Disusun oleh :
Kelompok 2
Prodi DIV Kebidanan Alih Jenjang
Antik Kristiyani P27224023238
Endah Sugiarti P27224023252
Limaningsih P27224023257
Rini Rahayu P27224023269
Rini Setiyaningsih P27224023270
Tantrie Rosariningtyas P27224023274
Tri Wahyuni P27224023296
Umi Lestari P27224023277
Nur Handayani P27224023265
Yanuar Murdianigsih P27224023278
A. Latar Belakang
Pendarahan masih merupakan 3 penyebab utama kematian
maternal (ibu) tertinggi, disamping preeklamsi/eklamsi dan infeksi.
Pendarahan dalam bidang obstetri dibagi menjadi 3 yaitu, pendarahan pada
kehamilan muda (kurang dari 22 minggu), pendarahan pada kehamilan
lanjut, pendarahan saat persalinan, dan pendarahan pasca persalinan (masa
nifas)
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk pendarahan pada
kehamilan lanjut dan pada saat persalinan selain dari plasenta previa,
solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Pendarahan pada
keahmilan lanjut yaitu pendarahan yang terjadi pada kehamilan yang lebih
dari 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan. Pendarahan pada
persalinan pendarahan intrapartum sebelum kelahiran (proses kelahiran
bayi). Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-
luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan
berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva
dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu
dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa
timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak
dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak,
khususnya pada luka dekat klitoris.
Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah
faktor dari ibu yaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus.
Maka hali ini menandakan bahwa ruptur uteri memberikan dampak negati
pada kematian ibu atau bayi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan
masalah dari makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan ruptur uteri?
2. Apa yang dimaksud dengan Laserasi Jalan Lahir
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui tentang ruptur uteri
2. Mengetahui tentang Laserasi Jalan Lahir
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Robekan Perinium
LUKA PERINIUM
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian
perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999). Luka
perinium, dibagi atas 4tingkatan :
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perinium
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
3. Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan
dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks
ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
untuk menghentikan perdarahan.
4. Rupture Uteri
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi
pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma
pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali
sehingga menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok
yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena
perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan
seperti ini, sangat perlu untuk diwaspadai pada partus lama atau kasep.
a) R. u. Gravidarum
b) R. u. Durante Partum
Waktu melahirkan anak
2.Menurut lokasinya:
a) Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ),
miemoktomi
4.Menurut etiologinya
G. Etiologi
1. Robekan perinium
2.Robekan serviks
a. Partus presipitatus
d. Partus lama
3. Ruptur Uteri
4. Panggul sempit
5. Letak lintang
6. Hydrosephalus
H. Patofisiologi
1. Robekan Perinium
2. Robekan Serviks
3. Rupture Uteri
Pendarahan segera
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Plasenta baik
Pucat
Lemah
Menggigil
2. Rupture Uteri
a) .Dramatis
b). Tenang
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terdapat empat derajat robekan yang bisa terjadi saat pelahiran, yaitu
:
Buka abdomen
– Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jka
teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
– Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang catgut
kromik (poliglikolik) 0.
A. Kesimpulan
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir. Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan
jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga
luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan
pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan
spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus yang dapat terjadi saat
periode antenatal ketika induksi, persalinan, dan kelahiran atau bahkan
selama stadium ketika persalinan saat umur kehamilan lebih dari 28
minggu.
Ruptur uteri dapat disebabkan oleh dinding rahim yang lemah dan
cacat, misalnya pada bekas SC, kuratase, pelepasan plasenta secara manual
dan tindakan persalinan lainnya, serta kerena peregangan luar biasa pada
rahim.
Untuk mencegah terjadinya ruptur uteri sebleum persalinan,
penolong persalinan telah melakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah
ada tanda-tanda yang dapat menyebabkan ruktur uteri. Bila telah teradi
ruptur uteri maka lakukan penanganan shok terlebih dahulu yairu
pemberan cairan intravena, oksigen, transfusi darah, dan bila diagnosa
telah ditegakkan maka lakukan laparatomi (pembedahan).
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seorang bidan atau tenaga
kesehtan lainnya harus lebih cepat mendiagnosa dan menegakkan
diagnosa, agar kematian ibu karena ruptur uteri bisa berkurang di
indonesia.
DAFTAR PUSTAKA