumokokus infasive
(IPD) akibat Streptococcus pneumoniae. Infeksi ini dapat menyebabkan
bakterimia, meningitis, pneumonia, dan otitis media.
PCV diberikan pada usia 2 (dosis I), 4 (dosis II), 6(dosis III), dan 12-15
bulan (dosis IV). Jika bayi baru diimunisasi saat usia 7-12 bulan, vaksin
diberikan 2x dengan interval 2 bulan, >1 tahun diberikan 1x tetapi
keduanya perludosis ulangan 1x pada usia > 12 tahun atau minimal 2
bulan setelah pemberian dosis pertama. Jika diberikan pada usia >2th,
cukup diberikan 1x. Dosis diberikan 0,5 ml im pada deltoid atau paha
anterolateral.
Kontaindikasi jika timbul reaksi anafilaktik setelah pemberian vaksin,
dibawah 2 bulan , dalam pengobatan imunosupresan/ radiasi kelenjar
limfe, kehamilan dan telah mendapat imunisasi PCV setelah usia 3 tahun.
KIPI berupa nyeri ringan di daerah suntikan kurang dari 48 jam,demam
ringan dan mialgiapada dosis kedua. Reaksi yang kurang biasa seperti
muntah, nafsu makan berkurang, dan diare. Reaksi nafilaksis jaang
ditemukan.
3. Rotavirus
Diberikan untuk mencegah infeksi akibat rotavirus yaitu diare, yang
merupakan penyebab kematian anka tertinggi di Indonesia. Imunisasi
diberikan 3 kali yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan, pemberian diberikan
sesuai merk vaksin yang digunakan.
Rotarix diberrikan peroral 2x mulai usia 6 minggu, dosis kedua diberikan
4 minggu setelahnya sebelum usia 24 minggu. Rotateq diberikan per oral
3x , pada usia 6-12 bulan, dosis kedua dan tiga diberikan dengan interval
4-10 minggu sebelum usia 32 minggu.
Imunisasi dikontraindikasikan pada bayi dengan alergi, intussusepi,
kelainan saluran cerna, menderita penyakit imunodefisisensi, dalam
kondisi respon imun sperti penderita kanker, HIV, dan minum obat
imunosupresive.. KIPI berupa iritabel, pilek, nafsu makan berkurang, dan
demam.
4. Influenza
Menghindari penyakit influenza dan menghindarkan anak dari komplikasi
berat seperti pneumonia. Vaksin infleuenza ada dua jenis yatu whole-
virus dan split-virus (dianjurkan untuk anak) karena tidak menyebabkan
demam. Vaksin diberikan sebelum musim influenza mendatang.
Vaksin diberikan 0,5 ml im pada deltoid, vaksin direkomendasikan satu
kali dalam setahun. Kontraindikasi hipersensitif anafilaksis pada vaksinasi
sebelumnya, hipersensitif telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil
dan menyusui. KIPI meliputi nyeri lokal, eritema, dan indurasi tempat
penyuntikan, demam, lemas mialgia pada 6-12 jam pasca imunisasi selama
1-2 hari.
5. MMR (measles, mumps, rubela)
Vaksin MMR tidak dianjurkan pada bayi dibawah satu tahun, bisa
diberikan pada usia 15-18 bulan. Imunisasi dapat diberikan meski sudah
pernah terkena campak, gondongan atau rubela atau sudah pernah
diimunisasi campak. KIPI berupa demam ringan dan mungkin kulit
kemerahan selama enam hingga sebelas hari setelah imunisasi. Bisa terjadi
ensefalitis, pembengkakan kelenjar parotis, meningoensefalitis, dan
trombositopenia. Tidak boleh diberikan pada penderita kanker yang tidak
diobati, mendapat obat imunosupresive dan steroid dosis tinggi, alergi
berat terhadap gelatin atau neomisin, demam akut, mendapat vaksin hidup
lain, baru mendapat transfusi darah whole blood dalam 3 bulan terakhir,
serta terapi imunoglobulin.
6. Tifoid
Kekebalan terhadap infeksi Salmonella typhi, yang menular melalui jalur
oral-fekal, gejala klinis berupa demam berkepanjangan, ganguan fungsi
usus, gangguan SSP seperti delirium, apatis bahkan koma.
