Anda di halaman 1dari 4

Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lemon

terhadap Penurunan Frekuensi hipremesis gravidarum


pada Ibu Hamil Trimester I di BPM tahun 2020”

O
L
E
H

Nama: Rahma Sariwulan


Nim : 204330800
Kelas : 1B

POLTEKKES KEMENKES PADANG


JURUSAN KEBIDANAN (ALIH JENJANG)
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO Jumlah kejadian hiperemesis gravidarum mencapai 25,5% dari jumlah seluruh
kehamilan didunia. Mual dan muntah dapat mengganggu dan membuat ketidakseimbangan
cairan pada jaringan ginjal dan hati menjadi nekrosis (WHO, 2013). Berdasarkan data WHO
tahun 2015 bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari
303.000 orang. Menurut data survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012 menyebutkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingginya angka kekurangan gizi pada ibu hamil cukup memberikan kontribusi terhadap
tingginya angka Berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Indonesia (Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan KIA Kemenkes RI, 2011). Keadaan Hiperemesis Gravidarum yang sangat fatologis jauh
lebih jarang terjadi dibandingkan mual muntah secara logis. (Kemenkes RI, 2016)

Berdasarkan hasil penelitian di indonesia diperoleh data ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-
80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini
menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
esterogen dan hormon chorionic gonadotropin (HCG) (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian di Sumatera Barat terhadap 51 orang di Wilayah Kerja


Puskesmas Palembayan Jorong Koto Tinggi tahun 2014 sebagai responden, didapatkan bahwa
lebih dari separoh yaitu sebanyak 30 responden (58,8%) mengalami terjadinya hiperemesis
gravidarum. Dalam penelitian yang dilakukan Herrell (2013) didapatkan bahwa sekitar 80% dari
ibu hamil yang dirawat dengan hiperemsesis gravidarum melaporkan bahwa gejala yang
dialaminya berlangsung sepanjang hari, dan hanya 1,8% yang melaporkan gejalanya terjadi di
pagi hari. Gejala mual dan muntah yang dirasakan ini terjadi dalam waktu 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan dapat berlangsung selama kurang lebih 10 minggu dan akan berakhir
dalam 20 minggu kehamilan (FK Universitas Andalas).

Menurut Amecican Pregnancy Asociation (APA) mayoritas ibu hamil mengalami beberapa
jenis mual di pagi hari dan setidaknya ada 60.000 kasus hiperemesis gravidarum dilaporkan
dirawat dirumah sakit, dan jumlahnya diperkirakan jauh lebih tinggi karena banyak ibu hamil
yang hanya dirawat di rumah atau rawat jalan saja (American Pregnancy Asociation, 2018.).
Hyperemesis Education and Research Foundation menyebutkan bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum telah memberikan keuntungan minimal 200 juta dolar pertahun di rumah sakit di
Amerika Serikat. Dalam analisis ekonomi diketahui bahwa Amerika Serikat menghabiskan biaya
mencapai 2 miliar dolar untuk biaya yang dikaitkan dengan mual dan muntah yang terjadi selama
masa kehamilan. Biaya ini terdiri dari biaya langsung sebanyak 60% (seperti obat-obatan dan
biaya perawatan selama di rumah sakit) dan biaya tidak langsung sebanyak 40% (seperti waktu
yang hilang dari pekerjaan) (Kejela, 2018).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada ibu hamil adalah keluhan mual
dan muntah (emesis gravidarum) terutama pada awal kehamilan. Mual dan muntah merupakan
gejala paling awal, paling umum dan dapat menyebabkan beban psikologis bagi ibu hamil yang
terkait dengan kehamilannya. Mual muntah dalam kehamilan diakibatkan peningkatan hormon
estrogen dan Human Chorionik Gonadrotropin (HCG) yang jika tidak segera ditangani akan
berlanjut pada hyperemesis gravidarum(Tiran, 2009).

Mual dan muntah yang terus menerus dapat menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga
darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan
janin.

Penanganan mual muntah tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dirasakan.
Pengobatan dapat menggunakan terapi farmakologis maupun non farmakologis. Terapi
farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik dan
kortikosteroid. Sedangkan terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan pengaturan diet,
dukungan emosional, akupunktur, perubahan pola hidup, istirahat, tidur dan dengan pemberian
pengobatan herbal/ alamiah seperti jahe maupun peppermint (Runiari, 2010) (Tiran, 2009).

Penanganan emesis gravidarum menurut (Rinata and Ardillah, 2015) dengan menggunakan
terapi farmakologis sudah tepat namun sebagian besar belum tepat dalam melakukan pengobatan
herbal/ alamiah. Pada penelitian sebelumnya, peneliti memperoleh hasil bahwa dari 8 orang ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, hanya satu orang yang mengkombinasikan
terapi farmakologis dengan non farmakologis. Sebagian besar hanya mengandalkan obat-obatan
yang diberikan tenaga kesehatan dalam mengatasi keluhan mual muntah (Rofi’ah, Widatiningsih
and Sukini, 2017).

Salah satu alternatif untuk mengatasi mual muntah dalam kehamilan secara non farmakologis
adalah dengan menggunakan aromaterapi. Beberapa jenis minyak essensial dapat digunakan
sebagai aromaterapi, antara lain peppermint, spearmint, lemon dan jahe.

Hasil penelitian (Santi, 2013) menyatakan bahwa ada pengaruh aromaterapi blended
pepermint dan ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban. Aromaterapi blended peppermint dan ginger oil merupakan salah satu cara
mudah, sederhana, efektif dan tanpa efek samping yang dapat digunakan untuk mengurangi
keluhan ibu hamil karena memberikan berbagai efek antara lain ketenangan, kesegaran, bahkan
dapat membantu ibu hamil mengatasi mual. Kandungan minyak atsiri Zingiberena (zingirona),
zingiberol, bisabilena, kurkumen, gingerol, flandrena, vit A dan resin pahit pada jahe dapat
memberikan rasa nyaman dalam perut sehingga dapat mengatasi mual muntah (Ahmad, 2013).

Lavender juga merupakan salah satu jenis aromaterapi karena memiliki zat aktif berupa
linalool dan linalyl acetate yang dapat berefek sebagai analgesik (Wolfgang and Michaela,
2008). Aromaterapi lemon adalah minyak essensial yang dihasilkan dari ekstrak kulit jeruk
(Citrus Lemon) yang sering digunakan dalam aromaterapi. Aromaterapi lemon adalah jenis
aromaterapi yang aman untuk kehamilan dan melahirkan (Medforth et al, 2013).

Minyak esensial Lemon merupakan minyak herbal yang paling banyak digunakan dan
dianggap sebagai obat yang aman pada kehamilan. Aromaterapi lemon terbukti memiliki efek
menguntungkan pada emesis gravidarum. Menurut penelitian Kia (2013) skor rata-rata emesis
gravidarum menurun selama empat hari menggunakan aromaterapi lemon inhalasi. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erick et al dengan melakukan pengamatan
penggunaan perawatan nonfarmakologis pada wanita untuk menghilangkan emesis gravidarum.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 40% wanita menggunakan aroma
lemon untuk meredakan mual muntah, dan lebih dari setengah dari mereka yang pernah
menggunakannya mengatakan cara tersebut efektif.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas
Pemberian Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Frekuensi hipremesis gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester I di BPM tahun 2020”

B. Rumusan Masalah
mengetahui efektivitas pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan frekuensi
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I

C. Manfaat penelitian
1. diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menambah pengetahuan serta
wawasan keilmuan dan penelitian ini
2. diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menambah pengetahuan serta
wawasan keilmuan belajar mahasiswa tentang pemberian aromaterapi lemon terhadap
penurunan frekuensi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I

D. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui efektivitas pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan frekuensi
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I

E. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil trimester 1 yang
melakukan kunjungan ANC dan mengalami Hiperemesis Gravidarum di BPM Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai