Anda di halaman 1dari 98

UNIVERSITAS INDONESIA

SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPINGAN PERSALINAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan

RESTAVIA WIDYANINGSIH
0806457243

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA
DEPOK
JULI 2012

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : RestaviaWidyaningsih

NPM : 0806457243

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juli 2012

ii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Restavia Widyaningsih
NPM : 0806457243
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakutas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Imami Nur Rachmawati, S. Kp., M. Sc ( )

Penguji : Dr. Yati Afiyanti, S. Kp., M. N ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 10 Juli 2012

iii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahNya, saya dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Penulisan laporan
tugas akhir skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai masa penyusunan laporan skripsi ini, sangat
sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Ibu Imami Nur Rachmawati, S.Kp., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
(2) Ibu Dr. Yati Afiyanti, S. Kp., M.N, selaku dosen penguji saya dalam sidang
presentasi laporan skripsi;
(3) Ibu Kuntarti, S. Kp., M. Biomed., selaku koordinator mata kuliah Tugas
Akhir yang telah membantu mengarahkan saya selama mata kuliah ini;
(4) Orang tua dan keluarga saya tercinta yang telah memberikan bantuan
dukungan material, moral, dan yang selalu mendoakan saya;
(5) Mas Encep yang telah banyak memberikan saya motivasi kepada saya untuk
serius dalam menyelesaikan tugas akhir ini;
(6) Sahabat dan teman-teman saya khususnya teman-teman di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak membantu
memberikan masukan tentang penelitian ini.

Saya sangat berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu keperawatan.
Depok, 10 Juli 2012

Penulis

iv

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Restavia Widyaningsih


NPM : 0806457243
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-xclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPIGAN PERSALINAN

beserta perangkat yang ada jika (diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2012

Yang menyatakan

(Restavia Widyaningsih)

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


ABSTRAK

Nama : Restavia Widyaningsih


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami
ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan.
Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103
orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan.
Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri
oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap
pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen
kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran
suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap
pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti
faktor tersebut.

Kata Kunci:
Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami

ABSTRACT

Name : Restavia Widyaningsih


Study Program : Science Nursing
Title : Husband`s attitude about companionship during childbirth

Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important
factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this
was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth.
This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from
pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The
instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher
and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of
respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This
attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for
nursing proved that husbands role important to be attented in childbirth process. This
study did not research about the factors influenced husband`s attitude about
companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about
it`s attitude.

Keyword:
attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband

vi

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 10


2.1 Proses Persalinan ........................................................................................ 10
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan .......................................... 11
2.3 Adaptasi Suami dalam Proses Persalinan ................................................. 16
2.3.1 Pendampingan Persalinan ............................................................... 18
2.3.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ........................... 20
2.3.3 Pengukuran Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ....... 24
2.3.4 Peran Suami dalam Proses Persalinan ............................................ 26
2.4 Bagan, Ringkasan, Literatur....................................................................... 29

3. KERANGKA KERJA PENELITIAN .......................................................... 30


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 30
3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 31

4. METODE PENELITIAN .............................................................................. 36


4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 36
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 36
4.3 Etika Penelitian.......................................................................................... 37
4.4 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 38
4.5 Alat Pengumpul Data ................................................................................. 38
4.5.1 Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 41
4.6 Proses Pengumpulan Data ........................................................................... 44
4.7 Pengolahan Data .......................................................................... 45
4.8 Analisis Data .............................................................................................. 49
5. HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden ............................................................................ 51
5.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ...................................... 53

vii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


6. PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden ........................................................................... 56
6.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan .............................. 59
6.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 64
6.4 Implikasi terhadap Bidang Keperawatan ................................................... 65

7. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 67
7.2 Saran .......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66

viii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Suami dan


Riwayat Obstetri Istri Responden di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ........................................................... 51

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Suami terhadap


Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan pada Tahun 2012 ....................................................................... 53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap
Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 .......................................... 53

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami
Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ............................................................ 54

ix

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ringkasan Tinjauan Literatur ........................................................ . 29

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian Sikap Suami terhadap Pendampingan


Persalinan ....................................................................................... 30

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian ........................................................ xii

Lampiran 2. Instrumen Penelitian .................................................................... xiv

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ xix

Lampiran 4. Surat Persetujuan Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Jakarta


Selatan ........................................................................................ xxi

Lampiran 5. Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ xxii

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup .......... xxiii

xi

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


ABSTRAK

Nama : Restavia Widyaningsih


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami
ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan.
Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103
orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan.
Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri
oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap
pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen
kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran
suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap
pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti
faktor tersebut.

Kata Kunci:
Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami

ABSTRACT

Name : Restavia Widyaningsih


Study Program : Science Nursing
Title : Husband`s attitude about companionship during childbirth

Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important
factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this
was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth.
This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from
pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The
instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher
and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of
respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This
attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for
nursing proved that husbands role important to be attented in childbirth process. This
study did not research about the factors influenced husband`s attitude about
companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about
it`s attitude.

Keyword:
attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband

vi Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persalinan merupakan proses akhir dari masa kehamilan yang telah dilalui ibu
dan keluarga selama tiga periode trimester. Persalinan diartikan dengan proses
membuka dan menipisnya serviks, hingga janin turun ke dalam jalan lahir
(Saifuddin, dkk, 2009). Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu adalah
melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi serta bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin. Keberhasilan dalam proses
persalinan menjadi faktor penting yang menentukan angka kematian ibu
bersalin.

Angka kematian ibu saat persalinan menjadi indikator penting status kesehatan
ibu dalam konteks pelayanan maternal. Menurut World Health Organization
(WHO) dalam catatan Dinas Kesehatan tahun 2006, kematian ibu
didefinisikan sebagai kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42
hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung terhadap kehamilan. Statistik kesehatan ibu menurut data global
yang dihimpun dari berbagai organisasi nirlaba dunia dan Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat angka kematian ibu hamil dan melahirkan mencapai
350.000 per tahun atau lebih dari 1.000 orang per hari (harian Kompas, 19
Desember 2011).

Angka kematian ibu di Indonesia telah mengalami penurunan dalam dekade


terakhir walaupun angka tersebut masih belum mencapai target nasional. Pada
tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup dan pada tahun 2007 AKI menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2007). Angka tersebut masih belum mencapai target
nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan
akan sulit tercapai karena penyebab terbesarnya adalah komplikasi pada
kehamilan dan persalinan yang terjadi pada wanita di Indonesia. Meskipun

1 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


2

angka tersebut terlihat mengalami penurunan, tetapi masih menjadi angka


kematian ibu tertinggi di Asia.

Penyebab kematian ibu tersebut didominasi oleh rendahnya kesadaran


masyarakat tentang kesehatan ibu hamil. Penyebab utama kematian ibu ini
karena masalah komplikasi kehamilan seperti perdarahan, ekslampsia, dan
infeksi. Selain itu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap kematian
ibu melahirkan antara lain pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik,
latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat
dan politik. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satunya juga
dikarenakan kurangnya perhatian dari laki-laki terhadap ibu hamil dan
melahirkan (Depkes RI, 2007).

Besarnya resiko yang dapat terjadi saat persalinan menjadi salah satu
penyebab yang membuat ibu memiliki rasa kekhawatiran yang berlebih
terhadap persalinannya. Persalinan dianggap hal yang berat untuk dilewati
walaupun ini juga peristiwa yang sangat dinantikan oleh seorang calon ibu
yang telah melewati masa kehamilannya. Proses persalinan merupakan
peristiwa yang melelahkan sekaligus berisiko sehingga membuat tingkat
kecemasan ibu semakin meningkat menjelang hari persalinan tiba (Arindra,
2008). Kecemasan tersebut tidak mengherankan jika calon ibu yang akan
melahirkan pertama kali akan menunjukan tingkat kecemasan yang berlebih,
seperti perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan
sikap menyendiri.

Kondisi psikologis ibu hamil di trimester ketiga apalagi menjelang persalinan


akan semakin tidak stabil seiring waktu mendekati hari persalinan. Penelitian
kualitatif terhadap ibu hamil pada trimester ketiga dilakukan oleh Arindra
(2008) untuk mengetahui gambaran kecemasan ibu menghadapi persalinan
anak pertama dan faktor yang mempengaruhi kecemasan tersebut. Arindra
menjelaskan bahwa kecemasan ibu menjelang persalinan dapat terlihat dari
gejala fisik dan perubahan perilaku ibu yang memperlihatkan tanda-tanda
kecemasan. Kurangnya dukungan dari keluarga selama masa kehamilan juga

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


3

menjadi faktor utama yang mempengaruhi tingginya kecemasan ibu pada


periode trimester ketiga. Penelitian lain menunjukan bahwa tanda-tanda
depresi pada ibu selama trimester ketiga kehamilan dipengaruhi oleh faktor
kurangnya dukungan sosial dan lemahnya kondisi kehamilan ibu (Records &
Rice, 2007).

Dukungan dari suami atau keluarga ternyata menjadi salah satu faktor penting
yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu dalam menghadapi persalinan
(Records & Rice, 2007; Arindra, 2008). Periode trimester ketiga ini
merupakan masa antisipasi persalinan. Periode trimester akhir kehamilan akan
menjadi stessor sendiri bagi ibu dan keluarga karena harus mulai
mempersiapkan persalinan baik secara fisik ataupun emosional (Eden, 2011).
Ibu dan suami semakin tidak sabar menantikan kelahiran bayi mereka sebagai
anggota baru dalam keluarga. Masa persiapan bagi ibu dan suami untuk
menghadapi peran baru yaitu masa transisi menjadi orang tua. Keluarga atau
pasangan dari ibu yang akan bersalin harus peka dengan dengan kondisi
psikologis ibu menjelang persalinan.

Dukungan sosial sangatlah penting diberikan kepada ibu dalam proses


persalinan. Dukungan yang diberikan dapat dilakukan oleh suami, keluarga,
teman dekat, atau tenaga profesional kesehatan. Salah satu prinsip asuhan
sayang ibu yaitu mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi (Depkes RI, 2004). Pemerintah Indonesia
melalui Departemen Kesehatan mengkampanyekan program Suami Siaga
pada tahun 1999-2000 dalam rangka meningkatkan peran suami dalam
program Making Pregnancy Safer. Tujuan dari program ini untuk
meningkatkan pengetahuan, keterlibatan, dan partisipasi suami terhadap
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2001).

Kehadiran suami sebagai pendamping istri dalam proses persalinan


merupakan salah satu upaya untuk mengimplementasikan konsep asuhan
keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga. Suami memiliki
tanggung jawab terhadap kondisi kesehatan ibu yang akan melahirkan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


4

anaknya. Suami merupakan pasangan dari ibu bersalin yang telah terikat
dalam status pernikahan secara sah dalam hukum negara dan hukum agama.
Suami memiliki peranan dan pengaruh yang lebih terhadap kondisi psikologis
ibu menjelang persalinan dan saat persalinan (Records & Rice, 2007;
Kainz, Eliasson, & von Post, 2010).

Proses persalinan merupakan peristiwa yang sangat menegangkan, ibu


memerlukan sistem dukungan sosial yang kuat, salah satunya dukungan dari
suami. Hal ini diperlihatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan di beberapa
negara tentang pengalaman ibu yang didampingi suaminya dalam persalinan.
Ibu merasa kehadiran suami sangat membantu dan memberikan kesan
tersendiri. Manfaat kehadiran suami dari persepsi ibu yaitu suami dapat
membantu tenaga kesehatan dalam mengawasi kemajuan persalinan ibu,
berperan dalam mengambil keputusan ketika tindakan medis tertentu harus
dilakukan, memberikan dukungan verbal dan non verbal, dan yang paling
menjadi perhatian ibu adalah melihat suaminya menyaksikan langsung
bagaimana nyeri persalinan yang dialami ibu selama proses persalinan (Aziza,
2002; Sabitri, Toshio, Miyuki, 2011). Ibu merasa perjuangannya untuk
melahirkan bukanlah menjadi beban dan tanggung jawabnya sendiri, tetapi
ada suami yang ikut merasakan dan menyaksikan bagaimana perjuangan yang
dilalui ibu selama proses persalinan. Ibu sangat merasa anak yang dilahirkan
sangat berharga karena memperoleh dukungan yang diberikan oleh suaminya
selama proses persalinan (Arindra, 2008; Sabitri, Toshio, Miyuki, 2011).

Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh positif kehadiran suami


terhadap persalinan istri secara objektif dapat dilihat dari proses kemajuan
persalinan (Yumni, 2006; Lars, Aderemi, dan Pernilia, 2011). Penelitian
Yumni (2006) di beberapa klinik bersalin di Indonesia menunjukan kehadiran
suami dapat mempengaruhi proses persalinan kala satu. Pendampingan suami
yang memberikan dukungan berupa sentuhan dan motivasi secara langsung
dapat menstimulus terjadinya kontraksi sehingga mempercepat proses
terjadinya persalinan. Studi literatur yang dilalukan oleh Lars, Aderemi, dan
Pernilia (2011) menjelaskan bahwa kehadiran suami penting dalam

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


5

memberikan dukungan emosional dan psikologis bagi istrinya selama masa


kehamilan dan persalinan.

Manfaat pendampingan persalinan bukan saja dirasakan oleh ibu, tapi juga
dapat dirasakan oleh suami. Akan tetapi fenomena yang ada saat ini, tidak
banyak suami yang menyadari dan mengetahui bahwa dukungan yang
diberikan kepada ibu saat proses persalinan dan melahirkan dapat memberikan
pengaruh yang positif bagi kelancaran persalinan tersebut (Ip, 2000; Cholifah,
2007). Banyak suami yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat
membantu kemajuan persalinan istrinya sehingga mereka lebih memilih untuk
menunggui istri saja di luar ruangan bersalin, bukan untuk mendampingi istri
secara langsung di dalam ruang bersalin. Akhirnya ibu hanya didampingi oleh
tenaga kesehatan yang menolongnya dalam proses persalinan, tidak ada
dukungan secara langsung dari keluarga terdekat, terutama dukungan dari
suaminya. Hasil penelitian terhadap suami di Rumah Sakit Universitas
Kuopio, Finlandia, menunjukan sebagian besar suami merasa kurang nyaman
selama mendampingi istrinya bersalin, dan perasaan ini biasanya dialami pada
pengalaman pertama suami mendampingi istrinya secara langsung dalam
kelahiran anak pertama mereka (Julkunen & Liukkonen, 1998).

Suami yang hadir untuk mendampingi istri bersalin akan mendapat


pengalaman dan pelajaran yang berharga dengan melihat bagaimana proses
persalinan terjadi. Walaupun merasa tidak nyaman selama pendampingan
persalinan, suami tetap berusaha menunjukan rasa percaya diri dan
keberaniannya di hadapan tenaga medis penolong persalinan. Para suami ingin
menunjukan bahwa mereka siap memberikan dukungan dan mendampingi
istrinya selama proses persalinan (Julkunen & Liukkonen, 1998). Faktor
pengalaman menjadi hal penting dalam untuk mengukur kesiapan suami
secara fisik dan mental dalam mendampingi istri bersalin. Kondisi psikologis
suami selama pendampingan persalinan juga harus menjadi perhatian perawat
bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang dapat membantu suami
menjalankan perannya selama pendampingan persalinan (Julkunen &
Liukkonen, 1998; Ip, 2000).

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


6

Penelitian yang ada di luar Indonesia mengungkapkan bahwa peran suami


dalam proses persalinan seringkali kurang diperhatikan, salah satunya karena
faktor budaya dan kebijakan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung.
Penelitian terakhir tentang pendampingan suami dalam persalinan dilakukan
di Nepal pada tahun 2010, mengidentifikasi bagaimana pengalaman para
suami yang hadir mendampingi istrinya selama proses persalinan (Sapkota,
Kobayashi, & Takase, 2010). Sebagian besar para suami mengungkapkan suka
duka yang dialaminya selama mendampingi istri dari awal hingga akhir proses
persalinan. Sebagian suami mengatakan dan memperlihatkan keraguannya
ketika memasuki ruang persalinan, karena beberapa faktor. Para suami
mengatakan terkadang ada perasaan terasing berada di antara para bidan,
perawat, atau dokter yang semuanya para wanita. Secara sosial budaya di
Nepal, keberadaan suami dalam ruang persalinan memang kurang mendapat
dukungan dari keluarga atau teman-teman. Suami dianggap tidak terlalu
penting untuk mendampingi istri bersalin. Inilah yang menyebabkan suami
terkadang kurang siap dan tidak percaya diri dengan potensi yang dimilikinya
untuk membantu istri dalam proses persalinan.

Fenomena tentang peran suami dalam proses persalinan di Indonesia


menunjukan hal yang berbeda. Peran suami dalam proses persalinan dirasakan
sangat bermanfaat sehingga beberapa tempat bersalin di Indonesia mulai
membuat kebijakan untuk mendukung peran suami dalam pendampingan
persalinan. Dukungan dari tenaga kesehatan ini ditunjukan dengan
memberikan ruang dan izin kepada para suami untuk menjadi pendamping
bagi ibu bersalin dalam program Family Centered Maternity Cared. Kebijakan
tersebut memperlihatkan bahwa peran suami dalam pendampingan persalinan
sudah mulai diperhatikan. Walaupun demikian, kebijakan ini masih
menyimpan keraguan di antara para praktisi kesehatan terhadap kemampuan
peran yang dapat dilakukan suami dalam pendampingan persalinan.

Penelitian yang ada di Indonesia belum ada yang mengangkat fenomena


tentang kesiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Padahal
fenomena tersebut dapat menjadi indikator bagaimana peran tenaga kesehatan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


7

selanjutnya untuk mempersiapkan suami menjadi pendamping persalinan yang


baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh tenaga kesehatan. Penelitian
semacam ini perlu dilakukan, salah satunya untuk mengeksplorasi kesiapan
suami dalam pendamping persalinan. Penelitian tentang Sikap suami
terhadap pendampingan persalinan menjadi perlu untuk dilakukan. Penelitian
ini diharapkan akan menjawab pertanyaan lebih dalam tentang bagaimana
gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

1.2 Perumusan Masalah

Proses persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu setelah
melewati masa kehamilan. Proses persalinan yang penuh dengan resiko
membuat kondisi psikologis ibu menjadi tidak stabil, sehingga banyak ibu
yang menunjukan kecemasannya dalam menunggu hari persalinan tiba.
Kecemasan ibu tersebut akan semakin meningkat ketika hari persalinan,
sehingga ibu sangat memerlukan sistem dukungan yang kuat. Salah satu
sumber dukungan yang dapat diberikan kepada ibu dalam proses persalinan
berasal dari suami.

Hasil penelitian tentang pendampingan persalinan yang selama ini ada telah
menggambarkan bahwa kehadiran suami selama proses pendampingan
persalinan dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu bersalin sehingga
memberikan hasil yang positif terhadap kelancaran persalinan (Yumni, 2006;
Records & Rice, 2007; Arindra, 2008; Lars, Aderemi, dan Pernilia, 2011).
Penelitian yang dilakukan Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010) di Nepal
menunjukan bahwa suami mengalami adaptasi psikologis yang cukup rentan
ketika berada dalam ruang persalinan. Tingkat pengetahuan, pengalaman, dan
dukungan sosial bagi suami penting untuk membantu suami dalam
mempersiapkan dirinya memahami bagaimana perannya yang tepat dalam
pendampingan persalinan.

Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut belum memberikan gambaran


bagaimana kesiapan dan sikap suami terhadap pemenuhan peran mereka

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


8

dalam menjadi pendamping persalinan bagi istrinya. Sikap suami yang positif
dapat mencerminkan dukungan dan perilaku positif terhadap pendampingan
persalinan. Oleh karena itu, penelitian ini dilandasi oleh pertanyaan:
bagaimana gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum:


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap suami
terhadap pendampingan persalinan.

1.3.2 Tujuan khusus:


1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden berdasarkan
sikap suami terhadap pendampingan persalinan
2. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan suami tentang
pendampingan persalinan
3. Diketahuinya gambaran perasaan dan kesiapan suami untuk
menjadi pendamping persalinan
4. Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku suami untuk
hadir atau terlibat aktif menjadi pendamping persalinan

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam
mengembangkan pelayanan keperawatan, yang meliputi:

1.4.1 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi


rumah sakit, puskesmas, atau klinik bersalin untuk memberikan
pelayanan keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga dan
untuk memenuhi kebutuhan psikososial ibu, khususnya membuat
kebijakan yang memberikan posisi pada suami untuk terlibat aktif
dalam pendampingan persalinan. Selain itu, hasil penelitian ini juga

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


9

akan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang menolong


persalinan seperti dokter, bidan, atau perawat untuk lebih peka
terhadap kondisi psikologis suami, sehingga suami bisa mendapatkan
pengalaman yang positif dalam proses persalinan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan dapat menjadi masukan bagi pengembangan


ilmu keperawatan dalam mengembangkan pelayanan keperawatan
maternitas yang berfokus pada keluarga. Selain itu, manfaatnya bagi
mahasiswa adalah dapat memberikan informasi tentang pentingnya
keterlibatan suami dalam proses persalinan. Dengan demikian,
mahasiswa dapat mengembangkan asuhan keperawatan maternitas
yang melibatkan peran serta keluarga dalam proses persalinan,
khususnya peran suami.

1.4.3 Manfaat Metodologis

Penelitian ini dapat menjadi sebuah pengalaman berharga bagi penulis


karena penulis akan mendapat banyak wawasan tentang pentingnya
keterlibatan atau peran suami dalam proses persalinan. Selain itu,
penelitian ini juga dapat menjadi salah satu penelitian yang
selanjutnya dapat dikembangkan dalam penelitian lainnya mengenai
keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga, terutama tentang
peran suami dalam pendampingan persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bagian tinjauan pustaka ini akan menguraikan pembahasan tentang kepustakaan


yang melandasi penelitian ini sebagai rujukan dalam melakukan pembahasan hasil
penelitian pada laporan penelitian. Pembahasan teori-teori dan literatur
kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi proses
persalinan, faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, serta adaptasi suami
dalam proses persalinan.

2.1 Proses Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang normal setelah


melewati masa kehamilan. Melahirkan adalah pengalaman, fisik, emosional
dan spiritual, dengan dampak jangka panjang pada kesejahteraan pribadi
seorang wanita (Rothman, 2009). Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir, sedangkan kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Saifuddin, dkk, 2009). Definisi lainnya menyebutkan persalinan adalah
proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam lahir
melalui jalan lahir (Bobak, Lowdwermilk, & Perry, 2004).

Persalinan dimulai pada saat terjadinya kontraksi uterus pertama dan


selanjutnya uterus bekerja keras untuk berdilatasi selama jam-jam berikutnya
hingga bayi lahir. Proses persalinan dibagi menjadi empat tahapan utama
(Wong, Perry, & Hockenberry, 2002; Bobak, Lowdermilk,& Perry, 2004;
Saifuddin, dkk, 2009; Ward & Hisley, 2009), yaitu persalinan kala satu, kala
dua, kala tiga, dan kala empat. Setiap tahapan ini membutuhkan intervensi
perawat yang berbeda-beda karena menyesuaikan dengan kondisi kemajuan
persalinan.

Persalinan kala satu dimulai hingga pembukaan jalan lahir lengkap. Lama
persalinan kala satu biasanya sulit diperkirakan dan berlangsung lebih lama
dari kala dua dan kala tiga. Proses kala satu ini terbagi menjadi dua tahapan,

9 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


11

yaitu (1) fase laten berlangsung selama delapan jam hingga serviks membuka
tiga sentimeter, (2) fase aktif yang terjadi kurang lebih selama tujuh jam dan
serviks membuka dari tiga hingga sepuluh sentimeter atau serviks telah
berdilatasi lengkap. Pada fase laten, effacement atau penipisan serviks lebih
banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan penurunan janin.
Sedangkan pada fase aktif, dilatasi serviks dan penurunan janin berlangsung
lebih cepat. Ini terjadi karena kontraksi lebih kuat dan sering pada fase aktif.

Proses persalinan selanjutnya adalah persalinan kala dua, tiga, dan empat.
Proses persalinan kala dua berlangung sejak pembukaan serviks lengkap
hingga bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung sekitar dua jam pada ibu
primipara, dan satu hingga satu setengah jam pada ibu nulipara. Ibu nulipara
telah memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya sehingga serviks lebih
mudah elastis untuk berdilatasi dan memungkinkan janin keluar lebih cepat.
Fase selanjutnya adalah persalinan kala tiga dan kala empat. Persalinan kala
tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Persalinan
kala tiga ini berlangsung selam 30 menit. Fase terakhir kala empat persalinan
ini dimulai dari lepasnya plasenta hingga dua jam pertama postpartum.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Kelancaran proses persalinan mulai dari kala satu hingga kala empat dapat
ditunjang oleh beberapa faktor internal dan eksternal dalam persalinan.
Bobak, Lowdwermilk, & Perry (2004) dan Ricci & Kyle (2009) menyebutkan
ada lima faktor utama yang mempengaruhi persalinan yaitu penumpang (janin
dan plasenta), jalan lahir, kekuatan ibu bersalin (kontraksi), posisi ibu saat
melahirkan (faktor maternal), dan respon psikologis ibu. Sedangkan menurut
Ward & Hisley (2009) hanya menyebutkan empat faktor utama yang dapat
mempengaruhi proses persalinan yaitu penumpang (janin dan plasenta),
kekuatan ibu bersalin, jalan lahir (panggul ibu), dan faktor psikososial ibu
bersalin (pengalaman persalinan dan status emosional). Perbedaan antara
kedua literatur tersebut terletak pada faktor posisi ibu yang dapat

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


12

mempengaruhi proses persalinan. Hasil penelitian Zwelling (2010) dan


Pridjian (2011) menunjukan bahwa posisi ibu saat bersalin sangat penting
diperhatikan karena memiliki pengaruh yang positif terhadap kemajuan
proses persalinan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing faktor yang
mempengaruhi proses persalinan.

a. Penumpang (Janin dan Plasenta)

Janin dan plasenta menjadi salah satu faktor yang menentukan dimulainya
persalinan. Prosesnya penuaan dan penurunan plasenta memicu awal
terjadinya kontraksi (AWHONN, 2003). Peningkatan konsentrasi kortisol
janin menyebabkan penurunan produksi progesteron plasenta dan
meningkatkan pelepasan prostaglandin. Membran fetus menghasilkan
prostaglandin, yang dapat membantu dalam merangsang kontraksi rahim.

Kondisi janin merupakan hal yang paling utama dalam persalinan. Kondisi
janin yang aman atau dalam perkembangan yang normal, memungkinkan
faktor lainnya dapat dibantu atau dimodifikasi untuk pengeluaran janin.
Cara janin keluar atau bergerak melalui jalan lahir merupakan akibat
interaksi dari ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan tingkat kesejahteraan
neonatal. Kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan karena
sifatnya yang relatif kaku. Presentasi janin dilihat dari bagian janin yang
pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir
saat persalinan mencapai aterm.

b. Jalan lahir

Faktor jalan lahir ini berkaitan dengan kelancaran janin keluar dari rahim.
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang panggul yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introtuitus. Panggul ibu lebih berperan
dalam proses persalinan walaupun ditunjang pula oleh jaringan lunak
seperti otot dasar panggul. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Bentuk dan ukuran panggul perlu

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


13

diketahui sebelum persalinan dimulai untuk menentukan metode


persalinan apa yang sesuai digunakan.

c. Kekuatan Persalinan

Faktor maternal menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi


dimulainya persalinan, selain faktor janin dan plasenta (AWHONN, 2003).
Peregangan otot uterus menyebabkan pelepasan prostaglandin. Tekanan
pada leher rahim dapat merangsang pelepasan oksitosin oleh kelenjar
hipofisis posterior ibu. Stimulasi oksitosin meningkat secara signifikan
selama persalinan, dan bekerjasama dengan prostaglandin untuk
mengaktifkan kontraksi rahim. Peningkatan rasio estrogen terhadap
progesteron merupakan perubahan biokimia, menyebabkan penurunan
ketersediaan progesteron (untuk melemaskan otot polos) ke sel-sel
miometrium rahim. Dengan adanya peningkatan estrogen, rahim menjadi
lebih aktif dan kontraksi dimulai.

Kontraksi volunter dan involunter yang dilakukan oleh ibu bertujuan untuk
membantu mengeluarkan janin dan plesenta dari uterus. Persalinan kala
satu dimulai dengan munculnya kontraksi involunter yang disebut dengan
kekuatan primer. Selanjutnya kekuatan sekunder atau kontraksi volunter
terjadi bila serviks berdilatasi sehingga membantu kontraksi volunter. Pada
kontraksi awal, serviks mengalami penipisan atau effacement. Setelah itu
serviks kembali berdilatasi karena komponen muskuloskeletal tertarik dari
serviks ke arah atas akibat kontraksi uterus yang kuat. Kontraksi sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi membantu mendorong bayi
keluar dari uterus dan vagina. Usaha untuk mengedan harus dikendalikan
supaya tidak melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.

d. Posisi Ibu saat Melahirkan

Anatomi dan fisiologi persalinan dipengaruhi oleh posisi ibu saat


melahirkan. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa perubahan gerakan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


14

ibu dan posisi selama persalinan dapat memfasilitasi hasil positif termasuk
penurunan nyeri, sirkulasi ibu-janin baik, penurunan lama waktu
persalinan; meningkatkan penurunan janin melalui panggul sehingga
memudahkan proses persalinan, dan menurunkan trauma perineum
(Zwelling, 2010; Pridjian, 2011). Posisi tegak memberikan keuntungan
lebih karena memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Selain itu posisi tegak juga dianggap mengurangi insiden penekanan tali
pusat (Bobak, Lowdwermilk,& Perry, 2004). Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.

e. Faktor Psikososial Ibu

Kondisi psikososial ibu yang akan melahirkan juga menjadi salah satu
aspek penting yang perlu diperhatikan oleh perawat. Ada beberapa
pertimbangan psikososial yang perlu dikaji, antara lain persiapan fisik
untuk kelahiran bayi, pengalaman melahirkan sebelumnya, integritas
emosional, nilai dan keyakinan sosiokultural, dan dukungan dari orang lain
yang berpengaruh (Wong, Perry, & Hockenberry, 2002). Beberapa ahli
psikologis medis juga mengatakan bahwa faktor psikososial yang penting
untuk dikaji saat proses persalinan antara lain nyeri, kontrol, kecemasan,
kepercayaan diri, dan keyakinan diri (Hawarth, Swain, & Treharne, 2010).

Pentingnya pengkajian kondisi psikologis ibu bersalin karena banyak ibu


yang merasa takut menghadapi proses persalinan. Hasil observasi yang
dilakukan oleh Alehagen, dkk (2001) terhadap 74 ibu bersalin di negara
Swedia menjelaskan bahwa rasa takut yang dirasakan ibu selama proses
persalinan disebabkan oleh peningkatan hormon stres yang mengakibatkan
lama persalinan lebih lama sehingga ibu merasa sangat lelah. Efek dari
peningkatan hormon stres pada ibu hamil dan bersalin juga berpengaruh
pada kondisi janin. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gunning
(2008) menunjukan bahwa peningkatan tingkat hormon stres pada aliran
darah ibu saat proses persalinan dapat mengurangi suplai darah ke janin.
Gunning juga menjelaskan bahwa pada stres tingkat berat, peningkatan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


15

hormon stres akan bersifat toksik bagi ibu dan janin. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa stres pada ibu bersalin menjadi
faktor penghambat kemajuan proses persalinan.

Persalinan dapat menjadi salah satu pengalaman menyakitkan yang pernah


dialami oleh seorang ibu (Lally, Murtagh, Macphail, & Thompson, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 329 ibu hamil di wilayah
Finlandia Barat, menunjukan bahwa 68% dari ibu hamil tersebut memiliki
ketakutan terhadap proses persalinan. Takut terhadap nyeri yang akan
dirasakan saat proses persalinan merupakan gambaran kondisi psikologis
lainnya yang dialami oleh ibu menjelang bersalin. Nyeri yang dirasakan
oleh ibu ketika bersalin merupakan salah satu faktor yang membuat para
ibu memiliki pengalaman negatif dalam proses persalinannya. Kebutuhan
ibu terhadap metode pengurangan nyeri menjadi salah satu faktor
psikososial yang menjadi pertimbangan dalam proses persalinan
(Waldenstrom, Hilsdingsson, Rubertsson, & Radestad, 2004).

Kekhawatiran akan proses persalinan dan kelahiran yang aman untuk ibu
dan anaknya menjadi stessor utama bagi para ibu menjelang persalinan.
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus
beresiko sehingga membuat tingkat kecemasan ibu semakin meningkat
menjelang hari persalinan tiba (Arindra, 2008). Ibu hamil menjelang
persalinan akan menunjukan tanda-tanda kecemasan yang berlebih, seperti
perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan sikap
menyendiri. Ibu yang memiliki ketakutan terhadap proses persalinan
ditandai dengan munculnya sindrom stres dan cenderung menghindari
kehamilan dan persalinan selanjutnya, bahkan ada ibu yang akhirnya
memilih tindakan operasi caesar untuk menghindari rasa nyeri saat
persalinan (Tsui, dkk, 2006). Faktor utama yang berhasil diidentifikasi
menjadi penyebab ketakutan ibu dalam proses persalinan adalah
pengalaman negatif dari proses persalinan sebelumnya (Tsui, dkk, 2006).

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


16

2.3 Adaptasi Suami dalam Proses Persalinan

Proses persalinan menjadi stresor dan pengalaman istimewa bagi pasangan


suami istri. Adaptasi psikologis bukan hanya terjadi pada istri, tetapi juga
terjadi pada suami menjelang proses persalinan. Ketakutan dan kecemasan
terlihat dengan jelas pada sikap suami selama waktu kehamilan istrinya
hingga persalinan tiba (Martin, 2008). Hasil penelitian Martin (2008)
terhadap 78 orang suami yang dilakukan sebelum dan setelah persalinan,
menunjukan bahwa kecemasan suami tentang proses persalinan antara lain
karena faktor sosial seperti takut kehilangan kontrol, takut menjadi tertekan
selama proses persalinan, merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan
keputusan, merasa tidak diperlakukan dengan hormat, tidak menerima cukup
dukungan, dan merasa penampilan peran secara fisik kurang efektif. Faktor
lainnya yang meningkatkan kecemasan suami antara lain kekhawatiran suami
jika persalinan tidak dapat dilakukan secara normal dan membutuhkan
tindakan khusus lain seperti operasi caesar. Suami juga takut dengan jumlah
cedera obstetrik yang akan terjadi, cemas dengan kesehatan dan kondisi bayi,
takut melihat nyeri hebat yang dialami istri, dan takut dengan adanya
ancaman kematian bagi istri dan anaknya.

Salah satu faktor yang membuat suami cemas dan tidak percaya diri karena
kurangnya dukungan sosial terhadap suami. Hasil wawancara yang dilakukan
kepada suami di Nepal menunjukan sebagian besar suami menyatakan dan
memperlihatkan keraguannya ketika memasuki ruang persalinan (Sapkota,
Kobayashi, & Takase, 2010). Para suami mengatakan terkadang ada perasaan
terasing berada di antara para bidan, perawat, atau dokter yang semuanya para
wanita. Kebudayaan di Nepal masih menganggap bahwa suami tidak terlalu
penting untuk mendampingi istri bersalin. Hal inilah yang menyebabkan
suami terkadang kurang siap dan tidak percaya diri dengan peran dan potensi
yang dimilikinya untuk membantu istri dalam proses persalinan.

Selain faktor sosial budaya yang mempengaruhi sikap suami, banyak suami
yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat memberikan pengaruh yang

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


17

positif terhadap kemajuan persalinan istrinya. Banyak suami yang merasa


tidak siap mendampingi istrinya dan lebih memilih untuk menunggui istrinya
di luar ruang bersalin, bukan untuk mendampingi istri secara langsung di
dalam ruang bersalin selama proses persalinan. Hasil penelitian yang
responden utamanya adalah para suami di Rumah Sakit Universitas Kuopio,
Finlandia, menunjukan sebagian besar suami merasa kurang nyaman selama
mendampingi istrinya bersalin, dan perasaan ini biasanya dialami pada
pengalaman pertama suami mendampingi istrinya secara langsung dalam
kelahiran anak pertama (Julkunen & Liukkonen, 1998). Kondisi psikologis
suami ini dapat dilihat dari sikap dan reaksi suami sebelum dan selama proses
persalinan.

Sebuah penelitian lain di Inggris menjelaskan tentang persepsi negatif suami


selama persalinan yaitu penelitian yang dilakukan Johnson (2002) yang
dilakukan terhadap 53 pria yang telah memiliki pengalaman menjadi
pendamping persalinan. Sebanyak 54% dari jumlah suami yang menjadi
responden merasa kehadiran mereka kurang efektif ketika menjadi
pendamping persalinan. Perasaan negatif lainnya yang muncul pada suami
yaitu merasa tidak berguna, kaku atau canggung terhadap situasi proses
persalinan, bingung, merasa tidak berdaya, dan takut. Sebagian suami juga
mengatakan ketidakmampuannya dalam memecahkan konflik saat proses
persalinan. Sebagai contoh, istri tidak mau menggunakan anestesi dalam
membantu mengurangi nyeri persalinan, padahal saat itu anestesi sangat
direkomendasikan dokter atau perawat. Kondisi ini membuat suami merasa
berada dalam posisi yang sulit untuk mengambil keputusan cepat karena ia
harus menghormati keputusan istrinya, tetapi di sisi lain suami tidak mau ada
sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan bayinya jika tindakan medis tersebut
tidak dilakukan. Dalam situasi tersebut, perawat atau bidan diharapkan peka
dengan konflik peran yang terjadi pada suami saat menghadapi proses
persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


18

Lingkungan ruangan bersalin yang sangat menegangkan membuat suami


merasa perlu mendapat dukungan dari perawat atau bidan untuk dapat
beradaptasi dalam proses persalinan. Para suami merasa mendapat dukungan
yang baik ketika mereka diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
dan perannya sebagai suami dilibatkan selama proses persalinan (Backstrom
& Wahn, 2011). Kondisi sebaliknya akan terjadi jika suami akhirnya
memutuskan untuk meninggalkan ruang persalinan sebelum proses persalinan
selesai. Sikap ini menandakan bahwa suami kurang mendapat bantuan atau
dukungan dalam memahami perannya selama menjadi pendamping persalinan.
Hasil studi kualitatif yang dilakukan Backstrom & Wahn (2011) dengan
metode wawancara terhadap 12 orang suami menunjukan bahwa persepsi dan
perasaan negatif pada suami akan muncul jika suami merasa dirinya kurang
penting atau merasa perannya kurang dilibatkan dalam proses persalinan.

Rendahnya kepercayaan diri suami terhadap kemampuan dan kesiapannya


untuk menjadi pendamping persalinan, membuat suami perlu mempersiapkan
dirinya dengan berbagai cara. Erikson (2006) menjelaskan bahwa dukungan
kepada suami perlu diberikan untuk membantu meningkatkan kepercayaan
diri suami. Penelitian Erikson juga menjelaskan bahwa meningkatnya
kepercayaan diri suami menunjukkan efek positif jangka panjang yaitu
menurunkan permintaan metode persalinan caesar, yang karena pada awalnya
suami cemas dengan ketakutan istrinya terhadap proses persalinan.
Kepercayaan diri suami dapat ditingkatkan dengan cara berkonsultasi dengan
ahli medis dan mengikuti kelas antenatal atau persiapan persalinan (Johnson,
2002; Erikson, 2006).

2.3.1 Pendampingan Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa yang menegangkan dan menggugah emosi


bagi ibu dan keluarga. Persalinan juga menjadi suatu peristiwa yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, karena itu setiap ibu sangat perlu
mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Sesuai
dengan pola pendekatan yang dilakukan dalam konsep keperawatan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


19

maternitas berfokus keluarga, asuhan sayang ibu yang dimaksud berupa


dukungan emosional dari suami dan anggota keluarga lain untuk berada di
samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Pengalaman positif akan
dimiliki ibu ketika ibu tidak merasa ditinggalkan sendirian selama proses
persalinan dan diberikan dukungan yang baik dalam persalinan (Tsui, dkk,
2006).

Dukungan yang diberikan kepada ibu saat persalinan bermacam-macam dan


dapat dilakukan oleh penolong persalinan maupun pendamping persalinan.
Ada dua macam bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu yang akan
bersalin yaitu dukungan verbal dan dukungan nonverbal (Aziza, 2002).
Dukungan verbal yang diberikan berupa kata-kata penyemangat atau
penguatan positif seperti memberikan pujian. Dukungan non verbal adalah
dukungan yang berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati
yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan
diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada
keberhasilan. Dukungan tersebut dapat memberikan pengaruh tersendiri bagi
kondisi ibu, terutama dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga atau
suami.

Pendampingan adalah perbuatan mendampingi, menemani, dan menyertai


dalam suka dan duka (Depkes RI, 2004). Definisi pendampingan persalinan
dapat diartikan dengan perbuatan mendampingi, menemani dan menyertai ibu
dalam melewati suka duka proses persalinan. Pendamping persalinan harus
dipersiapkan jauh hari sebelum hari persalinan tiba. Salah satunya
mempersiapkan suami dalam pendampingan persalinan. Salah satu syarat
untuk menjadi pendamping dalam persalinan selain tenaga medis adalah
cukup usia, cukup matang, dan memiliki kesiapan mental untuk mendukung
ibu secara emosional. Dalam hal ini, suami dapat menjadi calon terkuat untuk
mendampingi ibu, karena ikatan emosinal suami istri yang memang lebih
kuat dibanding dengan keluarga lainnya, dan ini menjadi salah satu
pemenuhan tanggung jawab suami terhadap keselamatan istri dan anaknya

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


20

(Records & Rice, 2007; Morhason, dkk, 2008; Kainz, Eliasson, & von Post,
2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Morhason, dkk (2008) yang bertujuan untuk
mengetahui sikap dan pilihan ibu hamil di Nigeria dan juga mengidentifikasi
variabel yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih
dukungan sosial selama persalinan. Hasil penelitiannya adalah 75% dari
responden ibu bersalin ingin didampingi dalam proses persalinan. Sebanyak
86% responden tersebut lebih memilih suaminya untuk menjadi pendamping
persalinan, sementara sisanya menginginkan orang tua (terutama ibu) dan
saudara mereka yang diharapkan memberi dukungan atau menjadi
pendamping persalinan. Alasan paling banyak yang mempengaruhi keinginan
ibu-ibu tersebut untuk mendapat dukungan sosial karena alasan emosional
(80,2%) dan alasan spiritual (17,9%). Data tersebut memperlihatkan bahwa
salah satu alasan ibu memilih suami untuk mendampingi dalam proses
persalinan karena adanya ikatan emosional yang lebih kuat antara istri dan
suami.

Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem
limbik ibu, yaitu dalam hal emosi. Emosi ibu yang tenang akan menyebabkan
sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin yang reaksinya akan
menyebabkan kontraktilitas uterus pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan
bayi. Bentuk dukungan emosional yang diberikan suami juga diteliti oleh
Aziza (2002) di IGD Kebidanan RSUPNCM yaitu untuk mengidentifikasi
bentuk dukungan emosional yang diharapkan oleh istrinya selama proses
pendampingan persalinan. Penelitian tersebut menunjukan 86,6% responden
sangat mengharapkan mendapat dukungan non verbal dari suaminya, 73,3%
sangat mengharapkan dukungan verbal, dan 60% responden ingin dukungan
berupa perawatan fisik.

2.3.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Sikap (attitude) didefinisikan sebagai derajat afek positif (perasaan suka dan
senang), atau afek negatif melalui perasaan tidak suka terhadap suatu objek

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


21

(Azwar, 2007; Sarwono, 2010). Sikap merupakan suatu keadaan yang


memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (Dayakisni &
Hudaniah, 2003). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, sikap dapat diartikan
sebagai bentuk perasaan yang ikut menentukan kecenderungan terhadap
perilaku individu yang diarahkan pada suatu objek. Sikap suami terhadap
pendampingan persalinan adalah kecenderungan suami yang mencerminkan
dukungan positif atau dukungan negatif terhadap peran suami dalam menjadi
pendamping bagi istrinya selama proses persalinan.

Sesuai dengan teori sikap dalam ilmu psikologi, maka sikap suami terhadap
pendampingan persalinan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama seperti
pengalaman masa lalu, situasi saat ini, dan oleh harapan-harapan di masa
mendatang (Azwar, 2007). Pengalaman masa lalu dapat dilihat dari
pengalaman suami dalam menemani istri dalam proses kelahiran anak
sebelumnya atau berapa jumlah anak yang dimilikinya saat ini. Faktor situasi
saat ini dilihat dari kondisi istri pada kehamilan saat ini dan proses
perencanaan persalinan bersama istri. Dengan melihat dan memahami kondisi
kehamilan istri, akan muncul harapan positif pada suami terhadap metode
persalinan yang tepat dan aman bagi istri dan anaknya melalui perencanaan
persalinan yang tepat.

Pengukuran sikap dapat dilihat dari beberapa komponen sikap. Azwar (2007)
dalam bukunya tentang teori dan pengukuran sikap manusia menjelaskan
komponen sikap terbagi tiga bagian yaitu komponen kognitif, afektif, dan
konatif (perilaku). Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen
afektif menyangkut masalah emosional subjektif atau perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Komponen perilaku atau konatif ditunjukan dengan cara
bagaimana kecenderungan perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya.

Komponen kognitif dalam sikap suami terhadap pendampingan persalinan,


dapat diukur dengan menilai pengetahuan yang dimiliki suami tentang

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


22

pendampingan persalinan. Pengetahuan menjadi indikator yang penting


karena dengan pengetahuan yang memadai tentang persalinan dan
pendampingan persalinan, suami akan memahami perannya dengan lebih
jelas ketika berada di dalam ruang bersalin untuk mendampingi istrinya. Hal
ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cholifah (2007) di desa
Pasuruan Lor kecamatan Jati, Kudus, yang menunjukan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat proses
persalinan dengan bentuk kualitas pendampingan persalinan.

Hasil penelitian Cholifah (2007) menunjukan 67% responden memiliki


tingkat pengetahuan yang kurang terhadap pendampingan persalinan,
sebanyak 13% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, dan 20% responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Kualitas pendampingan dinilai
kurang baik sebesar 67% dan pendampingan proses persalinan baik sebesar
33%. Dari hasil penelitian tersebut, tingkat pengetahuan suami yang kurang
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan suami sehingga suami tidak
mengetahui atau memahami bagaimana cara memberikan motivasi dan
dukungan yang baik kepada istri saat mendampingi istri dalam proses
persalinan.

Komponen afektif melihat bagaimana perasaan suami menjelang persalinan


dan saat proses pendampingan persalinan. Dalam proses dinamika keluarga,
suami pasti akan beradaptasi dengan kehamilan istri. Salah satu bentuk
adaptasi psikologis suami adalah dengan rasa cemas. Tingkat kecemasan
suami akan semakin meningkat menjelang waktu kelahrian anaknya. Hasil
penelitian yang dilakukan Handayani (2002) menunjukan rata-rata suami
yang secara langsung mendampingi istrinya saat persalinan memiliki tingkat
kecemasan sedang hingga berat. Handayani juga meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan suami antara lain kurangnya pengalaman, faktor
sosial budaya yang kurang mendukung, dan kekhawatiran terhadap
keselamatan istri dan anaknya. Tingkat kecemasan pada suami dipengaruhi

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


23

oleh persepsi suami tentang kekhawatirannya tentang keselamatan istri dan


anaknya.

Adaptasi psikologis yang terjadi pada saami menjadi indikator penting dalam
menilai komponen efektif pada sikap suami terhadap persalinan. Banyak
penelitian yang menjelaskan bagaimana ketakutan dan kecemasan yang
dialami oleh suami menjelang dan saat proses persalina (Johnson, 2002;
Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Suami dianggap tidak terlalu penting
untuk mendampingi istri bersalin. Suami merasa tidak berguna, ragu,
canggung, kurang siap, dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya untuk memberikan dukungan yang baik bagi istrinya dalam
proses persalinan.

Komponen konatif merupakan komponen yang menunjukan kecenderungan


perilaku suami yang akan diambil terhadap pendampingan persalinan.
Dengan bermodal pengetahuan dan bagaimana proses adaptasi suami, suami
akan menunjukan perilaku positifnya terhadap kehamilan istri. Tindakan
antisipasi persalinan akan dilakukan suami menjelang persalinan istrinya
(Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Beberapa perilaku adaptasi yang
ditunjukan suami antara lain keaktifan suami dalam mencari informasi
tentang waktu perkiraan persalinan, tempat persalinan yang terbaik,
mempersiapkan biaya persalinan, hingga mempersiapkan transportasi dan
perlengkapan untuk bersalin. Suami akan berpikir bagaimana membawa istri
ke tempat fasilitas medis tepat waktu dan menentukan saat yang tepat untuk
pergi ke rumah sakit atau tempat bersalin.

Kecenderungan perilaku suami dapat dilihat dari keinginannya untuk hadir


dalam proses persalinan. perilaku positif akan ditunjukkan oleh suami jika
suami bersedia mendampingi istrinya dalam proses persalinan walaupun
tanpa diminta. Hasil penelitian Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010)
menunjukan bahwa suami yang hadir dalam proses persalinan karena alasan
permintaan istri dan keinginan yang muncul dari dalam diri suami untuk

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


24

mendapatkan pengalaman istimewa dalam menyaksikan proses persalinan


secara langsung.

Alasan positif lainnya suami mau mendampingi istrinya karena ada tekanan
sosial yang mempengaruhi peran suami menjadi seorang ayah. Penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2001) menjelaskan tentang adaptasi yang dilakukan
oleh suami lebih besar terjadi pada perubahan peran dan tanggung jawab
sebagai kepala keluarga. Penelitian lain menjelaskan alasan suami ingin
mendampingi istrinya karena suami ingin membantu istri untuk melahirkan
anak mereka bersama-sama dan merupakan tanggung jawab bagi kedua
pasangan untuk mempersiapkan mental mereka dalam transisi menjadi
orangtua (Johnson, 2002; Kainz & Eliasson, 2010). Johnson (2002)
menjelaskan alasan utama suami untuk bersedia menjadi pendamping
persalinan karena tekana sosial dari istri dan penolong persalinan (bidan atau
perawat). Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, kecenderungan sikap
suami terhadap pendampingan persalinan ternyata dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal diri suami.

2.3.3 Pengukuran Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Sikap suami terhadap pendampingan persalinan dapat diukur dengan metode


kualitatif ataupun kuantitatif, tentunya dengan menggunakan teori-teori yang
sudah ada. Metode kualitatif yang pernah digunakan yaitu dengan metode
wawancara untuk menanyakan persepsi dan pengalaman para suami dalam
proses pendampingan persalinan, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Hallgren, Kihlgren, Forslin, dan Norberg (1998), Sapkota, Kobayashi, dan
Takase (2010), Backstrom dan Wahn (2011). Metode penelitian kuantitatif
untuk mengukur sikap suami dapat dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang berskala Linkert, sesuai dengan teori pengukuran sikap dalam
ilmu psikologi (Azwar, 2007; Sarwono, 2010). Berdasarkan penelitian
sebelumnya, pengembangan kuesioner yang baku untuk pengukuran sikap
suami terhadap pendampingan persalinan hingga saat ini belum ada.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


25

Julkunen dan Liukkoken (1998) melakukan penelitian tentang pengalaman


suami dalam persalinan dengan menggunakan kombinasi metode kuantitatif
dan kualitatif. Metode kuantitatif dalam penelitian tersebut dengan
menggunakan sebuah kuesioner yang tidak disebutkan namanya. Dalam
penelitian tersebut hanya dijelaskan bahwa kuesioner berisi variabel tentang
perasaan suami saat proses persalinan (sebanyak 37 variabel) dan pertanyaan
tentang bentuk pelayanan maternitas yang membantu untuk mendukung
suami dalam proses persalinan (sebanyak 19 variabel). Pertanyaan tentang
perasaan suami selama proses persalinan dibagi dalam empat faktor yaitu
perasaan tidak nyaman, perasaan senang dan bangga, perasaan berhubungan
dengan sikap penolong persalinan, dan perasaan yang berkaitan dengan
lingkungan perawatan ibu bersalin.

Banyak penelitian yang mengkaji tentang kebutuhan suami dalam kaitannya


dengan informasi dan pendidikan antenatal (Julkunen & Liukkoken, 1998;
Gage & Kirk, 2002; Medina & Setty, 2007), tetapi belum ada yang
mengembangkan alat untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam
kaitannya dengan proses persalinan (Martin, 2008). Dengan latar belakang
tersebut, Martin (2008) berusaha mengembangkan sebuah instrumen yang
digunakan untuk mengukur sikap suami terhadap persalinan yang dapat dapat
memfasilitasi perawat untuk memberikan perawatan intranatal lebih holistik,
yaitu Skala Partisipasi Persalinan (Birth Paticipatian Scale).

Skala Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin (2008) memiliki


beberapa manfaat dan tujuan. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah suami benar-benar ingin hadir pada saat persalinan,
mengidentifikasi kebutuhan suami secara individual berkaitan dengan
partisipasi persalinan; mengidentifikasi aspek ketidakpuasan terhadap proses
persalinan yang dapat diperbaiki dengan perawatan psikologis yang baik.
Selain itu, hasil penilaian dari Skala Partisipasi Persalinan dapat digunakan
untuk berkorelasi dengan faktor lain, yaitu transisi menjadi ayah, adaptasi
psikologis suami, serta dapat digunakan untuk membandingkan model-model
dalam sistem keperawatan sebagai sebuah instrumen yang berdiri sendiri,

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


26

atau sebagai tes skrining sebelum untuk mendalami metode kualitatif. Martin
(2008) tidak menjelaskan berapa hasil uji validitas dan reliabilitas
penggunaan instrumen Skala Partisipasi Persalinan dalam penelitiannya, dan
dari hasil penelusuran literatur lainnya juga tidak ditemukan lagi tentang
penggunaan Skala Partisipasi Persalinan.

2.3.4 Peran Suami dalam Proses Persalinan

Pendamping persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang yang
dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal diharapkan
dapat menjadi pendamping secara aktif dalam proses persalinan. Harapan
terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua suami, tergantung dari
tingkat kesiapan suami menghadapi proses persalinan secara langsung. Ada
tiga jenis peran yang dapat dilakukan oleh suami selama proses persalinan
yaitu peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan peran sebagai saksi (Bobak,
Lowdermilk, & Perry, 2004).

Peran sebagai pelatih diperlihatkan suami secara aktif dalam membantu


proses persalinan istri, pada saat kontraksi hingga selesai persalinan. Ibu
menunjukan keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam proses
persalinan (Smith, 1999; Kainz & Eliasson, 2010). Peran sebagai pelatih
ditunjukkan dengan keinginan yang kuat dari suami untuk mengendalikan diri
dan ikut mengontrol proses persalinan. Beberapa dukungan yang diberikan
suami dalam perannya sebagai pelatih antara lain memberikan bantuan teknik
pernapasan yang efektif dan memberikan pijatan di daerah punggung. Selain
itu, suami juga memiliki inisiatif untuk lebih peka dalam merespon nyeri
yang dialami oleh ibu, dalam hal ini ikut membantu memantau atau
mengontrol peningkatan nyeri.

Hasil penelitian Kainz & Eliasson (2010) terhadap 67 ibu primipara di


Sewedia, menunjukan bahwa peran aktif suami yaitu membantu bidan atau
perawat untuk memantau peningkatan rasa nyeri, mengontrol adanya
pengurangan nyeri, dan mengontrol kontraksi. Selain peran tersebut, para
suami juga memberikan bantuan untuk menjadi advokat ketika ibu ingin

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


27

berkomunikasi dengan bidan atau perawat selama proses persalinan. Pada


persalinan tahap satu dan tahap dua, sering kali fokus perawat atau bidan
ditujukan kepada bayi, sehingga ibu merasa kesulitan untuk berbicara dengan
bidan atau perawat. Dalam kondisi ini, kehadiran suami akan sangat
membantu jika suami peka dengan apa yang ingin dikatakan istrinya dan
berusaha menyampaikannya kepada bidan atau perawat.

Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai teman satu tim,
ditunjukkan dengan tindakan suami yang membantu memenuhi permintaan
ibu selama proses persalinan dan melahirkan. Dalam peran ini, suami akan
berespon terhadap permintaan ibu untuk mendapat dukungan fisik, dukungan
emosi, atau keduanya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran suami
sebagai teman satu tim biasanya sebagai pembantu atau pendamping ibu, dan
biasanya suami diingatkan atau diberitahukan tentang perannya oleh perawat.
Smith (1999) dan Kainz & Eliasson (2010) menjelaskan bentuk dukungan
fisik yang dapat diberikan yaitu dukungan secara umum seperti memberi
posisi yang nyaman, memberikan minum, menemani ibu ketika pergi ke
kamar kecil, memegang tangan dan kaki, atau menyeka keringat yang ada di
dahi ibu. Bentuk dukungan fisik yang menggunakan sentuhan, menujukkan
ekspresi psikologis dan emosional suami yaitu rasa peduli, empati, dan
simpati terhadap kondisi ibu yang sedang merasakan nyeri hebat dalam
proses persalinan (Smith, 1999).

Sementara itu, dukungan emosional yang dapat diberikan oleh suami antara
lain membantu menenangkan ibu dengan kata-kata yang memberikan
penguatan (reinforcement) positif. Ibu dapat merasakan ketenangan dan
mendapat kekuatan yang hebat ketika suaminya menggenggam tangannya
(Kainz & Eliasson, 2010). Pengaruh psikologis inilah yang menjadi salah satu
nilai lebih yang mampu diberikan oleh suami kepada istrinya. Oleh karena
itu, kehadiran suami dalam proses persalinan perlu diberikan penghargaan
yang tinggi dan perlu mendapat dukungan dari perawat atau bidan yang
menolong persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


28

Suami yang hanya berperan sebagai saksi menunjukkan keterlibatan yang


kurang dibandingkan peran sebagai pelatih atau teman satu tim. Dalam
berperan sebagai saksi, suami hanya memberi dukungan emosi dan moral saja
(Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Biasanya suami tetap memperhatikan
kondisi ibu bersalin, tetapi sering kali suami hanya menunggu istri di luar
ruang persalinan, dan melakukan aktivitas lain seperti tertidur, menonton TV,
atau meninggalkan ruangan dalam waktu yang agak lama. Perilaku ini
ditunjukan suami karena mereka yakin tidak banyak yang dapat mereka
lakukan, sehingga menyerahkan sepenuhnya pada perawat dan penolong
persalinan. Alasan suami memilih peran hanya sebagai saksi karena
kurangnya kepercayaan diri atau memang kehadirannya kurang diinginkan
oleh istri.

Ketiga peran suami dalam proses persalinan dapat diidentifikasi dari


keinginan dan pengetahuan suami tentang peran utamanya sebagai
pendamping persalinan. Sikap suami untuk menjadi pendamping persalinan
dapat ditunjukan dengan tindakannya dalam antisipasi persalinan. Suami
dapat mempersiapkan diri sendiri sebelum hari persalinan, seperti
mempersiapkan segala kebutuhan selama mendampingi istri di rumah sakit
atau tempat bersalin. Suami dapat meminta informasi atau mengajukan
pertanyaan kepada dokter, bidan, atau perawat untuk mengetahui apa yang
dapat diterima, dipertimbangkan atau ditolak.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


29

2.4 Bagan, Ringkasan, Literatur

Gambar 2.1 Ringkasan Tinjauan Literatur

Faktor yang mempengaruhi proses persalinan


(Bobak, Lowdwermilk, & Perry, 2004; Ricci & Kyle, 2009; Ward & Hisley, 2009)

Janin & Plasenta Jalan Lahir Pertimbangan Kondisi Posisi Ibu saat Kekuatan Ibu
Psikososial Ibu melahirkan

Dukungan dari Suami sebagai


Pendampingan Persalinan

Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan:


Komponen kognitif pengetahuan
Komponen afektif perasaan
Komponen konatif kecenderungan perilaku
(Azwar, 2007)

Bentuk Dukungan Suami dalam Proses Persalinan: Faktor yang mempengaruhi


Membantu memenuhi kebutuhan dasar ibu sikap suami terhadap
(memberi minum, mengantar ke kamar mandi) pendampingan persalinan
Menjadi advokat bagi ibu untuk berkomunikasi (Azwar, 2007):
dengan penolong persalinan Pengalaman
Membantu ibu melakukan teknik relaksasi Situasi saat ini
Merespon nyeri yang dirasakan ibu (memantau dan Harapan suami
merespon)
Dukungan fisik (memberi sentuhan dengan menyeka
keringat ibu, memijat punggung ibu, menggenggam
tangan ibu, membantu memberikan posisi yang Faktor penyebab ketakutan dan
nyaman) kecemasan suami terhadap proses
Dukungan emosional persalinan:
(Smith, 1999; Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004; Takut dengan ancaman kematian
Kainz & Eliasson, 2010) istri dan bayinya
Cemas dengan proses persalinan
yang penuh tekanan
Kurang keyakinan dan percaya
Peran Suami dalam Proses Persalinan: diri menjadi pendamping
Pelatih persalinan
Kurangnya dukungan sosial
Teman satu tim
Saksi (Martin, 2008; Sapkota, Kobayashi, &
(Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004) Takase, 2010)

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk


mengetahui gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

Berikut ini adalah kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sikap Suami terhadap


Pendampingan Persalinan

Variabel yang diteliti:


Sikap Suami :
Pendampingan Persalinan
Positif
Negatif

30 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


31

3.2 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
Variabel yang diteliti

Sikap suami Kecenderungan suami Kuesioner yang Pertanyaan tentang sikap suami yang Hasil pengukuran Ordinal
terhadap yang mencerminkan telah dimodifikasi: terbagi dalam sub variabel: dikategorikan dalam:
pendampingan dukungan positif atau Kuesioner Pengetahuan suami tentang Sikap positif: hasil
persalinan dukungan negatif
Pengetahuan pendampingan persalinan (komponen pengukuran skala
terhadap peran suami
Pendampingan kognitif) menggunakan kuesioner Likert dan skala
untuk menjadi
Persalinan untuk Pengetahuan Pendampingan Guttman memiliki
pendamping bagi
mengukur Persalinan yang berisi 10 pertanyaan, total nilai : 75-110
istrinya selama proses
komponen diukur dengan skala Guttman yang Sikap negatif: hasil
persalinan.
kognitif. menghasilkan skala 1 untuk jawaban
pengukuran skala
Kuesioner Skala Benar, dan skala 0 untuk jawaban
Likert dan skala
Salah. (Pertanyaan nomor 1-10).
Partisipasi Guttman memiliki
Persalinan untuk Perasaan suami menjelang persalinan total nilai : 25-74
mengukur dan perasaan yang akan dirasakan saat
komponen proses pendampingan persalinan
afektif dan (komponen afektif) menggunakan
konatif . Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan
yang berisi 17 pertanyaan, diukur
dengan skala Likert berskala empat
yaitu Sangat Setuju: skala 1, Setuju:
skala 2, Tidak Setuju : skala 3, dan
Sangat Tidak Setuju: skala 4.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


32

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
Pertanyaan nomor 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
12, 13, 15, 16, 18, 21, 23,dan 24.
Kecenderungan perilaku suami yang
akan diambil terhadap pendampingan
persalinan (komponen konatif)
menggunakan Kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan yang berisi 8
pertanyaan, diukur dengan skala
Likert berskala empat yaitu Sangat
Setuju: skala 1, Setuju: skala 2 , Tidak
Setuju : skala 3, dan Sangat Tidak
Setuju: skala 4. Pertanyaan nomor 1,
2, 3, 8, 14, 17, 19, 20, 22, 25.
Data Demografi
a. Usia Lamanya waktu hidup Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan yang Hasil pengukuran untuk Ordinal
responden suami saat dapat diisi dengan pilihan jawaban usia suami:
pengambilan data rentang usia: < 20 tahun, 21-30 tahun, < 20 tahun
31-40 tahun, dan > 40 tahun. 21-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
b. Pekerjaan Jenis pekerjaan Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dalam Hasil pengukuran Nominal
responden saat dengan pilihan jawaban PNS, Karyawan untuk kategorik latar
pengambilan data swasta, Wiraswata, dan lain-lain (harus belakang pendidikan
diisi jenis pekerjaannya). orang tua:

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


33

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
PNS,
Karyawan swasta
Wiraswata
Lain-lain

c. Agama Agama yang dianut oleh Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Nominal
responden. pilihan jawaban agama Islam, Katholik, untuk kategorik latar
Protestan, Hindu, Budha. belakang pendidikan
orang tua:
Islam
Katholik
Protestan
Hindu
Budha

d. Pendidikan Pendidikan terakhir yang Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dalam Hasil pengukuran Ordinal
ditempuh oleh reponden dengan pilihan jawaban SD, SMP, untuk kategorik latar
atau suami SMA, akademi/ perguruan tingi belakang pendidikan
orang tua:
Rendah : < SD
Cukup : SMP-SMA
Tinggi : akademi-
Perguruan Tinggi

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


34

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
e. Suku Kebudayaan yang dianut Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Nominal
oleh responden pilihan suku-suku yang ada atau untuk kategorik latar
menuliskan suku asalnya jika tidak belakang pendidikan
terdapat dalam pilihan. orang tua:
Jawa
Sunda
Betawi
Minang/ Padang
Lain-lain

f. Usia Usia kehamilan istri dari Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
kehamilan responden pilihan jawaban trimester 1, trimester 2, untuk kategorik latar
istri trimester 3. belakang pendidikan
orang tua:
Trimester 1
(usia < 3 bulan)
Trimester 1
(usia >3 bulan-6
bulan)
Trimester 2
(usia > 6)

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


35

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara pengukuran Hasil Ukur
pengukuran
g. Kehamilan Kehamilan istri Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
istri saat ini responden saat dilakukan pilihan jawaban satu, dua, tiga, atau untuk kategorik jumlah
penelitian lebih dari tiga kehamilan istri saat ini:
Satu
Dua
Tiga
> Empat

h. Jumlah Jumlah anak yang Kuesioner Peneliti memberikan pertanyaan dengan Hasil pengukuran Ordinal
anak yang dimiliki responden saat pilihan jawaban pertama, kedua, dan untuk kategorik jumlah
hidup ini (yang masih hidup) lebih dari dua. anak yang hidup:
Nol
Pertama
Kedua
Ketiga atau lebih

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif


sederhana (simple description). Tujuan penggunaan desain penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran sikap suami terhadap pendampingan
persalinan.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para suami yang istrinya
sedang hamil di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Sampel yang diambil adalah para suami dari ibu hamil di wilayah kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sebanyak 103 responden telah diambil
untuk menjadi sampel dalam penelitian ini dan tidak ada missing data karena
semua responden telah menjawab seluruh pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner dengan lengkap.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan


metode consecutive sampling (Dharma, 2011). Alasan pemilihan metode ini
karena jumlah populasi yang diinginkan dalam tujuan penelitian ini tidak
dapat diketahui secara pasti jumlah populasi suami dari ibu hamil di wilayah
tersebut sehingga sampel yang diambil hanya yang dijumpai di tempat
penelitian dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Banyaknya sampel
yang digunakan sesuai dengan jumlah responden yang ada saat penelitian
dilakukan.

Pemenuhan layak atau tidaknya sampel yang mewakili populasi untuk diteliti
dapat ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini antara lain responden yang bersedia mengikuti penelitian, sehat mental,
bisa membaca dan menulis, dan memiliki istri yang sedang hamil. Kriteria
usia kehamilan istri reponden tidak dibatasi karena penelitian ini mengambil
suami dari ibu hamil sebagai responden.

36 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


37

4.3 Etika Penelitian

Peneliti mengadakan pendekatan dengan calon responden yang telah


memenuhi kriteria sampel yang akan dilakukan sebelum pengumpulan data.
Kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, harapan, dan metode
penelitian yang dilakukan, serta peranan responden dalam penelitian ini.

Peneliti menjamin hak-hak responden penelitian sesuai dengan prinsip etika


penelitian yaitu beneficience (bebas bahaya dan eksploitasi serta manfaat dan
kerugian bila terlibat dalam penelitian), self determination (menghargai
martabat manusia), dan penjelasan lengkap tentang tujuan dan prosedur
dengan menggunakan inform consent (informasi yang dapat digunakan
responden untuk membuat keputusan apakah akan terlibat langsung atau
menolak penelitian), justice (menjaga hak privasi), memberikan hak otonomi
(tidak mengidentifikasi identitas subjek), dan confidentiality (menjaga
kerahasiaan informasi).

Prinsip beneficience dilakukan dengan cara peneliti akan menjelaskan


manfaat dan tujuan penelitian kepada responden sebelum responden
berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti juga menjamin kerahasiaan identitas
dan kerahasiaan data untuk memenuhi prinsip justice dan confidentiality.
Semua berkas yang mencantumkan identitas responden dan penelitian yang
digunakan untuk keperluan pengolahan data, akan dimusnahkan setelah tidak
diperlukan lagi. Peneliti membuat surat persetujuan untuk responden yang
berpartisipasi dalam penelitian sebelum mengumpulkan data sesuai prinsip
inform consent. Prinsip self determination dilakukan dengan cara menghargai
hak responden untuk menolak keikutsertaan dalam penelitian.

Responden harus mengetahui bahwa hasil penelitian akan bermanfaat dan


tidak merugikan responden (Burns & Grove, 2001). Jika responden bersedia
menyatakan bersedia berpartisipasi maka peneliti meminta responden untuk
menandatangani surat persetujuan atau inform consent sebagai responden.
Setelah responden mengisi lembar persetujuan, peneliti akan memberikan
lembar kuesioner penelitian untuk selanjutnya diisi oleh responden.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


38

4.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta


Selatan yaitu di salah satu klinik bersalin dan puskesmas kecamatan. Waktu
penelitian dimulai pada tanggal 26 April hingga 31 Mei 2011, dan rincian
laporan jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran. Pemilihan tempat
penelitian dengan alasan sampel di tempat tersebut karena di lokasi tersebut
belum pernah dilakukan penelitian tentang topik ini. Alasan lainnya adalah lokasi
tersebut memenuhi kriteria sampel penelitian sehingga memudahkan peneliti
melakukan penelitian dan lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti
sehingga peneliti lebih mengenal wilayah tersebut sebelumnya.

4.5 Alat Pengumpul Data


Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner penelitian.
Kuesioner tersebut berisi pertanyaan yang bersifat tertutup berdasarkan
variabel-variabel yang diteliti yaitu sikap suami terhadap pendampingan
persalinan dan data demografi responden.

4.5.1 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu berkas form data responden dan dua bagian
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Bagian yang pertama berisi data
demografi responden yang bertujuan untuk mendapatkan karakteristik
responden. Data demografi yang diambil antara lain usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, usia kehamilan istri, kehamilan istri saat merupakan
kehamilan keberapa, dan jumlah anak yang masih hidup.

Bagian berikutnya adalah kuesioner yang bertujuan untuk menilai komponen


kognitif sikap, atau tingkat pengetahuan responden tentang pendampingan
persalinan. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang ada pada
bagian tinjauan pustaka sebelumnya. Materi yang ditanyakan dalam kuesioner
pertama ini meliputi pengertian, peran, dan bentuk dukungan suami dalam
pendampingan persalinan. Ada sepuluh pertanyaan tertutup yang akan
ditanyakan dengan menggunakan format skala Guttman. Skala untuk

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


39

kuesioner ini bernilai 1 untuk setiap jawaban yang benar, dan bernilai 0 untuk
jawaban yang salah. Hasil pengukuran pada skala Guttman ini akan
ditambahkan dengan hasil pengukuran dalam kuesioner bagian kedua
sehingga akan mendapatkan kategori sikap positif atau negatif.

Kuesioner kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Partisipasi
Persalinan atau Birth Participation Scale (BPS). Kuesioner BPS ini
merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai komponen afektif dan
konatif sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Komponen afektif
yang ditanyakan dalam BPS ini berisi tentang perasaan suami terhadap
pendampingan persalinan atau adaptasi psikologis suami terhadap proses
persalinan seperti kecemasan, ketakutan, keyakinan diri, dan kepercayaan diri
suami. Sedangkan komponen konatif terdiri dari materi tentang keinginan dan
persiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Pembagian jumlah
pertanyaan dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan ini antara lain

Skala Partisipasi Persalinan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan


instrumen yang dikembangkan oleh Martin pada tahun 2008. Skala Partisipasi
Persalinan dibuat oleh Martin dengan merujuk pada hasil penelitian-
penelitian sebelumnya yang lebih banyak mengkaji tentang kebutuhan suami
dalam kaitannya dengan informasi dan pendidikan antenatal (Julkunen &
Liukkoken, 1998; Gage & Kirk, 2002; Medina & Setty, 2007). Akan tetapi,
dalam penelitian sebelumnya tiadak ada yang mengembangkan instrumen
untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam kaitannya dengan proses
persalinan (Martin, 2008). Oleh karena itu, Martin melakukan sebuah
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah instrumen yang
dapat digunakan untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam
kaitannya dalam partisipasi persalinan. Implikasi praktis dari penggunaan
Skala Partsipasi Pesalinan (BPS) adalah untuk mengidentifikasi apakah suami
benar-benar ingin hadir pada saat kelahiran, memastikan kehadiran ayah
sehubungan dengan pendampingan persalinan, dan menyesuaikan persiapan
persalinan untuk menemukan kebutuhan individual suami.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


40

Penelitian kuantitatif yang dilakukan Martin (2008) di Rumah Sakit Umum


Daerah York, Inggris, menggunakan responden yaitu para suami yang ada di
unit bersalin rumah sakit tersebut. Selanjutnya responden dikelompokan
dalam kelompok suami yang memiliki pengalaman pertama dan kelompok
suami yang memiliki pengalaman kedua dalam pendampingan persalinan.
Martin mengambil data dari responden sebanyak dua kali, yaitu sebelum
persalinan (n=42) dan setelah partisipasi atau pendampingan persalinan
(n=36). Selisih skor antara dua kondisi tersebut digunakan untuk menilai
sikap suami terhadap pendampingan persalinan, apakah sikapnya positif atau
negatif. Skor yang diambil paska persalinan menunjukkan pergeseran kecil ke
arah sikap yang positif, saat pengambilan data pertama (p=0,01) dan saat
pengambilan data kedua (p=0,02), dengan hanya 4% dari hasil penelitian
yang menunjukan bahwa pendampingan persalinan lebih sulit dari yang
diharapkan oleh para suami tersebut.

Skala Partisipasi Persalinan (BPS) yang dikembangkan oleh Martin (2008)


berisi 25 poin pertanyaan tertutup yang dapat dijawab responden dengan
skala Likert yang menggunakan lima pilihan jawaban: sangat setuju, setuju,
agak setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Rentang total nilai pada
BPS antara 25-125, yang berarti total nilai terendah 25 dan tertinggi 125.
Sikap positif dikategorikan untuk total nilai > mean, sedangkan sikap negatif
dikategorikan untuk total nilai < mean. Hasil uji validitas dan reliabilitas
Skala Partisipasi Persalinan tidak dijelaskan oleh Martin (2008) dalam
penelitiannya tentang sikap suami terhadap persalinan. Martin (2008) hanya
menunjukan nilai mean pada BPS yang diambil pada pengalaman pertama
suami menjadi ayah, yaitu mean total nilai 109 sebelum pendampingan
persalinan dan mean total nilai 116 setelah pedampingan persalinan.
Sedangkan pada suami yang memiliki pengalaman kedua kalinya dalam
pendampingan persalinan menunjukan skor BPS dengan mean total nilai 113
sebelum proses pendampingan persalinan dan 116 setelah pendampingan
persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


41

Penelitian ini akan menggunakan kuesioner hasil modifikasi dari Skala


Partisipasi Persalinan, yaitu menyesuaikan isi pertanyaan ke dalam bahasa
Indonesia dan menggunakan skala Likert berskala empat. Cara pengukuran
dengan skala Likert berskala empat akan memberikan pilihan jawaban sangat
setuju (skala 1), setuju (skala 2), tidak setuju (skala 3), dan sangat tidak setuju
(skala 4). Peneliti menggunakan Likert berskala empat karena skala yang
berjumlah genap dianggap lebih baik daripada skala yang berjumlah ganjil.
Alasan ini berdasarkan asumsi bahwa responden lebih cenderung memilih
jawaban tengah jika diberikan pertanyaan yang berskala ganjil.

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian telah diuji terlebih dahulu


validitas dan reliabilitasnya untuk menentukan apakah intrumen ini sesuai
untuk digunakan pada kriteria sampel yang akan dituju. Uji instrumen ini
dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian tetapi memiliki
karakteristik yang sama dengan responden yang akan terlibat dalam
penelitian. Responden untuk pengujian instrumen ini diambil dari populasi
yang sama dengan responden penelitian karena diasumsikan memiliki
karakteristik yang sama dengan sampel penelitian, namun responden dalam
uji validitas ini tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Sebelum
dilakukan uji validitas, peneliti melakukan uji kelayakan baca dengan metode
face validity kepada 5 orang responden yang memiliki karakteristik yang
sama dengan sampel penelitian. Tujuan uji kelayakan baca instrumen adalah
untuk menilai apakah instrumen yang akan digunakan dalam uji validitas
dapat dipahami oleh responden.

Uji validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatu instrumen, maksudnya


adalah instrumen akan dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur (Dharma, 2011). Uji instrumen ini penting untuk
dilakukan walaupun instrumen pernah digunakan dalam penelitian lain
sebelumnya yang sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Salah satunya

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


42

adalah pengujian instrumen Skala Partisipasi Persalinan (BPS), yang pernah


digunakan dalam penelitian Martin (2008) di salah satu rumah sakit di
Inggris. Sebelum melakukan uji validitas, peneliti menerjemahkan instrumen
BPS dari sumber awalnya menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia dengan bantuan jasa penerjemah dari Lembaga Bahasa
Internasional (LBI). Setelah itu, pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner BPS dibuat dengan berdasarkan hasil penerjemahan dan
disesuaikan menjadi kalimat yang dapat dipahami dengan mudah oleh
responden.

Semua kuesioner dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan


menggunakan responden sebanyak 30 orang yang diambil dari tempat yang
sama untuk dilakukan penelitian yaitu Puskesmas Mampang Prapatan dan
Klinik Bersalin Yayasan Istaqim. Alasan pemilihan responden uji validitas di
tempat tersebut karena responden di sana memiliki karakteristik yang sama
dengan responden yang akan terlibat dalam penelitian. Responden diminta
untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, dan secara otomatis
responden yang terlibat dalam uji validitas tidak dapat terlibat dalam
penelitian yang sebenarnya.

Prosedur yang digunakan untuk uji validitas instrumen sikap suami terhadap
pendampingan persalinan adalah uji validitas konstruk. Jenis uji validitas
konstruk yang digunakan adalah metode atau teknik homogenitas item
(internal consistency) dengan menggunakan formula korelasi Pearson
Product Moment. Alasan penggunaan metode ini karena metode ini
mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan skor totalnya. Pertanyaan
yang akan digunakan dalam instrumen ini adalah pertanyaan yang memiliki
nilai korelasi antara skor item dan skor total (item-total correlation) atau nilai
r > 0,3. Dengan nilai tersebut diharapkan nilai koefisien alpha menjadi lebih
tinggi. Metode analisis item prosedurnya sama dengan korelasi Pearson
Product Moment, hanya saja pemaknaannya yang akan berbeda dengan hasil
uji validitas.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


43

Uji reliabilitas dilakukan dengan prosedur covarian item, untuk menentukan


konsistensi internal alat ukur. Prosedur ini dipilih dengan alasan lebih praktis
dan efisien karena hanya memerlukan satu kali uji. Berdasarkan referensi
Dharma (2011), metode Cronbach alpha lebih tepat digunakan untuk
mengukur reliabilitas pada skala Linkert, karena metode ini mengukur rasio
jumlah varian dari satu item dengan varian skor total. Sedangkan untuk
kuesioner yang memakai skala Guttman (skala dikotomi), menggunakan
korelasi Biserial yang dapat menghasilkan koefisien reliabilitas berdasarkan
konsistensi respon dari subjek terhadap seluruh item instrumen (Sutanto,
2007). Metode varian yang digunakan dalam untuk mengukur reliabilitas
dalam instrumen penelitian Skala Guttman ini tetap menggunakan metode
Cronbach alpha.

Berikut ini hasil uji validitas instrumen yang dilakukan sebelum dan setelah
pengambilan data penelitian asli.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan


Sebelum dan Setelah Pengambilan Data Penelitian Asli
Waktu Nilai Pertanyaan Pertanyaan
tabel Cronbach alpha Valid Tidak Valid
Nilai
0,3061r
Uji 1 p-value
0,05 0,752 15 10
pengujian (n=30)
0,163
Uji 2 0,05 0,863 24 1
(n=103)

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
pada instrumen Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan, nilai cronbach alpha
> 6 sehingga kuesoner tersebut reliabel sehingga untuk pertanyaan yang tidak
valid tidak harus dihilangkan, dan hanya dilakukan perbaikan kalimat dan uji
baca kembali. Setelah dilakukan penelitian selama hampir sebulan, pada
instrumen tersebut dilakukan kembali uji validitas untuk melihat sejauh mana
instrumen tersebut valid dan reliabel. Hasilnya adalah hanya ada 1 pertanyaan
yang masih kurang valid yaitu pertanyaan nomor 9, sedangkan pertanyaan
lainnya bernilai valid. Dengan demikian, instrumen penelitian ini dapat
dikatakan berhasil dimodifikasi untuk digunakan kepada responden yang
dituju sesuai dengan karakteristik responden di tempat penelitian.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


44

Hasil uji validitas pada kuesioner Pengetahuan tentang Pendampingan


Persalinan menggunakan korelasi biserial diperoleh data sebagai berikut:
total total total total total total total total total total
item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10
Nilai 0,42 0, 21 0,61 -0,20 0,59 -0,26 0,65 0,83 -0,38 0,55
Biserial
p-value 0,97 0,27 0,97 0,47 0,83 0,93 0,83 0,90 0,73 0,83

Hasil korelasi di atas, nilai p-value biasanya mengindikasikan tingkat


kesulitan item pertanyaan sedangkan nilai biserial mengindikasikan kualitan
item yang diberikan atau biasa diketahui sebagai indikator item pertanyaan
yang bermasalah. Nilai negatif pada item 2, 6, dan 9 menunjukkan bahwa
item-item tersebut kemungkinan bermasalah atau kurang sesuai terhadap
tujuan dari tes yang dilakukan. Selain itu item nomor 2 juga menunjukkan
nilai biserial rendah juga mengindikasikan terdapat permasalahan pada item
pertanyaan tersebut. Item nomor 2 merupakan pertanyaan yang paling banyak
dijawab salah oleh responden. Hal ini sesuai dengan kriteria statistik karena
item nomor 2 memiliki nilai p-value terendah 0,26.

Nilai biserial dan signifikansi yang relatif tinggi secara berturut-turut adalah
item nomor 1, 3, 5, 7, 8, dan 10 menunjukkan kualitas item pertanyaan yang
baik dan tingkat kesulitan yang baik. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu
diperbaiki adalah item pertanyaan yang nomor 2, 4, 6, dan 9. Perbaikan
pertanyaan dilakukan dengan memperbaiki isi dan kalimat pertanyaan.

4.6 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di wilayah kecamatan Mampang Prapatan,


Jakarta Selatan dengan tahapan prosedur sebagai berikut:

1. Setelah proposal disetujui oleh kordinator mata ajar dan pembimbing,


maka setelah itu dilanjutkan dengan membawa surat permohonan dari
FIK UI untuk melakukan uji validatas dan uji reliabilitas. Waktu
pengambilan data uji validitas dilakukan 19-22 April 2012. Uji validitas
dan reliabilitas dilakukan di tempat yang sama dengan tempat penelitian,

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


45

yaitu Klinik Bersalin Yayasan Istaqim di wilayah Mampang Prapatan,


Jakarta Selatan. Alasan pemilihan tempat tersebut karena calon responden
yang ada di tempat tersebut memiliki kriteria yang sama dengan calon
responden yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu suami yang
istrinya sedang hamil dan berada di wilayah yang sama dengan wilayah
tempat dilakukan penelitian. Alasan lainnya karena berdasarkan estimasi
dari data ibu hamil di klinik tersebut, jumlah populasi ibu hamil yang
ditemani suaminya ke tempat tersebut mencukupi sejumlah responden
yang diperlukan untuk uji validitas dan penelitian yang akan dilakukan.

2. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas Mampang


Prapatan dan Klinik Bersalin Yayasan Istaqim, peneliti kemudian mencari
calon responden yang memenuhi kriteria sampel dengan bantuan data
statistik dari puskesmas dan klinik bersalin setempat, serta melakukan
observasi langsung di lokasi penelitian. Setelah mendapatkan data dan
menemukan calon responden yang memenuhi kriteria, peneliti akan
segera menemui calon responden untuk meminta calon responden mengisi
kuesioner yang telah disediakan.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian


karena data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan
informasi apa-apa. Pengolahan data dilakukan dengan cara membuat data
mentah menjadi informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian. Data-data
yang telah terkumpul diolah dengan program komputer SPSS 16 untuk
memperoleh hasil yang cepat dan akurat. Berikut ini langkah-langkah yang
telah dilakukan (Notoadmodjo, 2010; Dharma, 2011) adalah:
1. Editing
Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang sudah diperoleh, apakah
sudah lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan atau masih ada data
yang kurang lengkap. Kuesioner yang berhasil dikumpulkan sebanyak 103

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


46

kuesioner, dan semua kuesioner tersebut lolos tahap editing karena tidak
ada satu pun missing data.
2. Coding
Proses selanjutnya setelah editing adalah coding dengan memberi kode
terhadap variabel yang diperoleh sebelum pengolahan selanjutnya. Peneliti
memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai
berikut:
1) Usia: < 20 tahun diberi kode 1, 21-30 tahun diberi kode 2, 31-40
tahun tahun diberi kode 3, dan > 40 tahun diberi kode 4.
2) Pendidikan: < SD diberi kode 1, SMP-SMA diberi kode 2,
Akademi-Perguruan Tinggi diberi kode 3.
3) Pekerjaan: PNS diberi kode 1,wiraswasta diberi kode 2, karyawan
swasta diberi kode 3, dan pekerjaan lain-lain diberi kode 4.
4) Agama: Islam diberi kode 1, Protestan diberi kode 2, Katholik
diberi kode 3, Hindu diberi kode 4, dan Buddha diberi kode 5.
5) Suku: Jawa diberi kode 1, Betawi diberi kode 2, Sunda diberi
kode 3, Minang diberi kode 4, Batak diberi kode 5, Ambon
diberi kode 6, dan suku lain-lain diberi kode 6.
6) Usia kehamilan istri: 0-3 bulan diberi kode 1, 3-6 bulan diberi kode
2, 6-9 bulan diberi kode 3.
7) Kehamilan istri merupakan kehamilan ke- : pertama diberi kode 1,
kedua diberi kode 2, ketiga atau lebih diberi kode 3.
8) Jumlah anak responden yang masih hidup: nol diberi kode 1, satu
diberi kode 2, dua diberi kode 3, tiga atau lebih diberi kode 4.
9) Sub variabel komponen kognitif dengan kuesioner Pengetahuan
tentang Pendampingan Persalinan menggunakan 10 pernyataan.
Pernyataan nomor 1, 3, 5, 6, 7, dan 10 merupakan pernyataan positif
dengan setiap jawaban Benar diberi nilai 1 dan jawaban Salah diberi
nilai 0. Komponen kognitif baik diukur jika nilai skor total
kuesioner ini > 6 dan diberi kode 1 dengan label Baik. Sedangkan
komponen kognitif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 6
dan diberi kode 2 dengan label Kurang.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


47

Pertanyaan negatif nomor 2, 4, dan 9 diberi nilai 0 jika jawaban


Benar dan diberi nilai 1 jika jawaban Salah. Komponen kognitif
baik diukur jika nilai skor total kuesioner ini > 6 dan diberi kode 1
dengan label Baik. Sedangkan komponen kognitif kurang diukur
jika nilai skor total kuesioner ini < 6 dan diberi kode 2 dengan label
Kurang.
10) Sub variabel komponen afektif diukur dengan kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan menggunakan 15 pernyataan, yang terbagi ke
dalam pernyataan positif dan negatif. Pada pernyataan positif nomor 4,
5, 6, 7, 13, 15, 16, dan 21 diberi kode 4 jika jawaban Sangat Setuju,
diberi kode 3 jika jawaban Setuju, diberi kode 2 jika jawaban
Tidak Setuju, diberi kode 1 jika jawaban Sangat Tidak Setuju.
Pada pernyataan negatif nomor 9, 10, 11, 12, 18, 23, dan 24 diberi kode
1 jika jawaban Sangat Setuju, diberi kode 2 jika jawaban Setuju,
diberi kode 3 jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode 4 jika
jawaban Sangat Tidak Setuju.
Komponen afektif baik diukur jika nilai skor total kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan pada komponen afektif > 45 dan diberi kode 1
dengan label Positif. Sedangkan komponen afektif kurang diukur
jika nilai skor total kuesioner ini < 45 dan diberi kode 2 dengan
label Negatif.
11) Sub variabel komponen konatif diukur dengan kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan menggunakan 10 pernyataan, yang terbagi ke
dalam pernyataan positif dan negatif. Pada pernyataan positif nomor 1,
2, 3, 14, dan 19 diberi kode 4 jika jawaban Sangat Setuju, diberi
kode 3 jika jawaban Setuju, diberi kode 2 jika jawaban Tidak
Setuju, diberi kode 1 jika jawaban Sangat Tidak Setuju.
Pada pernyataan negatif nomor 8, 17, 20, 22, dan 25 diberi kode 1
jika jawaban Sangat Setuju, diberi kode 2 jika jawaban Setuju,
diberi kode 3 jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode 4 jika
jawaban Sangat Tidak Setuju.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


48

Komponen konatif baik diukur jika nilai skor total kuesioner Skala
Partisipasi Persalinan pada komponen konatif > 30 dan diberi kode
1 dengan label Positif. Sedangkan komponen konatif kurang
diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 30 dan diberi kode 2
dengan label Negatif.
12) Variabel sikap diukur dengan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan
menggunakan 25 pernyataan dan kuesioner Pengetahuan yang berisi
10 pertanyaan, yang terbagi ke dalam pernyataan positif dan negatif.
Pada kuesioner Skala Partisipasi Persalinan pernyataan positif nomor
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 14,15, 16, 19, dan 21 diberi kode 4 jika jawaban
Sangat Setuju, diberi kode 3 jika jawaban Setuju, diberi kode 2
jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode 1 jika jawaban Sangat Tidak
Setuju. Sedangkan pernyataan negatif nomor 8, 9, 10, 11, 12, 17, 18,
20, 22, 23, 24, dan 25 diberi kode berkebalikan dengan pengkodean
pernyataan positif.
Pengkodean dalam kuesioner Pengetahuan Suami tentang
Pendampingan Persalinan juga dilakukan dengan cara membagi
pernyataan ke dalam pernyataan postif dan negatif. Pemberikan kode
sama seperti cara coding pada sub varibel komponen kognitif.
Penilaian sikap baik diukur jika nilai skor total kuesioner Pengetahuan
Suami tentang Pendampingan Persalinan ditambah skor total
kuesioner Skala Partisipasi Persalinan bernilai 75-110 dan diberi kode
1 dengan label Sikap Positif. Sedangkan sikap negatif diukur jika
nilai skor total kedua kuesioner antara 25-74 dan diberi kode 2
dengan label Sikap Negatif.

3. Processing

Peneliti memasukan data-data yang telah diperoleh ke dalam komputer


dengan program yang sesuai. Data yang digunakan dimasukkan dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dan dimasukan ke dalam program SPSS
16 yang digunakan sebagai perangkat lunak pembantu pengolahan data
penelitian.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


49

4. Cleaning

Pembersihan data dilakukan untuk melihat kesalahan yang masih terjadi


dan memeriksa data pencilan yang mungkin ada. Setiap ditemukan
keanehan data, perlu dilakukan pengecekan ulang ke setiap kuesionernya.
Pada tahap ini, peneliti mengecek kembali adanya kemungkinan
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain.

4.8 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa univariat dalam menganalisa data hasil


penelitian. Analisis data univariat menganalisis statistik deskriptif atau
inferensial dengan hanya menggunakan satu variabel penelitian. Tujuan
penggunaan analisa univariat adalah untuk mendapatkan gambaran dan
distribusi karakteristik frekuensi yangg dipakai untuk mendeskripsikan setiap
variabel yang diteliti. Selain itu, analisa univariat ini digunakan pula untuk
menjelaskan hasil pengolahan data demografi.

Jenis analisis data univariat yang akan digunakan tergantung pada skala
pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian (Hastono & Sabri,
2010). Penelitian ini menggunakan sajian data berupa ditribusi frekuensi
karena jenis data yang digunakan merupakan skala ordinal dan nominal.
Analisa univariat yang dilakukan pertama adalah untuk menganalisa data
demografi atau karakteristik responden. Proses dilanjutkan dengan analisa
data yang dimulai dengan mentabulasi data demografi responden yang
meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan
pertanyaan tentang jumlah kehamilan istri serta jumlah anak responden.

Variabel sikap suami dianalis dengan menggunakan uji proporsi yang


menggunakan perbandingan frekuensi. Skala yang digunakan pada variabel
sikap adalah skala ordinal sehingga penentuan kategori dilakukan dengan
menentukan rentang nilai untuk setiap kategori sikap seperti yang telah
dituliskan dalam tabel definisi operasional pada Bab 3. Selanjutkan dilakukan
pula pengolahan data yang berisi variabel penelitian sikap suami terhadap

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


50

pendampingan persalinan yang terdiri dari dua buah kuesioner yaitu


kuesioner Pengetahuan Suami terhadap Pendampingan Persalinan dan
kuesioner Skala Partisipasi Persalinan. Persentase setiap kategori yang ada
didapat dari pembagian jumlah total suatu kategori dengan jumlah seluruh
responden dikalikan 100%. Hasil dari analisa tersebut disajikan dalam bentuk
tabel. Analisa univariat lainnya yang digunakan adalah dengan menyajikan
data crosstabs atau hasil tabulasi silang antara variabel sikap dengan
karakteristik responden untuk menganalisa apakah ada gambaran yang
signifikan antara karakteristik yang dimiliki responden dengan sikap yang
ditunjukan oleh responden.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan analisa univariat. Analisa univariat yang dijelaskan dalam hasil
penelitian ini yaitu karakteristik responden dan hasil pengukuran sikap suami
terhadap pendampingan persalinan.

5.1 Karakteristik Responden


Berikut ini gambaran karakteristik suami dari ibu hamil yang diambil sebagai
responden dalam penelitian ini.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Suami dan
Riwayat Obstetri Istri Responden di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012
Jumlah Persentase
Variabel Karakteristik
(n) (%)
Usia
< 21 tahun 2 1,9
21-30 tahun 52 50,5
31-40 tahun 47 45,6
>40 tahun 2 1,9
Pendidikan
< SD 1 1
SMP-SMA 75 72,8
Akademi/PT 27 26,2
Pekerjaan
PNS 2 1,9
Wiraswasta 24 23,3
Karyawan Swasta 75 72,8
Lain-lain 2 1,9
Agama
Islam 103 100
Non-Islam 0 0
Suku
Jawa 39 37,9
Betawi 50 48,5
Sunda 9 8,7
Minang 3 2,9
Lain-lain 2 1,9

Tabel bersambung

51 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


52

Sambungan tabel 5.1


Jumlah Persentase
Variabel Karakteristik
(n) (%)
Usia Kehamilan Istri
Trimester 1 14 13,6
Trimester 2 30 29,1
Trimester 3 59 57,3
Jumlah Kehamilan Istri hingga saat ini
Pertama 51 49,5
Kedua 34 33,0
Ketiga atau lebih 18 17,5
Jumlah Anak Hidup
Nol 53 51,5
Satu 32 31,1
Duan 13 12,6
Tiga atau lebih 5 4,9

Hasil analisa tabel 5.1 terlihat bahwa distribusi karakteristik responden yang
tidak merata untuk masing-masing data demografi. Sebagian besar reponden
berada dalam rentang usia 21-30 tahun sebanyak 50,5% (n=103). Distribusi
tingkat pendidikan responden menunjukan paling banyak responden memiliki
tingkat pendidikan menengah yaitu SMP hingga SMA yaitu 72,8% (n=103).
Karakteristik lainnya yaitu jenis pekerjaan responden. Sebanyak 72,8%
reponden bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan pada karakteristik
agama reponden memperlihatkan distribusi data yang sangat ekstrim. Hasil
analisa tabel 5.1 menunjukan dengan jelas bahwa seluruh responden yang
terlibat dalam penelitian ini beragama Islam. Jika dilihat dari suku asal
responden, paling banyak responden berasal dari suku Betawi sebanyak
48,5% (n=103).

Selain menyajikan data demografi, tabel 5.1 menunjukan distribusi riwayat


kehamilan istri dan jumlah anak responden. Hasil penelitian menunjukan
paling banyak istri responden berada dalam usia kehamilan trimester ketiga
57,3% (n=103). Distribusi jumlah kehamilan istri responden yang ditunjukan
pada tabel 5.1 di atas juga sangat bervariasi. Proporsi terbesar dalam
distribusi jumlah kehamilan istri adalah status primigravida sebesar 49,5%
(n=103). Selain itu, tabel 5.1 juga menunjukan distribusi jumlah anak reponden

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


53

yang masih hidup. Sebanyak 51,5% (n=103) suami yang menjadi responden
belum memiliki anak.

5.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan


Pengukuran sikap suami terhadap pendampingan persalinan dilakukan dengan
menggunakan Kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan dan Skala
Partisipasi Persalinan. Beberapa sub variabel yang diukur dalam variabel
sikap adalah komponen kognitif (pengetahuan) dengan menggunakan
Kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan, serta komponen afektif
(perasaan) dan konatif (perilaku) yang menggunakan instrumen Skala
Partisipasi Persalinan.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Suami terhadap
Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan pada Tahun 2012
Variabel tentang Sikap Kategori Jumlah Persentase (%)

Sikap Suami terhadap Pendampingan Positif 92 89,3


Persalinan Negatif 11 10,7

Hasil analisa tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi suami yang memiliki
tingkat pengetahuan baik tentang pendampingan persalinan sebesar 98,1%
(n=103). Sedangkan sikap negatif suami hanya ditunjukan oleh 10,7%
responden.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap
Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012
Variabel tentang Sikap Kategori Jumlah Persentase (%)
Sub variabel sikap:
Komponen Kognitif Baik 101 98,1
Kurang 2 1,9
Positif 78 75,7
Komponen Afektif
Negatif 25 24,3
Positif 89 86,4
Komponen Konatif
Negatif 14 13,6

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


54

Hasil analisa tabel 5.3 menjelaskan pembagian komponen dari variabel sikap
suamin terhadap pendampingan persalinan. Responden yang menunjukan
komponen afektif positif sebanyak 75,7% (n=103), sedangkan reponden yang
memiliki kecenderungan perilaku positif terhadap pendampingan persalinan
ditunjukan oleh 86,4% responden (n=103). Proporsi terbesar yang ditunjukan oleh
tabel 5.3 adalah komponen kognitif baik sebesar 98,1% (n=103).

Berikut ini akan disajikan tabel distribusi karakteristik responden menurut variabel
sikap suami terhadap pendampingan persalinan:
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami
Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan pada Tahun 2012
Kategori Jumlah
Variabel Positif Negatif
n % n % n %
Usia
< 21 tahun 1 1,0 1 1,0 2 1,9
21-30 tahun 46 44,7 6 5,8 52 50,5
31-40 tahun 43 41,7 4 3,9 47 45,6
>40 tahun 2 1,94 0 0 2 1,9
Pendidikan
< SD 1 1,0 0 0 1 1
SMP-SMA 68 66,0 7 6,8 75 72,8
Akademi/PT 23 22,3 4 3,9 27 26,2
Pekerjaan
PNS 2 1,9 0 0 2 1,9
Wiraswasta 21 20,4 3 2,9 24 23,2
Karyawan Swasta 67 65,0 8 7,8 75 72,8
Lain-lain 2 1,9 0 0 2 1,9
Agama
Islam 92 89,3 11 10,7 103 100
Non-Islam 0 0 0 0 0 0
Suku
Jawa 36 35,0 3 2,9 39 37,9
Betawi 44 42,7 6 5,8 50 48,5
Sunda 8 7,8 1 1,0 9 8,7
Minang 3 2,9 0 0 3 2,9
Lain-lain 1 1,0 1 1,0 2 1,9
Usia Kehamilan Istri
Trimester 1 13 12,6 1 1,0 14 13,6
Trimester 2 25 24,3 5 4,9 30 29,1
Trimester 3 54 52,4 5 4,9 59 57,3
Tabel bersambung

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


55

Sambungan tabel 5.4


Kategori Jumlah
Variabel Postif Negatif
n % n % n %
Jumlah Kehamilan Istri hingga saat ini
Pertama 47 45,6 4 3,9 51 49,5
Kedua 28 27,2 6 5,8 34 33,0
Ketiga atau lebih 17 16,5 1 1,0 18 17,5
Jumlah Anak Hidup
Nol 49 47,6 4 3,9 53 51,5
Satu 26 25,2 6 5,8 32 31,1
Dua 13 12,6 0 0 13 12,6
Tiga atau lebih 4 3,9 1 1,0 5 4,9

Hasil analisa pada tabel 5.4 di atas menunjukan kategori sikap untuk masing-
masing karakteristik reponden. Sebagian besar responden menunjukan sikap
positif sebesar 44,7% (n=103) latar belakang usia responden antara 21-30
tahun. Reponden dengan latar belakang pendidikan SMP-SMA menempati
posisi dominan dengan menunjukan sikap positif 66% (n=103). Responden
yang bekerja sebagai karyawan swasta juga sebagian besar menunjukan sikap
positifnya terhadap pendampingan persalinan yaitu sebesar 65% (n=103). Dari
seluruh responden yang beragama Islam, 89,3% responden (n=103)
menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Jika dilihat dari
suku asal reponden, responden yang paling banyak menunjukan sikap positif
berasal dari suku Betawi dengan proporsi sebesar 42,7% (n=103).

Tabel 5.4 juga menunjukan distribusi sikap suami berdasarkan riwayat obstetri
istrinya. Sebagian besar sikap positif terhadap pendampingan persalinan
dimiliki oleh suami yang istrinya berada pada usia kehamilan trimester ketiga
yaitu sebesar 52,4% (n=103). Deskripsi riwayat obstetri lainnya yang diteliti
yaitu jumlah kehamilan istri hingga saat dilakukan penelitian. Proporsi
terbanyak ditunjukan oleh responden yang menunjukan sikap positif sebanyak
45,6% pada responden yang istrinya baru mengalami kehamilan pertama.
Karakteristik terakhir yang diteliti yaitu jumlah anak responden yang masih
hidup. Sebanyak 47,6% responden yang belum memiliki anak menempati
proporsi terbesar menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 6
PEMBAHASAN

Pada Bab 6 ini akan disajikan interpretasi dan diskusi mengenai hasil penelitian
dengan membandingkan hasil penelitian terhadap teori atau hasil penelitian
sebelumnya. Selain itu, pada Bab ini juga akan dipaparkan keterbatasan dalam
penelitian serta implikasi penelitian untuk bidang keperawatan, khususnya bagi
bidang pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan.

6.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar reponden berada dalam


rentang usia 21 sampai 30 tahun yang termasuk dalam kelompok usia dewasa
awal. Peneliti membuat kategori usia berdasarkan DeLauner & Ladner (2002)
yang menyatakan bahwa usia dewasa awal merupakan usia 21-40 tahun dan
dewasa tengah 40-65 tahun. Pada penelitian ini responden yang berusia
kurang dari 20 tahun masuk ke dalam kelompok usia remaja, usia 21 hingga
40 tahun digolongkan ke dalam usia dewasa awal. Sedangkan responden yang
berusia lebih dari 40 tahun tahun digolongkan ke dalam usia dewasa tengah
dan dewasa akhir.

Karakteristik selanjutnya mengenai tingkat pendidikan responden. Peneliti


menggolongkan latar belakang tingkat pendidikan berdasarkan tingkat
pendidikan dasar (SD), menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi
(akademi atau perguruan tinggi). Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP hingga SMA.
Data tersebut didukung oleh data dari BPS Jakarta Selatan hingga tahun 2011
yang menyebutkan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki paling banyak
memiliki tingkat pendidikan SMP hingga SMA yaitu sebanyak 79.172 orang
(Pemkod Jaksel, 2011). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa hampir
seluruh responden atau para suami telah menempuh pendidikan dasar hingga
tingkat pendidikan menengah.

56 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


57

Penelitian ini dilakukan pada sejumlah responden yang ditemui di puskesmas


atau klinik bersalin ketika responden sedang menemani istrinya untuk
pemeriksaan antenatal (kehamilan). Latar belakang pekerjaan responden
sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta karena penelitian ini
dilakukan pada pagi hingga siang hari dan malam hari. Ketika penelitian
dilakukan pada jam kerja, kemungkinan besar akan sulit ditemui responden
yang berstatus sebagai pegawai PNS karena pada pagi hingga sore hari
mereka sedang bekerja sehingga lebih banyak dijumpai suami yang bekerja
sebagai karyawan swasta.

Sebagian besar responden berasal dari suku Betawi dengan proporsi 48,5%.
Hasil penelitian ini dikarenakan wilayah kecamatan Mampang Prapatan
masih berada di wilayah DKI Jakarta yang masih banyak dihuni oleh warga
asli suku Betawi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dominasi kedua
suku asal responden adalah suku Jawa dengan 37,9%. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar
yang mendiami Jakarta yaitu suku Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak,
dan Minang (Suprapto, 2011). Hasil sensus penduduk tersebut masih sesuai
dengan hasil penelitian yang diperoleh pada tahun 2012 di wilayah kecamatan
Mampang Prapatan yaitu sebagian besar responden berasal dari suku Betawi
dan Jawa.

Karakteristik agama diteliti untuk mengetahui apakah ada gambaran yang


signifikan antara sikap suami dengan latar belakang agama yang dianut oleh
suami. Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Hasil
penelitian menunjukan bahwa seluruh responden beragama Islam sebanyak
103 responden. Data ini tidak jauh berbeda dengan data dari pemerintah DKI
pada tahun 2005 yang dirangkum oleh Suprapto (2011), menyebutkan bahwa
komposisi penganut agama di provinsi Jakarta adalah Islam (84,4%), Kristen
Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %). Data
tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini karena kecamatan Mampang

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


58

Prapatan berada di wilayah provinsi Jakarta yang menunjukan bahwa


sebagian besar agama yang dianut responden adalah agama Islam.

Pembahasan selanjutnya tentang riwayat kehamilan istri responden. Hasil


penelitian menunjukan sebagian besar usia kehamilan istri responden
terbanyak berada pada periode trimester ketiga. Sikap positif terhadap
pendampingan persalinan lebih banyak ditunjukan oleh suami yang istrinya
berada pada usia trimester ketiga. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kao & Long (2004) yang menjelaskan bahwa pada periode
kehamilan trimester ketiga terdapat peningkatan rasa kecemasan pada suami
sehingga membentuk sikap positif terhadap persalinan yang tercermin dalam
sikap antisipasi persalinan. Sikap antisipasi persalinan yang dimaksud
tergambar dari sikap suami yang berusaha mempersiapkan dirinya untuk
berperan dalam proses pendampingan persalinan.

Selain itu, sikap responden ditunjukan berdasarkan karakteristik usia


kehamilan dan jumlah kehamilan istri responden hingga saat ini. Hasil
penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman
pertama kali dalam riwayat kehamilan istrinya (ibu primigravida) dan
sebagian besar responden belum memiliki anak. Hasil penelitian menunjukan
lebih banyak suami yang menunjukan sikap positif terhadap pendampingan
persalinan pada suami dari ibu primigravida dan suami yang belum pernah
memiliki anak. Sikap positif suami dari ibu primigravida muncul karena
keinginan suami untuk bekerja sama dengan penolong persalinan dan ingin
terlibat penuh dalam memberikan dukungan kepada pasangannya yang
sedang berjuang dalam proses persalinan (Premberg, dkk, 2010). Dukungan
dari bidan atau perawat sangat penting bagi suami agar para suami dapat
berperan secara aktif dalam pendampingan persalinan. Hal ini telah
dibuktikan oleh Premberg, dkk (2010) yang menyatakan bahwa para suami
dari ibu primipara berkeinginan untuk terlibat aktif dalam proses persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


59

6.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Penelitian ini menggambarkan sikap suami terhadap pendampingan


persalinan, apakah suami mendukung atau tidak, mau atau tidak mau, serta
siap atau tidak siap untuk menjadi pendamping persalinan. Penelitian ini
sesuai dengan tujuan penelitian yang secara khusus dilakukan untuk
mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan sikap suami
terhadap pendampingan persalinan, tingkat pengetahuan suami tentang
pendampingan persalinan, dan bagaimana perasaan serta kecenderungan
perilaku suami untuk menjadi pendamping persalinan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar suami memiliki sikap


yang positif terhadap pendampingan persalinan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) yang menjelaskan
bahwa para suami menunjukan sikap positif terhadap pendampingan
persalinan, yang diukur dengan menggunakan Skala Partisipasi Persalinan
sebelum dan setelah proses persalinan istrinya. Dalam penelitiannya, Martin
(2008) melihat adannya peningkatan nilai sikap positif yang ditunjukan oleh
suami setelah proses persalinan dibandingkan dengan sebelum proses
persalinan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Martin (2008) adalah pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran sikap
suami sebelum proses persalinan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan
suami terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Dengan demikian,
dalam hasil penelitian ini tidak diketahui bagaimana perbedaan nilai sikap
yang ditunjukan suami berdasarkan Skala Partisipasi Persalinan antara
sebelum dan setelah proses pendampingan persalinan.

Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan


Martin (2008) adalah kuesioner yang digunakan. Pengukuran sikap suami
terhadap pendampingan persalinan pada penelitian ini menggunakan dua
buah kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan suami terhadap pendampingan
persalinan dan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan yang telah mengalami
sedikit modifikasi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Martin

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


60

hanya menggunakan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan untuk mengukur


sikap suami. Penambahan jenis kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan
hasil pertimbangan dan penelusuran literatur oleh peneliti, yang ternyata
menunjukan bahwa sikap harus dinilai dari tiga komponen yaitu komponen
kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2007). Sedangkan dalam Skala
Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin pada tahun 2008
hanya menggambarkan komponen afektif dan konatif saja.

Skala Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin (2008) disajikan


dalam jurnal berbahasa Inggris merupakan kuesioner utama yang digunakan
untuk mengukur sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Dalam
penelitian ini, kuesioner tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dan tata bahasanya diperbaiki sehingga lebih mudah dipahami oleh
responden, tentunya tanpa mengurangi makna dari isi pertanyaan yang ada
dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan tersebut.

a. Pengetahuan Suami tentang Pendampingan Persalinan

Pengetahuan merupakan salah satu aspek yang perlu diteliti dalam


mengukur sikap seseorang (Azwar, 2007). Hasil penelitian sikap suami
terhadap pendampingan persalinan ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik berdasarkan kategori
rentang nilai pengetahuan yang cukup baik. Data tersebut menunjukan
bahwa komponen kognitif ini ternyata memberikan pengaruh yang
berbanding lurus dengan pembentukan sikap positif pada responden. Hal
ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cholifah (2007) di desa
Pasuruan Lor kecamatan Jati, Kudus, yang menunjukan adanya hubungan
yang sebanding antara tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan
istri pada saat proses persalinan dengan bentuk kualitas pendampingan
persalinan.

Pengetahuan menjadi indikator yang penting karena dengan pengetahuan


yang memadai tentang persalinan dan pendampingan persalinan, suami

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


61

akan memahami perannya dengan lebih jelas ketika berada di dalam ruang
bersalin untuk mendampingi istrinya. Hasil penelitian Cholifah (2007)
menunjukan 67% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
terhadap pendampingan persalinan sebanding dengan kualitas
pendampingan yang dinilai kurang baik sebesar 67%. Dari hasil penelitian
tersebut, tingkat pengetahuan suami yang kurang dikarenakan rendahnya
tingkat pendidikan suami sehingga suami tidak mengetahui atau
memahami bagaimana cara memberikan motivasi dan dukungan yang baik
kepada istri saat mendampingi istri dalam proses persalinan.

b. Perasaan Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Komponen lainnya yang mempengaruhi pembentukan sikap suami


terhadap pendampingan persalinan adalah komponen afektif. Komponen
afektif melihat bagaimana perasaan suami menjelang persalinan dan saat
proses pendampingan persalinan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
para suami dari ibu hamil menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki perasaan yang positif terhadap perannya dalam pendampingan
persalinan. Sikap positif ini ditunjukan dengan pernyataan kesiapan suami
untuk berperan sebagai pendamping persalinan. Hasil penelitian tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Martin (2008) yang menunjukan
bahwa para suami yang memiliki merasa yakin, percaya diri, dan siap
untuk menjadi pendamping persalinan dapat melakukan perannya dengan
baik ketika proses persalinan. Ternyata kesiapan inilah yang membantu
pembentukan sikap suami menjadi lebih positif dan mampu melawan
perasaan takut dan cemas yag dialami oleh suami.

Para suami merasa mendapat dukungan yang baik ketika mereka diberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan perannya sebagai suami
dilibatkan selama proses persalinan (Backstrom & Wahn, 2011). Penelitian
Erikson (2006) juga menjelaskan bahwa meningkatnya kepercayaan diri
suami menunjukkan efek positif jangka panjang yaitu menurunkan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


62

permintaan metode persalinan caesar. Pada awalnya suami cemas dengan


ketakutan istrinya terhadap proses persalinan. Kepercayaan diri suami
dapat ditingkatkan dengan cara berkonsultasi dengan ahli medis dan
mengikuti kelas antenatal atau persiapan persalinan (Johnson, 2002;
Erikson, 2006). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan
bahwa suami juga mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti kelas
persiapan persalinan ketika ditanyakan dalam kuesioner Skala Partisipasi
Persalinan yang digunakan.

Hasil penelitian ini juga memperlihatkan hampir dua puluh lima persen
atau seperempat dari jumlah responden menunjukan komponen afektif
negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Hal ini
mencerminkan bahwa ada beberapa responden yang memiliki perasaan
negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Selain
mengukur kesiapan suami, komponen afektif juga melihat sejauh mana
tingkat keyakinan dan kepercayaan diri suami untuk menjalankan
perannya sebagai pendamping persalinan. Salah satu bentuk ekspresi
perasaan negatif suami terhadap pendampingan persalinan adalah suami
lebih suka memilih-milih peran dalam melakukan perannya sebagai
pendamping persalinan. Ketika ditanyakan tentang pilihan peran yang
dapat dilakukan suami dalam proses pendampingan persalinan, sebagian
besar suami menjawab lebih suka untuk menunggui istri setelah bayi lahir
dan tidak menyaksikan proses persalinan dari awal. Banyak suami
menyatakan rasa cemas dan tidak tega jika harus menyaksikan istrinya
secara langsung dalam proses persalinan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


Handayani tentang bentuk adaptasi psikologis negatif pada suami yaitu
perasaan cemas. Hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2002)
menunjukan rata-rata suami yang secara langsung mendampingi istrinya
saat persalinan memiliki tingkat kecemasan sedang hingga berat.
Handayani juga menjelaskan bahwa kecemasan tersebut muncul karena

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


63

dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman, faktor sosial budaya yang kurang


mendukung. Selain itu, tingkat kecemasan pada suami dipengaruhi oleh
persepsi suami tentang kekhawatirannya tentang keselamatan istri dan
anaknya.

Adaptasi psikologis yang terjadi pada suami menjadi indikator penting


dalam menilai komponen efektif pada sikap suami terhadap persalinan.
Banyak penelitian yang menjelaskan ketakutan dan kecemasan yang
dialami oleh suami menjelang dan saat proses persalinan dapat
mempengaruhi penampilan peran suami dalam pendampingan persalinan
(Johnson, 2002; Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Suami dianggap
tidak terlalu penting untuk mendampingi istri bersalin. Suami merasa tidak
berguna, ragu, canggung, kurang siap, dan tidak percaya diri dengan
kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan dukungan yang baik bagi
istrinya dalam proses persalinan.

c. Kecenderungan Perilaku Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Komponen sikap yang terakhir akan dibahas dalam penelitian ini adalah
komponen konatif, yang bertujuan untuk melihat bagaimana
kecenderungan perilaku suami terhadap pendampingan persalinan. Hasil
penelitian sikap suami terhadap pendampingan persalinan memperlihatkan
bahwa responden cenderung menunjukan perilaku yang positif terhadap
pendampingan persalinan sehingga terbentuklah sikap yang positif.
Kecenderungan perilaku suami dapat dilihat dari keinginannya untuk hadir
dalam proses persalinan. Perilaku positif akan ditunjukkan oleh suami
yang bersedia mendampingi istrinya dalam proses persalinan walaupun
tanpa diminta. Hasil penelitian Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010)
menunjukan bahwa suami yang telah hadir dalam proses persalinan
mengungkapkan alasan kehadirannya karena permintaan istri dan
keinginan yang muncul dari dalam diri suami untuk mendapatkan
pengalaman istimewa dalam menyaksikan proses persalinan secara

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


64

langsung. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu
sebagian besar responden menyatakan bahwa kehadirannya untuk menjadi
pendamping persalinan karena keinginannya sendiri.

Penelitian lain menjelaskan alasan suami ingin mendampingi istrinya


karena suami ingin membantu istri dalam proses persalinan dan
merupakan tanggung jawab bagi kedua pasangan untuk mempersiapkan
mental mereka dalam periode transisi menjadi orangtua (Johnson, 2002;
Kainz & Eliasson, 2010). Johnson (2002) menjelaskan alasan utama suami
untuk bersedia menjadi pendamping persalinan karena tekanan sosial dari
istri dan penolong persalinan (bidan atau perawat). Berdasarkan hasil
penelitian-penelitian tersebut, kecenderungan sikap suami terhadap
pendampingan persalinan ternyata dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal diri suami.

Komponen konatif selain melihat keinginan untuk bersedia hadir dan


menjadi pendamping persalinan, juga meneliti tentang sejauh mana
keterlibatan suami dalam proses persalinan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa sebagian besar responden ingin terlibat aktif dalam
proses persalinan. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Martin (2008) yang menjelaskan bahwa suami ingin
terlibat aktif dalam proses persalinan. Selain itu, penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Premberg, dkk (2010) menunjukan keterlibatan aktif suami
saat proses persalinan yang didukung oleh peran bidan atau perawat untuk
memfasilitasi suami dalam menjalankan perannya sebagai pendamping
persalinan.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih membutuhkan banyak sekali penyempurnaan karena


terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut
antara lain berupa pengembangan instrumen dan tempat penelitian. Salah satu

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


65

kuesioner yang dibuat oleh peneliti adalah kuesioner hasil terjemahan yang
dimodifikasi sesuai dengan hasil ujivaliditas dan reliabilitas yang dilakukan
oleh peneliti. Peneliti menilai bahwa pertanyaan dalam kuesioner yang telah
dibuat masih belum sempurna. Walaupun sudah berusaha dimodifikasi, kata-
kata yang ada dalam pertanyaan kuesioner masih terlalu panjang, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama bagi responden untuk mengisi dan
memahami jawaban.

Keterbatasan lainnya yang terdapat dalam penelitian ini adalah tempat


pengambilan sampel. Penelitian ini hanya dilakukan di dua tempat saja, yaitu
sebuah puskesmas kecamatan dan sebuah klinik bersalin. Padahal di wilayah
penelitian yang dituju, ada beberapa puskesmas dan klinik bersalin.
Walaupun hasil penelitian ini bersifat lokal, hanya untuk tempat yang diteliti
saja karena menggunakan metode consecutive sampling sehingga hasil
penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua kelompok di wilayah
tersebut.

6.3 Implikasi terhadap Bidang Keperawatan

Pendampingan persalinan merupakan salah satu komponen penting yang


dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini
memperkuat fakta bahwa kebutuhan dukungan suami kepada ibu bersalin
penting untuk menjadi perhatian. Dalam hal ini keterlibatan suami sangat
penting dalam praktik keperawatan maternitas, khususnya keperawatan
maternitas yang berfokus pada keluarga. Peran suami sebagai pendamping
persalinan merupakan lanjutan dari peran suami dalam menjadi Suami Siaga
dan masuk ke dalam program Family Centered Maternity Cared, sesuai
dengan program yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin kesehatan
ibu hamil. Oleh karena itu, suami sangat membutuhkan dukungan dari tenaga
kesehatan untuk dapat melakukan perannya sebagai pendamping persalinan.
Pengkajian keperawatan menjadi perlu dilakukan kepada suami dari ibu hamil

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


66

untuk menilai sejauh mana pengetahuan, perasaan, dan keinginan suami


untuk terlibat mendalam proses persalinan. Pengkajian tersebut dapat
dilakukan ketika suami diizinkan untuk terlibat aktif dalam memperoleh
informasi tentang kemajuan kehamilan dan persalinan istrinya.

Kebutuhan suami untuk menjadi pendamping persalinan perlu diidentifikasi


lebih dalam sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai kepada suami dari ibu bersalin. Penelitian ini telah memberikan
wacana baru terhadap dunia keperawatan bahwa untuk membentuk sikap
positif suami terhadap pendampingan persalinan harus didukung dalam
peningkatan pengetahuan suami tentang pendampingan persalinan dan
membentuk kepercayaan diri serta mempersiapkan suami untuk menjadi
pendamping persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
ini. Kesimpulan akan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan tujuan khusus
penelitian. Peneliti juga merekomendasikan saran bagi bidang penelitian dan
bidang keperawatan berdasarkan hasil penelitian terkait dengan sikap suami
terhadap pendampingan persalinan.

7.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap yang dimiliki


suami dalam pemenuhan perannya sebagai pendamping persalinan di wilayah
kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Pelaksanaan penelitian
dilakukan di Puskesmas kecamatan dan salah satu klinik bersalin yang ada di
wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil
penelitian dari 103 orang responden suami diperoleh data yang didominasi
oleh usia dewasa muda, latar pendidikan SMP hingga SMA, jenis pekerjaan
sebagai karyawan swasta, beragama Islam, dan berasal dari suku Betawi.
Sikap positif terhadap pendampingan persalinan lebih banyak ditunjukan oleh
suami yang istrinya berada pada usia trimester ketiga karena pada usia
trimester ketiga terdapat peningkatan rasa kecemasan pada suami sehingga
membentuk sikap antisipasi persalinan. Walaupun dengan selisih proporsi
yang tidak terlalu jauh, lebih banyak suami yang menunjukan sikap negatif
terhadap pendampingan persalinan yaitu pada responden suami dari ibu
primigravida dan pada responden suami yang belum pernah memiliki anak.

Hasil penelitian mengenai variabel sikap suami terhadap pendampingan


persalinan menunjukan bahwa sebagian besar suami memiliki sikap positif
terhadap pendampingan persalinan. Sikap positif tersebut lebih terlihat dari
tingkat pengetahuan suami yang baik tentang pengertian dan peran suami
dalam pendampingan persalinan. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukan
bahwa suami memiliki kesiapan, keyakinan, dan kepercayaan diri yang baik

67 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


68

sehingga mereka bersedia hadir dalam proses persalin dan mau terlibat aktif
dalam menjalankan perannya sebagai pendamping persalinan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil pembentukan sikap responden secara
keseluruhan yaitu sikap positif terhadap pendampingan persalinan.

7.2 Saran

Hasil penelitian yang berkaitan dengan sikap suami terhadap pendampingan


persalinan dapat digunakan untuk peningkatan dalam bidang pelayanan
keperawatan, pendidikan, dan penelitian keperawatan. Peneliti memberikan
saran terhadap berbagai pihak berdasarkan dengan hasil penelitian tentang
sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

Saran yang pertama ditujukan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan


peran suami dalam pendampingan persalinan. Salah satunya peneliti
memberikan saran berdasarkan keterbatasan penelitian yang ada dalam
penelitian ini. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk membuat
instrumen penelitian dengan pertanyaan yang seefektif mungkin sehingga
dapat memudahkan responden untuk mengisi jawaban. Tentunya pembuatan
kuesioner tersebut harus menggunakan uji keterbacaan untuk menunjang
pemahaman responden terhadap isi pertanyaan yang ada di dalam instrumen.
Saran selanjutnya berkaitan dengan tempat penelitian yang harus disesuaikan
dengan medote pengambilan sampel. Penelitian yang ingin mengambil suami
dari ibu hamil sebagai sampelnya, lebih baik tetap menggunakan consecutive
sampling karena jumlah populasi suami ibu hamil tidak dapat ditentukan.
Dengan metode penelitian ini, sebaiknya area penelitian lebih diperluas
sehingga hasil penelitian dapat memberikan gambaran karakteristik
responden yang lebih akurat.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat peneliti
yang ingin meneliti lebih jauh tentang peran suami dalam pendampingan
persalinan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan adanya penelitian lebih

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


69

lanjut yang meneliti tentang hubungan faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi sikap positif suami terhadap perannya dalam pendampingan
persalinan.

Rekomendasi selanjutnya diberikan kepada untuk pelayanan keperawatan


maternitas. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi pelayanan
keperawatan untuk tetap memberikan peran pelayanan di masyarakat sebagai
pemberi informasi, pendidik dan konselor bagi para suami. Dari penelitian
ini, perawat diharapkan dapat memberikan informasi tentang hal apa saja
yang dapat dilakukan suami saat menjadi pendamping persalinan. Perawat
sebagai pendidik dan konselor dapat mengembangkan tingkat pengetahuan
suami tentang perannya dalam pendampingan persalinan atau memberikan
pelatihan bagi suami yang akan mendampingi istrinya dalam proses
persalinan sehingga suami dapat terlibat aktif dalam proses persalinan. Saran
bagi tenaga kesehatan yang menolong persalinan untuk lebih peka terhadap
kondisi psikologis suami, sehingga suami bisa mendapatkan pengalaman
yang positif dalam proses pendampingan persalinan.

Saran yang terakhir ditunjukan untuk institusi pendidikan keperawatan.


Peneliti memberikan saran sebaiknya perlu dikembangkan kurikulum atau
penambahan materi pelajaran yang berfokus pada pelayanan keperawatan
maternitas yang melibatkan peran aktif keluarga, khususnya peran suami.
Selama penelusuran literatur yang dilakukan oleh peneliti, materi di buku-
buku keperawatan sangat jarang membahas tentang peran suami dalam proses
persalinan. Padahal materi tersebut sangat penting untuk memberikan wacana
tentang pentingnya dukungan dan keterlibatan suami dalam proses persalinan.
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wacana
yang dapat digunakan untuk memperkaya wawasan bagi para insan
keperawatan terkait dengan peran suami dalam proses persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR PUSTAKA

Alehagen, S., Wijma, K, & Wijma, B. (2001). Fear during labour. Acta Obstetricia
and Gynecologyca Scandinavia, 80: 315-320.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arindra, D. (2008). Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu
dewasa awal. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/
psychology/2009/Artikel_10503054.pdf. (Diunduh pada tanggal 15 Maret
2012).
Association of Womens Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN). (2003).
Standards for professional nursing practice in the care of women and
newborn. 6th Ed. Washington, DC: AWHONN.
Aziza, W. (2002). Hal-hal yang diharapkan ibu terhadap suami dalam memberikan
dukungan emosional selama proses persalinan. Laporan Penelitian. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset.
Backstrom, C., & Wahn, E, H. (2011). Support during labour: First-time fathers'
descriptions of requested and received support during the birth of their child.
Midwifery, 27: 67-73. Doi: 10.1016/j.midw.2009.07.001. (Diunduh pada
tanggal 21 Maret 2012).
Bobak, I, M., Lowdwermilk. D. L, & Perry, S. E. (2004). Buku ajar keperawatan
aternitas. (Maria A. Wijayanti & Peter I. Anugerah, Alih Bahasa). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. (buku asli diterbitkan tahun 2003).
Boyce, P.,Condon, J., Barton, J., Corkindale, C. (2007). First-time fathers study:
psychological distress in expectant fathers during pregnancy. Australian &
New Zealand Journal of Psychiatry, 41(9): 718-25. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1562&accno=2010026505. (Diunduh pada tanggal 12 Maret
2012).
Cholifah, N. (2007). Tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat
proses persalinan di desa Pasuruan Lor Kecamatan Jati kabupaten Kudus.
Laporan Penelitian. isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/211176100_2088-4451.pdf.
(Diunduh pada tanggal 2 Maret 2012).
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Edisi Revisi. Malang: UMM
Press.
DeLaune, S., & Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing: Standart and practice.
USA: Delmar Thomson Learning
Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana strategis nasional Making Pregnancy
Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

70 Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


71

Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan persalinan normal. Edisi baru dengan
resusitasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Angka kematian ibu melahirkan (AKI).
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&task
=doc_download&gid=290&Itemid=61. (Diunduh tanggal 9 Februari 2012).
Dharma, K, K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. (2005). Ensiklopedi Jakarta: culture &
heritage. Volume 3. Yayasan Untuk Indonesia: Jakarta Raya (Indonesia).
Eden, E. (2011). Psychological changes in the third trimester.
http://tlc.howstuffworks.com/family/understanding-psychological-changes-
during-pregnancy3.htm. (Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012).
Erikson, A., Widstrom, A, M., Nissen, E. (2006). Does continuity of care by well-
trained breast-feeding counsellors improve a mothers perceptoin of
support. Birth, 3: 129-130.
Gage, J, D., & Kirk, R. (2002). First-time fathers: perceptions of preparedness for
fatherhood. Canadian Journal of Nursing Research, 34: 15-24.
Gunning, M. (2008). Worry about worrying. Psychologist, 21: 392-395.
Handayani, R, S. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan suami
menunggui proses persalinan istri primipara di Ruang IRNA A RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Hastono, S, P., & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Rajawali
Pres.
Ip, W, Y. (2000). Chinese husbands presence during labour: a preliminary study in
Hong Kong. International Journal of Nursing Practice, 6(2): 89-96.
www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid=1339&accno= 2000043684. (Diunduh
pada tanggal 12 Maret 2012).
Johnson, M, P. (2002). An exploration of men's experience and role at childbirth.
Journal of Men's Studies, 10(2): 165-165.
http://search.proquest.com/docview/222636705?accountid=17242. (Diunduh
tanggal 20 Maret 2012).
Julkunen, K., & Liukkonen, A. (1998). Fathers experiences of childbirth.
Midwifery,14 (1): 10-17. http://www.quosafulltext.com/sc_ddm/ sc_ddm.jsp.
(Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Kainz, G., Eliasson, M., & von Post, I. (2010). The child's father, an important person
for the mother's well-being during the childbirth: a hermeneutic study. Health
Care for Women International, 31(7): 621-35. Doi:
10.1080/07399331003725499. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


72

Kao. C., Long, A. (2004). First time Taiwanese expectant fathers life experiences
during the third trimester of pregnancy. Journal of Nursing Research ,12(1):
60-71. http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid= 3959d904-dca0-41df-92bf-
004f2af4d4ea%40sessionmgr113&vid=
1&hid=126&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=rzh&AN=20
0502434. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Lally, J, E., Murtagh, M, J., Macphail, S., & Thompson, R. (2008). More in hope than
expectation: a systematic review of women's expectations and experience of
pain relief in labour. BMC Medicine, 6:7. Doi:10.1186/1741-7015-6-7.
(Diunduh pada tanggal 21 Maret 2012).
Lars, P., Aderemi, O. A., & Pernilia, N. (2011). Positif health outcomes of fathers
involvement in pregnancy & childbirth paternal support: a scope study
literature review. ProQuest Psychology Journals, 9(1): 87-102. Doi:
857841377. (Diunduh tanggal 16 Des 2011).
Martin, C, J, H. (2008). A tool to measure fathers' attitudes and needs in relation to
birth. British Journal of Midwifery, 16(7): 432-437. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1450&accno=2009973056. (Diunduh pada tanggal 22 Maret
2012)
Medina, R, A, &Setty, A. (2007). Paternal experiences of pregnancy and labour.
British Journal of Midwifery, 15: 66-74. www.cinahl.com/cgi-
bin/refsvc?jid=1450&accno=2009516356. (Diunduh tanggal 31 Maret 2012).
Morhason, B. I. O., dkk. (2008). Attitude and preferences of Nigerian antenatal
women to social support during labour. Journal of Biosocial Science, 40 (4):
553-62. (Diunduh tanggal 16 Des 2011).
Premberg, A., Carlsson, G., Hellstrom, A., & Berg, M. (2010). First-time fathers
experiences of childbirth: a phenomenological study. Midwifery, 27 (6): 848-
853. Doi: 10.1016/j.midw.2010.09.002.
Pridjian, G. (2011). Safe maternal positioning during labor and delivery. Journal
Obstetrics and Gynecology, 118: 413-414. Doi:
10.1097/AOG.0b013e3182271a9a. (Diunduh pada tanggal 27 Maret 2012).
(Diunduh pada tanggal 19 Maret 2012).
Records, K., & Rice, M. (2007). Psychosocial correlates of depression symptoms
during the third trimester of pregnancy. Journal of Obstetric, Gynecologic &
Neonatal Nursing, 36(3): 231-42. Doi: 10.1111/j.1552-6909.2007.00140.x.
(Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Ricci, S., & Kyle, T. (2009). Maternity & pediatric nursing. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Rothman, B. (2009). Birth support. http://www.birthsupport.nl/. (Diunduh pada
tanggal 23 Feb 2012).
Sabitri, S., Toshio, K., & Miyuki, T. (2011).Women's experience of giving birth with
their husband's support in Nepal. British Journal of Midwifery, 19(7): 426-32.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


73

www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid= 1450&accno=2011226560. (Diunduh


pada tanggal 12 Maret 2012).
Saifuddin, A. B, dkk. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal &
neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sapkota, S., Kobayashi, T., & Takase, M.. (2010). Husbands' experiences of
supporting their wives during childbirth in Nepal. Midwifery, 28: 45-51. Doi:
10.1016/j.midw.2010.10.010. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Sari, W. (2001). Perbedaan tingkat kecemasan suami dan istri dalam menghadapi
Kehamilan pertama trimester ketiga. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Sarwono, S. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.
Smith, M, J. (1999). A place for the partner? Expectations and experiences of support
during childbirth. Midwifery, 15 (2): 101-108. Doi: 10.1016/S0266-
6138(99)90006-2. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).
Suprapto, 2012. Jakarta bukan monopoli betawi. Diperoleh 21 Oktober 2011 dari
http://politik.kompasiana.com/2012/04/20/jakarta-bukan-monopoli-betawi/.
Tari, R. (2010).Tindakan episiotomi saat bersalin haruskah dilakukan?
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/01/16/tindakan-
episiotomi-saat-bersalin-haruskah-dilakukan/. (Diunduh tanggal 10 Maret
2012).
Tsui, M, H, dkk. (2006). Maternal fear associated with pregnancy and childbirth in
Hong Kong Chinese women. Women & Health, 44(4): 79-92. Style sheet:
www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid=353&accno=2009588641. (Diunduh
tanggal 20 Maret 2012).
Waldenstrom, U., Hilsdingsson, I., Rubertsson, C., & Radestad, I. (2004). A negative
birth experience: prevalence and risk factors in a national sample. Birth, 31:
17-27.
Ward, S, L., & Hisley, S, M. (2009). Maternal-child nursing care: optimizing
outcomes for mothers, children & families. Philadelphia: Davis Company.
Wong, D. L., Perry, S. E., & Hockenberry, M. J. (2002). Maternal child nursing care.
2nd Ed. St. Louis: Mosby.
Yumni, H. (2006). Pengaruh pendampingan suami terhadap proses persalinan kala I
di empat klinik bersalin Sidoardjo & Surabaya. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Zwelling, E., & Phillip, C. R. (2001). Family centered maternity care in the new
millenium: Is it real or is it imagines? Journal of Perinatal & Neonatal
nursing, 15(3): 1-12.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Nama saya/peneliti adalah Restavia Widyaningsih. Saya mahasiswa di Fakultas Ilmu


Keperawatan, Universitas Indonesia, dan sekarang sedang menempuh pendidikan S1
reguler tingkat akhir. Alamat saya di Jln Mampang Prapatan II RT 07/03 No.17, Jakarta
Selatan. Saya dapat dihubungi di nomor Handphone 085781624268. Penelitian ini
merupakan bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Strata1 (S1)
saya di Universitas Indonesia. Pembimbing saya adalah Ibu Imami Nur Rachmawati, S.
Kp., M. Sc.

Bapak yang terhormat, dengan ini saya memberitahukan bahwa saya sebagai peneliti
bermaksud untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Sikap Suami terhadap
Pendampingan Persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap
suami terhadap peran suami dalam pendampingan persalinan. Keterlibatan dalam
penelitian ini dapat memberikan keuntungan pada Bapak yaitu secara langsung atau tidak
langsung Bapak akan mulai berpikir tentang proses persalinan dan bagaimana
mempersiapkannya dari sekarang. Jika ternyata Bapak memiliki keinginan yang besar
untuk menjadi pendamping persalinan, Bapak juga bisa mempersiapkan diri Bapak secara
fisik dan mental. Bapak dapat memiliki gambaran bagaimana peran yang dapat Bapak
lakukan ketika mendampingi istri dalam proses persalinan.

Penelitian ini menawarkan partisipasi Bapak untuk menjadi responden. Responden akan
diminta untuk mengisi kuesioner. Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari tiga
bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang demografi seperti usia, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan istri. Bagian kedua berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang pendampingan persalinan. Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang
perasaan dan keinginan suami untuk hadir dalam proses persalinan. Bapak diharapkan
dapat menyelesaikan pengisian kuesioner ini antara 5-10 menit.

Peneliti (saya) akan memberikan lembar persetujuan untuk menjelaskan bahwa


keterlibatan Bapak dalam penelitian ini atas dasar sukarela. Saya akan menjaga
kerahasiaan Bapak dan keterlibatan Bapak dalam penelitian ini. Nama Bapak tidak akan
dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi hanya akan diberikan nomor kode
yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas Bapak. Apabila hasil penelitian
ini dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan Bapak akan
ditampilkan dalam publikasi tersebut.

Jakarta, 21 April 2012


Peneliti

Restavia Widyaningsih

xi

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lanjutan Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca informasi tentang tujuan penelitian dan peran yang diharapkan dari saya
(responden) di dalam penelitian ini, saya (responden) memahami bahwa penelitian ini
menghormati hak-hak saya selaku partisipan. Dengan menandatangani lembar persetujuan
ini, berarti saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara ikhlas tanpa
paksaan dari siapapun.

Jakarta, ............................. 2012


Partisipan

(............................................. )

xii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lampiran 2. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN
Judul Penelitian:
SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPINGAN PERSALINAN

I. Data Demografi

Petunjuk : isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Saudara dengan
menuliskan jawaban pada titik-titik atau kolom yang sudah tersedia dengan
memberikan tanda ()

1. Kode Responden :
2. Usia saat ini : < 20 tahun 21-30 tahun
31-40 tahun > 40 tahun
3. Pendidikan Terakhir : < SD SMP-SMA
Akademi/Perguruan
4. Pekerjaan : PNS Karyawan Swasta
Wiraswasta Lain-lain ................
5. Agama : Islam Protestan Katholik
Hindu Budha
6. Suku bangsa : Jawa Sunda Batak
Betawi Minang Ambon
Lain-lain .................
7. Usia kehamilan istri : 0 - 3 bulan
>3 6 bulan
> 6 bulan
8. Kehamilan istri : pertama
merupakan kehamilan ke- kedua
ketiga atau lebih
9. Jumlah anak yang : satu dua
dimiliki tiga > empat

xiii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lanjutan Lampiran 2
Kuesioner 1 : Pendampingan Persalinan
Berilah pendapat Saudara dengan memberi tanda () pada pilihan jawaban yang tersedia
untuk:
B = Benar

No Pernyataan B S
1 Selama persalinan, ibu dapat didampingi oleh suaminya,
ibunya, atau saudara lainnya.
2 Mendampingi selama proses persalinan berarti menunggui
istri di luar ruang bersalin.
3 Suami dapat bertanya kepada penolong persalinan tentang
kondisi istrinya dan tindakan medis yang dilakukan.
4 Hanya suami yang dapat mendampingi proses persalinan.
5 Suami harus berada di dalam ruang bersalin jika ingin
mendampingi istri bersalin.
6 Suami bisa menemani istri ketika istrinya ingin berjalan-
jalan di sekitar kamar bersalin.
7 Suami dapat membantu memantau kondisi istri secara
langsung dalam persalinan dengan memperhatikan
kontraksi yang dirasakan oleh istrinya.
8 Peran yang dapat dilakukan suami saat mendampingi istri
adalah memberikan semangat, pujian, dan dorongan
kepada istri.
9 Suami tidak mendapat izin dari perawat atau bidan untuk
menemani istri ketika pergi kamar mandi.
10 Suami dapat membantu memberikan pijatan lembut di
bagian perut dan punggung istrinya untuk memberikan rasa
ketenangan saat proses persalinan.
S = Salah

xiv

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lanjutan Lampiran 2

Kuesioner 2 : Skala Partisipasi Persalinan

Berilah pendapat Saudara dengan memberi tanda () pada pilihan jawaban yang tersedia
untuk:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya ingin hadir saat kelahiran bayi saya.
2 Saya merasa siap untuk berperan sebagai
pendamping persalinan.
3 Alasan satu-satunya saya akan hadir
menyaksikan proses persalinan karena
keinginan saya sendiri.
4 Saya yakin tidak akan emosional selama
proses atau setelah melahirkan.
5 Hadir selama persalinan tidak mengubah
komitmen saya untuk menjadi ayah.
6 Saya ingin membantu istri saya dari awal
hingga akhir proses persalinan.
7 Saya merasa bahwa saya adalah orang terbaik
untuk menjadi pendamping istri saya selama
persalinan.
8 Saya akan hadir selama persalinan hanya
karena istri saya yang mengharapkan saya
menjadi pendampingnya.
9 Saya lebih suka mendampingi istri saya
hingga bayi saya lahir saja, dan setelah itu
saya keluar dari ruang bersalin.

xv

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lanjutan Lampiran 2

No Pernyataan SS S TS STS
10 Saya khawatir jika saya menjadi lebih
emosional ketika melihat bayi saya lahir.
11 Saya hanya akan hadir setelah anak saya lahir
dan tidak menyaksikan proses persalinan dari
awal.
12 Saya merasa mual jika membayangkan hadir
pada proses persalinan.
13 Saya merasa dapat menjadi pendamping
persalinan yang baik.
14 Saya ingin membantu pasangan saya dengan
latihan pernapasan dan cara menenangkan
emosi ( teknik relaksasi).
15 Saya merasa yakin bahwa jika ada masalah
timbul selama proses persalinan, masalah itu
akan ditangani oleh tenaga kesehatan
profesional yang terlatih.
16 Saya yakin bahwa saya bisa membantu
pasangan saya dan penolong persalinan
(bidan atau perawat).
17 Saya akan memilih untuk tidak hadir selama
persalinan.
18 Salah satu kekhawatiran saya adalah
kehadiran saya dalam proses persalinan hanya
sia-sia saja dan malah menjadi penghambat
saat penanganan proses persalinan.
19 Saya akan mengizinkan penolong persalinan
untuk memberikan dukungan yang dapat
menenangkan istri saya.
20 Tidak penting bagi suami untuk menghadiri
kelas atau kursus untuk persiapan persalinan.

xvi

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lanjutan Lampiran 2

No Pernyataan SS S TS STS
21 Hadir dalam proses persalinan adalah tahap
awal yang terbaik untuk menjadi seorang
ayah.
22 Saya tidak ingin membantu selama persalinan
jika saya hadir dalam proses persalinan.
23 Saya takut jika saya tidak bisa beradaptasi
dengan baik selama proses persalinan.
24 Akan lebih baik jika ibu atau saudara istri
saya yang menjadi pendamping persalinan.
25 Alasan saya hadir selama proses persalinan
karena saya yang menginginkannya.

** SELESAI **

_TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA_

xvii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


xviii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


xix

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


xx

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


Lampiran 5. Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian

Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian

Jan Februari M aret April M ei Juni


Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
M engurus
perizinan ke
lokasi
penelitian
Survei ke
lokasi
penelitian
Uji Validitas
dan
reliabilitas
Pendekatan
dengan
calon
responden
Pengambilan
data
Pengecekan
ulang
Pengolahan
data
Penyusunan
Laporan
Penelitian

xxi

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

Nama Lengkap : Restavia Widyaningsih


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1991
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Zeni I AD RT 007/03 no. 17
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
No. HP : 085781624268
E-Mail : restaviawidyaningsih@yahoo.com
Agama : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Tingkat Pendidikan Nama Institusi Pendidikan

2008-2012 Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Perguruan Tinggi Indonesia

2005 2008 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 28 Jakarta Selatan


2002 2005 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 41 Jakarta Selatan

1996 2002 Sekolah Dasar SDN Mampang Prapatan 02 pagi

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Jakarta, 13 Juli 2012

Restavia W

xxii

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Anda mungkin juga menyukai