MAKALAH
2020/2021
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kasus...................................................................................14
B. Pembahasan........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
obstetri dibagi menjadi 3 yaitu, pendarahan pada kehamilan muda (kurang dari
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk pendarahan pada kehamilan lanjut
dan pada saat persalinan selain dari plasenta previa, solusio plasenta, dan
pendarahan yang terjadi pada kehamilan yang lebih dari 22 minggu sampai
Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah faktor dari ibu
yaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka hali ini
menandakan bahwa ruptur uteri memberikan dampak negati pada kematian ibu
atau bayi.
B. Rumusan Masalah
metode SOAP?
C. Tujuan
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Ruptur uterus adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Ruptur uteri adalah
Keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara
rongga amnion dan rongga peritoneum atau hubungan kedua rongga masih
meninggal dunia pada kasus rupture uteri. Janin hanya dapat ditolong apabila
pada saat terjadinya rupture uteri ia masih hidup dan segera dilakukan
laparatomi untuk melahirkannya. Angka kematian bayi pada kasus rupture uteri
mencapai 85%.
Rahim, dan saat kehamilan aterm segmen bawah Rahim berada 1-2 cm diatas
simfisis. Saat persalinan kala I dan awal kala II maka batas antara segmen
bawah Rahim dan segmen atas Rahim dinamakan lingkaran retraksi fisiologis.
kemajuan sementara segmen atas Rahim terus berkontraksi dan makin menebal,
maka segmen bawah Rahim makin tertarik ke atas dan menjadi tipis sehingga
batas antara segmen bawah Rahim dan segmen atas Rahim akan naik ke atas.
Apabila batas tersebut sudah melampau pertengahan antara pusat dan simfisis
maka lingkaran retraksi patologis (Bandl Ring). Apabila persalinan tetap tidak
3
4
ada kemajuan, segmen bawah uterus makin lama makin teregang sehingga
akhirnya pada saat renggangan yang terus bertambah ini melampaui batas
Angka kematian ibu dan anak di indonesia masihlah tinggi, yaitu berkisar
antara 1:92 sampai 1:428 persalinan. Angka ini masih sangat tinggi dari negara-
Angka kematian akibat ruptur uteri juga masih tinggi yaitu sekitar 17,9
akibat ruptur utrui berkisar antara 69,1 sampai 100%. Pada bayi umumnya
meninggal saat terjadinya ruptur uteri bayi masih hidup, sehingga dilanjutkan
dangan laparatomi.
Yaitu ruptur uteri yang hanya bagian dinding uterus yang ribek
Yaitu ruptur uteri yang mana dinding dan mukosanya robek sehingga
disebabkan oleh :
1) Bekas SC
5) Hypoplasia uteri
Bagian terbawah janin tidak maju / turun yang dapat disebabkan oleh :
1) Versi firceo
2) Ekstraksi bahu
3) Manual plasenta
a. Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR
tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur
uteri.
c. Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan
d. Kolpoporeksis-Kolporeksis
interstisial, metroplasti.
berkembang.
plasenta.
inkarserata.
peregangan yang luar biasa dari uterus. Beberapa faktor lain seperti
dengan perut gantung, pimpinan persalinan yang salah, dan tumor pada
jalan lahir.
1) Ekstraksi Forsep
Embriotomi
8
5) Manual plasenta
6) Kuretase
Rupture uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada dinding
uterus sebagai akibat adanya jaringan parut bekas operasi pada uterus
histerorafi dan lain-lain. Secsio sesarea klasik empat kali lebih sering
6. Komplikasi
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
c. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri
telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai
9
sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas dan
1. Nyeri abdomen
Dapat terjadi tiba-tiba, tajam dan seperti di sayat pisau. Apabila tejadi
ruptur saat persalinan, kontraksi uterus yang intermiten dan kuat akan
berhenti secara tiba-tiba, dan pasien akan mengeluh nyeri uterus yang
menetap.
2. Pendarahan pervaginan
yang robek.
harus mengenal tanda-tanda dari gejala ruptura uteri mengancam. Hal ini
10
e. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu
f. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
g. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan
h. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan
i. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan
seperti oedem porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
11
Jika ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus maka akan terjadi gejala
a. Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar
d. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan
dan dibahu.
subkutan.
b. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas
panggul.
12
c. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut,
sebesar kelapa.
3. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa
menit setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk
ke rongga perut.
4. Pemeriksaan dalam
a. Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah
b. Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding
rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka
dapat diraba usus, omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan
kita yang didalam kita temukan dengan jari luar maka terasa seperti
dipisahkan oleh bagian yang tipis seklai dari dinding perut juga dapat
5. Kateterisasi
kemih. Lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-hati sebagai kerja
13
pada wanita yang pernah mengalami sectio sesarea atau pembedahan lain pada
uterus. Pada distosia harus diamati terjadinya regangan segmen bawah rahim,
Jiwa wanita yang mengalami ruptur uteri paling sering bergantung pada
karena itu keterlambatan dalam memulai pembedahan tidak akan bisa diterima.
Jadi, segera perbaiki shok dan kekurangan darah. Perbaikan shok meliputi
pencegahan infeksi.
Bila keadaan umum penderita mulai membaik dan diagnosa telah ditegakkan,
operasi:
cukup.
14
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
a. Keadaan umum
d. Tempat luka
TINJAUAN KASUS
14
15
20
- Jam 07.20 Pasien di antar keruang operasi dan
handover dengan perawat ok
- Jam 07.25 Telpon pmi boking darah...
- Jam 08.30 pengambilan darah
- Jam 08.32 double cek kantong darah
- Jam 08.35 serah terima darah dengan petugas
ruangan OK.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
tahun, hamil yang ke 5, menurut teori bahwa umur yang baik untuk ibu hamil adalah
tidak sama antara teori dengan kasus yang diambil, jadi Ny. Z tergolong resiko
tinggidan hamil ke 5 ini tidak sesuai dengan program pemerintah yaitu dua anak lebih
baik.
Nyeri perut bagian bawah, keluar darah pada kemaluan, sesak nafas dan nadi
penunjang, didapat hasil Hb: 9 gram % Hal ini menunjukan keadaan ibu anemis
karena menurut teori bahwa normal ibu hamil 11 gr % (Depkes RI ). Sehingga ibu
didiagnosa mengalami rupture uteri, dilihat dari faktor riwayat persalinan yang
dirujuk ke tempat yang memiliki fasilitas yang memadai, hal ini sesuai dengan APN
22
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus yang dapat terjadi saat periode
antenatal ketika induksi, persalinan, dan kelahiran atau bahkan selama stadium
Ruptur uteri dapat disebabkan oleh dinding rahim yang lemah dan cacat,
misalnya pada bekas SC, kuratase, pelepasan plasenta secara manual dan tindakan
yang dapat menyebabkan ruktur uteri. Bila telah teradi ruptur uteri maka lakukan
transfusi darah, dan bila diagnosa telah ditegakkan maka lakukan laparatomi
(pembedahan).
4.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seorang bidan atau tenaga kesehtan
lainnya harus lebih cepat mendiagnosa dan menegakkan diagnosa, agar kematian
23