Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK PERAWATAN LUKA DAN

PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST SC

3 HARI DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI

TAHUN 2019

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Terapan


Kebidanan Pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

DisusunOleh:

SITI KHODIJAH
07180200096

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul:

HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK PERAWATAN LUKA DAN


PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST SC
3 HARI DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI
TAHUN 2019

Disusun Oleh :

SITI KHODIJAH

07180200096

Telah disetujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat mengikuti ujian

Jakarta, Januari 2020

Pembimbing

(Yusmiati, S.SiT,SKM,M.Kes)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK PERAWATAN LUKA, DAN


PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST SC
DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI
TAHUN 2019

Disusun Oleh :
SITI KHODIJAH
07180200086

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Januari 2020

Pembimbing Penguji

(Yusmiati, S.SiT,SKM,M.Kes) (Milka Anggreni Karubuy,S.ST,M.Kes)

Mengetahui,

Kepala Departemen Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani, AM.Keb, SKM, MKM)

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, :

Nama : SITI KHODIJAH

NPM : 07180200096

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

“HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK PERAWATAN LUKA DAN

PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST SC DI

RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI TAHUN 2019”.

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat

hasil karya orang lain.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya

buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, Februari 2019

( SITI KHODIJAH )

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SITI KHODIJAH


Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 28 Desember 1986
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Ayah : Bapak H.Samsudin
Ibu : Ibu Hj.Arsih
No. Telp : 082126213364
Email : sitidijah00@gmail.com
Alamat : Jl. Umar Kp. Ciketing, Kelurahan Mustika Jaya,
Kec. Mustika Jaya, Kota Bekasi
Riwayat pendidikan :1994- 2000 SDN Rawa Baru 45, Bekasi
2000 - 2003 SMP Negeri 2, Bekasi
2003- 2006 SMA PGRI 1 Rengasdengklok, Karawang
2006 - 2010 Stikes Medistra Indonesia, Bekasi
2018 - 2020 Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju

iv
DEPARTEMEN PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
TERAPAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
SKRIPSI, Januari 2020

SITI KHODIJAH
07180200096

HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK PERAWATAN LUKA, DAN


PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST SC 3
HARI DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI TAHUN 2019

VIII Bab + 78 Halaman + 15 Tabel +4Gambar + 9 Lampiran

ABSTRAK
Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan segera setelah beristirahat
beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu. Didapatkan data
penyembuhan luka yang tidak baik mengalami penurunan dari tahun 2016 -
2018, akan tetapi mengalami kenaikan pada tahun 2019. Pada tahun 2016
sebanyak 186 orang ( 15,2%), tahun 2017 sebanyak 108 orang (6,8%), tahun
2018 sebanyak 98 orang (5,4%) dan mengalami kenaikan pada tahun 2019
dengan periode januari – juni 2019 yaitu sebesar 80 orang (8,7%). Desain
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
desktiptif analitik, Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 seluruh ibu post partum yang
telah dirawat 3 hari setelah melakukan SC di Rumah Sakit Permata Bekasi.
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini
dengan penyembuhan luka psot sc di Rumah Sakit Permata Bekasi dengan nilai
(P value = 0,000;OR= 9.792). Ada hubungan yang bermakna antara teknik
perawatan luka dengan penyembuhan luka post SC DI Rumah Sakit Permata
Bekasi dengan nilai (P value = 0,000;OR= 53.900). dan ada hubungan yang
bermakna antara protein tinggi dengan penyembuhan luka post SC Di Rumah
Sakit Permata Bekasi dengan nilai (P value = 0,000;OR= 10.000).Kesimpulan
yng didapatkan berdasarkan data diatas terdapat hubungan yang sangat bermakna
dari setiap variable. Saran memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan
bagi ibu post sc dalam proses penyembuhan luka operasi dengan cara melakukan
mobilisasi dini dalam 6 jam,dengan melakukan gerakan gerakan kecil seperti
miring kiri dan miring kanan.

Kata kunci : Mobilisasi Dini, Perawatan Luka, Protein Tinggi

Daftar Bacaan : 27 (2005-2018)

v
PROGRAM FOR A THE STUDY OF GRADUATE GUIDANCE PROGRAM
INDONESIA MAJU SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
SKRIPSI, JANUARY 2020

SITI KHODIJAH
07180200096

EARLY MOBILIZATION RELATIONS, WOUND CARE TECHNIQUES,


AND HIGH PROTEINS ON HEALING OF POST SC Wounds IN BEKASI
PERMATA HOSPITAL IN 2019

VIII Chapter + 78 Pages + 15 Tables + 4 Pictures + 9 Attachments

ABSTRACT

Early mobilization is an activity that is carried out immediately after a few hours'
rest by moving from the mother's bed. The time for early mobilization depends on
normal circumstances, after a few hours of rest may do early mobilization with
light movements

Keywords: Early Mobilization, Wound Care, High Protein

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pnulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “HUBUNGAN MOBILISASI DINI, TEKNIK

PERAWATAN LUKA, PROTEIN TINGGI TERHADAP PENYEMBUHAN

LUKA POST SC MUDA DIRUMAH SAKIT PERMATA BEKASI TAHUN

2019”.

Penulisan Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

Ujian Akhir Program Sarjana Terapan Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehata Indonesia Maju.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak

akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Jacub Chatib, Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju Jakarta.

2. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurachman, MPH, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

3. Sobar Darmaja, S.Psi. MKM, Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

4. Retno Sugesti, S.ST,M.Kes, Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

vii
5. Yusmiati, S.SiT,SKM,M.KesDosen Pembimbing Skripsi

6. Milka Anggreni Karubuy, S.ST, M.Kes Dosen Penguji

7. Kedua Orang tua tercinta Bapak H.Samsudin dan Ibu Hj.Arsih,

kakak,suami, anak dan keluarga yang tiada henti – hentinya senantiasa

memberi Doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.

8. Yang tersayang ayah yayan, Suami sekaligusPartner yang selalu memberi

dukungan,semangat serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Rekan – rekan angkatan 2018 terutama ka Puspita yang selalu membantu

aku suka maupun dukaSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya serta para pembaca pada umumnya dan bagi

mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

serta bagi penulis lainnya.

Jakarta, Februari 2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i


LEMBAR PENGESEHAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iv
ABSTRAK INDONESIA ......................................................................... v
ABSTRAK INGGRIS ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................ 6
1.4 Tujuan penelitian ....................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................. 6
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 7
1.5.2 Manfaat Metodelogi .......................................................... 7
1.5.3 Manfaat Praktis ................................................................. 7
1.6 Ruang lingkup penelitian ........................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria ................................... 10
2.1.1 Definisi Luka Sectio Caesaria ........................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Jenis Luka Sectio Caesaria .............................. 10
2.1.3Penyulit Yang Biasa Terjadi Pada Tindakan Operasi
Sectio Caesaria .................................................................. 11

ix
2.1.4Komplikasi Luka ................................................................ 12
2.1.5Proses Penyembuhan Luka ................................................. 13
2.1.6 Indikator Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria .......... 15
2.1.7 Cara Ukur Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria ........ 16
2.1.8 Sintesa Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria ............. 16
2.2 Mobilisasi Dini ............................................................................ 17
2.2.1 Definisi Mobilisasi Dini .................................................... 17
2.2.2 Tujuan Mobilisasi Dini ...................................................... 18
2.2.3 Jenis-Jenis Mobilisasi ......................................................... 18
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi ................. 20
2.2.5 Rentang Gerak Dalam Mobilisasi...................................... 21
2.2.6 Manfaat Mobilisasi ............................................................ 21
2.2.7 Latihan Mobilisasi Pada Pasien Post Pembedahan ........... 22
2.2.8 Indikator Mobilisasi Dini .................................................. 25
2.2.9 Cara Ukur Mobilisasi Dini ................................................ 25
2.2.10 Sintesa Mobilisasi Dini.................................................... 25
2.3 Teknik Perawatan Luka ............................................................... 26
2.3.1 Definisi Teknik Perawatan luka ........................................ 26
2.3.2 Tindakan Perawatan luka................................................... 26
2.3.3 Indikator Teknik Perawatan luka ....................................... 32
2.3.4 Cara Ukur Teknik Perawatan luka .................................... 33
2.3.5 Sintesa Teknik Perawatan luka .......................................... 33
2.4 Protein Tinggi .............................................................................. 34
2.4.1 Definisi protein tinggi ........................................................ 34
2.4.2 Fungsi Dan Peranan Protein .............................................. 34
2.4.3 Sumber Protein .................................................................. 35
2.4.4 Indikator protein tinggi ...................................................... 35
2.4.5 Cara ukur protein tinggi .................................................... 36
2.4.6 Sintesa protein tinggi ......................................................... 36
2.5 Landasan Teori Menuju Konsep ................................................. 36

x
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori ........................................................................... 39
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 40
3.3 Kerangka Analisis ....................................................................... 41
3.4 Definisi Operasional .................................................................... 42
3.5 Hipotesis ...................................................................................... 44
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 45
4.2 Pengembangan Instrument........................................................... 45
4.3 Pengumpulan Data ....................................................................... 46
4.3.1 Gambaran Daerah penelitian ............................................. 46
4.3.2 Populasi dan Sampel.......................................................... 46
4.3.3 Teknikpengambilan sampel ............................................... 47
4.3.4 Cara Pengambilan Sampel ................................................. 47
4.4 Syarat Sampel dan Informasi ....................................................... 48
4.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................... 48
4.4.2 Kriteria Non Inklusi ........................................................... 49
4.4.3 Kriteria Eksklusi ................................................................ 49
4.5 Manajemen Data .......................................................................... 50
4.5.1 Uji Coba Instrumen ........................................................... 50
4.5.2 Pengolahan Uji Coba ......................................................... 50
4.5.3 Hasil Uji Coba ................................................................... 50
4.5.4 Pengumpulan Data ............................................................. 55
4.5.5 Pengolahan Data ................................................................ 57
4.5.6 Penyajian Data ................................................................... 59
BAB V GAMBARAN AREA PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 61
5.1.1 Lokasi Rumah Sakit Permata Bekasi ................................ 61
5.1.2 Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Rumah Sakit
Permata Bekasi .................................................................. 61

xi
5.1.3 Jumlah Pasien .................................................................... 62
5.1.4 Waktu Penelitian ............................................................... 62
BAB VI HASIL PENELITIAN
6.1 Analisa Univariat ........................................................................ 63
6.1.1 Penyembuhan Luka Post SC ............................................. 63
6.1.2 Mobilisasi Dini .................................................................. 63
6.1.3 Teknik Perawatan Luka ..................................................... 64
6.1.4 Protein Tinggi .................................................................... 64
6.2 Analisa Bivariat .......................................................................... 65
6.2.1 Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post SC ... 65
6.2.2 Teknik Perawatan Luka Terhadap Penyembuhan Luka
Post SC .............................................................................. 66
6.2.3 Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC ..... 67
BAB VII PEMBAHASAN
7.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 68
7.2 Pembahasan ................................................................................. 68
7.2.1 Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan
Luka Post SC di RS. Permata Bekasi Tahun 2019 ........... 68
7.2.2 Hubungan Teknik Perawatan Luka Terhadap
Penyembuhan Luka Post SC di RS. Permata Bekasi
Tahun 2019 ....................................................................... 71
7.2.3 Hubungan Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan
Luka Post SC di RS. Permata Bekasi Tahun 2019 ........... 73
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan ................................................................................. 76
8.2 Saran ........................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 42


Tabel 4.1 Pengujian Validitas Butir Instrumen Penyembuhan Luka Post
SC .................................................................................................. 51
Tabel 4.2 Pengujian Validitas Butir Instrumen Mobilisasi Dini ................... 52
Tabel 4.3Pengujian Validitas Butir Instrumen Teknik Perawatan Luka........ 52
Tabel 4.4 Pengujian Validitas Butir Instrumen Protein Tinggi ..................... 53
Tabel 4.5 Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha ........................................... 54
Tabel 4.6 Pengujian Reliabilitas .................................................................... 54
Tabel 5.1 Jumlah Pasien ................................................................................ 62
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Post SC di RS.
Permata Bekasi Tahun 2019 ......................................................... 63
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini di RS Permata Bekasi
Tahun 2019 .................................................................................... 63
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Teknik Perawatan Luka di RS. Pemata
Bekasi Tahun 2019 ........................................................................ 64
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Protein Tinggi di RS. Permata Bekasi
Tahun 2019 .................................................................................... 64
Tabel 6.5 Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post
SC di RS. Permata Bekasi Tahun 2019 ......................................... 65
Tabel 6.6 Hubungan Teknik Perawatan Luka Terhadap Penyembuhan
Luka Post SC di RS. Permata Bekasi Tahun 2019 ........................ 66
Tabel 6.7 Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC di RS.
Permata Bekasi Tahun 2019 .......................................................... 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori ........................................................................ 39


Gambar 3.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 40
Gambar 3.3 Kerangka Analisis .................................................................... 41
Gambar 5.1 Bangunan Rumah Sakit Permata Bekasi .................................. 61

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Penelitian


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Penelitian
Lampiran3Surat balasan Validitas
Lampiran4Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
Lampiran5 Kuesioner Penelitian
Lampiran6Tabulasi Data
Lampiran 7Hasil olah data SPSS
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
Lampiran 9Uji plagiat

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WorldHealth Organization (WHO) pada tahun 2015,

menyatakan tingkat ideal untuk bedah sc antara 10-15% dari jumlah seluruh

persalinan. Akan tetapi tingkat bedah sc ini meningkat hingga 10% dari

persalinan. Bedah sc hanya dilakukan atas dasar indikasi medis tertentu

dalam kehamilan dengan komplikasi.Meskipun sekitar 80% kematian

maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas.

Berdasarkan SDKI 2017 menyatakan bahwa 17% kelahiran hidup dalam

5 tahun sebelum survei dari wanita 15-49 tahun adalah ibu yang melahirkan

melalui proses bedah caesar. Presentase persalinan dengan bedah caesar

meningkat dari 7% pada SDKI 2007 menjadi 17% pada SDKI 2017.

Presentase persalinan bedah caesar paling banyak terjadi pada wanita yang

bersalin saat umur 35-49 tahun (22%), wanita dengan kelahiran pertama

(19%), wanita yang tinggal di perkotaan (23%), wanita berpendidikan tinggi

(32%) yang berada pada tingkat kekayaan teratas (32%).1

Berdasarkan data yang di dapatkan pada saat studi pendahuluan RS

Permata Bekasi, di dapatkan data ibu bersalin pada bulan Januari sampai

juni 2019 yaitu sebanyak 1.440 total persalinan baik secara spontan maupun

1
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2017. Pelayanan Kesehatan Ibu (Persalinan Bedah
Caesar). Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

1
SC, dengan mayoritas persalinan yaitu dengan tindakan SC Sebanyak (87%)

sedangkan persalinan normal (13%).

Luka adalah gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti

dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas

tersebut.Luka sectio caesaria merupakan gangguan dalam kontinuitas sel

akibat dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan

plasenta, dengan membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya peningkatan angka

sectio caesarea disertai kejadian infeksi luka post sectio caesarea. Sekitar

90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi.

RSUP dr. Sardjito tahun 2000 kejadian infeksi luka post sectio caesarea

adalah 15%.

Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan segera setelah

beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu. Waktu

pelaksanaan mobilisasi dini tergantung pada keadaan normal, setelah

beberapa jam istirahat boleh melakukan mobilisasi dini dengan gerakan

ringan. Mobilisasi dini dapat mencegah terjadinya sumbatan aliran darah,

melancarkan pengeluaran lokhea sehingga dapat mempecepat involusi uteri.

Kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka

akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lokhea

menetap atau merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri

lembek dan dapat berdampak kematian pada ibu. Penerapan mobilisasi dini

2
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Cetakan ke 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

2
pada ibu dengan persalinan sc sering sekali sulit dilakukan karena adanya

sayatan yang membuat ibu merasakan rasa sakit sehingga tidak melakukan

mobilisasi dini.3

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suanidar

(2013) tentang hubungan mobilisasi dini post SC dengan penyembuhan luka

operasi dengan jumlah pasien 45 ibu post operasi caesarea didapatkan hasil

58,3% yang melakukan mobilisasi dini proses penyembuhan lukanya cepat

dan 81,8% yang tidak melakukan mobilisasi dini proses penyembuhan

lukanya lambat. Hasil penelitian Solomon (2010), menemukan adanya

3
Saputra, Lyndone. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara

3
4

perbedaan kenyamanan antara pasien pasca persalinan caesarea yang

melakukan mobilisasi dini dengan yang terlambat melakukan mobilisasi.

Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan dalam kebidanan yang

sering dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi

klinis karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah tingginya

biaya perawatan dan angka kesakitan pasien. Dalam memberikan pelayanan

keperawatan bidan harus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta

selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional yang sesuai dengan

etika profesi kebidanan yang merupakan kesadaran dan pedoman yang

mengatur nilai-nilai moral dalam melaksanakan kegiatan profesi kebidanan,

sehingga mutu dan kualitas profesi kebidanan tetap terjaga dengan cara yang

terhormat.4

Pelayanan keperawatan dalam kebidanan yang diberikan oleh bidan

secara menyeluruh salah satunya adalah perawatan luka yang harus

dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Prosedur perawatan luka ini

bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan dan bebas dari infeksi,

indikator adanya infeksi akibat perawatan luka yang tidak baik salah satunya

adalah terjadinya infeksi nosokomial yang merupakan infeksi yang didapat

atau yang timbul pada waktu pasien di rawat di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya peningkatan

angka sectio caesarea disertai kejadian infeksi luka post sectio caesarea.

Sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka

4
Bryanton, J., Gagnon, A., Johnston, C. & Hatem, M. 2008. Predictors of Women’s Perceptions of
the Childbirth Experience. Journal Obstetric Gynecologic & Neonatal Nursing,37 : 24–34
5

operasi. RSUP dr. Sardjito tahun 2000 kejadian infeksi luka post sectio

caesarea adalah 15%.

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat

digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh. Fungsi lain dari protein adalah untuk mengatur

keseimbangan air,pembentukan ikatan-ikatan essensial tubuh,memelihara

netralitas tubuh, sebagai pembentuk antibodi, mengatur zat gizi dan sebagai

sumber energi.

Protein Tinggi dikatakan sebagai sumber energi yang ekivalen dengan

karbohidrat karena menghasilkan 4 kkal/g protein. Kekurangan protein dapat

menyebabkan penyakit yang dinamakan kwashiorkor yang biasanya banyak

menyerang anak-anak di bawah umur lima tahun atau balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menurut

widyasari (2013) Di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, didapatkan

data selama Januari sampai dengan Desember 2015 sebanyak 302 pasien

yang melakukan SC dan sebanyak 227 pasien yang melakukan persalinan

normal. Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di

Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Pringsewu pada tanggal 4 Maret

2016, hasil pengamatan pada pasien didapatkan luka masih basah 3 dari 5

pasien mengatakan tidak menghabiskan makanan yang mengandung protein

seperti telur, ikan dengan alasan memakan makanan tersebut menyebabkan

gatal dan memperlambat penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk


6

mengetahui hubungan asupan protein dengan penyembuhan luka pada pasien

post op Sectio Caesarea (SC) di Rumah Sakit Umum Daerah tersebut.

Terdapat pula data penyembuhan luka yang tidak baik mengalami

penurunan dari tahun 2016 – 2018 di RS. Permata Bekasi, akan tetapi

mengalami kenaikan pada tahun 2019. Pada tahun 2016 sebanyak 186 orang

( 15,2%), tahun 2017 sebanyak 108 orang (6,8%), tahun 2018 sebanyak 98

orang (5,4%) dan mengalami kenaikan pada tahun 2019 dengan periode

januari – juni 2019 yaitu sebesar 80 orang (8,7%). Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti di RS Permata Bekasi pada bulan Juni

2019, peneliti mendapatkan 15 orang ibu yang bersalin secara SC yang

seluruhnya melakukan mobilisasi dinitetapi hanya beberapa tahap. Ibu

menyatakan masih merasakan sakit ketika harus duduk dan mencoba berdiri

hingga berjalan. Melihat kondisi luka post operasi sc padahari ke tiga dari 15

ibu tersebut, 10 orang ibu memiliki keadaan luka post section saesariayang

masih belum kering atau basah sedangkan 5 ibu lainnya memiliki luka yang

sudah kering dan menyatu. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan mobilisasi dini, teknik

perawatan luka dan protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di RS.

Permata Bekasi Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dari RS Permata Bekasi, di dapatkan data ibu bersalin

pada bulan Januari sampai oktober 2019 yaitu sebanyak 1.440 total

persalinan baik secara spontan maupun SC, dengan mayoritas persalinan


7

yaitu dengan tindakan SC Sebanyak (87%) sedangkan persalinan normal

(13%). Terdapat pula data penyembuhan luka yang tidak baik mengalami

penurunan dari tahun 2016 - 2018, akan tetapi mengalami kenaikan pada

tahun 2019. Pada tahun 2016 sebanyak 186 orang ( 15,2%), tahun 2017

sebanyak 108 orang (6,8%), tahun 2018 sebanyak 98 orang (5,4%) dan

mengalami kenaikan pada tahun 2019 dengan periode Januari –Oktober

2019 yaitu sebesar 80 orang (8,7%).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Mobilisasi dini, Teknik Perawatan

Luka dan Protein tinggi terhadap Penyembuhan Luka Post SC di RS Permata

Bekasi Tahun 2019.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan mobilisasi dini, teknik perawatan luka dan

protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di RS. Permata Bekasi

Tahun 2019?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini,teknik perawatan luka, dan

protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di RS Permata Bekasi

Tahun 2019.

1.4.2Tujuan Khusus
8

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi mobilisasi dini, teknik perawatan

luka, dan protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di RS Permata

Bekasi tahun 2019.

2. Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019.

3. Untuk mengetahui hubungan teknik perawatan luka terhadap

penyembuhan luka post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019.

4. Untuk mengetahui hubungan protein tinggi terhadap penyembuhan luka

post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, untuk memperluas pengetahuan dan sekurang-kurangnya dapat

berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

1.5.2 Manfaat metodologi

Untuk mengetahui dan menentukan hubungan mobilisasi

dini,teknik perawatan luka, protein tinggi terhadap penyembuhan luka

Post SC di RS Permata Bekasi Tahun 2019.

1.5.3 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Untuk memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan

bagi ibu Post SC dalam proses penyembuhan luka operasi dengan


9

cara melakukan mobilisasi dini 6 jam setelah post partum yang

dimulai dari gerakan-gerakan kecil diatas tepat tidur.

2. Bagi Peneliti

Untuk memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan

bagi penulis dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama mengikuti

pendidikan terkait mobilisasi dini dengan penyembuhan luka Post

SC di RS Permata Bekasi tahun 2019.

3. Bagi Tempat Penelitian

Menjadi masukan dalam program peningkatan pelayanan pada

ibu Post SC dalam proses peyembuhan luka sehingga petugas

kesehatan semakin meningkatkan dukungannya kepada ibu post sc

salah satunya dengan mengajarkan ibu melakukan mobilisasi dini

diawali dengan 6 jam selesai Post SC.

4. Bagi Institut Kesehatan Indonesia Maju

Sebagai bahan untuk menambah sumber bacaan atau informasi

dalam proses belajar mengajar serta menambah referensi

perpustakaan di Institut Kesehatan Indonesia Maju. Secara umum

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada

semua pihak terutama kepada para penyelenggara pendidikan dalam

mengelola proses pembelajaran.


10

1.6 Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang Hubungan Mobilisasi

dini, Teknik perawatan luka dan protein tinggi terhadap penyembuhan luka

post SC di RS Permata Bekasi Tahun 2019.Tempat penelitian di RS Permata

Bekasi Kelurahan Mustika Jaya Kota Bekasi.Penelitian ini dilakukan pada

bulan Oktober 2019.Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang

melakukan SC yang terdaftar dari Januari – Oktober 2019, sebanyak 80

orang.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 responden. Penelitian

ini dilakukan karena masih kurangnya angka penyembuhan luka yang

bersalin SC. Sehingga menimbulkan banyak dampak seperti tingginya angka

infeksi luka pada ibu bersalin SC yaitu 80 responden (8,7%) dari 924 pasien

post sc pada tahun 2019 dan tingginya angka kematian ibu. Metode

penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Adapun data yang digunakan adalah data primer yaitu berupa pembagian

kuesioner pada responden.Untuk mengetahui hasil, peneliti mengunakan

metode chi-square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variable

tersebut.Dalam hal ini peneliti juga menggunakan SPSS 21 untuk

mengetahui hasil penelitian yang di teliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria

2.1.1 Definisi Luka Sectio Caesaria

Caesaria Sectio Caesaria secara umum adalah operasi yang dilakukan

untuk mengeluarkan janin dan plasenta dengan membuka dinding perut dan

uterus.5

Luka adalah gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti

dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut.

Luka sectio caesaria merupakan gangguan dalam kontinuitas sel akibat

dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan plasenta,

dengan membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.6

2.1.2 Klasifikasi Jenis Luka Sectio Caesaria

Luka Sectio Caesaria dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Sectio Caesaria Transperitonealis Profunda

Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan

insisi di segmen bawah uterus.Keunggulan pembedahan ini adalah

perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak. Parut pada uterus

umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak

besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa

5
Winkjosastro. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Bina Pustaka
6
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Cetakan ke 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

11
12

banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat

sembuh lebih sempurna.

2. Sectio Caesaria Klasik atau Sectio Caesaria Corporal

Merupakan pembuatan insisi pada bagian tengah korpus uteri

sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesiko

uterine.Insisi ini dibuat hanya diselenggarakan apabila ada halangan

untuk melakukan sectio caesaria transperitonealis profunda (misalnya

melekat eratnya uterus pada dinding perut karena Sectio Caesaria yang

dahulu, insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan

banyak berhubungan dengan letaknya plasenta pada plasenta previa).

Kekurangan pembedahan ini disebabkan oleh lebih besarnya bahaya

peritonitis, dan kira-kira 4 kali lebih bahaya rupture uteri pada kehamilan

yang akan datang. Sesudah Sectio Caesaria klasik sebaiknya dilakukan

sterilisasi atau histerektomi.

3. Sectio Caesaria Ekstraperitoneal

Sectio Caesaria ini dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi

puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi,

pembedahan Sectio Caesaria ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan.

Pembedahan tersebut sulit dalam tekniknya.

2.1.3 Penyulit Yang Biasa Terjadi Pada Tindakan Operasi Sectio Caesaria

Penyulit yang biasa terjadi pada tindakan Operasi Sectio Caesaria antara

lain7:

7
Ibid
13

a. Pada Ibu

1) Infeksi Purperalis Pasien yang mengalami sectio caesaria karena

plasenta previa karena perdarahan dan karena ketuban pecah dini

resikonya lebih besar dari pada pasien yang mengalami sectio

caesaria elektif.

2) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan

jika cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena uterina uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain, seperti luka kandung kemih, embolisme

paru (komplikasi ini jarang terjadi).

4) Suatu komplikasi baru yang tampak kemudian, ialah kurang kuatnya

parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya

terjadi rupture uteri. Pada Anak Nasib anak yang dilahirkan dengan

Sectio Caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan

untuk medan sering kali terjadi peritoneum tidak dapat dihindarkan.

2.1.4 Komplikasi Luka

1. Hematoma

Balutan dilihat terhadap perdarahan (hemoragi) pada interval yang

sering selama 24 jam setelah pembedahan. Setiap perdarahan dalam

jumlah yang tidak semestinya dilaporkan.Pada waktunya, sedikit

perdarahan terjadi pada bawah kulit.Hemoragi ini biasanya berhenti secara

spontan tetapi mengakibatkan pembentukan bekuan didalam luka. Jika

bekuan kecil, maka akan terserap dan tidak harus ditangani. Ketika

lukanya besar dan luka biasanya menonjol dan penyembuhan


14

akanterhambat kecuali bekuan ini dibuang. Proses penyembuhan biasanya

dengan granulasi atau penutupan sekunder dapat dilakukan.

2. Infeksi Stapihylococcuss Aureus

Infeksi ini menyebabkan banyak infeksi luka pasca operatif. Infeksi

lainnya dapat terjadi akibat escherichia coli, proteus vulgaris. Bila terjadi

proses inflamatori, hal ini biasanya menyebabkan gejala dalam 36 sampai

48 jam. Frekwensi nadi dan suhu tubuh meningkat, dan luka biasanya

membengkak, hangat dan nyeri tekan, tanda-tanda lokal mungkin tidak

terdapat ketika infeksi sudah mendalam.

3. Dehiscene dan Eviserasi Dehicence

Dehiscene dan Eviserasi Dehicence merupakan gangguan insisi atau

luka bedah dan eviserasi adalah penonjolan isi luka.Komplikasi ini sering

terjadi pada jahitan yang lepas, infeksi dan yang lebih sering lagi karena

batuk keras dan mengejan.

2.1.5 Proses Penyembuhan Luka

Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 3 fase utama,

yaitu :

1. Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari) Jaringan yang rusak dan sel mati

melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga dapat menyebabkan

vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta

meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga

menyebabkan merah dan hangat. Permeabilitas kapiler darah meningkat


15

dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan

oedema lokal.

2. Fase destruksi (1-6 hari) Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang

mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag.

Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas

polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat

berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut.

3. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari) Fibroblas memperbanyak diri dan

membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Fibroblas

melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida.

4. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari) Dalam setiap cedera yang

mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa- sisa

folikel membelah dan mulai berimigrasi di atas jaringan granulasi baru.

Tipe Penyembuhan Luka Menurut Moya, Morison (2003) proses

penyembuhan luka akan melalui beberapa intensi penyembuhan, antara lain:

1. Penyembuhan Melalui Intensi Pertama (Primary Intention)

Luka terjadi dengan pengrusakan jaringan yang minimum, dibuat secara

aseptic, penutupan terjadi dengan baik, jaringan granulasi tidak tampak,

dan pembentukan jaringan parut minimal.

2. Penyembuhan Melalui Intensi Kedua (Granulasi)

Pada luka terjadi pembentukan pus atau tepi luka tidak saling merapat,

proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.Penyembuhan


16

3. Melalui Intensi Ketiga (Secondary Suture)

Terjadi pada luka yang dalam yang belum dijahit atau terlepas dan

kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan

disambungkan sehingga akan membentuk jaringan parut yang lebih

dalam dan luas.

2.1.6 Indikator Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria

1) Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari) Jaringan yang rusak dan sel mati

melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga dapat menyebabkan

vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta

meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga

menyebabkan merah dan hangat. Permeabilitas kapiler darah meningkat

dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan

oedema lokal.

2) Fase destruksi (1-6 hari) Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang

mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf

menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang

tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa

keberadaan sel tersebut.

3) Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari) Fibroblas memperbanyak diri dan

membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Fibroblas

melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida.


17

4) Fase Maturasi (durasi 24-365 hari) Dalam setiap cedera yang

mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa- sisa

folikel membelah dan mulai berimigrasi di atas jaringan granulasi baru.

2.1.7 Cara Ukur Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria

Cara ukur faktor pemicu terjadinya penyembuhan luka pada post sc

dapat digunakan dengan menggunakan suatu alat yang disebut dengan skala

guttman dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan seperti setuju atau tidak

setuju, ya atau tidak, positif atau negatif, dan sebagainya.

2.1.8 Sintesa Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria

Penyembuhan luka adalah dengan pengrusakan jaringan yang

minimum, dibuat secara aseptik, penutupan terjadi dengan baik, jaringan

granulasi tidak tampak, dan pembentukan jaringan parut minimal. Adapun

indikator yang pertama yaitu Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari) Jaringan yang

rusak dan sel mati melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga dapat

menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh

serta meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga

menyebabkan merah dan hangat. Permeabilitas kapiler darah meningkat dan

cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema

lokal.
18

2.2 Mobilisasi Dini

2.2.1 Definisi Mobilisasi Dini

Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan

kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit

(terutama penyakit degenaratif), dan aktualisasi diri.8

Mobilisasi dini pada pasien post operasi merupakan kebijaksanaan

untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya

dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini

merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca

bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.9

Mobilisasi dini perlu dilakukan secara bertahap, guna mempercepat

proses jalannya penyembuhan. Mobilisasi dini dapat mempercepat proses

penyembuhan luka atau pemulihan luka paska bedah, meningkatkan

fungsi paru-paru, memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah, dan

juga memungkinkan klien kembali secara penuh fungsi fisiologisnya.

Pentingnya gerakan bagi kesehatan tidak diragukan lagi.Mobilisasi

dini merupakan suatu aspek yang penting pada fungsi fisiologis, karena hal

itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.Manfaat yang diperoleh

dari keseluruhan latihan fisik dan kemampuan untuk menjalankan aktivitas

kehidupan sehari-hari (Activities of DailyLiving/ADL). Pentingnya

8
Saputra, Lyndone. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
9
Smeltzer S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
19

mobilisasi dini sangat berpengaruh agar dapat meningkatkan metabolisme

sehingga kondisi umum pasien akan lebih baik.

2.2.2 Tujuan Mobilisasi Dini

Tujuan dari mobilisasi antara lain :

1. Mempertahankan fungsi tubuh

2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan

luka

3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

4. Mempertahankan tonus otot

5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine

6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal

dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau

berkomunikasi (Handayani, 2015).

2.2.3 Jenis-Jenis Mobilisasi

Mobilisasi dibagi menjadi beberapa jenis.Jenis mobilisasi diantaranya

adalah mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian.Mobilisasi sebagian dibagi

menjadi mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagian permanen.

1. Mobilisasi Penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi

sosial dan menjalankan peran sehari-hari.Mobilitas penuh ini merupakan


20

fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol

seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas Sebagian

Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas

karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area

tubuhnya. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh trauma reversible pada sistem muskuloskeletal,

contohnya : dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversibel, contohnya

terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang

belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem syaraf motorik

dan sensorik.10

10
Hidayat, A. dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
21

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi :

1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan

sehari-hari.

2. Proses penyakit/cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang

karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang

yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan

dalam ekstremitas bagian bawah, cedera pada urat saraf tulang belakang,

pasien paskaoperasi atau yang mengalami nyeri cenderung membatasi

pergerakan.

3. Kebudayaan

Kemampuan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Contoh,

orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan

mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami karena adat

dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas, misalnya selama 40 hari

sesudah melahirkan tidak boleh keluar rumah.

4. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat

melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.


22

5. Usia dan status perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang

berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat

gerak sejalan dengan perkembangan usia. Misalnya orang pada usia

pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut

sampai usia tua.

2.2.5 Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

Mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga

kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang

lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki

pasien.Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan

kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara

aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya sendiri.

b. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan

sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan seperti miring kanan

kiri, berjalan ke kamar mandi.

2.2.6 Manfaat Mobilisasi

Manfaat mobilisasi post operasi :

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan

bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot

perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
23

demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan.

2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan

merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga

membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

3. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien

bisa mandiri. Perubahan yang terjadi pada pasien pasca operasi akan

cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian pasien akan

cepat merasa sehat.

Mobilisasi dini yang dilakukan secara teratur menyebabkan sirkulasi

didaerah insisi menjadi lancar sehingga jaringan insisi yang mengalami

cidera akan mendapatkan zat-zat esensial untuk penyembuhan, seperti

oksigen, asam amino, vitamin dan mineral. Oleh karena itu,

sangatdisarankan oleh pasien post operasi untuk sesegera mungkin

melakukan mobilisasi dini sesuai tahapan prosedur.

2.2.7 Latihan Mobilisasi Pada Pasien Post Pembedahan

Mobilisasi paska pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan

paska pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke

luar kamar.

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan,

meliputi :
24

a. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan

latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring

kiri sudah dapat dimulai.

b. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan

pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.

c. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian

berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.

Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh

digerakkan pada posisi tertentu paska operasi akan mempengaruhi luka

operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan.

Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru

hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan

sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh

tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk

mencapai level kondisi seperti pra pembedahan dapat dipersingkat. Dan

tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan

serta juga dapat mengurangi stress psikis.

Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi

sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,

memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja

fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan

sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi
25

dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga

terhadap pemulihan fisik. Pengaruh latihan paska pembedahan terhadap

masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui penelitian penelitian ilmiah.

Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan,

tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan

kembali setelah dilakukan pembiusan regional. Pada saat awal, pergerakan

fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan

kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam

keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya,

miring ke kiri atau ke kanan. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan

lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun

tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang

dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua

paska operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan

tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa

berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya berjalan

sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.

Bergerak paska operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di

sekitar luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan

dengan tubuh, seperti; infus, cateter, pipa nasogastrik (NGT =nasogastric

tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-lain.


26

2.2.8 Indikator Mobilisasi Dini

1. Mobilisasi Penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi

sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini

merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat

mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas Sebagian

Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas

karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area

tubuhnya.

2.2.9 Cara Ukur Mobilisasi Dini

Cara ukur mobilisasi dini dapat dilakukan dengan menggunakan suatu

alat yang disebut dengan skala guttman.Peneliti menggunakan skala guttman

dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap

suatu permasalahan yang ditanyakan seperti setuju atau tidak setuju, ya atau

tidak, positif atau negatif, dan sebagainya.

2.2.10 Sintesa Mobilisasi Dini

Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan


27

kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit

(terutama penyakit degenaratif), dan aktualisasi diri.

Adapun indikator dari mobilisasi dini adalah mobilisasi penuh

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-

hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2.3 Teknik Perawatan Luka

2.3.1 Definisi Teknik Perawatan luka

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit

membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan

luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka,

memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi

membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase,

pemasangan perban.11

2.3.2 Tindakan Perawatan luka

Ekaputra (2013) membuat sebuah rumusan atau metode kerja yang

praktis dan komprehensif dalam perawatan luka dengan menggunakan

rumusan urutan huruf abjad A sampai E yang masing-masing sub pokok

11
Bryanton, J., Gagnon, A., Johnston, C. & Hatem, M. 2008. Predictors of Women’s Perceptions
of the Childbirth Experience. Journal Obstetric Gynecologic & Neonatal Nursing,37 : 24–34
28

bahasan berjumlah 56754 yang digunakan untuk mempermudah dalam

melakukan asuhan keperawataan luka. Metode tersebut dinamakan Formula

A to E (56754) dengan uraiannya adalah :

a. Assessment (pengkajian) : Pengkajian adalah tahap awal dari proses

perawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang dilakukan

adalah:

1) Pengkajian kulit (skin assessment) berupa evaluasi integritas,

temperatur, tekstur dan adanya lesi pada kulit

2) Pengkajian holistik (holistic assessment) dilakukan pada saat pasien

masuk dan dengan mengalami perubahan kondisi. Komponen

pengkajian holistik diantaranya adalah pengkajian penyebab/tipe

kerusakan kulit, durasi/lama luka, fokus pengkajian luka, lokasi

anatomi, luasnya jaringan dan presentasi, tipe jaringan dasar luka.

b. Bandage/pemilihan dressing : dressing yang ideal adalah dressing yang

mempertahankan lingkungan lembab pada luka, menyerap eksudat dan

mengangkat jaringan mati. Keseimbangan kelembapan merupakan

komponen kunci dalam penyembuhan luka. Maka, konsep Modern

Dressing yaitu Moist Dressing adalah perawatan luka yang sesuai hingga

saat ini. Moist dressing dimulai pada tahun 1962 oleh Dr. George

Winter.
29

c. Care of wound/perawatan luka : perawatan luka terdiri dari:

1) Pencucian luka dengan menggunakan cairan non toksis terhadap

jaringan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang

berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh

pada cairan luka. Pencucian luka merupakan aspek yang paling

mendasar dalam penanganan luka. Merupakan basis untuk proses

penyembuhan luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik

jika luka dalam kondisi bersih. Teknik pencucian luka diantaranya

adalah swabbing, scrubbing, showering (irigasi), hydroterapi,

whrirlpool dan bathing. Teknik yang sering digunakan dan banyak

riset yang mendukung adalah showering (irigasi), whrirlpool dan

bathing karena dengan teknik tekanan yang cukup dapat menganggu

bakteri yang berkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma dan

menengah terjadinya infeksi silang ;

2) Pemilihan dressing/topical therapy yang bertujuan untuk melindungi

luka dari trauma dan infeksi. Dalam kondisi lembab, penyembuhan

luka lebih cepat 50% dibandingkan dengan luka kering dan

mengalami peningkatan re-epitalisasi. Topikal terapi bisa diartikan

sebagai intervensi lokal pada luka untuk mengoptimalkan proses

penyembuhan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi

fisiologis luka, yaitu mempertahankan kelembapan, temperatur luka

yang seesuai, keseimbangan Ph dan mengurangi beban bakteri pada

luka. Dalam pemilihan topikal terapi yang digunakan pada luka, ada
30

hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah dapat mencegah dan

mengatasi infeksi, dapat membersihkan luka, dapat mengangkat

jaringan nekrotik, dapat mempertahankkan kelembapan, dapat

mengisi ronggakosong, dapat mengontrol bau, meminimalkan atau

menghilangkan nyeri dan mampu melindungi kulit sekitar luka.

3) Persiapan dasar luka (wound bed preparation) merupakan tindakan

mempersiapkan secara koordinasi melalui pendekatan sistematik,

yang dikhususkan untuk luka kronis yang tidak sembuh (luka yang

bermasalah). Perawatan luka terakhir (4) adalah penanganan luka,

sebelum kita melakukan penanganan luka terlebih dahulu kita harus

memahami alogaritma dari luka. Diawali dengan pengkajian luka,

kemudian setelah didiagnosa maka akan dikategorikan apakah masuk

dalam luka jenis akut atau kronik. Kemudian dilakukan peosedur

penggatian luka.

d. Dokumentasi : Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi

keterampilann berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses

perawatan dan keterampilan dasar. Dengan tujuan untuk

mengidentifikasi status kesehatan dan luka pasien dalam rangka

mencatat kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan

perawatan dan mengevaluasi serta bertujuan untuk penelitian, keuangan,

hukum dan etika.

e. Evaulasi : Dengan mengukur perkembangan pasien dalam mencapai

suatu tujuan, maka perawat dapat menentukan efektivitas tindakan. Di


31

dalam proses mengevaluasi perawatan luka, maka ada dua hal yang

dievaluasi, yaitu evaluasi penyembuhan luka dan evaluasi dressing.

Evaluasi proses penyembuhan luka termasuk pengkajian luka yang

digunakan setiap saat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan

penyembuhan luka. Evaluasi dressing memperhatikan beberapa aspek

yang perlu dipertimbangkan, yaitu kenyamanan pasien, kemudahan

dalampemakaian/aplikasi, efektivitas dan harga/cost. Tindakan evaluasi

bertujuan melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan terhadap

tindakan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan.

Apakah perawat akan mengakhiri rencana tindakan keperawatan (pasien

telah mencapai tujuan yang ditetapkan), apakah perawat akan

memodifikasi rencana tindakan keperawatan (pasien mengalami

kesulitan untuk mencapai tujuan) atau apakah perawat meneruskan

rencana tindakan perawatan (pasien memerlukan waktu yang lebih lama

untuk mencapai tujuan).

Sedangkan menurut Ismail12, Perawatan luka insisi diinspeksikan

setiap hari, sehingga pembalut yang relatif ringan tampak banyak plester

sangat menguntungkan. Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke

empat setelah pembedahan. Paling lambat pada hariketiga post partum

pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. Perawatan

persalinan sectio caesarea meliputi perawatan luka insisi, diet, mobilisasi

dini, aspek kontrol ulang, aktivitas seksual paska melahirkan, dan involusi

12
Ismail. 2008. Luka dan Perawatan. (http://www.images.mailmkes.multipy. com diakses tanggal
05 September 2019).
32

uterus. Perawatan pertama selesai operasi adalah pembalutan luka dengan

baik, sebelum penderita dipindahkan dari kamar operasi.

Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit atau kelp

diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan. Pada hari ketiga post

partum, mandi dengan pancuran tidak membahayakan insisi. Jaringan

subkutis yang tebal (lebih dari 3 cm) merupakan faktor resiko untuk infeksi

luka operasi.

Menurut Kasdu13Cara merawat bekas sayatan operasibiasanya benang

operasi terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan

operasi sebagai berikut:

a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan

shower atau mandi bersiram, kalau ingin mandi bersiram, kalau ingin

mandi di Bath up bersihkan tempat mandi sebelum dan setelah

digunakan.

b. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk

yang lembut, kertas, tisu atau kapas.

c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena celana

seperti ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.

d. Jika bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit segera

periksa ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya infeksi.

Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan

intervensi pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang

13
Kasdu, D. 2005. Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara
33

mencakup pemberian anestesi lokal, regional atau umum. Perkembangan

preparat anastesik, akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obatan kerja

singkat dan pemulihan yang lebih cepat. Anestesi secara umum sering dapat

menimbulkan mual dan muntah pada saat digunakan, yang kemudian

menimbulkan komplikasi yang serius dan bersifat fatal, sehingga perawat

menyampaikan kepada pasien untuk berpuasa sebelum operasi.

Hal ini dilakukan untuk menghentikan semua asupan oral hingga 4 jam

dan makanan padat antara 2 sampai 6 jam sebelum operasi. Karena 24 jam

pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per infus,

harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan

terjadi hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh.

Cairan tubuh yang diberikan biasanya dektrosa 5% gram fisioligis dan ringer

laktat secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan

kebutuhan, biasanya 20 tetes permenit, jumlah cairan yang keluar ditampung

dan diukur, hal ini dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan.14

2.3.3 Indikator Teknik Perawatan luka

1. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan

shower atau mandi bersiram, kalau ingin mandi bersiram, kalau ingin

mandi di Bath up bersihkan tempat mandi sebelum dan setelah digunakan.

2. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk

yang lembut, kertas, tisu atau kapas.

14
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
4. Jakarta : EGC
34

3. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena celana

seperti ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.

4. Jika bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit segera

periksa ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya infeksi.

2.3.4 Cara Ukur Teknik Perawatan luka

Cara ukur teknik perawatan luka dapat dilakukan dengan

menggunakan suatu alat yang disebut dengan skala guttman. Peneliti

menggunakan skala guttman dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan seperti

setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, positif atau negatif, dan sebagainya.

2.3.5 Sintesa Teknik Perawatan luka

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit

membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit.

Adapun indikator teknik perawatan luka adalah Serangkaian kegiatan

itu meliputi pembersihan luka, memasang balutan, mengganti balutan,

pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa

nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi,

pembuangan drainase, pemasangan perban.


35

2.4 Protein Tinggi

2.4.1 Definisi protein tinggi

Protein adalah makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang

tersusun dari atom nitrogen, karbon dan oksigen, beberapa jenis asam amino

yang mengandung sulfur (metionin, sistin dan sistein) yang di hubungkan

oleh peptida.

Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan

manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti

dan memlihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan

kelangsungan proses normal dalam tubuh. Sumber protein adalah kacang –

kacangan dan hasil olahannya, telur, teri, ikan segar, daging, udang, susu

dan sebagainya. Protein juga perlu di tambahkan dalam menu makanan

sehari – hari sebagai zat penambah darah karena protein berguna untuk

mencegah dan mengatasi anemia.15

2.4.2 Fungsi Dan Peranan Protein

Protein memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Membentuk jaringan dalam masa perkembangan dan pertumbuhan

tubuh.

2. Meemlihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang

rusak atau mati.

3. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim

pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.

15
Almatsier Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
36

4. Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen,

yaitu intraseluler, ekstraseluler dan ekstravaskuler.

2.4.3 Sumber Protein

1. Protein Nabati

Hampir sekitar 70% penyediaan protein di dunia berasal dari nabati

(hasil tanaman), terutama berasal dari biji – bijian dan kacang –

kacangan. Sayuran dan buah – buahan tidak memberikan kontribusi

protein dalam jumlah yang cukup berarti.

2. Protein hewani

Sumber protein hewani yang biasa di gunakan masyarakat adalah

daging, susu, telur dan ikan. Protein hewani juga disebut protein yang

lengkap dan bermutu tinggi, karena mempunyai kandungan asam amino

esensial yang lengkap dan susunannya mendekati apa yang di butuhkan

oleh tubuh.

2.4.4 Indikator protein tinggi

1. Protein Nabati

Hampir sekitar 70% penyediaan protein di dunia berasal dari nabati

(hasil tanaman), terutama berasal dari biji – bijian dan kacang –

kacangan. Sayuran dan buah – buahan tidak memberikan kontribusi

protein dalam jumlah yang cukup berarti.


37

2. Protein hewani

Sumber protein hewani yang biasa di gunakan masyarakat adalah

daging, susu, telur dan ikan. Protein hewani juga disebut protein yang

lengkap dan bermutu tinggi, karena mempunyai kandungan asam amino

2.4.5 Cara ukur protein tinggi

Cara ukur protein tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan suatu

alat yang disebut dengan skala guttman.Peneliti menggunakan skala guttman

dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap

suatu permasalahan yang ditanyakan seperti setuju atau tidak setuju, ya atau

tidak, positif atau negatif, dan sebagainya.

2.4.6 Sintesa protein tinggi

Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan

manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti

dan memlihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan

kelangsungan proses normal dalam tubuh.

Adapun indikator protein tinggi adalah sumber protein hewani yang

biasa di gunakan masyarakat adalah daging, susu, telur dan ikan. Protein

hewani juga disebut protein yang lengkap dan bermutu tinggi, karena

mempunyai kandungan asam amino.

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep

Caesaria Sectio Caesaria secara umum adalah operasi yang dilakukan

untuk mengeluarkan janin dan plasenta dengan membuka dinding perut dan

uterus.
38

Luka adalah gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti

dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut.

Luka sectio caesariamerupakan gangguan dalam kontinuitas sel akibat

dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan plasenta,

dengan membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.

Faktor faktor yang memicu proses penyembuhan luka post sc

1. Mobilisasi dini

Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan

kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses

penyakit (terutama penyakit degenaratif), dan aktualisasi diri.

2. Teknik Perawatan Luka

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit

membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit.

3. Protein Tinggi

Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus

kehidupan manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh

untuk mengganti dan memlihara sel tubuh yang rusak, reproduksi,

mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh.


39

Sumber protein adalah kacang – kacangan dan hasil olahannya, telur,

teri, ikan segar, daging, udang, susu dan sebagainya.


BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka maka dibuat suatu kerangka teori yang

dapat diamati/diukur melalui variabel. Pernikahan usia muda disebabkan oleh

beberapa faktor penyebab dengan kerangka teori sebagai berikut :

1. KONSEP DASAR
2. Mobilisasi Dini
3. Teknik Perawatan Luka
4. Protein Tinggi16

PENYEMBUHAN
FAKTOR LUKA DAN UMUM
LUKA POST SC
1. Kontaminasi Luka
2. Odema
3. Teknik Perawatan Luka
4. Protein Tinggi
5. Mobilisasi dini17

Gambar 3.1 Kerangka teori


Hal 10 - Hal 38 Bab II

16
Hidayat dan Notoatmodjo, 2015
17
Johson dan Taylor, 2015

40
41

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti.18 Kerangka

konsep dalam penelitian ini merupakan Hubungan mobilisasi dini, Teknik

Perawatan Luka, dan Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC Di

Rumah Sakit Permata Bekasi, Tahun 2019. Kerangka konsep penelitian ini

adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent

Mobilisasi Dini

Penyembuhan Luka
Teknik Perawatan Post SC
Luka

Protein Tinggi

Gambar 3.2Kerangka Konsep

18
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: EGC; 2015.
42

3.3 Kerangka Analisis

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan dari penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka kerangka analisis dapat digambarkan sebagai

berikut:

X1

X2 Y

X3

Gambar 3.3 Kerangka Analisis

Keterangan :

1. X1 : Mobilisasi Dini

2. X2 : Teknik perawatan luka

3. X3 : Protein Tinggi

4. Y : Penyembuhan Luka Post SC


43

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi konsep Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Penyembuhan Proses fisiologis Merupakan proses menyatukan Kuesioner Pengisian 1. Penyembuhan Ordinal
Luka Post SC penyembuhan luka dua tepi luka. Kuesioner Luka baik
dapat dibagi kedalam ≤5hari
Indikator : 2. Penyembuhan
tiga fase utama yaitu
Luka tidak
fase inflamasi, fase 1. Luka baik baik ≥5hari
destruksi dan fase 2. Luka tidak baik
ploriferasi.

2 Mobilisasi Mobilisasi adalah suatu Membimbingnya selekas Kuesioner Pengisian 1. Cepat, jika ≤ Ordinal
Dini kebutuhan mendasar mungkin berjalan. Kuesioner 1 hari
pada manusia yang
indikator : 2. Lambat, jika
diperlukan oleh
≥1 hari
individu untuk
1. Mobilisasi penuh
melakukan aktivitas 2. Mobilisasi lambat
sehari-hari yang berupa
pergerakan sendi, sikap,
gaya berjalan, latihan
maupun kemampuan
aktivitas.
44

3 Teknik Serangkaian kegiatan Perawatan yang dilakukan untuk Kuesioner Pengisian 1. Cepat, jika Ordinal
Perawatan yang dilakukan untuk meningkatan proses Kuesioner perawatan
Luka merawat luka agar penyembuhan jaringan juga luka ≤3 hari
untuk mencegah infeksi. 2. Lambat, jika
dapat mencegah
perawatan
terjadinya trauma Indikator : luka ≥ 3 hari
(injuri) pada kulit
membran mukosa atau 1. Ibu yang sudah bisa
menyeka luka sendiri
jaringan lain, fraktur,
mengunakan nacl
luka operasi yang dapat
2. Ibu yang belum bisa
merusak permukaan menyeka luka sendiri
kulit. mengunakan nacl

4 Protein Zat makanan yang Zat pembangun yang penting Kuesioner Pengisian 1. Baik, jika Ordinal
Tinggi berupa kumpulan asam dalam siklus kehidupan Kuesioner skor
amino, yang berfungsi manusia. Protein digunakan responden ≥
50% dari
sebagai pembangun dan sebagai zat pembangun tubuh
total skor
pengatur bagi tubuh. untuk mengganti dan memlihara 2. Kurang, jika
sel tubuh yang rusak, skor
reproduksi, mencerna makanan responden ≤
dan kelangsungan proses normal 50% dari
dalam tubuh. total skor

Indikator:

1. Protein yang di konsumsi


2. Protein yang tidak di
konsumsi
45

3.5 Hipotesis

Ada hubungan mobilisasi dini, Teknik Perawatan Luka dan Protein

Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC Di Rumah sakit Permata Bekasi

Tahun 2019.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode analitik deskriptif yaitu suatu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi, selanjutnya

menganalisis dinamika kolerasi antara fenomena tersebut dengan

menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif.19

Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

kolerasi antara faktor-faktor resiko atau variabel independen dengan efek atau

variabel dependen yang diobservasi atau pengumpulan datanya sekaligus pada

suatu saat yang sama atau di ukur secara bersamaan.20Variabel independen

dalam kasus ini adalahmobilisasi dini, Teknik Perawatan Lukadan Protein

Tinggi sedangkan variabel dependen adalah Penyembuhan Luka Post SC.

4.2 Pengembangan Instrumen

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Menurut Arikunto, Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih

mudahdan hasilnya baik sehingga mudah diolah.21Instrument yang digunakan

19
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu
20
Notoatmodjo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

46
47

dalam penelitian ini adalah instrument jenis kuesioner.Kuesioner adalah daftar

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana

responden tinggal memberikan jawaban dengan menggunakan tanda-tanda

tertentu. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Resonden hanya

memberi tanda cekis (√) atau (X) sesuai dengan ketentuan yang ada pada

lembar kuisoner pada jawaban yang akan dipilih.

4.3 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini adalah cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan semua data. Adapun metode pengumpulan yang

digunakan oleh peneliti ini adalah kuesioner.

4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Permata Bekasi Kelurahan

Mustika Jaya Kecamatan Mustika Jaya Kota Bekasi.

4.3.2 Populasi dan Sampel

4.3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti.22

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang telah

dirawat 3 hari setelah melakukan SC di Rumah Sakit Permata Bekasi

yang terdaftar dari Januari – Oktober 2019 sebanyak 80 orang.

22
Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta,2012
48

4.3.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. 23Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

metode sensus.Jika populasi kurang dari 100 maka sampel dapat dipilih

semua, tetapi bila lebih dari seratus, maka dapat diambil 10-15% atau

20-25%.24Total sampel dalam penelitian ini adalah 80 responden.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Non Random / Non Probability Sampling yaitu pengembilan sampel

bukan secara acak.Pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas

kemungkinan yang dapat diperhitungkan.Metode pengambilan sampel ini

menggunakan tekniktotal sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan

sampel.

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Penelitian terlebih dahulu meminta data di Rumah Sakit Permata

Bekasi

23
Ibid
24
Suharsimi Arikunto. 2010. Op Cit
49

2. Peneliti mengambil sampel Ibu Post partum 3 hari setelah melakukan

SC pada bulan Januari - Juni Tahun 2019 di Rumah Sakit Permata

Bekasi.

3. Sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan, peneliti memberikan

penjelasan tentang kuesioner termasuk hak responden untuk menolak

mengisi kuesioner.

4. Selanjutnya jika responden menyetujui atau bersedia untuk

melakukan pengisian kuesioner, responden diberikan informed

consent untuk ditanda tangani.

5. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan memberikan

kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai hal-hal yang

belum dimengerti.

6. Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti mengumpulkan

kembali, memeriksaka kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

4.4 Syarat Sampel dan Informasi

4.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau akan di diteliti. 25

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

25
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta Salemba medika .2012
50

1. Semua Ibu postpartum yang melahirkan SC di Rumah Sakit Permata

Bekasipada bulan Januari – Oktober 2019 dan bersedia menjadi

responden.

2. Semua Ibu postpartum yang melahirkan SC pada bulan Januari–

Oktober 2019 dan ada pada saat penyebaran kuesioner.

3. Semua ibu postpartum yang melahirkan SC pada bulan Januari–

Oktober 2019 dan bersedia untuk mengisi kuesioner pada bulan oktober

cara penyebaran dengan cara memberikan kuisioner ke ruangan pasien.

Jumlah kriteria inklusi dalam penelitian ini berjumlah 80 orang.

4.4.2 Kriteria Non Inklusi

Kriteria non inklusi adalah karakteristik yang tidak termasuk dalam

penelitian.Kriteria non inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang

melahirkan SC tetapi pada tahun 2016-2018.Kriteria non inklusi dalam

penelitian ini tidak ada.

4.4.3 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu yang melahirkan dengan tindakan SC yang menolak untuk menjadi

responden.

2. Ibu yang melahirkan dengan tindakan SC yang sudah keluar dari RS.

Jumlah kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu tidak ada.


51

4.5 Manajemen Data

4.5.1 Uji Coba Instrumen

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari

subyek penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument

dimaksudkan untuk memperoleh alat ukur yang valid dan reliable.

Sebelum diberikan kepada responden, kuesioner terlebih dahulu dilakukan

uji coba terhadap 30 orang Ibu postpartum yang melahirkan SC yang

berada di Rumah Sakit Permata Bekasi untuk menguji validitas dan

reliabilitasnya. Instrument yang valid adalah instrument yang mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrument yang reliabel adalah

instrument yang bila digunakan beberapa kali akan menghasilkan data

yang konsisten sama. 26

4.5.2 Pengolahan Uji Coba

Dalam penelitian ini pengujian validitas instrument menggunakan

alat bantu pengolahan SPSS statistic windows versi 21.

4.5.3 Hasil Uji Coba

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana

instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin di ukur. Untuk

mengukur validitas dari kuesioner bisa dilakukan dengan menghitung

korelasi antara skor masing-masing item dari pertanyaan dengan total

26
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Statistik. Jakarta: Rineka Cipta
52

skor yang terdapat pada konstruknyasehingga hal tersebut disebut

analisis butir/item. Apabila nilai r hitung (dalam output SPSS

dinotasikan sebagai corrected item total correlation) hasil positif dan r

hitung > r tabel, maka akan dapat dikatakan bahwa item pertanyaan

tersebut adalah valid. Demikian juga berlaku sebaliknya, apabila r hitung

< r tabel maka dapat dikatakan bahwa item dari pertanyaan tersebut

tidak valid. Item pertanyaan yang tidak valid akan dikeluarkan dan tidak

dimasukan ke dalam proses analisi selanjutnya, sedangkan untuk

pertanyaan yang valid akan diteruskan hingga ke tahap pengujian

realibilitas.

