SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
RESTAVIA WIDYANINGSIH
0806457243
Nama : RestaviaWidyaningsih
NPM : 0806457243
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iii
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahNya, saya dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Penulisan laporan
tugas akhir skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai masa penyusunan laporan skripsi ini, sangat
sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Imami Nur Rachmawati, S.Kp., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
(2) Ibu Dr. Yati Afiyanti, S. Kp., M.N, selaku dosen penguji saya dalam sidang
presentasi laporan skripsi;
(3) Ibu Kuntarti, S. Kp., M. Biomed., selaku koordinator mata kuliah Tugas
Akhir yang telah membantu mengarahkan saya selama mata kuliah ini;
(4) Orang tua dan keluarga saya tercinta yang telah memberikan bantuan
dukungan material, moral, dan yang selalu mendoakan saya;
(5) Mas Encep yang telah banyak memberikan saya motivasi kepada saya untuk
serius dalam menyelesaikan tugas akhir ini;
(6) Sahabat dan teman-teman saya khususnya teman-teman di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak membantu
memberikan masukan tentang penelitian ini.
Saya sangat berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu keperawatan.
Depok, 10 Juli 2012
Penulis
iv
beserta perangkat yang ada jika (diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2012
Yang menyatakan
(Restavia Widyaningsih)
Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami
ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan.
Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103
orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan.
Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri
oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap
pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen
kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran
suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap
pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti
faktor tersebut.
Kata Kunci:
Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami
ABSTRACT
Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important
factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this
was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth.
This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from
pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The
instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher
and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of
respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This
attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for
nursing proved that husbands role important to be attented in childbirth process. This
study did not research about the factors influenced husband`s attitude about
companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about
it`s attitude.
Keyword:
attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband
vi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
vii
viii
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap
Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 .......................................... 53
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami
Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ............................................................ 54
ix
xi
Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami
ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan.
Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103
orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan.
Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri
oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap
pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen
kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran
suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap
pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti
faktor tersebut.
Kata Kunci:
Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami
ABSTRACT
Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important
factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this
was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth.
This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from
pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The
instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher
and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of
respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This
attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for
nursing proved that husbands role important to be attented in childbirth process. This
study did not research about the factors influenced husband`s attitude about
companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about
it`s attitude.
Keyword:
attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband
vi Universitas Indonesia
Persalinan merupakan proses akhir dari masa kehamilan yang telah dilalui ibu
dan keluarga selama tiga periode trimester. Persalinan diartikan dengan proses
membuka dan menipisnya serviks, hingga janin turun ke dalam jalan lahir
(Saifuddin, dkk, 2009). Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu adalah
melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi serta bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin. Keberhasilan dalam proses
persalinan menjadi faktor penting yang menentukan angka kematian ibu
bersalin.
Angka kematian ibu saat persalinan menjadi indikator penting status kesehatan
ibu dalam konteks pelayanan maternal. Menurut World Health Organization
(WHO) dalam catatan Dinas Kesehatan tahun 2006, kematian ibu
didefinisikan sebagai kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42
hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung terhadap kehamilan. Statistik kesehatan ibu menurut data global
yang dihimpun dari berbagai organisasi nirlaba dunia dan Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat angka kematian ibu hamil dan melahirkan mencapai
350.000 per tahun atau lebih dari 1.000 orang per hari (harian Kompas, 19
Desember 2011).
1 Universitas Indonesia
Besarnya resiko yang dapat terjadi saat persalinan menjadi salah satu
penyebab yang membuat ibu memiliki rasa kekhawatiran yang berlebih
terhadap persalinannya. Persalinan dianggap hal yang berat untuk dilewati
walaupun ini juga peristiwa yang sangat dinantikan oleh seorang calon ibu
yang telah melewati masa kehamilannya. Proses persalinan merupakan
peristiwa yang melelahkan sekaligus berisiko sehingga membuat tingkat
kecemasan ibu semakin meningkat menjelang hari persalinan tiba (Arindra,
2008). Kecemasan tersebut tidak mengherankan jika calon ibu yang akan
melahirkan pertama kali akan menunjukan tingkat kecemasan yang berlebih,
seperti perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan
sikap menyendiri.
Universitas Indonesia
Dukungan dari suami atau keluarga ternyata menjadi salah satu faktor penting
yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu dalam menghadapi persalinan
(Records & Rice, 2007; Arindra, 2008). Periode trimester ketiga ini
merupakan masa antisipasi persalinan. Periode trimester akhir kehamilan akan
menjadi stessor sendiri bagi ibu dan keluarga karena harus mulai
mempersiapkan persalinan baik secara fisik ataupun emosional (Eden, 2011).
Ibu dan suami semakin tidak sabar menantikan kelahiran bayi mereka sebagai
anggota baru dalam keluarga. Masa persiapan bagi ibu dan suami untuk
menghadapi peran baru yaitu masa transisi menjadi orang tua. Keluarga atau
pasangan dari ibu yang akan bersalin harus peka dengan dengan kondisi
psikologis ibu menjelang persalinan.
Universitas Indonesia
anaknya. Suami merupakan pasangan dari ibu bersalin yang telah terikat
dalam status pernikahan secara sah dalam hukum negara dan hukum agama.
Suami memiliki peranan dan pengaruh yang lebih terhadap kondisi psikologis
ibu menjelang persalinan dan saat persalinan (Records & Rice, 2007;
Kainz, Eliasson, & von Post, 2010).
Universitas Indonesia
Manfaat pendampingan persalinan bukan saja dirasakan oleh ibu, tapi juga
dapat dirasakan oleh suami. Akan tetapi fenomena yang ada saat ini, tidak
banyak suami yang menyadari dan mengetahui bahwa dukungan yang
diberikan kepada ibu saat proses persalinan dan melahirkan dapat memberikan
pengaruh yang positif bagi kelancaran persalinan tersebut (Ip, 2000; Cholifah,
2007). Banyak suami yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat
membantu kemajuan persalinan istrinya sehingga mereka lebih memilih untuk
menunggui istri saja di luar ruangan bersalin, bukan untuk mendampingi istri
secara langsung di dalam ruang bersalin. Akhirnya ibu hanya didampingi oleh
tenaga kesehatan yang menolongnya dalam proses persalinan, tidak ada
dukungan secara langsung dari keluarga terdekat, terutama dukungan dari
suaminya. Hasil penelitian terhadap suami di Rumah Sakit Universitas
Kuopio, Finlandia, menunjukan sebagian besar suami merasa kurang nyaman
selama mendampingi istrinya bersalin, dan perasaan ini biasanya dialami pada
pengalaman pertama suami mendampingi istrinya secara langsung dalam
kelahiran anak pertama mereka (Julkunen & Liukkonen, 1998).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Proses persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu setelah
melewati masa kehamilan. Proses persalinan yang penuh dengan resiko
membuat kondisi psikologis ibu menjadi tidak stabil, sehingga banyak ibu
yang menunjukan kecemasannya dalam menunggu hari persalinan tiba.
Kecemasan ibu tersebut akan semakin meningkat ketika hari persalinan,
sehingga ibu sangat memerlukan sistem dukungan yang kuat. Salah satu
sumber dukungan yang dapat diberikan kepada ibu dalam proses persalinan
berasal dari suami.
Hasil penelitian tentang pendampingan persalinan yang selama ini ada telah
menggambarkan bahwa kehadiran suami selama proses pendampingan
persalinan dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu bersalin sehingga
memberikan hasil yang positif terhadap kelancaran persalinan (Yumni, 2006;
Records & Rice, 2007; Arindra, 2008; Lars, Aderemi, dan Pernilia, 2011).
Penelitian yang dilakukan Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010) di Nepal
menunjukan bahwa suami mengalami adaptasi psikologis yang cukup rentan
ketika berada dalam ruang persalinan. Tingkat pengetahuan, pengalaman, dan
dukungan sosial bagi suami penting untuk membantu suami dalam
mempersiapkan dirinya memahami bagaimana perannya yang tepat dalam
pendampingan persalinan.
Universitas Indonesia
dalam menjadi pendamping persalinan bagi istrinya. Sikap suami yang positif
dapat mencerminkan dukungan dan perilaku positif terhadap pendampingan
persalinan. Oleh karena itu, penelitian ini dilandasi oleh pertanyaan:
bagaimana gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Persalinan kala satu dimulai hingga pembukaan jalan lahir lengkap. Lama
persalinan kala satu biasanya sulit diperkirakan dan berlangsung lebih lama
dari kala dua dan kala tiga. Proses kala satu ini terbagi menjadi dua tahapan,
9 Universitas Indonesia
yaitu (1) fase laten berlangsung selama delapan jam hingga serviks membuka
tiga sentimeter, (2) fase aktif yang terjadi kurang lebih selama tujuh jam dan
serviks membuka dari tiga hingga sepuluh sentimeter atau serviks telah
berdilatasi lengkap. Pada fase laten, effacement atau penipisan serviks lebih
banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan penurunan janin.
Sedangkan pada fase aktif, dilatasi serviks dan penurunan janin berlangsung
lebih cepat. Ini terjadi karena kontraksi lebih kuat dan sering pada fase aktif.
Proses persalinan selanjutnya adalah persalinan kala dua, tiga, dan empat.
Proses persalinan kala dua berlangung sejak pembukaan serviks lengkap
hingga bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung sekitar dua jam pada ibu
primipara, dan satu hingga satu setengah jam pada ibu nulipara. Ibu nulipara
telah memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya sehingga serviks lebih
mudah elastis untuk berdilatasi dan memungkinkan janin keluar lebih cepat.
Fase selanjutnya adalah persalinan kala tiga dan kala empat. Persalinan kala
tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Persalinan
kala tiga ini berlangsung selam 30 menit. Fase terakhir kala empat persalinan
ini dimulai dari lepasnya plasenta hingga dua jam pertama postpartum.
Kelancaran proses persalinan mulai dari kala satu hingga kala empat dapat
ditunjang oleh beberapa faktor internal dan eksternal dalam persalinan.
Bobak, Lowdwermilk, & Perry (2004) dan Ricci & Kyle (2009) menyebutkan
ada lima faktor utama yang mempengaruhi persalinan yaitu penumpang (janin
dan plasenta), jalan lahir, kekuatan ibu bersalin (kontraksi), posisi ibu saat
melahirkan (faktor maternal), dan respon psikologis ibu. Sedangkan menurut
Ward & Hisley (2009) hanya menyebutkan empat faktor utama yang dapat
mempengaruhi proses persalinan yaitu penumpang (janin dan plasenta),
kekuatan ibu bersalin, jalan lahir (panggul ibu), dan faktor psikososial ibu
bersalin (pengalaman persalinan dan status emosional). Perbedaan antara
kedua literatur tersebut terletak pada faktor posisi ibu yang dapat
Universitas Indonesia
Janin dan plasenta menjadi salah satu faktor yang menentukan dimulainya
persalinan. Prosesnya penuaan dan penurunan plasenta memicu awal
terjadinya kontraksi (AWHONN, 2003). Peningkatan konsentrasi kortisol
janin menyebabkan penurunan produksi progesteron plasenta dan
meningkatkan pelepasan prostaglandin. Membran fetus menghasilkan
prostaglandin, yang dapat membantu dalam merangsang kontraksi rahim.
Kondisi janin merupakan hal yang paling utama dalam persalinan. Kondisi
janin yang aman atau dalam perkembangan yang normal, memungkinkan
faktor lainnya dapat dibantu atau dimodifikasi untuk pengeluaran janin.
Cara janin keluar atau bergerak melalui jalan lahir merupakan akibat
interaksi dari ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan tingkat kesejahteraan
neonatal. Kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan karena
sifatnya yang relatif kaku. Presentasi janin dilihat dari bagian janin yang
pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir
saat persalinan mencapai aterm.
b. Jalan lahir
Faktor jalan lahir ini berkaitan dengan kelancaran janin keluar dari rahim.
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang panggul yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introtuitus. Panggul ibu lebih berperan
dalam proses persalinan walaupun ditunjang pula oleh jaringan lunak
seperti otot dasar panggul. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Bentuk dan ukuran panggul perlu
Universitas Indonesia
c. Kekuatan Persalinan
Kontraksi volunter dan involunter yang dilakukan oleh ibu bertujuan untuk
membantu mengeluarkan janin dan plesenta dari uterus. Persalinan kala
satu dimulai dengan munculnya kontraksi involunter yang disebut dengan
kekuatan primer. Selanjutnya kekuatan sekunder atau kontraksi volunter
terjadi bila serviks berdilatasi sehingga membantu kontraksi volunter. Pada
kontraksi awal, serviks mengalami penipisan atau effacement. Setelah itu
serviks kembali berdilatasi karena komponen muskuloskeletal tertarik dari
serviks ke arah atas akibat kontraksi uterus yang kuat. Kontraksi sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi membantu mendorong bayi
keluar dari uterus dan vagina. Usaha untuk mengedan harus dikendalikan
supaya tidak melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.
Universitas Indonesia
ibu dan posisi selama persalinan dapat memfasilitasi hasil positif termasuk
penurunan nyeri, sirkulasi ibu-janin baik, penurunan lama waktu
persalinan; meningkatkan penurunan janin melalui panggul sehingga
memudahkan proses persalinan, dan menurunkan trauma perineum
(Zwelling, 2010; Pridjian, 2011). Posisi tegak memberikan keuntungan
lebih karena memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Selain itu posisi tegak juga dianggap mengurangi insiden penekanan tali
pusat (Bobak, Lowdwermilk,& Perry, 2004). Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Kondisi psikososial ibu yang akan melahirkan juga menjadi salah satu
aspek penting yang perlu diperhatikan oleh perawat. Ada beberapa
pertimbangan psikososial yang perlu dikaji, antara lain persiapan fisik
untuk kelahiran bayi, pengalaman melahirkan sebelumnya, integritas
emosional, nilai dan keyakinan sosiokultural, dan dukungan dari orang lain
yang berpengaruh (Wong, Perry, & Hockenberry, 2002). Beberapa ahli
psikologis medis juga mengatakan bahwa faktor psikososial yang penting
untuk dikaji saat proses persalinan antara lain nyeri, kontrol, kecemasan,
kepercayaan diri, dan keyakinan diri (Hawarth, Swain, & Treharne, 2010).
Universitas Indonesia
hormon stres akan bersifat toksik bagi ibu dan janin. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa stres pada ibu bersalin menjadi
faktor penghambat kemajuan proses persalinan.
Kekhawatiran akan proses persalinan dan kelahiran yang aman untuk ibu
dan anaknya menjadi stessor utama bagi para ibu menjelang persalinan.
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus
beresiko sehingga membuat tingkat kecemasan ibu semakin meningkat
menjelang hari persalinan tiba (Arindra, 2008). Ibu hamil menjelang
persalinan akan menunjukan tanda-tanda kecemasan yang berlebih, seperti
perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan sikap
menyendiri. Ibu yang memiliki ketakutan terhadap proses persalinan
ditandai dengan munculnya sindrom stres dan cenderung menghindari
kehamilan dan persalinan selanjutnya, bahkan ada ibu yang akhirnya
memilih tindakan operasi caesar untuk menghindari rasa nyeri saat
persalinan (Tsui, dkk, 2006). Faktor utama yang berhasil diidentifikasi
menjadi penyebab ketakutan ibu dalam proses persalinan adalah
pengalaman negatif dari proses persalinan sebelumnya (Tsui, dkk, 2006).
Universitas Indonesia
Salah satu faktor yang membuat suami cemas dan tidak percaya diri karena
kurangnya dukungan sosial terhadap suami. Hasil wawancara yang dilakukan
kepada suami di Nepal menunjukan sebagian besar suami menyatakan dan
memperlihatkan keraguannya ketika memasuki ruang persalinan (Sapkota,
Kobayashi, & Takase, 2010). Para suami mengatakan terkadang ada perasaan
terasing berada di antara para bidan, perawat, atau dokter yang semuanya para
wanita. Kebudayaan di Nepal masih menganggap bahwa suami tidak terlalu
penting untuk mendampingi istri bersalin. Hal inilah yang menyebabkan
suami terkadang kurang siap dan tidak percaya diri dengan peran dan potensi
yang dimilikinya untuk membantu istri dalam proses persalinan.
Selain faktor sosial budaya yang mempengaruhi sikap suami, banyak suami
yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat memberikan pengaruh yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Records & Rice, 2007; Morhason, dkk, 2008; Kainz, Eliasson, & von Post,
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Morhason, dkk (2008) yang bertujuan untuk
mengetahui sikap dan pilihan ibu hamil di Nigeria dan juga mengidentifikasi
variabel yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih
dukungan sosial selama persalinan. Hasil penelitiannya adalah 75% dari
responden ibu bersalin ingin didampingi dalam proses persalinan. Sebanyak
86% responden tersebut lebih memilih suaminya untuk menjadi pendamping
persalinan, sementara sisanya menginginkan orang tua (terutama ibu) dan
saudara mereka yang diharapkan memberi dukungan atau menjadi
pendamping persalinan. Alasan paling banyak yang mempengaruhi keinginan
ibu-ibu tersebut untuk mendapat dukungan sosial karena alasan emosional
(80,2%) dan alasan spiritual (17,9%). Data tersebut memperlihatkan bahwa
salah satu alasan ibu memilih suami untuk mendampingi dalam proses
persalinan karena adanya ikatan emosional yang lebih kuat antara istri dan
suami.
Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem
limbik ibu, yaitu dalam hal emosi. Emosi ibu yang tenang akan menyebabkan
sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin yang reaksinya akan
menyebabkan kontraktilitas uterus pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan
bayi. Bentuk dukungan emosional yang diberikan suami juga diteliti oleh
Aziza (2002) di IGD Kebidanan RSUPNCM yaitu untuk mengidentifikasi
bentuk dukungan emosional yang diharapkan oleh istrinya selama proses
pendampingan persalinan. Penelitian tersebut menunjukan 86,6% responden
sangat mengharapkan mendapat dukungan non verbal dari suaminya, 73,3%
sangat mengharapkan dukungan verbal, dan 60% responden ingin dukungan
berupa perawatan fisik.
Sikap (attitude) didefinisikan sebagai derajat afek positif (perasaan suka dan
senang), atau afek negatif melalui perasaan tidak suka terhadap suatu objek
Universitas Indonesia
Sesuai dengan teori sikap dalam ilmu psikologi, maka sikap suami terhadap
pendampingan persalinan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama seperti
pengalaman masa lalu, situasi saat ini, dan oleh harapan-harapan di masa
mendatang (Azwar, 2007). Pengalaman masa lalu dapat dilihat dari
pengalaman suami dalam menemani istri dalam proses kelahiran anak
sebelumnya atau berapa jumlah anak yang dimilikinya saat ini. Faktor situasi
saat ini dilihat dari kondisi istri pada kehamilan saat ini dan proses
perencanaan persalinan bersama istri. Dengan melihat dan memahami kondisi
kehamilan istri, akan muncul harapan positif pada suami terhadap metode
persalinan yang tepat dan aman bagi istri dan anaknya melalui perencanaan
persalinan yang tepat.
Pengukuran sikap dapat dilihat dari beberapa komponen sikap. Azwar (2007)
dalam bukunya tentang teori dan pengukuran sikap manusia menjelaskan
komponen sikap terbagi tiga bagian yaitu komponen kognitif, afektif, dan
konatif (perilaku). Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen
afektif menyangkut masalah emosional subjektif atau perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Komponen perilaku atau konatif ditunjukan dengan cara
bagaimana kecenderungan perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Adaptasi psikologis yang terjadi pada saami menjadi indikator penting dalam
menilai komponen efektif pada sikap suami terhadap persalinan. Banyak
penelitian yang menjelaskan bagaimana ketakutan dan kecemasan yang
dialami oleh suami menjelang dan saat proses persalina (Johnson, 2002;
Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Suami dianggap tidak terlalu penting
untuk mendampingi istri bersalin. Suami merasa tidak berguna, ragu,
canggung, kurang siap, dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya untuk memberikan dukungan yang baik bagi istrinya dalam
proses persalinan.
Universitas Indonesia
Alasan positif lainnya suami mau mendampingi istrinya karena ada tekanan
sosial yang mempengaruhi peran suami menjadi seorang ayah. Penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2001) menjelaskan tentang adaptasi yang dilakukan
oleh suami lebih besar terjadi pada perubahan peran dan tanggung jawab
sebagai kepala keluarga. Penelitian lain menjelaskan alasan suami ingin
mendampingi istrinya karena suami ingin membantu istri untuk melahirkan
anak mereka bersama-sama dan merupakan tanggung jawab bagi kedua
pasangan untuk mempersiapkan mental mereka dalam transisi menjadi
orangtua (Johnson, 2002; Kainz & Eliasson, 2010). Johnson (2002)
menjelaskan alasan utama suami untuk bersedia menjadi pendamping
persalinan karena tekana sosial dari istri dan penolong persalinan (bidan atau
perawat). Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, kecenderungan sikap
suami terhadap pendampingan persalinan ternyata dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal diri suami.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
atau sebagai tes skrining sebelum untuk mendalami metode kualitatif. Martin
(2008) tidak menjelaskan berapa hasil uji validitas dan reliabilitas
penggunaan instrumen Skala Partisipasi Persalinan dalam penelitiannya, dan
dari hasil penelusuran literatur lainnya juga tidak ditemukan lagi tentang
penggunaan Skala Partisipasi Persalinan.
Pendamping persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang yang
dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal diharapkan
dapat menjadi pendamping secara aktif dalam proses persalinan. Harapan
terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua suami, tergantung dari
tingkat kesiapan suami menghadapi proses persalinan secara langsung. Ada
tiga jenis peran yang dapat dilakukan oleh suami selama proses persalinan
yaitu peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan peran sebagai saksi (Bobak,
Lowdermilk, & Perry, 2004).
Universitas Indonesia
Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai teman satu tim,
ditunjukkan dengan tindakan suami yang membantu memenuhi permintaan
ibu selama proses persalinan dan melahirkan. Dalam peran ini, suami akan
berespon terhadap permintaan ibu untuk mendapat dukungan fisik, dukungan
emosi, atau keduanya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran suami
sebagai teman satu tim biasanya sebagai pembantu atau pendamping ibu, dan
biasanya suami diingatkan atau diberitahukan tentang perannya oleh perawat.
Smith (1999) dan Kainz & Eliasson (2010) menjelaskan bentuk dukungan
fisik yang dapat diberikan yaitu dukungan secara umum seperti memberi
posisi yang nyaman, memberikan minum, menemani ibu ketika pergi ke
kamar kecil, memegang tangan dan kaki, atau menyeka keringat yang ada di
dahi ibu. Bentuk dukungan fisik yang menggunakan sentuhan, menujukkan
ekspresi psikologis dan emosional suami yaitu rasa peduli, empati, dan
simpati terhadap kondisi ibu yang sedang merasakan nyeri hebat dalam
proses persalinan (Smith, 1999).
Sementara itu, dukungan emosional yang dapat diberikan oleh suami antara
lain membantu menenangkan ibu dengan kata-kata yang memberikan
penguatan (reinforcement) positif. Ibu dapat merasakan ketenangan dan
mendapat kekuatan yang hebat ketika suaminya menggenggam tangannya
(Kainz & Eliasson, 2010). Pengaruh psikologis inilah yang menjadi salah satu
nilai lebih yang mampu diberikan oleh suami kepada istrinya. Oleh karena
itu, kehadiran suami dalam proses persalinan perlu diberikan penghargaan
yang tinggi dan perlu mendapat dukungan dari perawat atau bidan yang
menolong persalinan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Janin & Plasenta Jalan Lahir Pertimbangan Kondisi Posisi Ibu saat Kekuatan Ibu
Psikososial Ibu melahirkan
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
30 Universitas Indonesia
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
Variabel yang diteliti
Sikap suami Kecenderungan suami Kuesioner yang Pertanyaan tentang sikap suami yang Hasil pengukuran Ordinal
terhadap yang mencerminkan telah dimodifikasi: terbagi dalam sub variabel: dikategorikan dalam:
pendampingan dukungan positif atau Kuesioner Pengetahuan suami tentang Sikap positif: hasil
persalinan dukungan negatif
Pengetahuan pendampingan persalinan (komponen pengukuran skala
terhadap peran suami
Pendampingan kognitif) menggunakan kuesioner Likert dan skala
untuk menjadi
Persalinan untuk Pengetahuan Pendampingan Guttman memiliki
pendamping bagi
mengukur Persalinan yang berisi 10 pertanyaan, total nilai : 75-110
istrinya selama proses
komponen diukur dengan skala Guttman yang Sikap negatif: hasil
persalinan.
kognitif. menghasilkan skala 1 untuk jawaban
pengukuran skala
Kuesioner Skala Benar, dan skala 0 untuk jawaban
Likert dan skala
Salah. (Pertanyaan nomor 1-10).
Partisipasi Guttman memiliki
Persalinan untuk Perasaan suami menjelang persalinan total nilai : 25-74
mengukur dan perasaan yang akan dirasakan saat
komponen proses pendampingan persalinan
afektif dan (komponen afektif) menggunakan
konatif . Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan
yang berisi 17 pertanyaan, diukur
dengan skala Likert berskala empat
yaitu Sangat Setuju: skala 1, Setuju:
skala 2, Tidak Setuju : skala 3, dan
Sangat Tidak Setuju: skala 4.
Universitas Indonesia
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
Pertanyaan nomor 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
12, 13, 15, 16, 18, 21, 23,dan 24.
Kecenderungan perilaku suami yang
akan diambil terhadap pendampingan
persalinan (komponen konatif)
menggunakan Kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan yang berisi 8
pertanyaan, diukur dengan skala
Likert berskala empat yaitu Sangat
Setuju: skala 1, Setuju: skala 2 , Tidak
Setuju : skala 3, dan Sangat Tidak
Setuju: skala 4. Pertanyaan nomor 1,
2, 3, 8, 14, 17, 19, 20, 22, 25.
Data Demografi
a. Usia Lamanya waktu hidup Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan yang Hasil pengukuran untuk Ordinal
responden suami saat dapat diisi dengan pilihan jawaban usia suami:
pengambilan data rentang usia: < 20 tahun, 21-30 tahun, < 20 tahun
31-40 tahun, dan > 40 tahun. 21-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
b. Pekerjaan Jenis pekerjaan Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dalam Hasil pengukuran Nominal
responden saat dengan pilihan jawaban PNS, Karyawan untuk kategorik latar
pengambilan data swasta, Wiraswata, dan lain-lain (harus belakang pendidikan
diisi jenis pekerjaannya). orang tua:
Universitas Indonesia
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
PNS,
Karyawan swasta
Wiraswata
Lain-lain
c. Agama Agama yang dianut oleh Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Nominal
responden. pilihan jawaban agama Islam, Katholik, untuk kategorik latar
Protestan, Hindu, Budha. belakang pendidikan
orang tua:
Islam
Katholik
Protestan
Hindu
Budha
d. Pendidikan Pendidikan terakhir yang Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dalam Hasil pengukuran Ordinal
ditempuh oleh reponden dengan pilihan jawaban SD, SMP, untuk kategorik latar
atau suami SMA, akademi/ perguruan tingi belakang pendidikan
orang tua:
Rendah : < SD
Cukup : SMP-SMA
Tinggi : akademi-
Perguruan Tinggi
Universitas Indonesia
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
e. Suku Kebudayaan yang dianut Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Nominal
oleh responden pilihan suku-suku yang ada atau untuk kategorik latar
menuliskan suku asalnya jika tidak belakang pendidikan
terdapat dalam pilihan. orang tua:
Jawa
Sunda
Betawi
Minang/ Padang
Lain-lain
f. Usia Usia kehamilan istri dari Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
kehamilan responden pilihan jawaban trimester 1, trimester 2, untuk kategorik latar
istri trimester 3. belakang pendidikan
orang tua:
Trimester 1
(usia < 3 bulan)
Trimester 1
(usia >3 bulan-6
bulan)
Trimester 2
(usia > 6)
Universitas Indonesia
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
g. Kehamilan Kehamilan istri Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
istri saat ini responden saat dilakukan pilihan jawaban satu, dua, tiga, atau untuk kategorik jumlah
penelitian lebih dari tiga kehamilan istri saat ini:
Satu
Dua
Tiga
> Empat
h. Jumlah Jumlah anak yang Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
anak yang dimiliki responden saat pilihan jawaban pertama, kedua, dan untuk kategorik jumlah
hidup ini (yang masih hidup) lebih dari dua. anak yang hidup:
Nol
Pertama
Kedua
Ketiga atau lebih
Universitas Indonesia
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para suami yang istrinya
sedang hamil di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Sampel yang diambil adalah para suami dari ibu hamil di wilayah kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sebanyak 103 responden telah diambil
untuk menjadi sampel dalam penelitian ini dan tidak ada missing data karena
semua responden telah menjawab seluruh pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner dengan lengkap.
Pemenuhan layak atau tidaknya sampel yang mewakili populasi untuk diteliti
dapat ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini antara lain responden yang bersedia mengikuti penelitian, sehat mental,
bisa membaca dan menulis, dan memiliki istri yang sedang hamil. Kriteria
usia kehamilan istri reponden tidak dibatasi karena penelitian ini mengambil
suami dari ibu hamil sebagai responden.
36 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penelitian ini menggunakan satu berkas form data responden dan dua bagian
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Bagian yang pertama berisi data
demografi responden yang bertujuan untuk mendapatkan karakteristik
responden. Data demografi yang diambil antara lain usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, usia kehamilan istri, kehamilan istri saat merupakan
kehamilan keberapa, dan jumlah anak yang masih hidup.
Universitas Indonesia
kuesioner ini bernilai 1 untuk setiap jawaban yang benar, dan bernilai 0 untuk
jawaban yang salah. Hasil pengukuran pada skala Guttman ini akan
ditambahkan dengan hasil pengukuran dalam kuesioner bagian kedua
sehingga akan mendapatkan kategori sikap positif atau negatif.
Kuesioner kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Partisipasi
Persalinan atau Birth Participation Scale (BPS). Kuesioner BPS ini
merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai komponen afektif dan
konatif sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Komponen afektif
yang ditanyakan dalam BPS ini berisi tentang perasaan suami terhadap
pendampingan persalinan atau adaptasi psikologis suami terhadap proses
persalinan seperti kecemasan, ketakutan, keyakinan diri, dan kepercayaan diri
suami. Sedangkan komponen konatif terdiri dari materi tentang keinginan dan
persiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Pembagian jumlah
pertanyaan dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan ini antara lain
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Prosedur yang digunakan untuk uji validitas instrumen sikap suami terhadap
pendampingan persalinan adalah uji validitas konstruk. Jenis uji validitas
konstruk yang digunakan adalah metode atau teknik homogenitas item
(internal consistency) dengan menggunakan formula korelasi Pearson
Product Moment. Alasan penggunaan metode ini karena metode ini
mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan skor totalnya. Pertanyaan
yang akan digunakan dalam instrumen ini adalah pertanyaan yang memiliki
nilai korelasi antara skor item dan skor total (item-total correlation) atau nilai
r > 0,3. Dengan nilai tersebut diharapkan nilai koefisien alpha menjadi lebih
tinggi. Metode analisis item prosedurnya sama dengan korelasi Pearson
Product Moment, hanya saja pemaknaannya yang akan berbeda dengan hasil
uji validitas.
Universitas Indonesia
Berikut ini hasil uji validitas instrumen yang dilakukan sebelum dan setelah
pengambilan data penelitian asli.
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
pada instrumen Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan, nilai cronbach alpha
> 6 sehingga kuesoner tersebut reliabel sehingga untuk pertanyaan yang tidak
valid tidak harus dihilangkan, dan hanya dilakukan perbaikan kalimat dan uji
baca kembali. Setelah dilakukan penelitian selama hampir sebulan, pada
instrumen tersebut dilakukan kembali uji validitas untuk melihat sejauh mana
instrumen tersebut valid dan reliabel. Hasilnya adalah hanya ada 1 pertanyaan
yang masih kurang valid yaitu pertanyaan nomor 9, sedangkan pertanyaan
lainnya bernilai valid. Dengan demikian, instrumen penelitian ini dapat
dikatakan berhasil dimodifikasi untuk digunakan kepada responden yang
dituju sesuai dengan karakteristik responden di tempat penelitian.
Universitas Indonesia
Nilai biserial dan signifikansi yang relatif tinggi secara berturut-turut adalah
item nomor 1, 3, 5, 7, 8, dan 10 menunjukkan kualitas item pertanyaan yang
baik dan tingkat kesulitan yang baik. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu
diperbaiki adalah item pertanyaan yang nomor 2, 4, 6, dan 9. Perbaikan
pertanyaan dilakukan dengan memperbaiki isi dan kalimat pertanyaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kuesioner, dan semua kuesioner tersebut lolos tahap editing karena tidak
ada satu pun missing data.
2. Coding
Proses selanjutnya setelah editing adalah coding dengan memberi kode
terhadap variabel yang diperoleh sebelum pengolahan selanjutnya. Peneliti
memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai
berikut:
1) Usia: < 20 tahun diberi kode 1, 21-30 tahun diberi kode 2, 31-40
tahun tahun diberi kode 3, dan > 40 tahun diberi kode 4.
2) Pendidikan: < SD diberi kode 1, SMP-SMA diberi kode 2,
Akademi-Perguruan Tinggi diberi kode 3.
3) Pekerjaan: PNS diberi kode 1,wiraswasta diberi kode 2, karyawan
swasta diberi kode 3, dan pekerjaan lain-lain diberi kode 4.
4) Agama: Islam diberi kode 1, Protestan diberi kode 2, Katholik
diberi kode 3, Hindu diberi kode 4, dan Buddha diberi kode 5.
5) Suku: Jawa diberi kode 1, Betawi diberi kode 2, Sunda diberi
kode 3, Minang diberi kode 4, Batak diberi kode 5, Ambon
diberi kode 6, dan suku lain-lain diberi kode 6.
6) Usia kehamilan istri: 0-3 bulan diberi kode 1, 3-6 bulan diberi kode
2, 6-9 bulan diberi kode 3.
7) Kehamilan istri merupakan kehamilan ke- : pertama diberi kode 1,
kedua diberi kode 2, ketiga atau lebih diberi kode 3.
8) Jumlah anak responden yang masih hidup: nol diberi kode 1, satu
diberi kode 2, dua diberi kode 3, tiga atau lebih diberi kode 4.
9) Sub variabel komponen kognitif dengan kuesioner Pengetahuan
tentang Pendampingan Persalinan menggunakan 10 pernyataan.
Pernyataan nomor 1, 3, 5, 6, 7, dan 10 merupakan pernyataan positif
dengan setiap jawaban Benar diberi nilai 1 dan jawaban Salah diberi
nilai 0. Komponen kognitif baik diukur jika nilai skor total
kuesioner ini > 6 dan diberi kode 1 dengan label Baik. Sedangkan
komponen kognitif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 6
dan diberi kode 2 dengan label Kurang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Komponen konatif baik diukur jika nilai skor total kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan pada komponen konatif > 30 dan diberi kode
1 dengan label Positif. Sedangkan komponen konatif kurang
diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 30 dan diberi kode 2
dengan label Negatif.
12) Variabel sikap diukur dengan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan
menggunakan 25 pernyataan dan kuesioner Pengetahuan yang berisi
10 pertanyaan, yang terbagi ke dalam pernyataan positif dan negatif.
Pada kuesioner Skala Partisipasi Persalinan pernyataan positif nomor
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 14,15, 16, 19, dan 21 diberi kode 4 jika jawaban
Sangat Setuju, diberi kode 3 jika jawaban Setuju, diberi kode 2
jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode 1 jika jawaban Sangat Tidak
Setuju. Sedangkan pernyataan negatif nomor 8, 9, 10, 11, 12, 17, 18,
20, 22, 23, 24, dan 25 diberi kode berkebalikan dengan pengkodean
pernyataan positif.
Pengkodean dalam kuesioner Pengetahuan Suami tentang
Pendampingan Persalinan juga dilakukan dengan cara membagi
pernyataan ke dalam pernyataan postif dan negatif. Pemberikan kode
sama seperti cara coding pada sub varibel komponen kognitif.
Penilaian sikap baik diukur jika nilai skor total kuesioner Pengetahuan
Suami tentang Pendampingan Persalinan ditambah skor total
kuesioner Skala Partisipasi Persalinan bernilai 75-110 dan diberi kode
1 dengan label Sikap Positif. Sedangkan sikap negatif diukur jika
nilai skor total kedua kuesioner antara 25-74 dan diberi kode 2
dengan label Sikap Negatif.
3. Processing
Universitas Indonesia
4. Cleaning
Jenis analisis data univariat yang akan digunakan tergantung pada skala
pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian (Hastono & Sabri,
2010). Penelitian ini menggunakan sajian data berupa ditribusi frekuensi
karena jenis data yang digunakan merupakan skala ordinal dan nominal.
Analisa univariat yang dilakukan pertama adalah untuk menganalisa data
demografi atau karakteristik responden. Proses dilanjutkan dengan analisa
data yang dimulai dengan mentabulasi data demografi responden yang
meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan
pertanyaan tentang jumlah kehamilan istri serta jumlah anak responden.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan analisa univariat. Analisa univariat yang dijelaskan dalam hasil
penelitian ini yaitu karakteristik responden dan hasil pengukuran sikap suami
terhadap pendampingan persalinan.
Tabel bersambung
51 Universitas Indonesia
Hasil analisa tabel 5.1 terlihat bahwa distribusi karakteristik responden yang
tidak merata untuk masing-masing data demografi. Sebagian besar reponden
berada dalam rentang usia 21-30 tahun sebanyak 50,5% (n=103). Distribusi
tingkat pendidikan responden menunjukan paling banyak responden memiliki
tingkat pendidikan menengah yaitu SMP hingga SMA yaitu 72,8% (n=103).
Karakteristik lainnya yaitu jenis pekerjaan responden. Sebanyak 72,8%
reponden bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan pada karakteristik
agama reponden memperlihatkan distribusi data yang sangat ekstrim. Hasil
analisa tabel 5.1 menunjukan dengan jelas bahwa seluruh responden yang
terlibat dalam penelitian ini beragama Islam. Jika dilihat dari suku asal
responden, paling banyak responden berasal dari suku Betawi sebanyak
48,5% (n=103).
Universitas Indonesia
yang masih hidup. Sebanyak 51,5% (n=103) suami yang menjadi responden
belum memiliki anak.