Vaksin oral diberikan pada usia lebih darri 6 tahun, dalam 3 dosis dengan
selang 1 hari. Vaksin ulangan setiap 3-5 tahun, diberikan sebelum
bepergian ke daerah resiko tinggi. Vaksin injeksi diberikan im atau sc di
daerah gluteal atau paha 0,5 ml, diberika jika bayi berusia lebih dari 2
tahun, vaksin ulangan setiap 3 tahun.
Tidak boleh diberikan bersama antibiotik, sulfonamid, atau antimalaria.
Vaksin memberikan respon kuat terhadap interferon mukosa sehingga
pemberian vaksin polio perlu ditunda sekitar 2 minggu. Kontraindikasi
pada alergi dan demam. KIPI berupa reaksi lokal di daerah penyuntikan.
Reaksi sitemik seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri
otot, mual dan nyeri perut jarang dijumpai.
7. Hepatitis A
Gejala hepatitis A (jaudice) mirip flu yaitu mual, demam dan pusing terus
menerus. air seni kemerahan, sklera kekuningan, dan nyeri pada perut
bagian atas. Pada anak-anak hanya demam dan tiba-tiba hilang nafs
makan. Hepatitis A kadang timbul bersama leptospirosis, sifilis,
tuberkulosis, toksoplasmosis, dan amebiasis.
o Havrix 360 UI. Diberikan 3x, dosis 1 dan 2 diberikan dengan
interval 4 minggu. Dan dosis ketiga untuk perlindungan 10 tahun
diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.
o Havrix 720 UI. Diberikan dua kali denganinterval 6 bulan.
o Avaxim. Diberikan 0,5 ml (160 ui), dosis ulangan pada 6 bulan
setelahnya.
o Vaqta. Diberikan 2x dengan selang 6-18 bulan.
Ketiganya diberikan im di deltoid saat usia dia atas 2 tahun, dapat
dikombinasikan dengan hepatitis B (Twinrix). Efek samping
sangat jarang.
8. Varisela
Diberikan untuk mencegah infeksi varicella zoster. Akan berdampak berat
pada orang dewasa dan bisa menimbulkan varisela kongenital. Gejala
timbul 10-12 hari setelah terinfeksi, gejala awal berupa sakit kepala,
demam edang, dan tidak enak badan serta penurunan nafsu makan. Sejak
24-36 jam timbul bintik-bintik merah datar (makula), kemudian menonjol
(papula) berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, hingga akhirnya
mengering. Vaksin berisi virus hidup galur OKA yang tidak berbahaya,
sedikit antibiotik dan neomisin.
Imunisasi diberikan pada anak usia 10-12 tahun yang belum terkena cacar
air, dengan dosis tunggal 0,5 ml, persubcutan. Pada anak 13 tahun atau
dewasa vaksin diberikan 2 x dengan jarak 4-8 minggu.
Kontraindikasi pada demam tinggi, hitung leukosit < 1.200 mcl, defisiensi
imun seluler, dalam terpi kortikosteroid dosis tinggi (2mg/kg BB/hari),
serta alergi neomisisn. Reaksi KIPI berupa reaksi lokal) demam, dan ruam
papula-vaskula ringan.
9. HPV (human Papiloma Virus)
HPV menyerang lapisan epidermis kulit dan lapisan mukosa manusia,
pada perempuan dapat mengakibatkan kanker serviks, vulva, vagina, dan
anus. Pada laki-laki menyebabkan kanker di penis dan anus.
Vaksin diberikan pada perempuan berusia 9-26 tahun dan laki-laki berusia
13-21 tahun. Vaksin yang tersedia Gardasil 9untuk laki-laki dan
perempuan) dan cervarix (untuk perempuan). Vaksin diberikan 3 kali.
Dengan interval dosis pertama dan kedua 1-2 bulan, dosis kedua dan
ketiga 6 bulan.
Tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat alergi, wanita hamil,
orang dalam kondisi tidak sehat. Efek samping berupa reaksi lokal di
daerah penyuntikan berupa rasa sakit, merah, dan bengkak, demam ringan,
sakit kepala, pingsan (jarang), dan sulit bernafas (sangat jarang).