DI SUSUN OLEH :
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang
dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan
standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses
berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman,
refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan
atau dalam melakukan tindakan..
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai
setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan
konsekuensi praktis
d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk
masalah yang kompleks.
j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah,
menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil
pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based)
yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan
memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip
manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah
menerapkan proses berfikir kritis.
1. Pengertian
Bukti terbaik dan terbaru adalah informasi terkini terkait masalah kesehatan,
berdasarkan hasil penelitian yang valid tentang efek dari berbagai bentuk perawatan
kesehatan, potensi bahaya dari paparan agen khusus, akurasi tes diagnostik, dan
kekuatan prediksi faktor prognostic. Perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence
based health care), meliputi evidence based clinical practice / evidence based practice
dan evidence based medicine.
Terdapat istilah yang lebih khusus yang ditujukan dalam pelayanan kebidanan
yaitu evidence based midwifery. Dalam ilmu keperawatan digunakan istilah evidence
based nursing. Prinsip-prinsip dasar penerapan evidence based medicine-practice:
a. semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan
ditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu (penelitian kuantitatif)
c. Melacak/ mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk
menjawab pertanyaan.
d. Penilaian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk
validitas internal/ kebenaran bukti, (meliputi: kesalahan sistematis sebagai akibat
dari bias seleksi, bias informasi dan faktor perancu; aspek kuantitatif dari diagnosis
dan pengobatan; ukuran efek dan aspek presisi; hasil klinis; validitas eksternal atau
generalisasi), dan kegunaan dalam praktik klinis.
e. Penerapan hasil dalam praktek pada klien, dengan membuat keputusan untuk
menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut, dan atau
mengintegrasikan bukti tersebut dengan pengalaman klinis dan faktor pasien/ klien
dalam menentukan keputusan tersebut.
f. Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada
klien.untuk menggunakan hasil penelitian/ bukti sebagai referensi dalam
memberikan perawatan pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/ review
sistematis (evidence review/ systematic review) dari hasil penelitian-penelitian
serupa.
Tinjauan sistematis ini dapat kita lakukan sendiri atau menggunakan tinjauan
sistematis yang sudah disusun dan dipublikasikan oleh seorang penulis (peneliti,
akademisi, praktisi) yang ahli dibidangnya untuk memberikan rencana terperinci dan
berulang tentang pencarian literatur dan evaluasi dari bukti-bukti tersebut.
2. Manfaat
c. imunisasi TT 0,5 cc
2. Pengertian PICO
PICO merupakan metode pencarian informasi klinis yang merupakan akronim dari
4 komponen: P (patient, population, problem), I (intervention, prognostic factor,
exposure), C (comparison, control), dan O (outcome). Dengan menggunakan PICO, kita
dapat memastikan penelitian yang dicari sesuai dengan pertanyaan klinis kita sehingga kita
bisa memberikan pelayanan berdasarkan evidence based medicine kepada pasien.
P: Patient, Population, Problem
Kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan masalah yang menjadi pertanyaan klinis.
Berbagai masalah medis yang ingin dicari bisa dimasukkan di sini.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun P adalah bagaimana gambaran pasien atau
karakteristik penting dari pasien.
I: Intervention, Prognostic Factor, Exposure
Kata-kata ini mewakili intervensi, prognosis, atau paparan yang ada dalam pertanyaan
klinis yang diajukan. Yang tercakup disini antara lain adalah terapi fisik maupun
farmakoterapi, tes diagnostik, maupun paparan faktor resiko.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun I adalah intervensi apa yang dipertimbangkan
untuk diberikan kepada pasien atau apa yang harus dilakukan pada pasien.
C: Comparison atau Control
Kata-kata ini mewakili perbandingan atau kontrol yang digunakan sebagai pembanding
dari intervensi yang dilakukan. Bagian C ini tidak selalu harus ada pada pertanyaan klinis
yang disusun.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun C adalah apa yang menjadi pembanding dari
intervensi yang dipilih untuk pasien, yang bisa berupa obat lain, modalitas terapi lain,
placebo, atau tes diagnostik lain.
O: Outcome
Kata ini mewakili luaran yang ingin dicapai dari pertanyaan klinis yang diajukan. Luaran
ini bisa bersifat disease oriented atau patient oriented.
Pertanyaan yang membantu untuk menyusun O adalah apa yang ingin dicapai dengan
intervensi: ukuran, perbaikan, atau dampaknya.
Dr. Charles Sidney Burwell (Dekan Harvard Medical School periode 1935-1949)
pernah menyatakan "Half of what we are going to teach you is wrong, and half of it is right.
Our problem is that we don't know which half is which." Tidak semua informasi kesehatan
yang ada adalah benar dan dapat diaplikasikan pada pasien.
Di samping itu, penelitian dalam dunia medis berkembang dengan pesat sehingga
apa yang kita pelajari saat ini mungkin dengan cepat akan menjadi out of date. Karenanya,
profesi klinis tidak bisa bergantung sepenuhnya terhadap apa yang pernah dipelajari selama
masa pendidikannya, tapi harus menjadi self directed life long learner (mampu belajar
mandiri seumur hidupnya).
Saat ini arus informasi berjalan sangat pesat. Berbagai data hasil penelitian bisa
diakses dengan mudah. Untuk penting bagi klinis untuk bisa memilah-milah informasi
yang benar dan up to date di tengah pesatnya arus informasi sehingga bisa memberikan
terapi kepada pasien dengan lebih baik, rasional, dan evidence based. Untuk itulah klinis
perlu membekali dirinya dengan metode untuk melakukan penelusuran informasi dengan
tepat dan memilah serta memilih informasi yang sesuai dengan pasien yang ditangani .
Hal ini terutama karena peningkatan jumlah publikasi ilmiah disertai dengan
menurunnya beberapa kualitas terbitan ilmiah akibat munculnya jurnal-jurnal predator
yang tidak mempertimbangkan kaidah dan etika keilmuan.
Translasi ketidaktahuan menjadi pertanyaan merupakan kunci utama untuk
menemukan jawaban yang tepat. Dan bentuk pertanyaan klinis yang diajukan harus relevan
dan berhubungan langsung dengan masalah yang diidentifikasi dan harus dalam bentuk
yang bisa mempermudah proses pencarian jawaban
Pertanyaan klinis bisa diklasifikasikan menjadi
pertanyaan background dan foreground. Klasifikasi ini penting untuk membantu memilih
sumber dan lokasi pencarian informasi klinis yang tepat.
1.Pertanyaan background adalah pertanyaan tentang pengetahuan umum mengenai
penyakit, kondisi, proses, atau suatu hal. Tipe pertanyaan yang diajukan biasanya
adalah who, what, where, when, how dan why mengenai gangguan tertentu, pemeriksaan,
atau treatment. Untuk menjawabnya, sebaiknya dilakukan pencarian informasi klinis dari
buku teks atau dari sumber-sumber sekunder.
2. Pertanyaan foreground adalah pertanyaan spesifik mengenai pengetahuan tertentu untuk
membantu keputusan klinis. Jenis pertanyaan ini biasanya mengenai pasien atau populasi
yang spesifik. Pertanyaan klinis ini memerlukan formulasi penyusunan yang benar
sehingga bidan mampu mencari jawabannya dengan efisien dan efektif. Untuk itu, bisa
menggunakan metode PICO
3. Critical Appraisal
Kita tentunya tidak bisa langsung menggunakan hasil pencarian literatur tersebut
untuk menjawab pertanyaan klinis. Perlu dilakukan penyaringan untuk menilai kualitas dan
relevansi literatur yang ditemukan, dikenal sebagai critical appraisal. Prinsip dasar untuk
melakukan appraisal ini adalah dengan melihat besar sampel, tujuan penelitian, dan
apakah hasilnya mampu diterapkan di tempat kita.
Untuk melakukan critical appraisal, saat ini terdapat banyak pedoman yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah hasil literatur bisa atau tidak bisa digunakan
menjawab pertanyaan klinis. Kemungkinan lainnya adalah hasil bisa digunakan namun ada
keterbatasan yang membatasi penggunaannya.
Referensi:
American Psychological Association. (2006).
APA presidential task force on evidence based practice. Washington, DC: Author.
Anonim. (2014).