Solusio Plasenta
A. PENGERTIAN
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas sebagai atau
seluruhnyasebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28
minggu. Solusio plasenta adala lepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi
setiap saat dalam kehamilan. Apabila terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu,
mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta dapat terlepas seluruhnya
(solusio plasenta totalis), atau plasenta terlepas sebagai (solusio plasenta paralisis)
atau sebagian pinggir plasenta ( rupture sinus marginalis).
Pendarahan yang teradi karena lepasnya plasenta dapat menyelundup keluar,
atau tersembunyi dibelakang plasenta yaitu pada solusio plasenta dengan pendarahan
keluar, atau tersembunyi dibelakang plasenta yaitu pada soliso plasenta dengan
pendarahan keluar, atau tersembunyi atau kedua duanya atau pendarahannya
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.
Pada solusio plasenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks, terjadilah
pendarahan yang keluar atau pendarahan tampak. Kadang – kadang darah tidak keluar
lagi tapi terkumpul dibelakang placenta membentuk hematon retroplacentaliar.
Pendarahan semacam ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan terembunyi.
Kadang darah masuk ke dalam cairan amnion, sehingga pendarahan tetap
tersembunyi. Solusio plecenta dengan pendarahan tersembunyi menimbulkan tanda
yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya dari pada solusio placenta
dengan pendarahan keluar.
Tegang dan keras karena tersembunyi dan biasanya disertai dengan hipertensi.
Solusio plasenta tidak ada untuk mempertahnkan kehamilan Ada nyeri abdomen,
darah merah kehitaman,
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Pada
kehamilan dengan masagestasi diatas 22 minggu/ berat janin diatas 500 gr
(saifuddin,2007) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
lapisan desiduaendometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Solusio
plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage) adalah terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu atau
sebelum janin lahir.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Kardio-reno vaskular
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia
daneklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensipada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yanghipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensiyang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor Trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.Tarikan pada tali pusat yang
pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan
pertolongan persalinan.
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor Paritas
Ibu lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Beberapapenelitian menerangkan bahwamakin tinggi paritas ibu makin kurang
baikkeadaan endometrium.
4. Faktor Usia
Ibu makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
Leiomioma Uteri ( Uterine Leiomyoma)Yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasentaberimplantasi di atas bagian yang
mengandung leiomyoma.
5. Faktor Penggunaan Kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah
danpeningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab
atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta.
6. Faktor Kebiasaan Merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusioplasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus
perhari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi
tipis,diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
7. Riwayat Solusio Plasenta
Sebelumnya hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu
dengan riwayatsolusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilanberikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
8. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus padavena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanyakehamilan, dan lain-lain
C. PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua
basalis.Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat
padamiometrium.
Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan
olehhematoma desidua yang terjadi.
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa
saatkemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan
terjadinyahematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah
plasentayang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka
uterus takmampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah
dapatmerembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka
terjadilahperdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).
D. GAMBARAN KLINIS
1. Solusio Plasenta Ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut jugaruptura sinus marginalis,
dimanaterdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak.Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman
dansedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnyaterus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja
menjadisemakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
2. Solusio Plasenta Sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4bagian, tetapi belum 2/3
luaspermukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti
solusioplasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
perutterus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahanpervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit,
tetapiperdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin
telahjatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup
mungkintelah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba
tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sukar untuk diraba.Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar.
Kelainan pembekuandarah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal
tersebut lebihsering terjadi pada solusio plasenta berat.
3. Solusio Plasenta Berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-
tiba.Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal.Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan
pervaginamtampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahanpervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan
di atasbesar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah
dankelainan/gangguanfungsi ginjal.
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesisa.
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat (non-recurrent) terdiri dari
darah segar dan bekuan- bekuan darah yang berwarna kehitaman.
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya
berhenti.
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain
2. Inspeksia
a. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
c. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasia
a. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(woodenuterus) baik waktu his maupun di luar his.
c. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
d. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas
140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang
terlepaslebih dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan Dalam
a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
b. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang.
c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta iniakan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsusplacenta.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinderdan
leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah hipofibrinogenemia.
7. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderitapenyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam
keadaan syok.
8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlepas(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel
dibelakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
Terlihat daerahterlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah,
Tepian plasenta .
F. KOMPLIKASI
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari
luasnyaplasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lainya solusio
plasentaberlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok hemoragik
2. Gagal ginjal.
Ginjal merupakan komplikasi yang paling sering terjadi padapenderita
solusio plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia
karena perdarahan yang terjadi biasanya terjadi nekrosistubuli ginjal
yang mendadakn yang umumnya masih di tolong dengan penanganan
yan baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskuler. Ologuri dan protenuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli
dan nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena ituoliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yangharus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat hipovolemia,secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi pembekuan darah .
