“Ruptur Uteri”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal
Dosen Pengampu: Hj.Tria Wahyuningrum, S.SiT., M.Keb
Disusun oleh:
2022
TINJAUAN PUSTAKA
Jika ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus maka akan terjadi gejala
ruptur uteri yang sebenarnya yaitu:
Jiwa wanita yang mengalami ruptur uteri paling sering bergantung pada
kecepatan dan efisiensi dalam mengoreksi hipovolemia dan mengendalikan
perdarahan. Perlu ditekankan bahwa syok hipovolemik mungkin tidak bisa
dipulihkan kembali dengan cepat sebelum perdarahan arteri dapat dikendalikan,
karena itu keterlambatan dalam memulai pembedahan tidak akan bisa diterima. Jadi,
segera perbaiki shok dan kekurangan darah. Perbaikan shok meliputi pemberian
oksigen, cairan intravean, darah pengganti dan antibiotik untuk pencegahan infeksi.
Bila keadaan umum penderita mulai membaik dan diagnosa telah ditegakkan,
selanjutnya dilakukan laparotomi (tindakan pembedahan) dengan tindakan jenis
operasi:
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
a. Keadaan umum
b. Jenis ruptur, inkompleta atau kompleta
c. Jenis luka robekan
d. Tempat luka
e. Perdarahan dari luka
f. Umur dan jumlah anak hidup
g. Kemampuan dan keterampilan penolong.
TINJAUAN KASUS
B. Pembahasan
Sesuai dengan Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kementrian Kesehatan RI,
bahwa pelayanan atau asuhan standar minimal pemeriksaan 10 T. Pasien telah
melakukan 2 kali kunjungan ANC. Dari hasil anamnesa didapat Ny. Z berumur 42
tahun, hamil yang ke 5, menurut teori bahwa umur yang baik untuk ibu hamil adalah
20-35 tahun agar segalanya sehat, baik reproduksinya maupun psikologinya. Berarti
tidak sama antara teori dengan kasus yang diambil, jadi Ny. Z tergolong resiko
tinggidan hamil ke 5 ini tidak sesuai dengan program pemerintah yaitu dua anak
lebih baik.
Nyeri perut bagian bawah, keluar darah pada kemaluan, sesak nafas dan nadi
cepat yang dialami ibu, menurut teori adalah tanda gejala ruptur uteri. Tekanan
darah Ny Z juga mengalami penurun 80/60 mmHg. Muka pucat, konjungtiva pucat.
Pemeriksaan abdomen: terdapat luka bekas operasi, saat dilakukan pemeriksaan
penunjang, didapat hasil Hb: 9 gram % Hal ini menunjukan keadaan ibu anemis
karena menurut teori bahwa normal ibu hamil 11 gr % (Depkes RI ). Sehingga ibu
didiagnosa mengalami rupture uteri, dilihat dari faktor riwayat persalinan yang
lalu.Dikarenakan adanya komplikasi kehamilan pada Ny.Z, maka harus segera
dirujuk ke tempat yang memiliki fasilitas yang memadai, hal ini sesuai dengan APN
2008 rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
ruptur uteri adalah robekan dinding uterus yang dapat terjadi saat periode
antenatal ketika induksi, persalinan, dan kelahiran atau bahkan selama stadium ketika
persalinan saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
Ruptur uteri dapat disebabkan oleh dinding rahim yang lemah dan cacat,
misalnya pada bekas SC, kuratase, pelepasan plasenta secara manual dan tindakan
persalinan lainnya, serta kerena peregangan luar biasa pada rahim.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seorang bidan atau tenaga kesehtan
lainnya harus lebih cepat mendiagnosa dan menegakkan diagnosa, agar kematian ibu
karena ruptur uteri bisa berkurang di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA