Anda di halaman 1dari 10

A.

Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin dilahirkan.
Solusio plasenta biasanya terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin
di atas 500 gr.
a. Klasifikasi

1) Menurut derajat lepasnya plasenta


a) Solusio plasenta totalis (komplek): bila seluruh plasenta sudah
terlepas dari tempat perlengketannya.
b) Solusio plasenta parsialis: bila hanya sebagian saja plasenta
terlepas dari tempat perlengkatannya.
c) Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir
plasenta yang terlepas dari tempat perlekatan.
2) Menurut tingkat gejala klinik
a) Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan
hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta.
Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b) Kelas 1: gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu rupture sinus marginalis atau
terlepasnya sebagian kecil plasenta dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu atau janinnya. Terdapat perdarahan sebanyak <100-
200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,
pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma >150 mg%.
c) Kelas II: gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini terlepasnya plasenta
telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya. Terdapat perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang,
terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, dan
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
d) Kelas III: gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
3) Menurut bentuk perdarahan
a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
c) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong
amnion.
b. Etiologi
Penyebab primer terjadinya solusio plasenta belum diketahui pasti,
namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi, yaitu:
1) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Menurut penelitian, ditemukan bahwa
terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan
separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2) Faktor trauma
a) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
c) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu
makin kurang baik keadaan endometrium.
4) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2)
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang
mengandung leiomioma.
6) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
7) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta
menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta.
9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanya kehamilan, dan lain-lain.
c. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan
plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan di dapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang
berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan seluruh
plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di
bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara
serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire
(Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak trombosit akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu sehingga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga
pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan
terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian
kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal, dan keadaan janin. Makin lama
penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai umumnya makin
hebat komplikasinya.
Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari
jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar
dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda
yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan
menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah
perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan
pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu, namun dapat juga berasal
dari anak. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan
darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan
penyulit terhadap ibu dan janin.
d. Gambaran Klinis
1) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan
kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa
agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-
bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus
selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena
perdarahan yang berlangsung.
2) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi
belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-
lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun
perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya
mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam
syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah
berada dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih
hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan
kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih
sering terjadi pada solusio plasenta berat.
3) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi
sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan
janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan
keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja
belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan
telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal
e. Diagnosis
1) Anamnesis
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan non-
recurrent terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang
berwarna kehitaman
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-
kunang.
e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang
lain.
2) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan
pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil.
b. Inspeksi
(1) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
(2) Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
(3) Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
c. Palpasi
(1) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
(2) Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun
di luar his.
(3) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
(4) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
d. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya
di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila
plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
e. Pemeriksaan dalam
(1) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
(2) Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang
(3) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus placenta
3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
(1) Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
(2) Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia
b. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta
yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma
retroplacenter.
c. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain
terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu,
darah, dan tepian plasenta.
f. Komplikasi
1) Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan
persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang
tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
2) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis
tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik.
3) Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia.
4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-
otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu
yang biasa disebut Uterus couvelaire.
5) Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: fetal distress, gangguan
pertumbuhan/perkembangan, hipoksia, anemia, dan kematian.
g. Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah,
ada tidaknya hipertensi menahun atau pre-eklampsia, tersembunyi
tidaknya perdarahannya, dan jarak waktu antara terjadinya solusio plasenta
sampai pengosongan uterus.
Prognosis janin pada solusio plasenta berat hampir 100% mengalami
kematian. Pada solusio plasenta ringan dan sedang kematian janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan
tuanya kehamilan. Perdarahan yang lebih dari 2000 ml biasanya
menyebabkan kematian janin. Pada kasus solusio plasenta tertentu sectio
cesaria dapat mengurangi angka kematian janin. Sebagaimana pada setiap
kasus perdarahan, persediaan darah secukupnya akan sangat membantu
memperbaiki prognosis ibu dan janinnya

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G [et.al..]. 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta,
EGC.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta, P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga Cetakan Pertama. Jakarta,
P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai