Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
1. Ibu Asirotul Ma’rifah, SST., M.Kes dosen mata kuliah Ginekologi dalam
pelayanan Kebidanan
2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama menyelesaikan makalah ini,
serta
3. Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini.
Terima kasih sekali lagi kami ucapkan kepada orang-orang yang telah
bersangkutan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi teman-teman semuanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
2. Untuk mengetahui penilaian awal penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
3. Untuk mengetahui penilaian klinik lengkap penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetric
4. Untuk mengetahui prinsip umum penanganan syok pendarahan
5. Untuk mengetahui penanganan kasus pendarahan dalam obstetric
6. Untuk mengetahui prinsip umum penanganan infeksi akut kasus obstetric,
sepsis dan syok septik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus gawatdarurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya.
Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dari
sisi obstetri empat penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir ialah :
1. Perdarahan
2. Infeksi dan sepsis
3. hipertensi dan preeklampsia dan eklampsia
4. Persalinan macet & distosia
3
Kasus hipertensi dan preekampsia dan eklampsia, dapat bermanifestasi mulai
dari keluhan sakit,pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang
sampai koma,pingsan,tidak sadar.
Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apabila
kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang
normal+ tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi
ruptura uteri.
Kasus gawatdarurat yang lain, bermanifestasi klinik sesuai
dengan penyebabnya.
4
dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas,
ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang
mengalaminya.
2. Kelembutan (genteless)
3. Komunikatif
4. Hak pasien
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. /leh karena itu petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien,
peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan
5
&prosedur life- saving ) harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi
informasi.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetric yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan
pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit &komplikasi)yang
dihadapi. Dalam penilain awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan.
Misalnya kasus dengan pendarahan,demam,tidak sadar kejang, sudah mengejan
atau bersalin berapa lama.
6
Pemeriksaan yang dikukan untuk penialaian awal sebagai berikut :
Hasil penilaian awal ini, berfokus pada pasien apakah mengalami syok
hipovolemik, syok septik, syok jenis lain, koma, kejang-kejang, atau koma
disertai kejang-kejang, menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami penyulit
perdarahan, infeksi, hipertensi,preeklampsia,eklampsia, atau penyulit lain. Dasar
pemikiran ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan
klinik lengkap, tetapi sebelum melakukan pemeriksaan klinik lengkap selesai
dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dapat
dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya ditemui kondisi syok,
pertolongan pertama untuk mengatasi syok harus sudah dilakukan.
7
Anamnesis : diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya
beberapa hal
berikut dan jawabannya dicatat dalam catatan medik.
Masalah atau keluhan utama yang menjadi alasan pasien datang ke klinik
Riwayat penyakit dan masalah tersebut, termasuk obat-obatan yang sudah
didapat tanggal hari pertama haid yang terakhir, riwayat haid dan kondisi
anaknya sekarang.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu termasuk kondisi
anaknya.
Riwyat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam keluarga
Riwayat pembedahan
Riwayat alergi terhadap obat
• Pemeriksaan obstetri:
8
Jumlah janin
Letak janin
Presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh.
Posisi janin, moulage, dan kaput suksedaneum
Bagian kecil janin disamping presentasi & tangan, tali pusat, dan laian-
lain )
Anomali kongenital pada janin
Taksiran berat janin
Janinmati atau hidup, gawat janin atau tidak
2.4 Prinsip Umum Penanganan Syok Pendarahan
Salah satu upaya kompensasi preventif tubuh ibu hamil adalah meningkatkan
volume darah sekitar 40% pada usia kehamilan sekitar umur 32-34 minggu.
Dengan demikian , kehilangan darah dalam waktu singkat dan dalam jumlah
tertentu masih dapat dikompensasi sehingga tubuh mampu beradaptasi dengan
keadaan yang baru. Pada ibu hamil dengan persalinan normal ,kehilangan darah
yang terjadi sekitar 500 cc , sedangkan pada tindakan operasi sekitar 1000 cc
tetapi belum menunjukkan keadaan yang membahayakan jiwanya.
A. Pengertian syok
Penyebab syok pada kasus obstetri biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik),sepsis(syok septik),gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri
(syok neurogenik),dan alergi (syok anafilaktik).
9
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini :
1. Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih )
3. Tanda dan gejala lain dari syok meliputi hal-hal berikut ini :
Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus
untuk hal-hal berikut ini :
10
Setelah pasien stabil kemudian tentukan penyebab syok.Penanganan awal yang
dilakukan pad syok adalah sebagai berikut :
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok maka hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
11
b. Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi
sebelum melahirkan,curigai plasenta previa, solusio plasenta, atau robekan
dinding uterus (ruptur uteri).
c. Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan , curigai robekan dinding
uterus, atonia uteri, robekan jalan lahir, atau plasenta yang tertinggal.
d. Nilai ulang keadaan ibu 20-30 menit setelah pemberian cairan.Lakukan
penilaian selama 20 menit .Penilaian keadaan umum ibu tersebut untuk
melihat adanya tanda-tanda perbaikan.
e. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil adalah sebagai berikut :
Tekanan darah mulai naik, sistol mencapai 100 mmhg
Denyut jantung janin stabil
Kondisi mental pasien membaik,ekspresi ketakutan berkurang
Produksi urine bertambah. Diharapkan produksi urine paling sedikit
100 ml/4 jam atau 30 ml/jam.
Penilaian ulang
1. Nilai ulang respon ibu terhadap pemberian cairan dalam waktu 30 menit untuk
menentukan apakah kondisinya membaik. Tanda-tanda perbaikan meliputi hal-hal
berikut ini :
3. Jika kondisi ibu tersebut tidak membaik , perdarahan tidak berhebti berarti dia
membutuhkan penanganan selanjutnya. Ibu harus dirujuk dengan kondisi
terpasang infus.
12
1. Teruskan cairan infus intravena, sesuaiakan kecepatan infus menjadi 1:1
dalam waktu 6 jam dan pertahankan oksigen 6-8 l per menit.
2. Pantau dengan ketat kondisi ibu.
3. Jika kondisi ibu tidak menunjukkan perubahan langsung rujuk dengan
infus terpasang.
4. Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda (< 22 minggu )
F. Penanganan umum
13
Masalah yang mungkin muncul pada kehamilan lanjut adalah sebagai berikut :
14
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba fallopii). Penyebab kehamilan
ektopik disebutkan karena patofisiologi mudah dimengerti sesuai dengan proses
awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Fator yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium adalah :
a. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran
tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor pada saluran tuba
b. Faktor abnormalitas pada zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melaui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur yang sudah menua
dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan
ektopik
Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :
15
2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3. Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda- tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5. Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2
jam pertama).
16
Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia.
5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
7. Nyeri lepas.
8. Pucat.
17
kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga
sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan
sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :
Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk
memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan
diset donor.
Cara lain, bukalah abdomen :
1. Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan
menggunakan kasa untuk memisahkan bekuan darah.
2. Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan
bukalah dengan pisau steril.
3. Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa.
4. Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat
mengenai prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko
kehamilan ektopik selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan
penyediaan metode kontrasepsi, jika diinginkan, merupakan hal yang
penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2
minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4
minggu.
B. Perdarahan Nifas
18
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan di
ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan
lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan
cara manual/digital atau curettage dan pemberian uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberikan transfuse sesuai dengan
keperluannya. (Saifuddin, 2010). Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang
melebihi 500 cc setelah bayi lahir karena tertinggalnya sebagian sisa plasenta
termasuk selaput
ketuban (Saifudin. 2010).
Penatalaksanaan
Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan telah melakukan
pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital dengan langkah•langkah
sebagai berikut.
Tiindakan penanganan :
Perbaikan keadaan urnum ibu (pasang infus)
Kosongkan kandung kemih
Memakai sarung tangan steril
Desinfeksi genetalia eksterna Tangan kiri melebarkan genetalia ekstema,
tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik
Lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa
plasenta
Lakukan pengeluaran plasenta secara digital
Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterotonika
Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3 x 1 gram.
Oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan
dengan 3 x 500 mg oral.
Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
19
Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan
2.6 Prinsip Umum Penanganan Infeksi Akut Kasus Obstetric, Sepsis Dan
Syok Septik
1. Pastikan jalan nafas bebas
Harus diyakini bahwa jalan nafas tidak tersumbat. Jangan
memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-
waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terhisap masuk ke dalam
para-paru ( aspirasi ). Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga
badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai
terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi
hipotermia berbahaya, dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki
pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring
menyebabkan pasien merasa sesak nafas, kemungkinan hal ini
dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian,
tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan
dalam paru-paru.
2. Pemberian Oksigen
20
cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti
pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada
umumnya dipilih cairan untuk mengganti cairan isotonic, misalnya NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat. Jarum infuse yang digunakan sebaiknya nomor 16 — 18 agar
cairan dapat dimasukan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang
diberikan sangat penting. Berhati — hatilah agar tidak berlebihan memberikan
cairan intravena terlebih lagi ada syok septic. Setiap tanda pembengkakan, napas
pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan
dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paru-paru
21
membaik. Diharapkan produksi urin paling sedikit 1100 ml/ $ jam atau 300
ml/jam.
6. Pemberian Antibiotika
Antibiotic harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septic, cedera intraabdominal, dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat
tanda- tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu
diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi yang sedang berlangsung, sangat
penting untuk memberikan antibiotika dini. Sebelum pembedahan dilakukan,
antibiotika harus diberikan setidak — tidaknya sebagai pencegahan. Pada kasus
syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat
menyebarkan obat kejaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena
tidak dimungkinkan, obat dapat vdiberikan intramuscular. Pemberian antibiotika
per oral diberikan apabila pemberian intravena dan intramuscular tidak dapat
dilakukan dan pasien tidak dalam kondisi syok, pada infeksi ringan, atau untuk
mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai
komplikasi.
Oleh karena identifikasi kuman patogen tertentu biasanya tidak dimugkinkan dan
kuman pathogen ganda mungkin telah terdapat di tempat infeksi, untuk
kebanyakan kasus dipilih antibiotika berspektrum luas yang efektif terhadap
kuman gram negative, gram positif, anerobik, dan klamidia. Antibiotika hharus
diberikan dalam bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas. Penggunaan
antibiotika dalam kehamilan dan persalinan dengan janin hidup harus
dipertimbangkan dengan memperhatikan efek samping setiap jenis antibiotika
terhadap janin. Profilaksis antibiotika ialah pemberian antibiotic untuk
pencegahan infeksi pada kasus tanpa tanda — tanda dan gejala infeksi.
Antibiotika diberikan dalam dosis tunggal, paling banyak adalah tiga kali dosis.
Sebaikanya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali usat diklem untuk
menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam
dosis terapuetik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan
22
bagi penderita. Resiko penggunaan antibiotika berlebihan adalah resistensi
kuman, efek samping, toksisitas, reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu
dikeluarkan.
9. Rujukan
Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk menyelesaikan
kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka harus diirujuk ke fasilitas
kesehatan lain yang lebih lengkap. Seharusnya sebelum kasus dirujuk, fasilitas
kesehatan yang akan menerima rujukan sudah dihubungi dan diberi tahu terlebih
dahulu sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan inap .
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
diatasi dengan baik. Begitupun dengan perdarahan pada kehamilan trimester
akhir maupun perdarahan post persalinan. Perdarahan yang terjadi dapat
mengakibatkan kematian pada ibu.
Diagnosis secara dini dapat mempermudah tenaga kesehatan terutama dokter
untuk memberikan penanganan secara cepat terhadap perdarahan yang dialami ibu
dalam kehamilannya, sehingga dapat meminimalisir komplikasi yang yang akan
terjadi bila tidak ditangani dengan cepat.
Penatalaksanaan pada kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri pada dasarnya
adalah memperbaiki keadaan umum ibu dan mengakhiri segera perdarahan yang
dialaminya. Sehingga yang paling penting adalah menangani perdarahan yang
dialami agar mengurangi resiko terjasinya syok dan berakhir pada kematian ibu.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
25
Fadlun, 2011. Asuhan kebidanan patologis. Salemba medika: jakarta
26