Tabel 4.1
Pengujian Validitas Butir Instrumen Penyembuhan Luka Post SC

Pertanyaan r Tabel r Hasil Keterangan


Soal 1 0,361 0,105 Tidak Valid
Soal 2 0,361 0,744 Valid
Soal 3 0,361 0,783 Valid
Soal 4 0,361 0,655 Valid
Soal 5 0,361 0,825 Valid
Soal 6 0,361 0,850 Valid
Soal 7 0,361 0,871 Valid
Soal 8 0,361 0,843 Valid
Soal 9 0,361 0,872 Valid
Soal 10 0,361 0,655 Valid
Sumber : Hasil ouput SPSS 21

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari seluruh pertanyaan

penyembuhan luka post sc yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana

terdapat 1 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pada pertanyaan

no 1 dengan r hasil yaitu 0,105.


53

Tabel 4.2
Pengujian Validitas Butir Instrumen Mobilisasi Dini
Pertanyaan r Tabel r Hasil Keterangan
Soal 1 0,361 -0,108 Tidak Valid
Soal 2 0,361 0,768 Valid
Soal 3 0,361 0,715 Valid
Soal 4 0,361 0,564 Valid
Soal 5 0,361 0,755 Valid
Soal 6 0,361 0,512 Valid
Soal 7 0,361 0,768 Valid
Soal 8 0,361 0,397 Valid
Soal 9 0,361 0,477 Valid
Soal 10 0,361 0,516 Valid
Sumber : Hasil ouput SPSS 21

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari seluruh pertanyaan

mobilisasi dini yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana terdapat 1

pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pada pertanyaan no 1

dengan r hasil yaitu -0,108.

Tabel 4.3
Pengujian Validitas Butir Instrumen Teknik Perawatan Luka
Pertanyaan r Tabel r Hasil Keterangan
Soal 1 0,361 0,580 Valid
Soal 2 0,361 0,469 Valid
Soal 2 0,361 0,779 Valid
Soal 4 0,361 0,535 Valid
Soal 5 0,361 0,677 Valid
Soal 6 0,361 0,700 Valid
Soal 7 0,361 0,526 Valid
Soal 8 0,361 0,700 Valid
Soal 9 0,361 0,371 Valid
Soal 10 0,361 0,290 Tidak Valid
Sumber : Hasil ouput SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari seluruh pertanyaan

teknik perawatan luka yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana terdapat 1

pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pada pertanyaan no 10

dengan r hasil yaitu 0,290.


54

Tabel 4.4
Pengujian Validitas Butir Instrumen Protein Tinggi
Pertanyaan r Tabel r Hasil Keterangan

Soal 1 0,361 0,103 Tidak Valid

Soal 2 0,361 0,735 Valid

Soal 2 0,361 0,770 Valid

Soal 4 0,361 0,639 Valid

Soal 5 0,361 0,811 Valid

Soal 6 0,361 0,842 Valid

Soal 7 0,361 0,856 Valid

Soal 8 0,361 0,837 Valid

Soal 9 0,361 0,831 Valid

Soal 10 0,361 0,636 Valid

Sumber : Hasil ouput SPSS 21


Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari seluruh pertanyaan

protein tinggi yang terdiri dari 10 pertanyaan, dimana terdapat 1

pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pada pertanyaan no 1

dengan r hasil yaitu 0,103.

2. Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data,

apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten

bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan alat ukur yang sama. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan mendapat hasil yang


55

sama. Nilai reliabilitas dilihat dari Cronbach Alpha.Jika r Alpha > r tabel

maka pernyataan tersebut reliable.27

Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang relibel akan

menghasilkan data yang dipercaya juga. Uji reabilitas dalam penelitian

ini menggunakan rumus cronbach alpa. Nilai tingkat keandalan

Cronbach’s Alpha minimum adalah 0,70. 28


Nilai tingkat keandalan

Cronbach’s Alpha dapat ditunjukan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5
Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha
Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Keandalan
0.0 - 0.20 Kurang Reliabel
>0.20 – 0.40 Agak Reliabel
>0.40 – 0.60 Cukup Reliabel
>0.60 – 0.80 Reliabel
>0.80 – 1.00 Sangat Reliabel
Sumber: Hair, dkk. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey.
Pearson Education

Tabel 4.6
Pengujian Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Keterangan
Penyembuhan luka post SC 0,885 Sangat Reliabel
Mobilisasi dini 0,709 Reliabel
Teknik perawatan luka 0,770 Reliabel
Protein tinggi 0,874 Sangat Reliabel
Sumber : SPSS For Windows 21

Setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh hasil untuk variabel

penyembuhan luka post SC adalah 0,885 (sangat reliabel), variabel

mobilisasi dini adalah 0,709 (reliabel), variabel teknik perawatan luka

27
Alimul, Aziz H.2010. Metode penelitian kebidanan dan tekhnik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika
28
Hair, dkk. 2010.Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey:Pearson Education
56

adalah 0,770 (reliabel), dan variabel protein tinggi adalah 0,874 (sangat

reliabel).

3. Analisis perbaikan instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur

mobilisasi dini, teknik perawatan luka, dan protein tinggiyang memenuhi

syarat validitas dan reliabilitas sehingga ada perbaikan instrument lagi.

4.5.4 Pengumpulan Data

1. Organisasi Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan terlebih

dahulu membuat surat permohonan izin melaksanakan penelitian dari

institusi pendidikan program studi Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) yang ditunjukkan

kepada kepala Rumah Sakit Permata Bekasi Kelurahan Mustika Jaya

Kec.Mustika Jaya Kota Bekasi.

Setelah mendapatkan izin, kemudian peneliti melaksanakan

pengumpulan data dari pihak Rumah Sakit mengenai jumlah pasien yang

melakukan sc di Rumah Sakit Permata Bekasi, kemudian peneliti

membagikan kuesioner kepada responden dan responden diminta untuk

mengisi kuesioner, selanjutnya dikembalikan kepada peneliti dan

kemudian akan dilakukan tabulasi data, pengujian instrument dan

dihitung skor masing-masing kemudian dilakukan analisa.


57

2. Input Data ke dalam Instrument

Dalam penelitian ini instrument yang berupa kuesioner dibagikan

dan diisi langsung oleh responden, sementara untuk pengumpulan data

dapat dilakukan pengukuran langsung kepada masing-masing Pasien

Post SC yang kemudian hasilnya dimasukkan kedalam lembar data yang

sudah disiapkan.

3. Data Entri/Input

a. Editing

Mengumpulkan, memeriksa data yang masuk diperiksa apakah

data sudah sesuai dengan jumlah sampel dan apakah cara pengisian

sudah benar.

b. Coding

Memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam

pengolahan data.29 Kode angka untuk setiap jawaban Tidak/tidak

setuju adalah 1 dan untuk jawaban YA/setuju adalah 2 untuk

mempercepat proses input data.

c. Entry

Masukankan data ke dalam program komputer sesuai dengan

pengelompokan data yang diperoleh

d. Tabulasi (Membersihkan Data)

Seluruh data yang diperoleh dari sumber data atau responden

setelah dimasukkan ke dalam komputer dilakukan pengecekan kembali

29
Notoatmodjo, soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia
press
58

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan pemberian kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya.Kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.30

4.5.5 Pengolahan Data

1. Analisis Univariat

Adalah analisa yang dilakukan untuk satu variable atau

pervariabel.Deskriptif data univariat ini dilakukan untuk mendapatkan

karakteristik setiap variabel yang diteliti. Dalam analisa ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap

variabel.Analisis data yang digunakan adalah univariat terhadap variabel

penelitian. Setelah setiap altenatif jawaban diketahui selanjutnya diadakan

presentase dengan cara frekuensi setiap jawaban (F) dengan jumlah soal

(N) kemudian dikalikan 100.

Kegunaan analisa univariat :

1) Salah satu cara melihat adanya kesalahan koding atau entry data.

jawaban diluar area penelitian, data yang sangat

ekstrim,menggunakan nilai rerata,data yang tidak konsisten,

misalnya variable seks pria tetapi variabel kehamilan

positife,jawaban tidak berlaku diberi kode 9/0 ikut dianalisis.

2) Mendripsikan suatu fenomena dengan baik

3) Perincian atau gambaran besarnya suatu fenomena

4) Petunjuk pemecahan masalah

30
Ibid
59

5) Persiapan analisa bivariat atau multivariat

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan terhadap 2 variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi.Pada penelitian ini digunakan

variabel bebas (Mobilisasi dini,Teknik Perawatan Luka,dan Protein

Tinggi) yang merupakan kelompok yang berpengaruh atau berhubungan

dengan variabel terikat (Penyembuhan Luka Post SC). Untuk mengetahui

hubungan variabel Independen dan dependen menggunakan uji chi square

dengan program SPSS for windows 21, untuk mengetahui kebermaknaan

nilai p value apakah H0 diterima atau ditolak.

Hasil akhir uji statistik adalah mengetahui apakah keputusan uji H0

ditolak atau gagal ditolak. Ketentuan jika p value <α (0,05) maka H0

ditolak. Artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen

dan dependen.

Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan,

dikenal ukuran risiko relative (RR) dan odss rasio (OR).Risiko relative

membandingkan risiko pada kelompok ter-ekspose dengan kelompok tidak

ter-ekspose.Sedangkan osdd rasio membandingkan odd pada kelompok

ter-ekspose. Ukuran RR pada umumnya digunakan pada desain kohort,

sedangkan ukuran OR biasanya digunakan pada desain kasus control atau

potonglintang (Cross Sectional), dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan nilai OR.


60

4.5.6 Penyajian Data

1. Naratif (Tekstular)

Penyajian data dengan narasi (kalimat) atau memberikan

keterangan secara lisan.Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai

dari pengambilan sampel, pelaksanaan pengumpulan data dan sampel

hasil analisis yang berupa informasi dari pengumpulan data tersebut.

2. Tabel

Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan

berbentuk angka. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

master tabel disertai frekuensi. Dimana data disusun dalam baris dan

kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

gambaran.Tabel terbagi menjadi dua yaitu tabel umum dan tabel khusus.

Yang dimaksudkan dengan tabel umum adalah suatu tabel yang berisi

seluruh data dan variabel penelitian oleh sebab itu disebut juga tabel

induk. Pentingnya tabel ini adalah:

a) Menyajikan data aslinya sehingga dapat dipakai untuk rujukan tabel

khusus.

b) Menjadi sumber keterangan data asli dan sebagai penyusunan tabel

khusus.

Tabel khusus adalah pengambilan penjabaran atau bagian dari tabel

umum. Ciri utama dari tabel khusus adalah angka-angka dapat

dibulatkan dan hanya terdapat beberapa variasi saja. Gunanya tabel

khusus adalah menggambarkan penyebaran atau distribusi suatu variabel


61

dan juga adanya hubungan atau asosiasi khusus menyajikan data yang

terpilih (selective) dalam bentuk sederhana.

3. Grafik

Selain dapat disajikan ke dalam bentuk tabel sebagaimana

dikemukakan di atas, data-data angka juga dapat disajikan kedalam

bentuk grafik atau lengkapnya grafik frekuensi. Pembuatan grafik

frekuensi pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pembuatan tabel

distribusi frekuensi karena pembuatan grafik ini haruslah disarankan

pada tabel distribusi frekuensi.

Dengan kata lain, pembuatan tabel distribusi frekuensi harus tetap

dilakukan baik kita bermaksud maupun tidak bermaksud membuat grafik

frekuensi. Penyajian data angka kedalam grafik biasanya dipandang

lebih menarik karena data-data itu tersaji dalam bentuk visual.Gambar

grafik frekuensi yang banyak dipergunakan dalam metode statistik

adalah histogram, polygon, kurva dan garis.

4. Interpretasi

Interpretasi disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan

pemahaman terhadap hasil penelitian.Berdasarkan dari teori yang ada

diungkapkan untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini, teknik

perawatan luka dan protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di

Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019.


BAB V

GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Lokasi RumahSakit PermataBekasi

Rumah Sakit Permata Bekasi terletak di Jl. Legenda Raya No 9 Rt

01/Rw 11, Mustika Jaya Kota Bekasi, rumah sakit ini didirikan sebagai

sarana pemeliharaan kesehatan bagi wargamasyarakat yang ada di Mustika

Jaya khususnya wilayah Kota Legenda dan Bekasi Timur pada umumnya.

Gambar 5.1

Bangunan Rumah Sakit Permata Bekasi

5.1.2 Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Rumah Sakit Permata

BekasiVISI

Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang prima dengan suasana

kekeluargaan pada tahun 2020.

62
63

MISI

1. Memberikan pelayanan kesehatan prima dengan suasana kekeluargaan

2. Meningkatkan nilai bagi stakeholder secara terus menerus

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia seacara berkelanjutan

5.1.3 Jumlah Pasien

Tabel 5.1 Jumlah Pasien

Tahun Partus Jumlah Partus Jumlah Partus Penyembuhan luka


SC dan Spontan SC yang tidak baik
Spontan (presentase)
2016 178 orang 1224 orang 186 (15,2%)
2017 205 orang 1584 orang 108 (6,8%)
2018 304 orang 1824 orang 98 (5,4%)
2019 134 orang 924 orang 80 (8,7%)
Sumber : Data RS Permata Bekasi Tahun 2016 – 2019

5.1.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada saat komunitas lapangan,

sehingga tidak mengganggu perkuliahan yang berlangsung dan waktu

yang telah diberikan oleh kampus kepada saya untuk melakukan penelitian

sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu Oktober 2019.


BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti mobilisasi dini,

teknik perawatan luka, protein tinggi, serta penyembuhan luka post sc di RS

Permata Bekasi Tahun 2019.

Data distribusi ini di uraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut ini :

6.1.1 Penyembuhan Luka Post SC

Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Post SC
di RS. Permata Bekasi Tahun 2019
No Penyembuhan Luka Post SC Frekuensi Presentase
1 Penyembuhan Luka baik 53 66,3 %
2 Penyembuhan Luka tidak baik 27 33,7 %
Jumlah 80 100%
Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.1 dapat dilihat bahwa dari 80 responden

diperoleh bahwa 53 responden (66,3%) penyembuhan luka baik sedangkan

27 responden (33.7%) penyembuhan luka tidak baik.

6.1.2 Mobilisasi Dini

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini di RS Permata Bekasi Tahun 2019
No Mobilisasi Dini Frekuensi Presentase
1 Cepat 59 73,8 %
2 Lambat 21 26,2 %
Jumlah 80 100%
Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

64
65

Berdasarkan tabel 6.2 dapat dilihat bahwa dari 80 responden yang

melakukan mobilisasi dini cepat diperoleh 59 responden (73,8 %),

sedangkan 21 responden (26,2 %) yang melakukan mobilisasi dini lambat.

6.1.3 Teknik Perawatan Luka

Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Teknik Perawatan Luka di RS. Pemata Bekasi
Tahun 2019
No Teknik Perawatan Luka Frekuensi Presentase
1 Cepat 54 67,5 %
2 Lambat 26 32,5 %
Jumlah 80 100%
Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.3 dapat dilihat bahwa dari 80 responden yang

melakukan teknik perawatan luka cepat diperoleh 54 responden (67,5%),

sedangkan 26 responden (32,5 %) yang melakukan teknik perawatan luka

lambat.

6.1.4 Protein Tinggi

Tabel 6.4
Distribusi Frekuensi Protein Tinggi di RS. Permata Bekasi Tahun 2019
No Protein Tinggi Frekuensi Presentase
1 Baik 50 62,5 %
2 Kurang 30 37,5 %
Jumlah 80 100%
Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.4 dapat dilihat bahwa dari 80 responden yang

mengkonsumsi protein tinggi baik diperoleh 50 responden (62,5 %),

sedangkan 30 responden (37,5 %) yang mengkonsumsi protein tinggi

kurang.
66

6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel yaitu variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

menggunakan uji Chi Square pada α = 5%. Bila nilai p > α (5%) maka

keputusan Ha di tolak dan sebaliknya nilai p < α (5%) maka keputusan Ha

diterima yaitu ada Hubungan Mobilisasi Dini, Teknik Perawatan Luka, dan

Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC di RS. Permata Bekasi

Tahun 2019.

6.2.1 Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post SC

Tabel 6.5
Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post SC
di RS. Permata Bekasi Tahun 2019
Pnyembuhan Luka Post SC
Penyembuha Penyembuhan
Mobilisasi Total P OR
n luka baik luka tidak
Dini baik value (95%CI)
N % N % N %
Cepat 47 79,7% 12 20,3% 59 100% 9.792
Lambat 6 28,6% 15 71,4% 21 100% (3.133-
0,000 30.597)
Total 53 66,3% 27 33,8% 80 100%
Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.5 diatas dari 59 responden yang melakukan

mobilisasi dini cepat, sebanyak 47 responden (79,7%), dengan yang

mengalami penyembuhan luka post sc baik sebanyak 47 responden (79,7%)

sedangkan yang mengalami luka post sc tidak baik sebanyak 12 responden

(20,3%), sedangkan dari 21 responden yang melakukan mobilisasi dini

lambat, sebanyak 6 responden ( 28,6%), yang mengalami penyembuhan luka

post sc baik, sedangkan sebanyak 15 responden (71,4%) yang mengalami

penyembuhan luka post sc tidak baik.


67

Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000 berarti

nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post sc di

Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019. Dari nilai OR sebesar 9,792 (95%

CI =3,133-30,597) berarti responden yang mobilisasi dini cepat berpeluang 10

kali mengalami penyembuhan luka baik dibandingkan responden yang

mobilisasi dini lambat.

6.2.2 Teknik Perawatan Luka Terhadap Penyembuhan Luka Post SC

Tabel 6.6
Hubungan Teknik Perawatan Luka Terhadap Penyembuhan Luka Post SC
di RS. Permata Bekasi Tahun 2019
Pnyembuhan Luka Post SC
Teknik Penyembuha Penyembuhan
Total P OR
Perawatan n luka baik luka tidak
value (95%CI)
Luka baik
N % N % N %
Cepat 49 90,7% 5 9,3% 54 100% 53.900
Lambat 4 15,4% 22 84,6% 26 100% (13.189-
0,000
Total 53 66,3% 27 33,8% 80 100% 220.268)

Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.6 diatas terdapat 54 responden yang melakukan

teknik perawatan luka cepat sebanyak 49 responden (90,7%), dengan yang

mengalami penyembuhan luka post sc baik sebanyak 49 responden (90,7%),

sedangkan yang mengalami luka post sc tidak baik sebanyak 5 rsponden

(9,3%), sedangkan dari 26 responden yang melakukan yang teknik perawatan

luka lambat, sebanyak 4 responden (15,4 %) yang mengalami penyembuhan

luka post sc baik dan 22 responden (84,6%) yang mengalami penyembuhan

luka post sc tidak baik.


68

Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000 berarti

nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara teknik perawatan luka dengan penyembuhan luka post

sc DI Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019. Dari nilai OR sebesar

53,900(95% CI = 13.189-220.268) berarti responden yang teknik perawatan

luka cepat, berpeluang 54 kali untuk penyembuhan luka post sc baik

dibandingkan responden yang teknik perawatan luka lambat.

6.2.3 Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC

Tabel 6.7
Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC
di RS. Permata Bekasi Tahun 2019
Pnyembuhan Luka Post SC
Protein Penyembuh Penyembuhan Total P OR
Tinggi an luka baik luka tidak baik value (95%CI)
N % N % N %
Baik 50 100% 0 0.0% 50 100% 10.000
Kurang 3 10,0% 27 90,0% 30 100% (3.418-
0,000
Total 53 66,3% 27 33,8% 80 100% 29.256)

Sumber: Software SPSS For Windows Versi 21 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6.7 diatas terdapat 50 responden yang mengkonsumsi

protein tinggi dan seluruhnya 50 responden (100%) yang mengalami

penyembuhan luka post sc yang baik, sedangkan dari 30 responden yang

mengkonsumsi protein tinggi dengan kategori kurang, sebanyak 3 responden

(10,0%) yang mengalami penyembuhan luka post sc yang baik dan 27

responden (90,0%) yang mengalami penyembuhan luka post sc yang tidak

baik. Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000 berarti

nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara protein tinggi dengan penyembuhan luka post sc DI


69

Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019. Dari nilai OR sebesar 10.000(95%

CI = 3.418-29.256) berarti responden yang mengkonsumsi protein tinggi

berpeluang 10 kali untuk penyembuhan luka baikdibandingkan responden

yang kurang mengkonsumsi protein tinggi.


BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui adanya suatu

hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen

(terikat). Rancangan penelitian menggunakan cross sectional sehingga hanya

menggambarkan suatu keadaan pada saat penelitian itu dilakukan dan

dikumpulkan pada saat bersamaan atau sekaligus, dengan kuesioner sebagai

alat ukurnya.Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Adapun beberapa

keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengunpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif sehingga kebenaran

data sangat bergantung pada kejujuran yang dimiliki responden.

2. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan

tertutup. Dimana kelemahan dari pertanyaan tertutup adalah tidak bisa

menggali informasi yang di ingin secara mendalam.

3. Keterbatasan waktu dan dana juga merupakan keterbatasan peneliti dalam

melakukan penelitian ini.

7.2 Pembahasan

7.2.1 Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post SC di

RS. Permata Bekasi Tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang

melakukan mobilisasi dini cepat sebanyak 59 responden (73,8%), namun

70
71

terdapat pula responden yang melakukan mobilisasi dini lambat sebanyak 21

responden (26,2 %).

Hasil hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post sc di

RS Permata Bekasi Tahun 2019, terdapat 59 responden yang melakukan

mobilisasi dini cepat, sebanyak 47 responden (79,7%)yang mengalami

penyembuhan luka post sc baik dan 12 responden (20,3%) yang mengalami

penyembuhan luka post sc tidak baik, sedangkan dari 21 responden dengan

melakukan mobilisasi dini lambat, sebanyak 6 responden ( 28,6%), yang

mengalami penyembuhan luka post sc baik dan 15 responden (71,4%) yang

mengalami penyembuhan luka post sc tidak naik.

Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000

berarti nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post scdi Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019. Dari nilai OR sebesar

9,792 (95% CI =3,133-30,597) berarti responden yangmobilisasi dinicepat

berpeluang 10 kali untukpenyembuhan luka baikdibandingkan responden

yang mobilisasi dini lambat.

Hal ini sesuai dengan teori Wijaya (2018) yang menyatakan bahwa

mobilisasi dini merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan berjalan. Mobilisasi

dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca

bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Mobilisasi dini akan

mengakibatkan kontraksi uterus menjadi baik, sehingga fundus uteri keras,


72

maka perdarahan abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk

menyempitan pembuluh darah yang terbuka.31

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri

Mahmudah Salamah (2015) dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan

pemulihan luka post section saesarea di RS Panembahan Senopati Bantul

Tahun 2015. Hasil uji chi square diketahui nilai pvalue = 0,006 < 0,05,

artinya ada hubungan mobilisasi dini dengan pemulihan luka post section

saesarea di RS Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015.32

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rimayanti Simangunsong (2018) dengan judul hubungan mobilisasi dini

dengan proses penyembuhan luka post seksio saesarea di RSU SMIM

Pancaran Kasih Manado menyatakan sebagian besar ibu post SC di RSU

SMIM Pancaran Kasih Manado melakukan mobilisasi dini dan presentase

hasil penyembuhan luka yaitu hamper semua penyembuhan lukanya cepat,

dengan nilai pvalue = 0,001 < 0,05. Sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka post

seksio saesarea di RSU SMIM Pancaran Kasih Manado.33

Menurut peneliti adanya hubungan yang signifikan antara mobilisasi

dini dengan penyembuhan luka post sc karena pada ibu yang melakukan

persalinan dengan operasi sc akan menimbulkan luka sayatan. Luka sayatan

ini mudah pulih ketika ibu melakukan mobilisasi dini.Hal ini dikarenakan

31
Wijaya, M. 2018. Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multi Disiplin . Yogyakarta : Andi
32
Mahmudah salamah, S. 2015. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Pemulihan Luka Post SC Di
RS Panembahan Senopati Bantul. Skripsi
33
Rimayanti, S. 2018. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses penyembuhan Luka Post SC di di
RSU SMIM Pancaran Kasih Manado. E- journal keperawatan
73

mobilisasi dini dapat membatu melancarkan sirkulasi darah.Sirkulasi darah

yang lancer dapat membantu dalam penyembuhan luka karena darah

mengandung zat – zat yang di butuhkan untuk penyembuhan luka.