3. Kelainan pembekuan darah.
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia
4. Apoplexia Uteroplacenta ( Uterus Couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan
di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan
ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warnauterus
berubah menjadi biruatau ungu yang biasa disebut
Uteruscouvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :
1. Fetal distress.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Hipoksia dan anemia.
4. Kematian.
7. Plasenta Previa
A. Pengertian
B. Gejala
Jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta letak rendah maka
robekan selaput harus marginal (kalau persalinan terjadi per vaginam). Juga harus
dikemukakan bahwa pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
postpartum karena:
Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta
accreta).
Daerah perlekatan luas.
Daya kontraksi segmen bawah rahim kurang.
C. Diagnosa
DATA SUBJEKTIF :
1. Perdarahan pervaginam biasanya ditandai dengan tidak nyeri, merah terang, tidak
disertai dengan kontraksi uterus dan cenderung terjadi dengan tiba-tiba sewaktu
trimester ketiga sebelum persalinan kejadianya sering ringan sampai sedang dan
cenderung berhenti secara spontan. Sewaktu persalinan aktif, perdarahan dari
suatu plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan hebat.
2. Gejala-gejala kehamilan aktivitas janin biasanya normal, sejumlah pasien biasanya
melaporkan adanya episode perdarahan sebelumnya sewaktu trimester pertama
atau kedua, hari pertama haid terakhir dapat memberi perkiraan awal usia
kehamilan. (Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, )
DATA OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan umum : apabila perdarahan tidak banyak (10 sampai 25% pasien),
tanda-tanda vital biasanya normal dan pasien tampak sehat.
2. Pemeriksaan abdomen : uterus halus dan tidak lunak, biasanya tidak ada kontraksi
uterus. Bunyi jantung janin biasanya normal, bagian presentasi tidak tercekap
pada pintu atas panggul (pelvis inlet). Kelainan letak janin (bokong, oblik, lintang)
merupakan suatu temuan yang sering berkaitan.
3. Pemeriksaan pelvis : pada permulaan vulva harus diperiksa dengan teliti dengan
tujuan mengevaluasi kuantitas perdarahan eksterna dan kemungkinan perdarahan
traktus urinarius atau rektum. Pemeriksaan per vaginam atau rektal dapat
merangsang perdarahan hebat. Oleh karena itu pemeriksaan pervaginam tidak
pernah dilakukan kecuali pasien berada didalam sebuah kamar operasi yang telah
dipersiapkan untuk secsio sesarea segera. Apabila perdarahannya minimal dan
tampaknya bukan plasenta previa, pemeriksaan yang hati-hati dengan spekulum
dapat menyikap kemungkinan perdarahan vaginal atau serviks (sebagai akibat
rupturnya varises, erosi serviks, atau tumor-tumor serviks). Apabila dicurigai
perdarahan bersumber dari janin (adanya bradikardi janin atau bunyi jantung janin
tidak terdengar), darah harus diperiksa terhadap hemoglobin janin (Kapita Selecta
Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, )
4. Plasenta previa dapat didiagnosis dengan ultrasonografi sebelum suatu gejala
muncul. Apabila sonogram yang dilakukan sebelum kehamilan berusia 28 minggu
memberi kesan plasenta berada dibagian bawah, maka perlu dilakukan
pemeriksaan ulang pada trimester ketiga untuk mencatat kelanjutan posisi plasenta
dalam hubunganya dengan perkembangan serviks dan segmen bawah uterin
sangat umum ditemukan. Sering kali, seiring perkembangan uterus,jarak antara
bagian luar plasenta dan serviks semakin dekat. Apabila plasenta previa sentral,
maka persalinan tidak dapat dilakukan pervaginam (Asuhan Kebidanan Helen
Varney, )
5. Sementara boleh dilakukan pemeriksaan fornices dengan hati-hati jika tulang
kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan antara jari-jari kita dan kepala
teraba bantalan (ialah jaringan plasenta) maka kemungkinan plasenta previa besar
sekali. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada
letak sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakanya dari jaringan
lunak.
6. Diagnosa pasti kita buat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan kalau
sudah ada pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya
tidak menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan. Bagi pemeriksa yang
kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan plasenta.
D. Penatalaksanaan
1) Konservatif bila :
a) Kehamilan kurang 37 minggu.
b) Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c) Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
a) Istirahat.
b) Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
c) Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
d) Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Kemungkinan insfeksi nifas besar, karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium, dan merupakan porte d’entree yang mudah tercapai lagi pula pasien biasanya
anemis karena perdarahan hingga daya tahanya lemah. Menurut Roeshadi (2004),
kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah
sebagai berikut :
a) Bahaya untuk ibu pada plasenta previa ialah :
Perdarahan yang hebat bahkan syok.
Robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh.
Insfeksi sepsis.
Emboli udara.
Anemia karena perdarahan
Plasentitis
Endometritis pasca persalinan
8.Preeklamsia
1. Hipertensi Kronik:sebelum kehamilan TD 140/90 sebelum 20 minggu
2. Hipertensi Gestasional:lebih dari 140/90 tapi proteinuria tidak ada
Pengertian
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,dan masa
nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah
apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan
kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular
atau hipertensi sebelumnya (muchtar,1998)
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan ataumasa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibatneurologik) dan/ atau koma
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsi.
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamildan wanita
masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan protenuria.Eklamsi lebih sering terjadi
pada kehamilan kembar, hydramnion, molahydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi sebelum
kehamilan bulan ke-6.2.
Gejala
Tekanan darah tinggi selama hamil adalah kondisi yang sangat bahaya dan dapat menjadi
tanda preeklampsia.Bahkan, meskipun bukan sebagai gejala preeklamsia, tekanan darah
tinggi juga menjadi masalah lain.Batas atas tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHG yang
diukur dua kali dalam keadaan dan jeda waktu berbeda.2Namun pada preeklampsia berat,
tekanan darah bisa sampai >160/110 mmHg.
4.Sakit kepala
Gejala preeklamsia berikutnya yang perlu diperhatikan adalah sakit kepala yang berdenyut
sangat parah. Kadang, rasa sakitnya mirip dengan migrain yang sering sulit hilang.
Nyeri di area ini disebut nyeri epigastrik yang biasanya terasa di bawah tulang rusuk sisi
kanan.Gejala preeklamsia yang satu ini biasanya tersamarkan dengan rasa mulas, gangguan
pencernaan, atau rasa sakit karena tendangan bayi.Perbedaan nyeri bahu biasa dengan gejala
preeklamsi yaitu, rasanya seperti ada yang mencubit di sepanjang tali bra atau di
leher.Terkadang kondisi ini membuat Anda sakit ketika berbaring ke sisi kanan. Gejala nyeri
ini salah satu tanda sindrom HELLP atau masalah di hati (liver).
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan hamil yang paling umum dan sering diabaikan
sebagai gejala preeklamsia.
Diagnosis
Sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg pada dua kesempatan berjarak 4 jam
dengan di antaranya pasien dalam keadaan istirahat (kecuali terapi antihipertensi
dimulai sebelum saat ini). Ditemukan pada usia kehamilan 20 minggu pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg, hipertensi dikonfirmasi segera agar
dapat diberi terapi antihipertensi
Trombositopenia (jumlah trombosit< 100.000).
Gangguan fungsi hati (peningkatan enzim transaminase hati dua kali konsentrasi
normal), nyeri kuadran kanan atas parsiste berat atau nyeri epigastrium tidak responsif
terhadap pengobatan dan tidak ada diagnosis alternatif, atau keduanya.
Edema paru
Timbulnya onset gejala neurologis seperti nyeri kepala atau gangguan visual.
9.Vakum EkstraksiDefinisi vakum ekstraksi
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum
ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 495.)
Vakum ekstraksi adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat
persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor.
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat
penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk
melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan:
831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu
cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan
melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk
menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi
dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat
suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit
kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
Komplikasi
2 Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial,
fraktur klavikula
A. Indikasi dan kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1. Indikasi vakum ekstraksi
Indikasi ibu
a. Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, napas cepat >
40x/mnt
b. Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c. Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d. Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami
penurunan.
e. Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
Indikasi bayi
a. DJJ janin 160x/menit
2. Presentasi kepala.
7. Kontraksi baik.
9. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan. Yang harus diperhatikan dalam tindakan
vakum ekstraksi:
3. Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.
4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan.
5. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7
cm)
1. Pasien
a. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
d. Medikamentosa
1) Oksitosin
2) Ergometrin
3) Prokain 1%
g. Instrument
3) Cunam tampon : 1
a. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set.
1) Lampu sorot : 1
3. Bayi
a. Instrument
4) Incubator : 1 set.
b. Medikamentosa
3) Epinefrin 0,01%.
4) Antibiotika.
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
3. Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan
darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan
rendam dalam larutan tersebut.
1. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati
introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada
bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil)
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari
tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk
memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.
· Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien
harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan
badomen menjadi lebh efektif.
F. PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan
lakukan penarikan dan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik
pengait, ibu jari dan tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala
bayi).
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi
(pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum
dan tidak masuk kembali.
a. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien
dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).
b. Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga
mengharuskan pasien dirujuk.
3. Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga lahirlah
berturut-turut dahi, muka dan dagu.
G. MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan bahu depan
kemudian gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh
bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan
serahkan bayi pada petugas bagian anak
H. LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikan oxitocin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali
pusat dan mendorong uterus kearah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau
tidak lengkap).
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada
dinding vagina ditempat lain.
4. Bila terjadi robekan diluar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan
kelangkah
J. PENJAHITAN EPISIOTOMI
1. Pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan
dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, mukosa dan subkutis)
bagian atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset
bergigi.
3. Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut
bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur
bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat
dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi
larutan antiseptic.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila
diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang
tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan
perawatan serta laporkan segara bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan
yang harus diwaspadai.