Hasil analisa tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi suami yang memiliki
tingkat pengetahuan baik tentang pendampingan persalinan sebesar 98,1%
(n=103). Sedangkan sikap negatif suami hanya ditunjukan oleh 10,7%
responden.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap
Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012
Variabel tentang Sikap Kategori Jumlah Persentase (%)
Sub variabel sikap:
Komponen Kognitif Baik 101 98,1
Kurang 2 1,9
Positif 78 75,7
Komponen Afektif
Negatif 25 24,3
Positif 89 86,4
Komponen Konatif
Negatif 14 13,6
Universitas Indonesia
Hasil analisa tabel 5.3 menjelaskan pembagian komponen dari variabel sikap
suamin terhadap pendampingan persalinan. Responden yang menunjukan
komponen afektif positif sebanyak 75,7% (n=103), sedangkan reponden yang
memiliki kecenderungan perilaku positif terhadap pendampingan persalinan
ditunjukan oleh 86,4% responden (n=103). Proporsi terbesar yang ditunjukan oleh
tabel 5.3 adalah komponen kognitif baik sebesar 98,1% (n=103).
Berikut ini akan disajikan tabel distribusi karakteristik responden menurut variabel
sikap suami terhadap pendampingan persalinan:
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami
Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012
Kategori Jumlah
Variabel Positif Negatif
n % n % n %
Usia
< 21 tahun 1 1,0 1 1,0 2 1,9
21-30 tahun 46 44,7 6 5,8 52 50,5
31-40 tahun 43 41,7 4 3,9 47 45,6
>40 tahun 2 1,94 0 0 2 1,9
Pendidikan
< SD 1 1,0 0 0 1 1
SMP-SMA 68 66,0 7 6,8 75 72,8
Akademi/PT 23 22,3 4 3,9 27 26,2
Pekerjaan
PNS 2 1,9 0 0 2 1,9
Wiraswasta 21 20,4 3 2,9 24 23,2
Karyawan Swasta 67 65,0 8 7,8 75 72,8
Lain-lain 2 1,9 0 0 2 1,9
Agama
Islam 92 89,3 11 10,7 103 100
Non-Islam 0 0 0 0 0 0
Suku
Jawa 36 35,0 3 2,9 39 37,9
Betawi 44 42,7 6 5,8 50 48,5
Sunda 8 7,8 1 1,0 9 8,7
Minang 3 2,9 0 0 3 2,9
Lain-lain 1 1,0 1 1,0 2 1,9
Usia Kehamilan Istri
Trimester 1 13 12,6 1 1,0 14 13,6
Trimester 2 25 24,3 5 4,9 30 29,1
Trimester 3 54 52,4 5 4,9 59 57,3
Tabel bersambung
Universitas Indonesia
Hasil analisa pada tabel 5.4 di atas menunjukan kategori sikap untuk masing-
masing karakteristik reponden. Sebagian besar responden menunjukan sikap
positif sebesar 44,7% (n=103) latar belakang usia responden antara 21-30
tahun. Reponden dengan latar belakang pendidikan SMP-SMA menempati
posisi dominan dengan menunjukan sikap positif 66% (n=103). Responden
yang bekerja sebagai karyawan swasta juga sebagian besar menunjukan sikap
positifnya terhadap pendampingan persalinan yaitu sebesar 65% (n=103). Dari
seluruh responden yang beragama Islam, 89,3% responden (n=103)
menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Jika dilihat dari
suku asal reponden, responden yang paling banyak menunjukan sikap positif
berasal dari suku Betawi dengan proporsi sebesar 42,7% (n=103).
Tabel 5.4 juga menunjukan distribusi sikap suami berdasarkan riwayat obstetri
istrinya. Sebagian besar sikap positif terhadap pendampingan persalinan
dimiliki oleh suami yang istrinya berada pada usia kehamilan trimester ketiga
yaitu sebesar 52,4% (n=103). Deskripsi riwayat obstetri lainnya yang diteliti
yaitu jumlah kehamilan istri hingga saat dilakukan penelitian. Proporsi
terbanyak ditunjukan oleh responden yang menunjukan sikap positif sebanyak
45,6% pada responden yang istrinya baru mengalami kehamilan pertama.
Karakteristik terakhir yang diteliti yaitu jumlah anak responden yang masih
hidup. Sebanyak 47,6% responden yang belum memiliki anak menempati
proporsi terbesar menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan.
Universitas Indonesia
Pada Bab 6 ini akan disajikan interpretasi dan diskusi mengenai hasil penelitian
dengan membandingkan hasil penelitian terhadap teori atau hasil penelitian
sebelumnya. Selain itu, pada Bab ini juga akan dipaparkan keterbatasan dalam
penelitian serta implikasi penelitian untuk bidang keperawatan, khususnya bagi
bidang pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan.
56 Universitas Indonesia
Sebagian besar responden berasal dari suku Betawi dengan proporsi 48,5%.
Hasil penelitian ini dikarenakan wilayah kecamatan Mampang Prapatan
masih berada di wilayah DKI Jakarta yang masih banyak dihuni oleh warga
asli suku Betawi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dominasi kedua
suku asal responden adalah suku Jawa dengan 37,9%. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar
yang mendiami Jakarta yaitu suku Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak,
dan Minang (Suprapto, 2011). Hasil sensus penduduk tersebut masih sesuai
dengan hasil penelitian yang diperoleh pada tahun 2012 di wilayah kecamatan
Mampang Prapatan yaitu sebagian besar responden berasal dari suku Betawi
dan Jawa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
akan memahami perannya dengan lebih jelas ketika berada di dalam ruang
bersalin untuk mendampingi istrinya. Hasil penelitian Cholifah (2007)
menunjukan 67% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
terhadap pendampingan persalinan sebanding dengan kualitas
pendampingan yang dinilai kurang baik sebesar 67%. Dari hasil penelitian
tersebut, tingkat pengetahuan suami yang kurang dikarenakan rendahnya
tingkat pendidikan suami sehingga suami tidak mengetahui atau
memahami bagaimana cara memberikan motivasi dan dukungan yang baik
kepada istri saat mendampingi istri dalam proses persalinan.
Para suami merasa mendapat dukungan yang baik ketika mereka diberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan perannya sebagai suami
dilibatkan selama proses persalinan (Backstrom & Wahn, 2011). Penelitian
Erikson (2006) juga menjelaskan bahwa meningkatnya kepercayaan diri
suami menunjukkan efek positif jangka panjang yaitu menurunkan
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini juga memperlihatkan hampir dua puluh lima persen
atau seperempat dari jumlah responden menunjukan komponen afektif
negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Hal ini
mencerminkan bahwa ada beberapa responden yang memiliki perasaan
negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Selain
mengukur kesiapan suami, komponen afektif juga melihat sejauh mana
tingkat keyakinan dan kepercayaan diri suami untuk menjalankan
perannya sebagai pendamping persalinan. Salah satu bentuk ekspresi
perasaan negatif suami terhadap pendampingan persalinan adalah suami
lebih suka memilih-milih peran dalam melakukan perannya sebagai
pendamping persalinan. Ketika ditanyakan tentang pilihan peran yang
dapat dilakukan suami dalam proses pendampingan persalinan, sebagian
besar suami menjawab lebih suka untuk menunggui istri setelah bayi lahir
dan tidak menyaksikan proses persalinan dari awal. Banyak suami
menyatakan rasa cemas dan tidak tega jika harus menyaksikan istrinya
secara langsung dalam proses persalinan.
Universitas Indonesia
Komponen sikap yang terakhir akan dibahas dalam penelitian ini adalah
komponen konatif, yang bertujuan untuk melihat bagaimana
kecenderungan perilaku suami terhadap pendampingan persalinan. Hasil
penelitian sikap suami terhadap pendampingan persalinan memperlihatkan
bahwa responden cenderung menunjukan perilaku yang positif terhadap
pendampingan persalinan sehingga terbentuklah sikap yang positif.
Kecenderungan perilaku suami dapat dilihat dari keinginannya untuk hadir
dalam proses persalinan. Perilaku positif akan ditunjukkan oleh suami
yang bersedia mendampingi istrinya dalam proses persalinan walaupun
tanpa diminta. Hasil penelitian Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010)
menunjukan bahwa suami yang telah hadir dalam proses persalinan
mengungkapkan alasan kehadirannya karena permintaan istri dan
keinginan yang muncul dari dalam diri suami untuk mendapatkan
pengalaman istimewa dalam menyaksikan proses persalinan secara
Universitas Indonesia
langsung. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu
sebagian besar responden menyatakan bahwa kehadirannya untuk menjadi
pendamping persalinan karena keinginannya sendiri.
Universitas Indonesia
kuesioner yang dibuat oleh peneliti adalah kuesioner hasil terjemahan yang
dimodifikasi sesuai dengan hasil ujivaliditas dan reliabilitas yang dilakukan
oleh peneliti. Peneliti menilai bahwa pertanyaan dalam kuesioner yang telah
dibuat masih belum sempurna. Walaupun sudah berusaha dimodifikasi, kata-
kata yang ada dalam pertanyaan kuesioner masih terlalu panjang, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama bagi responden untuk mengisi dan
memahami jawaban.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
ini. Kesimpulan akan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan tujuan khusus
penelitian. Peneliti juga merekomendasikan saran bagi bidang penelitian dan
bidang keperawatan berdasarkan hasil penelitian terkait dengan sikap suami
terhadap pendampingan persalinan.
7.1 Kesimpulan
67 Universitas Indonesia
sehingga mereka bersedia hadir dalam proses persalin dan mau terlibat aktif
dalam menjalankan perannya sebagai pendamping persalinan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil pembentukan sikap responden secara
keseluruhan yaitu sikap positif terhadap pendampingan persalinan.
7.2 Saran
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat peneliti
yang ingin meneliti lebih jauh tentang peran suami dalam pendampingan
persalinan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan adanya penelitian lebih
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alehagen, S., Wijma, K, & Wijma, B. (2001). Fear during labour. Acta Obstetricia
and Gynecologyca Scandinavia, 80: 315-320.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arindra, D. (2008). Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu
dewasa awal. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/
psychology/2009/Artikel_10503054.pdf. (Diunduh pada tanggal 15 Maret
2012).
Association of Womens Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN). (2003).
Standards for professional nursing practice in the care of women and
newborn. 6th Ed. Washington, DC: AWHONN.
Aziza, W. (2002). Hal-hal yang diharapkan ibu terhadap suami dalam memberikan
dukungan emosional selama proses persalinan. Laporan Penelitian. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset.
Backstrom, C., & Wahn, E, H. (2011). Support during labour: First-time fathers'
descriptions of requested and received support during the birth of their child.
Midwifery, 27: 67-73. Doi: 10.1016/j.midw.2009.07.001. (Diunduh pada
tanggal 21 Maret 2012).
Bobak, I, M., Lowdwermilk. D. L, & Perry, S. E. (2004). Buku ajar keperawatan
aternitas. (Maria A. Wijayanti & Peter I. Anugerah, Alih Bahasa). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. (buku asli diterbitkan tahun 2003).
Boyce, P.,Condon, J., Barton, J., Corkindale, C. (2007). First-time fathers study:
psychological distress in expectant fathers during pregnancy. Australian &
New Zealand Journal of Psychiatry, 41(9): 718-25. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1562&accno=2010026505. (Diunduh pada tanggal 12 Maret
2012).
Cholifah, N. (2007). Tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat
proses persalinan di desa Pasuruan Lor Kecamatan Jati kabupaten Kudus.
Laporan Penelitian. isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/211176100_2088-4451.pdf.
(Diunduh pada tanggal 2 Maret 2012).
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Edisi Revisi. Malang: UMM
Press.
DeLaune, S., & Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing: Standart and practice.
USA: Delmar Thomson Learning
Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana strategis nasional Making Pregnancy
Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
70 Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan persalinan normal. Edisi baru dengan
resusitasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Angka kematian ibu melahirkan (AKI).
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&task
=doc_download&gid=290&Itemid=61. (Diunduh tanggal 9 Februari 2012).
Dharma, K, K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. (2005). Ensiklopedi Jakarta: culture &
heritage. Volume 3. Yayasan Untuk Indonesia: Jakarta Raya (Indonesia).
Eden, E. (2011). Psychological changes in the third trimester.
http://tlc.howstuffworks.com/family/understanding-psychological-changes-
during-pregnancy3.htm. (Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012).
Erikson, A., Widstrom, A, M., Nissen, E. (2006). Does continuity of care by well-
trained breast-feeding counsellors improve a mothers perceptoin of
support. Birth, 3: 129-130.
Gage, J, D., & Kirk, R. (2002). First-time fathers: perceptions of preparedness for
fatherhood. Canadian Journal of Nursing Research, 34: 15-24.
Gunning, M. (2008). Worry about worrying. Psychologist, 21: 392-395.
Handayani, R, S. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan suami
menunggui proses persalinan istri primipara di Ruang IRNA A RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Hastono, S, P., & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Rajawali
Pres.
Ip, W, Y. (2000). Chinese husbands presence during labour: a preliminary study in
Hong Kong. International Journal of Nursing Practice, 6(2): 89-96.
www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid=1339&accno= 2000043684. (Diunduh
pada tanggal 12 Maret 2012).
Johnson, M, P. (2002). An exploration of men's experience and role at childbirth.
Journal of Men's Studies, 10(2): 165-165.
http://search.proquest.com/docview/222636705?accountid=17242. (Diunduh
tanggal 20 Maret 2012).
Julkunen, K., & Liukkonen, A. (1998). Fathers experiences of childbirth.
Midwifery,14 (1): 10-17. http://www.quosafulltext.com/sc_ddm/ sc_ddm.jsp.
(Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Kainz, G., Eliasson, M., & von Post, I. (2010). The child's father, an important person
for the mother's well-being during the childbirth: a hermeneutic study. Health
Care for Women International, 31(7): 621-35. Doi:
10.1080/07399331003725499. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Universitas Indonesia
Kao. C., Long, A. (2004). First time Taiwanese expectant fathers life experiences
during the third trimester of pregnancy. Journal of Nursing Research ,12(1):
60-71. http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid= 3959d904-dca0-41df-92bf-
004f2af4d4ea%40sessionmgr113&vid=
1&hid=126&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=rzh&AN=20
0502434. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Lally, J, E., Murtagh, M, J., Macphail, S., & Thompson, R. (2008). More in hope than
expectation: a systematic review of women's expectations and experience of
pain relief in labour. BMC Medicine, 6:7. Doi:10.1186/1741-7015-6-7.
(Diunduh pada tanggal 21 Maret 2012).
Lars, P., Aderemi, O. A., & Pernilia, N. (2011). Positif health outcomes of fathers
involvement in pregnancy & childbirth paternal support: a scope study
literature review. ProQuest Psychology Journals, 9(1): 87-102. Doi:
857841377. (Diunduh tanggal 16 Des 2011).
Martin, C, J, H. (2008). A tool to measure fathers' attitudes and needs in relation to
birth. British Journal of Midwifery, 16(7): 432-437. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1450&accno=2009973056. (Diunduh pada tanggal 22 Maret
2012)
Medina, R, A, &Setty, A. (2007). Paternal experiences of pregnancy and labour.
British Journal of Midwifery, 15: 66-74. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1450&accno=2009516356. (Diunduh tanggal 31 Maret 2012).
Morhason, B. I. O., dkk. (2008). Attitude and preferences of Nigerian antenatal
women to social support during labour. Journal of Biosocial Science, 40 (4):
553-62. (Diunduh tanggal 16 Des 2011).
Premberg, A., Carlsson, G., Hellstrom, A., & Berg, M. (2010). First-time fathers
experiences of childbirth: a phenomenological study. Midwifery, 27 (6): 848-
853. Doi: 10.1016/j.midw.2010.09.002.
Pridjian, G. (2011). Safe maternal positioning during labor and delivery. Journal
Obstetrics and Gynecology, 118: 413-414. Doi:
10.1097/AOG.0b013e3182271a9a. (Diunduh pada tanggal 27 Maret 2012).
(Diunduh pada tanggal 19 Maret 2012).
Records, K., & Rice, M. (2007). Psychosocial correlates of depression symptoms
during the third trimester of pregnancy. Journal of Obstetric, Gynecologic &
Neonatal Nursing, 36(3): 231-42. Doi: 10.1111/j.1552-6909.2007.00140.x.
(Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Ricci, S., & Kyle, T. (2009). Maternity & pediatric nursing. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Rothman, B. (2009). Birth support. http://www.birthsupport.nl/. (Diunduh pada
tanggal 23 Feb 2012).
Sabitri, S., Toshio, K., & Miyuki, T. (2011).Women's experience of giving birth with
their husband's support in Nepal. British Journal of Midwifery, 19(7): 426-32.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bapak yang terhormat, dengan ini saya memberitahukan bahwa saya sebagai peneliti
bermaksud untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Sikap Suami terhadap
Pendampingan Persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap
suami terhadap peran suami dalam pendampingan persalinan. Keterlibatan dalam
penelitian ini dapat memberikan keuntungan pada Bapak yaitu secara langsung atau tidak
langsung Bapak akan mulai berpikir tentang proses persalinan dan bagaimana
mempersiapkannya dari sekarang. Jika ternyata Bapak memiliki keinginan yang besar
untuk menjadi pendamping persalinan, Bapak juga bisa mempersiapkan diri Bapak secara
fisik dan mental. Bapak dapat memiliki gambaran bagaimana peran yang dapat Bapak
lakukan ketika mendampingi istri dalam proses persalinan.
Penelitian ini menawarkan partisipasi Bapak untuk menjadi responden. Responden akan
diminta untuk mengisi kuesioner. Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari tiga
bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang demografi seperti usia, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan istri. Bagian kedua berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang pendampingan persalinan. Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang
perasaan dan keinginan suami untuk hadir dalam proses persalinan. Bapak diharapkan
dapat menyelesaikan pengisian kuesioner ini antara 5-10 menit.
Restavia Widyaningsih
xi
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca informasi tentang tujuan penelitian dan peran yang diharapkan dari saya
(responden) di dalam penelitian ini, saya (responden) memahami bahwa penelitian ini
menghormati hak-hak saya selaku partisipan. Dengan menandatangani lembar persetujuan
ini, berarti saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara ikhlas tanpa
paksaan dari siapapun.
(............................................. )
xii
INSTRUMEN PENELITIAN
Judul Penelitian:
SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPINGAN PERSALINAN
I. Data Demografi
Petunjuk : isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Saudara dengan
menuliskan jawaban pada titik-titik atau kolom yang sudah tersedia dengan
memberikan tanda ()
1. Kode Responden :
2. Usia saat ini : < 20 tahun 21-30 tahun
31-40 tahun > 40 tahun
3. Pendidikan Terakhir : < SD SMP-SMA
Akademi/Perguruan
4. Pekerjaan : PNS Karyawan Swasta
Wiraswasta Lain-lain ................
5. Agama : Islam Protestan Katholik
Hindu Budha
6. Suku bangsa : Jawa Sunda Batak
Betawi Minang Ambon
Lain-lain .................
7. Usia kehamilan istri : 0 - 3 bulan
>3 6 bulan
> 6 bulan
8. Kehamilan istri : pertama
merupakan kehamilan ke- kedua
ketiga atau lebih
9. Jumlah anak yang : satu dua
dimiliki tiga > empat
xiii
No Pernyataan B S
1 Selama persalinan, ibu dapat didampingi oleh suaminya,
ibunya, atau saudara lainnya.
2 Mendampingi selama proses persalinan berarti menunggui
istri di luar ruang bersalin.
3 Suami dapat bertanya kepada penolong persalinan tentang
kondisi istrinya dan tindakan medis yang dilakukan.
4 Hanya suami yang dapat mendampingi proses persalinan.
5 Suami harus berada di dalam ruang bersalin jika ingin
mendampingi istri bersalin.
6 Suami bisa menemani istri ketika istrinya ingin berjalan-
jalan di sekitar kamar bersalin.
7 Suami dapat membantu memantau kondisi istri secara
langsung dalam persalinan dengan memperhatikan
kontraksi yang dirasakan oleh istrinya.
8 Peran yang dapat dilakukan suami saat mendampingi istri
adalah memberikan semangat, pujian, dan dorongan
kepada istri.
9 Suami tidak mendapat izin dari perawat atau bidan untuk
menemani istri ketika pergi kamar mandi.
10 Suami dapat membantu memberikan pijatan lembut di
bagian perut dan punggung istrinya untuk memberikan rasa
ketenangan saat proses persalinan.
S = Salah
xiv
Berilah pendapat Saudara dengan memberi tanda () pada pilihan jawaban yang tersedia
untuk:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya ingin hadir saat kelahiran bayi saya.
2 Saya merasa siap untuk berperan sebagai
pendamping persalinan.
3 Alasan satu-satunya saya akan hadir
menyaksikan proses persalinan karena
keinginan saya sendiri.
4 Saya yakin tidak akan emosional selama
proses atau setelah melahirkan.
5 Hadir selama persalinan tidak mengubah
komitmen saya untuk menjadi ayah.
6 Saya ingin membantu istri saya dari awal
hingga akhir proses persalinan.
7 Saya merasa bahwa saya adalah orang terbaik
untuk menjadi pendamping istri saya selama
persalinan.
8 Saya akan hadir selama persalinan hanya
karena istri saya yang mengharapkan saya
menjadi pendampingnya.
9 Saya lebih suka mendampingi istri saya
hingga bayi saya lahir saja, dan setelah itu
saya keluar dari ruang bersalin.
xv
No Pernyataan SS S TS STS
10 Saya khawatir jika saya menjadi lebih
emosional ketika melihat bayi saya lahir.
11 Saya hanya akan hadir setelah anak saya lahir
dan tidak menyaksikan proses persalinan dari
awal.
12 Saya merasa mual jika membayangkan hadir
pada proses persalinan.
13 Saya merasa dapat menjadi pendamping
persalinan yang baik.
14 Saya ingin membantu pasangan saya dengan
latihan pernapasan dan cara menenangkan
emosi ( teknik relaksasi).
15 Saya merasa yakin bahwa jika ada masalah
timbul selama proses persalinan, masalah itu
akan ditangani oleh tenaga kesehatan
profesional yang terlatih.
16 Saya yakin bahwa saya bisa membantu
pasangan saya dan penolong persalinan
(bidan atau perawat).
17 Saya akan memilih untuk tidak hadir selama
persalinan.
18 Salah satu kekhawatiran saya adalah
kehadiran saya dalam proses persalinan hanya
sia-sia saja dan malah menjadi penghambat
saat penanganan proses persalinan.
19 Saya akan mengizinkan penolong persalinan
untuk memberikan dukungan yang dapat
menenangkan istri saya.
20 Tidak penting bagi suami untuk menghadiri
kelas atau kursus untuk persiapan persalinan.
xvi
No Pernyataan SS S TS STS
21 Hadir dalam proses persalinan adalah tahap
awal yang terbaik untuk menjadi seorang
ayah.
22 Saya tidak ingin membantu selama persalinan
jika saya hadir dalam proses persalinan.
23 Saya takut jika saya tidak bisa beradaptasi
dengan baik selama proses persalinan.
24 Akan lebih baik jika ibu atau saudara istri
saya yang menjadi pendamping persalinan.
25 Alasan saya hadir selama proses persalinan
karena saya yang menginginkannya.
** SELESAI **
xvii
xxi
Data Personal
RIWAYAT PENDIDIKAN
Restavia W
xxii