7.2.2 Hubungan Teknik Perawatan Luka Terhadap Penyembuhan Luka Post

SC di RS. Permata Bekasi Tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa dari 80

responden yang melakukan teknik perawatan luka cepat diperoleh 54

responden (67,5%), sedangkan 26 responden (32,5 %) yang melakukan

teknik perawatan luka lambat.

Hasil hubungan teknik perawatan luka terhadap penyembuhan luka

post sc Di RS Permata Bekasi Tahun 2019, terdapat 54 responden yang

melakukan teknik perawatan luka cepat, sebanyak 49 responden (90,7%)

yang mengalami penyembuhan luka post sc baik dan 5 responden (9,3%)

yang mengalami penyembuhan luka post sc tidak baik, sedangkan dari 21

responden yang melakukan teknik perawatan luka lambat, sebanyak 4

responden (15,4 %) yang mengalami penyembuhan luka baik dan 22

responden (84,6%) yang mengalami penyembuhan luka tidak baik.

Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000

berarti nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara teknik perawatan luka dengan

penyembuhan luka post sc DI Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019.

Dari nilai OR sebesar 53,900 (95% CI = 13.189-220.268 ) berarti responden


74

yang teknik perawatan luka cepat,berpeluang 54 kali untuk penyembuhan

luka baikdibandingkan responden yang teknik perawatan luka lambat.

Pada umumnya, untuk mempercepat penyembuhan luka post sc

memerlukan teknik perawatan luka yang baik, bukan hanya dari tenaga

kesehatan yang meberikan perawatan tetapi juga dari responden atau ibu

post sc itu sendiri.

Hal ini sesuai dengan teori Briyanton (2008) yang menyatakan

bahwaPerawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit

membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan

luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka,

memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi

membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase,

pemasangan perban.34

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Himatusujanah (2014) yang berjudul hubungan tingkat kepatuhan

pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sc di

ruang mawar 1 RSUD DR. Moewardi Surakarta, bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka

34
Bryanton, J., Gagnon, A., Johnston, C. & Hatem, M. 2008. Predictors of Women’s Perceptions
of the Childbirth Experience. Journal Obstetric Gynecologic & Neonatal Nursing,37 : 24–34
75

dengan kejadian infeksi luka post sc, dengan nilai pvalue = 0,001 yang

berarti lebih kecil dari ά=0,05.35

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri

Dewi (2012) dengan judul efektifitas pendidikan kesehatan tentang nutrisi

dan perawatan luka dengan video terhadap penyembuhan luka sesar,

didapatkan hubungan yang signifikan antara perawatan luka terhadap

penyembuhan luka sesar dengan taraf signifikan p=0,000 < 0,05.36

Menurut peneliti,luka insisi memerlukan pemeriksaan setiap hari dan

dengan teknik perawatan luka yang baik sehingga luka tidak terjadi infeksi

dan cepat dalam proses penyembuhan. Secara normal jahitan kulit diangkat

pada hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat pada hariketiga post

partum pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi perawatan luka insisi, diet,

mobilisasi dini, aspek kontrol ulang, aktivitas seksual paska melahirkan, dan

involusi uterus. Perawatan pertama selesai operasi adalah pembalutan luka

dengan baik, sebelum penderita dipindahkan dari kamar operasi. Perawatan

luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit atau kelp diangkat pada hari

ke empat setelah pembedahan.

7.2.3 Hubungan Protein Tinggi Terhadap Penyembuhan Luka Post SC di

RS. Permata Bekasi Tahun 2019

35
Himatusujanah. 2014. Hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka dengan
kejadian infeksi luka post sc di ruang mawar 1 RSUD DR. Moewardi Surakarta. Surakarta : E-
journal
36
Sri Dewi. 2012. Efektifitas pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan perawatan luka dengan
video terhadap penyembuhan luka sesar. Depok : E-journal UI
76

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa bahwa dari 80

responden yang mengkonsumsi protein tinggi baik diperoleh 50 responden

(62,5 %), sedangkan 30 responden (37,5 %) yang mengkonsumsi protein

tinggi kurang.

Hasil hubungan protein tinggi terhadap penyembuhan luka post sc di

RS Permata Bekasi Tahun 2019, terdapat 50 responden yang

mengkonsumsi protein tinggi dan seluruhnya 50 orang (100%) yang

mengalami penyembuhan luka post sc yang baik, sedangkan dari 30

responden yang mengkonsumsi protein tinggi dengan kategori kurang,

sebanyak 3 responden (10,0%) yang mengalami penyembuhan luka post sc

yang baik dan 27 orang (90,0%) yang mengalami penyembuhan luka yang

tidak baik.

Pada hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai Pvalue = 0,000

berarti nilai Pvalue< α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara protein tinggi dengan penyembuhan luka

post SC DI Rumah Sakit Permata Bekasi Tahun 2019. Dari nilai OR

sebesar 10.000 (95% CI = 3.418-29.256) berarti responden yang

mengkonsumsi protein tinggi berpeluang 10 kali untuk penyembuhan luka

baik dibandingkan responden yang kurang mengkonsumsi protein tinggi.

Dari hasil penelitian banyak ibu post SC yang sadar akan pentingnya

mengkonsumsi makanan dengan protein tinggi untuk penyembuhan

lukanya.
77

Hal ini sesuai dengan teori Almatsier (2013) mengatakan bahwa

Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan

manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk

mengganti dan memlihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna

makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh.37

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Desi Ari Madiyanti (2016) yang berjudul hubungan asupan protein dengan

penyembuhan luka pada pasien post op sectio caesarea (SC) di RSUD

Pringsewu Lampung, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

asupan protein dengan penyembuhan luka post OP SC dimana nilai p

value = 0,015 (p value < 0,05).38

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyasari Y (2017) dengan judul Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan

ibu post secsio caesarea terhadap penyembuhan luka jahitan sectio

caesarea di poli kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban, menyatakan

bahwa terdapat pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu post SC

terhadap penyembuhan luka jahitan Sectio Caesarea.39

Menurut peneliti, penting bagi ibu post sc untuk memperhatikan

asupan nutrisi terutama makanan tinggi protein yang sangat berperan

37
Almatsier Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
38
Ari Madiyanti D, dkk. 2016. Hubungan Asupan Protein Dengan Penyembuhan Luka Pada
Pasien Post Op Sectio Caesarea (SC) Di RSUD Pringsewu Lampung tahun 2016. Lampung :
jurnal asuhan ibu dan anak
39
Widyasari Y. 2017. Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu post secsio caesarea terhadap
penyembuhan luka jahitan sectio caesarea di poli kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Tuban
: jurnal kesehatan
78

dalam pembentuka jaringan baru pada penyembuhan luka, sehingga tidak

terjadi kegagalan dalam penyembuhan luka atau luka terinfeksi.


BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan

mobilisasi dini, teknik perawatan luka, dan protein tinggi terhadap

penyembuhan luka post SC di RS Permata Bekasi Tahun 2019, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 80 responden diperoleh bahwa 53 responden (66,3%)


penyembuhan luka post sc baik sedangkan 27 responden (33.7%)

penyembuhan luka post sc tidak baik.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini terhadap


penyembuhan luka post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019 dengan

Pvalue sebesar 0,000 dan nilai OR sebesar 9,792 (95% CI =3,133-

30,597) berarti responden yang mobilisasi dinicepat berpeluang 10 kali

untuk penyembuhan luka baik dibandingkan responden yang mobilisasi

dini lambat.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara teknik perawatan luka terhadap

penyembuhan luka post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019dengan

Pvalue sebesar 0,000 dan nilai OR sebesar 53,900 (95% CI = 13.189-

220.268 ) berarti responden yang teknik perawatan luka cepat, berpeluang

54 kali untuk penyembuhan luka post sc baik dibandingkan responden

yang teknik perawatan luka lambat.

79
80

Terdapat hubungan yang bermakna antara protein tinggi terhadap

penyembuhan luka post sc di RS Permata Bekasi Tahun 2019 dengan Pvalue

sebesar 0,000 dan nilai OR sebesar 10.000(95% CI = 3.418-29.256) berarti

responden yang mengkonsumsi protein tinggi berpeluang 10 kali untuk

penyembuhan luka baik dibandingkan responden yang kurang mengkonsumsi

protein tinggi.

8.2 Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini memberikan pengalaman dan menambah

pengetahuan bagi ibu Post SC dalam proses penyembuhan luka post sc

dengan cara melakukan mobilisasi dini 6 jam seperti melakukan hal hal

yang kecil setelah post partum yang dimulai dari gerakan-gerakan kecil

diatas tepat tidur dengan cara miring kiri dan miring kanan.

Diharapkan penelitian ini memberikan pengalaman dan menambah

pengetahuan bagi ibu Post SC dalam proses penyembuhan luka post sc

dengan cara melakukan teknik perawatan luka dengan cara menyeka luka

dengan menggunakan kassa dan kassa tersebut sudah diberikan cairan

nacl.

Diharapkan penelitian ini memberikan pengalaman dan menambah

pengetahuan bagi ibu Post SC dalam proses penyembuhan luka post sc

dengan cara mengkonsumsi makanan protein tinggi khususnya pada

protein hewani contohnya telur dan ikan.


81

2. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini memberikan pengalaman dan menambah

pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama

mengikuti pendidikan terkait mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

Post SC di RS Permata Bekasi tahun 2019.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian menjadi masukan dalam program peningkatan

pelayanan pada ibu Post SC dalam proses peyembuhan luka sehingga

petugas kesehatan semakin meningkatkan dukungannya kepada ibu post sc

salah satunya dengan mengajarkan ibu melakukan mobilisasi dini diawali

dengan 6 jam selesai Post SC.

4. Bagi Stikes Indonesia Maju

Sebagai bahan untuk menambah sumber bacaan atau informasi

dalam proses belajar mengajar serta menambah referensi perpustakaan di

Stikes Indonesia Maju.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H.2010. Metode penelitian kebidanan dan tekhnik analisis data.
Jakarta : Salemba Medika

Almatsier Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Ari Madiyanti D, dkk. 2016. Hubungan Asupan Protein Dengan Penyembuhan


Luka Pada Pasien Post Op Sectio Caesarea (SC) Di RSUD Pringsewu
Lampung tahun 2016. Lampung : jurnal asuhan ibu dan anak

Bryanton, J., Gagnon, A., Johnston, C. & Hatem, M. 2008. Predictors of Women’s
Perceptions of the Childbirth Experience. Journal Obstetric Gynecologic &
Neonatal Nursing,37 : 24–34

Hidayat, A. dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika

Hair, dkk. 2010.Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey:Pearson


Education

Himatusujanah. 2014. Hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap


perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sc di ruang mawar 1
RSUD DR. Moewardi Surakarta. Surakarta : E- journal

Ismail. 2008. Luka dan Perawatan. (http://www.images.mailmkes.multipy. com


diakses tanggal 05 September 2019).

Kasdu, D. 2005. Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara

Mahmudah salamah, S. 2015. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Pemulihan


Luka Post SC Di RS Panembahan Senopati Bantul. Skripsi

Notoatmodjo, soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta :


Mitra Cendikia press

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta Salemba medika .2012
Prawirohardjo. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Cetakan ke 5. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC

Rimayanti, S. 2018. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses penyembuhan


Luka Post SC di di RSU SMIM Pancaran Kasih Manado. E- journal
keperawatan

Saputra, Lyndone. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :


Binarupa Aksara

Smeltzer S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC

Sri Dewi. 2012. Efektifitas pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan perawatan
luka dengan video terhadap penyembuhan luka sesar. Depok : E-journal UI

Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Statistik. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif,


Yogyakarta: Graha Ilmu

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2017. Pelayanan Kesehatan Ibu


(Persalinan Bedah Caesar). Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional

Widyasari Y. 2017. Pengaruh kecukupan nutrisi dan cairan ibu post secsio
caesarea terhadap penyembuhan luka jahitan sectio caesarea di poli
kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Tuban : jurnal kesehatan

Wijaya, M. 2018. Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multi Disiplin


.Yogyakarta : Andi

Winkjosastro. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai