Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Obstetrik”

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ginekologi

Dosen Pengampu: Asirotul Ma’rifah, SST., M.Kes

Disusun oleh:

1. Anis Watus Sholikha 202005002


2. Claudia Widia Pangestika Salma 202005007
3. Melati Putri Aridhany 202005009
4. Nafa Khatus Saharia 202005013
5. Nur Aisyah Rahmawati            202005019
6. Meila Setiawati 202005036
7. Nur Afifah 202005034
8. Vinca Amerila Dea Monica 202005035

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI

2022
KATA PENGANTAR

            Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Obstetrik”


ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ginekologi dalam
pelayana Kebidanan.Tidak lupa ucapan terima kasih kami tujukan kepada pihak-
pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini, antara lain :

1. Ibu Asirotul Ma’rifah, SST., M.Kes dosen mata kuliah Ginekologi dalam
pelayanan Kebidanan
2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama menyelesaikan makalah ini,
serta
3. Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya.

Terima kasih sekali lagi kami ucapkan kepada orang-orang yang telah
bersangkutan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi teman-teman semuanya.

Mojokerto, 8 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian maternal merupakan suatu fenomena puncak gunung es karena
kasusnya cukup banyak namun yang nampak di permukaan hanya sebagian kecil.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian
ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di
negara berkembang. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang
ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian
maternal di negara berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per
100.000 kelahiran hidup, sedang di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15
per 100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di negara berkembang risiko
kematian maternal satu diantara 29 persalinan sedangkan di negara maju satu
diantara 29.000 persalinan.1
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba seringkali merupakan kejadian yang berbahaya.1,2
Kegawatdaruratan obstetri merupakan kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya.1,2
Secara umum terdapat 3 penyebab utama kematian ibu, yaitu (1) perdarahan
(2) infeksi sepsis (3) hipertensi, preeklampsia, eklampsia. Mengenal kasus
kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat
dan tepat dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus kegawatdaruratan obstetri yang
berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak
selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir
dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun
kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsisp, pada
saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawat darurat atau
setidaknya dianggap gawatdarurat, sampai setelah pemeriksaan selesai kasus itu
ternyata bukan kasus gawatdarurat. Dalam menangani kasus kegawatdaruratan,
penentuan permasalahan utama (diagnosis) dan tindakan pertolongan harus
dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik. Semuanya dilakukan
dengan cepat, cermat, dan terarah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric?
2. Bagaimana penilaian awal penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric?
3. Bagaiaman penilaian klinik lengkap penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetric?
4. Apa saja prinsip umum penanganan syok pendarahan?
5. Bagaimana penanganan kasus pendarahan dalam obstetric?
6. Bagaimana prinsip umum penanganan infeksi akut kasus obstetric, sepsis dan
syok septik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
2. Untuk mengetahui penilaian awal penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
3. Untuk mengetahui penilaian klinik lengkap penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetric
4. Untuk mengetahui prinsip umum penanganan syok pendarahan
5. Untuk mengetahui penanganan kasus pendarahan dalam obstetric
6. Untuk mengetahui prinsip umum penanganan infeksi akut kasus obstetric,
sepsis dan syok septik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Obstetric

Kasus gawatdarurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya.
Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dari
sisi obstetri empat penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir ialah :

1. Perdarahan
2. Infeksi dan sepsis
3. hipertensi dan preeklampsia dan eklampsia
4. Persalinan macet & distosia

Persalianan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan


ketiga penyebab yang lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam
masa nifas. 'ang dimaksudkan dengan kasus perdarahan di sini termasuk kasus
perdarahan yang diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus
rupture uteri.selain keempat penyebab kematian utama tersebut, masih banyak
jenis kasus gawatdarurat obstetri baik yang terkait langsung dengan kehamilan
dan persalinan, misalnya emboli air ketuban, maupun yang tidak terkait langsung
dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar, syok analiklatik karena
obat, dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas.

Manifestasi klinik kasus gawatdarurat tersebut berbedabeda dalam rentang yang


cukup luas.

 Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan


berwujud bercak, merembes, profus, sampai syok.
 Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran
cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hjau, demam, sampai syok.

3
 Kasus hipertensi dan preekampsia dan eklampsia, dapat bermanifestasi mulai
dari keluhan sakit,pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang
sampai koma,pingsan,tidak sadar.
 Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apabila
kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang
normal+ tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi
ruptura uteri.
 Kasus gawatdarurat yang lain, bermanifestasi klinik sesuai
dengan penyebabnya.

Mengenal kasus gawatdarurat obstetrik secara dini sangat penting agar


pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik
Kasus gawat darurat obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung
pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman
tenga penolong.

Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal.


Dalam prinsip, pada saat menrima setiap kasus yang dianggap harus dianggap
gawatdarurat, sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata
bukan kasus gawatdarurat.

Dalam menangani kasus gawatdarurat, penentuan permasalahan utama


&diagnosis) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat,
dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya
mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan
terarah.

Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat,


prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter dan pasien dalam menerima dan
menangani pasien harus tetap diperhatikan.

1. Menghormati pasien (respek)

Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang


status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas juga harus memahami

4
dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas,
ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang
mengalaminya.

2. Kelembutan (genteless)

Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap


langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan
kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu
melakukan pemeriksaan atau memberikan pengobatan, tetapi prosedur itu akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan.

3. Komunikatif

Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan


kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur
setempat. Dalam melakukan pemeriksaan petugas kesehatan harus menjelaskan
kepada pasien yang diperiksa apa yang sedang dilakukan dan apa yang
diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,
upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. (enjelaskan kondisi yang
sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.

4. Hak pasien

Hak-hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan informed consent,


hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan
status medik pasien.

5. Dukungan keluarga (family support)

Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. /leh karena itu petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien,
peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan

5
&prosedur life- saving ) harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi
informasi.

2.2 Penilaian Awal Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Obstetric

Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam


keadaan gawatdarurat atau tidak, secara prinsip ahrus dilakukan pemeriksaan
secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan
obstetrik. Dalam praktik, oleh karena pemeriksaan sistematis yang lengkap
membutuhkan waktu agak lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat,
maka dilakukan penilaian awal.

Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetric yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan
pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit &komplikasi)yang
dihadapi. Dalam penilain awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan.
Misalnya kasus dengan pendarahan,demam,tidak sadar kejang, sudah mengejan
atau bersalin berapa lama.

Fokus utama penilaian adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik,


syok septik, syok jenis lain & syok kardiogenik,syok neurologik, dan
sebagainya ), koma, kejang-kejang atau koma disertai kejang-kejang dan hal itu
terjadi dalam kehamilan persalinan, pascasalin, atau masa nifas.
Syokkardiogenik, syok neurogik, dan syok anafilatik jarang terjadi pada kasus
obstetrik

Syok kardiogenik dapat terjadi pada kasus penyakit jantung dalam


kehamilan dan persalinan. Angka kematian sangat tinggi. Syok neurogenik
dapat terjadi pada kasus inversio uteri sebagai akibat rasa nyeri yang hebat
disebabkan oleh tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum
infodibulopelvikum dan ligamnetum rotundum. Syok anafiklatik dapat terjadi
pada kasus emboli air ketuban.

6
Pemeriksaan yang dikukan untuk penialaian awal sebagai berikut :

-Penilaiain dengan periksa pandang & inspeksi )

 Penilai kesadaran penderita : pingsan, kejang-kejang, gelisah, tampak


kesakitan
 Penilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak berkeringat
 Penilai pernapasan : cepat, sesak napas
 Penilai perdarahan dari kemaluan

-Penilaiaan dengan periksa raba & palpasi )

 Kulit : dingin, demam


 nadi : lemah dan kuat, cepat normal
 Kaki dan tungkai bawah : bengkak 

-Penilaian tanda vital

 tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

Hasil penilaian awal ini, berfokus pada pasien apakah mengalami syok
hipovolemik, syok septik, syok jenis lain, koma, kejang-kejang, atau koma
disertai kejang-kejang, menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami penyulit
perdarahan, infeksi, hipertensi,preeklampsia,eklampsia, atau penyulit lain. Dasar
pemikiran ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan
klinik lengkap, tetapi sebelum melakukan pemeriksaan klinik lengkap selesai
dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dapat
dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya ditemui kondisi syok,
pertolongan pertama untuk mengatasi syok harus sudah dilakukan.

2.3 Penilaian Klinik Lengkap Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Obstetric

Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum,


dan pemeriksaan obstetrik termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis
meliputi sebagai berikut:

7
 Anamnesis : diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya
beberapa hal
 berikut dan jawabannya dicatat dalam catatan medik.
 Masalah atau keluhan utama yang menjadi alasan pasien datang ke klinik 
 Riwayat penyakit dan masalah tersebut, termasuk obat-obatan yang sudah
didapat tanggal hari pertama haid yang terakhir, riwayat haid dan kondisi
anaknya sekarang.
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu termasuk kondisi
anaknya.
 Riwyat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam keluarga
 Riwayat pembedahan
 Riwayat alergi terhadap obat

• Pemeriksaan fisik umum:

 Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita.


 Penilaian tanda vital & tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan )
 Pemeriksaan kepala dan leher 
 Pemeriksaan dada & besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
 Pemeriksaan perut & kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen
akut, cairan bebas dalam rongga perut )
 Pemeriksaan anggota gerak & antara lain edema tungkai bawah dan kaki )

• Pemeriksaan obstetri:

 Pemeriksaaan vulva dan perineum


 Pemeriksaan vagina
 Pemeriksaan rahim & besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya )
 Pemeriksaan adneksa
 Pemeriksaan his & frekuensi, lama, kekuatan, relaksasi, simetri dan
dominasi fundus)
 Pemeriksaan janin:
 Di dalam atau di luar rahim

8
 Jumlah janin
 Letak janin
 Presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh.
 Posisi janin, moulage, dan kaput suksedaneum
 Bagian kecil janin disamping presentasi & tangan, tali pusat, dan laian-
lain )
 Anomali kongenital pada janin
 Taksiran berat janin
 Janinmati atau hidup, gawat janin atau tidak

2.4 Prinsip Umum Penanganan Syok Pendarahan

Perdarahan merupakan masalah penting dalam obstetri  dan ginekologi yang


terutama menyebabkan kematian. Untuk dapat mengantisipasi kemungkinan
kematian karena perdarahan khususnya pada ibu hamil terjadi perubahan
hemodinamik sirkulasi umum dengan bertambahnya berbagai komponen darah
sehingga kehilangan darah masih dapat dikompensasi oleh mekanisme tubuh. 

Salah satu upaya kompensasi preventif tubuh ibu hamil adalah meningkatkan
volume darah sekitar 40% pada usia kehamilan sekitar umur 32-34 minggu.
Dengan demikian , kehilangan darah dalam waktu singkat dan dalam jumlah
tertentu masih dapat dikompensasi sehingga tubuh mampu beradaptasi dengan
keadaan yang baru. Pada ibu hamil dengan persalinan normal ,kehilangan darah
yang terjadi sekitar 500 cc , sedangkan pada tindakan operasi sekitar 1000 cc
tetapi belum menunjukkan keadaan yang membahayakan jiwanya. 

A. Pengertian syok

  Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam


jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.

            Penyebab syok pada kasus obstetri biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik),sepsis(syok septik),gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri
(syok neurogenik),dan alergi (syok anafilaktik).

9
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini :

1. Perdarahan pada awal kehamilan (seperti :abortus,kehamilan


ektopik,mola)
2. Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (seperti plasenta
previa,solusio plasenta, ruptur uteri)
3. Infeksi (seperti pada abortus yang tidak nyaman atau abortus septik )
4. Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses
abortus,ruptur uteri ).

B. Tanda dan gejala dari syok :

1.     Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih )

2.     Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)

3.     Tanda dan gejala lain dari syok meliputi hal-hal berikut ini :

·         Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam , telapak  tangan,

·         atau sekitar mulut)

·         Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembap

·         Pernapasan yang cepat (30 kali permenit atau lebih )

·         Gelisah,bingung,atau kehilangan kesadaran

·         Urine yang sedikit  (kurang dari 30 ml perjam)

C. Prinsip dasar penanganan syok

Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus
untuk hal-hal berikut ini :

a. Menstabilkan kondisi pasien


b. Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
c. Mengefisienkan sistem sirkulasi darah

10
Setelah pasien stabil kemudian tentukan penyebab syok.Penanganan awal yang
dilakukan pad syok adalah sebagai berikut :

1. Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medik dalam kebidana adalah


ABC yang terdiri atas menjaga fungsi saluran nafas (airway),pernafasan
(breathing),dan sirkulasi darah (circulation)Mintalah bantuan. Segera
mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat.
2. Lakukan pemeriksaan keadaan umum ibu secara cepat dan harus dipastikan
bahwa jalan napas bebas.
3. Pantau tanda vital (nadi,tekanan darah,pernapasan,dan suhu tubuh )
4. Jika ibu muntah, baringkan posisi ibu dalam posisi miring untuk
meminimalkan resiko terjadinya aspirasi dan untuk memastikan jalan
napasnya terbuka.
5. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tapi jangan terlalu panas karena akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke oragan
vitalnya.
6. Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali kejantung

D. Penentuan dan penanganan penyebab syok

Tentukan penyebab syok setelah ibu tersebut stabil keadaannya.

·         Syok perdarahan(syok hemoragik)

Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok maka hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Ambil langkah-langkah untuk menghentikan perdarahan (seperti


oksitosin,masase  uterus)
b. Transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah
c. Tentukan penyebab perdarahan dan tatalaksana :
a. Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan , curigai
abortus, kehamilan ektopik,atau mola

11
b. Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi
sebelum melahirkan,curigai plasenta previa, solusio plasenta, atau robekan
dinding uterus (ruptur uteri).
c. Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan , curigai robekan dinding
uterus, atonia uteri, robekan jalan lahir, atau plasenta yang tertinggal.
d. Nilai ulang keadaan ibu 20-30 menit setelah pemberian cairan.Lakukan
penilaian selama 20 menit .Penilaian keadaan umum ibu tersebut untuk
melihat adanya tanda-tanda perbaikan.
e. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil adalah sebagai berikut :
 Tekanan darah mulai naik, sistol mencapai 100 mmhg
 Denyut jantung janin stabil
 Kondisi mental pasien membaik,ekspresi ketakutan berkurang
 Produksi urine bertambah. Diharapkan produksi urine paling sedikit
100 ml/4 jam atau 30 ml/jam.
 Penilaian ulang

1. Nilai ulang respon ibu terhadap pemberian cairan dalam waktu 30 menit untuk
menentukan apakah kondisinya membaik. Tanda-tanda perbaikan meliputi hal-hal
berikut ini :

a. Nadi yang stabil (90 permenit atau kurang )


b. Peningkatan tekanan darah (sistole 100 mmhg atau lebih)
c. Perbaikan status mental (berkurang nya kebingungan dan kegelisahan )
d. Meningkatkan jumlah urine (30 ml/jam atau lebih)

 2. Jika kondisi ibu tersebut membaik :

e. Sesuaikan kecepatan infus menjadi 1 liter dalam 6 jam


f. Teruskan penatalaksanaan untuk penyebab syok.

3. Jika kondisi ibu tersebut tidak membaik , perdarahan tidak berhebti berarti dia
membutuhkan penanganan selanjutnya. Ibu harus dirujuk dengan kondisi
terpasang infus.

E. Penatalaksanaan lebih lanjut

12
1. Teruskan cairan infus intravena, sesuaiakan kecepatan infus menjadi  1:1
dalam waktu 6 jam dan pertahankan  oksigen 6-8 l per menit.
2. Pantau dengan ketat kondisi ibu.
3. Jika kondisi ibu tidak menunjukkan perubahan langsung rujuk dengan
infus terpasang.
4. Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda (< 22 minggu )

F. Penanganan umum

Beberapa cara penanganan umum untuk perdarahan pervaginam pada kehamilan


muda adalah sebagai berikut :

1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien , termasuk


tanda-tanda vital.
2. Periksa  tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,pingsan,tekanan sistole
kurang dari 90 mmhg, nadi lebih dari 112 kali permenit).
3. Jika dicurigai terjadi syok ,segera mulai penanganan syok . Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok,tetap perkiraan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
5. Pasang infus dan berikan larutan garam fisiologik atau RL.
G. Diagnosis
1. Perkiraan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia,
penyakit radang panggul (PID),gejala abortus,atau keluhan nyeri yang tidak
biasa.
2. Perkiraan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduksi yang mengalami
terlambat menstruasi(terlambat menstruasi dengan jangka waktu lebih dari
satu bulan sejak waktu menstruasi terakhirnya) dan mempunyai tanda-tanda
perdarahan ,kaku perut ,pengeluaran sebagian hasil konsepsi ,serviks yang
berdilatasi atau uterus yang kecil dari seharusnya.
H. Kehamilan lanjut

13
Masalah yang mungkin muncul pada kehamilan lanjut adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi


dilahirkan.
2. Perdarahan intrapartum sebelum kelahiran

Penanganan secara umum yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mintalah bantuan. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.


2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu,termasuk tanda vital
(nadi tekanan darah,respirasi,dan temperatur).
3. Jika dicurigai adanya syok,segera lakukan tindakan. Meskipun tanda-tanda
syok belum terlihat, ingatlah bahwa saat anda melakukan evaluasi lebih lanjut
kondis ibu dapat memburuk dengan cepat. 
4. Pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan dan darah
sesuai dengan keperluan. Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke
rumah sakit dengan kondisi infus terpasang.

2.5 Penanganan Kasus Pendarahan Dalam Obstetric

A. Perdarahan Pada Kehamilan

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss.
Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah
melewati TM III disebut perdarahan antepartum. Perdarahan pada kehamilan
muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi
setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalau
berpikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri.

1. Perdarahan Pada Kehamilan Muda Meliputi :


a. Kehamilan Ektopik

14
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba fallopii). Penyebab kehamilan
ektopik disebutkan karena patofisiologi mudah dimengerti sesuai dengan proses
awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Fator yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium adalah :
a. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran
tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor pada saluran tuba
b. Faktor abnormalitas pada zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melaui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba

c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur yang sudah menua
dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan
ektopik
Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :

1. Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien,


termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).

15
2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3. Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda- tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5. Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2
jam pertama).

b. Kehamilan Ektopik Terganggu


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih 90%).
Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari
pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum
yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak
membeku segera mulai penanganan.

Tanda dan gejala kehamilan ektopik :


1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual,
pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina & serviks,
perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil
meningkat.
2. Nyeri pada abdomen dan pelvis.

16
Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia.
5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
7. Nyeri lepas.
8. Pucat.

Penanganan awal kehamilan ektopik :


1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah
sebelum melakukan pembedahan.
2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan
penilaian awal.
3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :
 Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan
tuba keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian
besar Kasus.
 Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi
dikeluarkan dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan
mempertimbangkan konservasi kesuburan karena resiko kehamilan
ektopik berikutnya cukup tinggi.
Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah intra
abdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir

17
kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga
sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan
sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :
 Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk
memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan
diset donor.
 Cara lain, bukalah abdomen :
1. Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan
menggunakan kasa untuk memisahkan bekuan darah.
2. Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan
bukalah dengan pisau steril.
3. Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa.
4. Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat
mengenai prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko
kehamilan ektopik selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan
penyediaan metode kontrasepsi, jika diinginkan, merupakan hal yang
penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2
minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4
minggu.

B. Perdarahan Nifas

Sisa placenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang


dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum
sekunder (Alhamsyah, 2014)

18
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan di
ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan
lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan
cara manual/digital atau curettage dan pemberian uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberikan transfuse sesuai dengan
keperluannya. (Saifuddin, 2010). Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang
melebihi 500 cc setelah bayi lahir karena tertinggalnya sebagian sisa plasenta
termasuk selaput
ketuban (Saifudin. 2010).

Penatalaksanaan
Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan telah melakukan
pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital dengan langkah•langkah
sebagai berikut.

Tiindakan penanganan :
 Perbaikan keadaan urnum ibu (pasang infus)
 Kosongkan kandung kemih
 Memakai sarung tangan steril
 Desinfeksi genetalia eksterna Tangan kiri melebarkan genetalia ekstema,
tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik
 Lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa
plasenta
 Lakukan pengeluaran plasenta secara digital
 Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterotonika
 Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
 Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3 x 1 gram.
 Oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan
dengan 3 x 500 mg oral.
 Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan

19
 Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan

2.6 Prinsip Umum Penanganan Infeksi Akut Kasus Obstetric, Sepsis Dan
Syok Septik
1. Pastikan jalan nafas bebas
Harus diyakini bahwa jalan nafas tidak tersumbat. Jangan
memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-
waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terhisap masuk ke dalam
para-paru ( aspirasi ). Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga
badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai
terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi
hipotermia berbahaya, dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki
pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring
menyebabkan pasien merasa sesak nafas, kemungkinan hal ini
dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian,
tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan
dalam paru-paru.

2. Pemberian Oksigen

Oksigen diberikan dalam kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi ataupun


ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas.

3. Pemberian Cairan Intravena


Cairan intravena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi
kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan. Pemberian cairan infus intravena
selanjutnya baik jenis cairan banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan
pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya, pemberian

20
cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti
pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada
umumnya dipilih cairan untuk mengganti cairan isotonic, misalnya NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat. Jarum infuse yang digunakan sebaiknya nomor 16 — 18 agar
cairan dapat dimasukan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang
diberikan sangat penting. Berhati — hatilah agar tidak berlebihan memberikan
cairan intravena terlebih lagi ada syok septic. Setiap tanda pembengkakan, napas
pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan
dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paru-paru

4. Pemberian Tranfusi Darah


Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila syok, tranfusi darah
sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian,
transfusi darah bukan tanpa resiko dan bahkan dapat berakibat komplikasi yang
berbahya dan fatal. Oleh sebab itu, keputusan untuk memberikan transfusi darah
harus dilakukan dengan sangat hati- hati. Resiko yang serius berkaitan dengan
transfuse darah mencakup penyebaran mikroorganisme infeksius ( misalnya
human immunodeficiency virus atau HIV dan virus hepatitis ), masalah yang
berkaitan dengan imunnologik ( misalnya hemolisis), dan kelebihan cairan dalam
sirkulasi darah.

5. Pasang kateter kandung kemih

Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urine yang


keluar guna menilai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
cairan tubuh. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin
dilakukan, urin ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat penigkatan
konsentrasi urin ( urin berwarna gelap ) atau produksi urine berkurang sampai
tidak ada urine sama sekali. Jika produksi urin mula- mula rendah kemudian
semakin bertambah, hal ini menunjukan bahwa kondisi mula-mula rendah
kemudian semakin bertambah, hal ini menunjukan bahwa kondisi pasien

21
membaik. Diharapkan produksi urin paling sedikit 1100 ml/ $ jam atau 300
ml/jam.

6. Pemberian Antibiotika

Antibiotic harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septic, cedera intraabdominal, dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat
tanda- tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu
diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi yang sedang berlangsung, sangat
penting untuk memberikan antibiotika dini. Sebelum pembedahan dilakukan,
antibiotika harus diberikan setidak — tidaknya sebagai pencegahan. Pada kasus
syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat
menyebarkan obat kejaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena
tidak dimungkinkan, obat dapat vdiberikan intramuscular. Pemberian antibiotika
per oral diberikan apabila pemberian intravena dan intramuscular tidak dapat
dilakukan dan pasien tidak dalam kondisi syok, pada infeksi ringan, atau untuk
mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai
komplikasi.

Oleh karena identifikasi kuman patogen tertentu biasanya tidak dimugkinkan dan
kuman pathogen ganda mungkin telah terdapat di tempat infeksi, untuk
kebanyakan kasus dipilih antibiotika berspektrum luas yang efektif terhadap
kuman gram negative, gram positif, anerobik, dan klamidia. Antibiotika hharus
diberikan dalam bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas. Penggunaan
antibiotika dalam kehamilan dan persalinan dengan janin hidup harus
dipertimbangkan dengan memperhatikan efek samping setiap jenis antibiotika
terhadap janin. Profilaksis antibiotika ialah pemberian antibiotic untuk
pencegahan infeksi pada kasus tanpa tanda — tanda dan gejala infeksi.
Antibiotika diberikan dalam dosis tunggal, paling banyak adalah tiga kali dosis.
Sebaikanya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali usat diklem untuk
menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam
dosis terapuetik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan

22
bagi penderita. Resiko penggunaan antibiotika berlebihan adalah resistensi
kuman, efek samping, toksisitas, reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu
dikeluarkan.

7. Pengobat Rasa Nyeri


Pada beberapa kasus gawatdarurat obstetric, penderita dapat mengalami rasa
nyeri yang membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang rasa
nyeri jangan sampai menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk
menentukan diagnosis. Hindarilah sedasi yang berlebihan. Obat narkotika dapat
menekan pernapasan. Hindarilah penggunaan narkotika pada kasus yang dirujuk
tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi petugas tanpa kemampuan
untuk mengatasi depresi pernapasan.

8. Penanganan masalah utama


Penyebab utama kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan
ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk
segera ditindak. Kalau tidak, kondisi gawatdarurat dapat timbul lagi dan bahkan
mungkin dalam kondisi yang lebih buruk.

9. Rujukan
Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk menyelesaikan
kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka harus diirujuk ke fasilitas
kesehatan lain yang lebih lengkap. Seharusnya sebelum kasus dirujuk, fasilitas
kesehatan yang akan menerima rujukan sudah dihubungi dan diberi tahu terlebih
dahulu sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan inap .

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri merupakan salah satu panyebab


kematian ibu terbanyak akibat perdarahan yang tidak teratasi. Perdarahan pada
awal kehamilan seperti abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
terganggu dapat menyebabkan kekurangan darah yang banyak pada ibu jika tidak

24
diatasi dengan baik. Begitupun dengan perdarahan pada kehamilan trimester
akhir maupun perdarahan post persalinan. Perdarahan yang terjadi dapat
mengakibatkan kematian pada ibu.
Diagnosis secara dini dapat mempermudah tenaga kesehatan terutama dokter
untuk memberikan penanganan secara cepat terhadap perdarahan yang dialami ibu
dalam kehamilannya, sehingga dapat meminimalisir komplikasi yang yang akan
terjadi bila tidak ditangani dengan cepat.
Penatalaksanaan pada kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri pada dasarnya
adalah memperbaiki keadaan umum ibu dan mengakhiri segera perdarahan yang
dialaminya. Sehingga yang paling penting adalah menangani perdarahan yang
dialami agar mengurangi resiko terjasinya syok dan berakhir pada kematian ibu.

3.2 Saran

Mengenai makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis


Mohon ma’af apabila ada kesalah fahaman dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya, dan pada
pembaca pada umumnya

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,sarwono.2009. Ilmu kebidanan.Bina pustaka : Jakarta.

Manuaba.2007.Pengantar kuliah obstetri.EGC: jakarta

Linda wylie, 2010. Manajemen kebidanan gangguan medis kehamilan. Penerbit


buku kedokteran: Jakarta.

David t.y.liu, 2007. Manajemen persalinan edisi 3. Jakarta

25
Fadlun, 2011. Asuhan kebidanan patologis. Salemba medika: jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai