Anda di halaman 1dari 53

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatukelainan yang
berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum.Perdarahan
antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 28
minggu.Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan
lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu,
memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan
antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada
kelainan plasenta

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah macam penyebabperdarahan antepartum yang
bersumber pada kelainan plasenta.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb IV, dan untuk mengetahui dan memahami tentang pendarahan
antepartum.
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan
b. Mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber pada
kelainan plasenta seperti :

1
1) solusio plasenta
2) Plasenta previa
3) Insersio palamentosa
4) Ruptur sinusmarginalis
5) Plasenta sirkumvalata
6) vasa previa

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pendarahan Antepartum
1. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus.Perdarahan setelah kehamilan 28
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum
kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang
berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena
perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang
utama.Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang
disebabkan perdarahan dapat menurun.

2. Jenis-jenis perdarahan antepartum


a. Solusio Plasenta
1) Definisi
a) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri)
setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. (9) .

3
b) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta
sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi
normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.(1)
c) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini
hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22
minggu atau berat janin di atas 500 gram (2)

2) Klasifikasi
a) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut
derajat pelepasan plasenta (2)
i) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
ii) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
iii) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta
yang terlepas.
b) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk
(4)
perdarahan
i) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

4
ii) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
iii)Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam
kantong amnion .
c) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala
klinisnya, yaitu: (5,6)
i) Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta
<1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%
ii) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat
tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma 120-150 mg%.
iii)Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat
tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi
lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

3) Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi
a) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland,
ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan.(7,8)
b) Faktor trauma
i) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

5
ii) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan
iii) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas
ibu makin kurang baik keadaan endometrium (7,8)
d) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun. (2)
e) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
menyebabkan solusio leiomioma (1,7)
f) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan
darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung
jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan
berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum
terbukti secara definitive
g) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan
kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang
merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
h) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu
dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko
berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
riwayat solusio plasenta

6
i) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran
uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. (8)

(1,2,3)
4) Gambaran Klinis
a) Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus
marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus.Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih
mudah diraba.Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi,
karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan
yang berlangsung.
b) Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian,
tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang
tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam.
Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu
mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan
gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri
tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.Jika
janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah
terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio
plasenta berat

7
c) Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3
permukaannnya.Terjadi sangat tiba-tiba.Biasanya ibu telah jatuh
dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.Uterus sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan pervaginam
tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi.
Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi
ginjal

5) Komplikasi
a) Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio
plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan
menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat (1,10,17)
b) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh
keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. (1,2)
c) Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. (2)
d) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

8
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan
dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang
juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah
menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:


Fetaldistress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia,
anemia, Kematian

(5)
6) Diagnosis
a) Anamnesis
1. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
2. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar
dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman
3. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti
4. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-
kunang.
5. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal
yang lain.
b) Inspeksi
1. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
2. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
3. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

c) Palpasi
1. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.

9
2. Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his
maupun di luar his.
3. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
d) Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan
akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
e) Pemeriksaan dalam
1. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
2. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol
dan tegang
3. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada
pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
f) Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan
pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
g) Pemeriksaan laboratorium
1. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
2. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah,
lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta
sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
h) Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau

10
darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.

i) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)


Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain
:Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih
ibu, Darah, Tepian plasenta

7) Terapi
a) Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak
tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat,
kemudian tunggu persalinan spontan. (2)
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala
solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG
daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus
segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila
janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk
mempercepat persalinan
b) Solusio plasenta sedang dan berat (2)
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas
ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah,
amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan
berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml.
Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan
merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi
darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan
diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio

11
plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi
histerektomi.Tetapi jika perdarahan tidak dapat dikendalikan
setelah dilakukan seksio sesaria maka histerektomi perlu
dilakukan.

b. Plasenta Previa
1) Definisi
a) Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae:
didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang
normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim
didaerah fundus uteri. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).
b) Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri
internum. (2).
c) Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian
jalan lahir. (1).

2) Klasifikasi Plasenta Previa


Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
a) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
b) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh
plasenta.
c) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan
plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).

12
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar
berikut :

3) Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada
grade multi para.Primigravida tua.Bekas seksiosesarea, bekas aborsi,
kelainan janin dan leiomioma uteri. (2).
a) Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa
nyeri. Tanpa sebab terutama pada multi para.
b) Pemeriksaan fisik
i) Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk
pintu atas panggul. Ada kelainan letak jain.
ii) Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri
eksternum.
c) Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas
lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut
dalam pemeriksaan dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai
berikut:
i) Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala.
Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas
panggul.Perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari.
Perabaan lunak jika antara jari dan kepala terdapat plasenta
ii) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan
forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis
telah terbuka, perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha

13
menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta
akan terlepas dari inersinya. (2).
4) Komplikasi
a) Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,
anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca
persalinan
b) Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi
seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)

5) Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi
penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak
banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya
telah dilakukan pemeriksaan dalam.Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada
saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat
dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot
uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang
letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan
terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )

14
6) Pemeriksaan diagnostic
a) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya
perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada
pemeriksaan hematokrit.
b) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu
atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di
atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke
dalam pintu atas panggul.
c) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui
apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari
ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
d) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta
secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan
ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara
ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu
dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro,
2005)
e) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap
ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
f) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif..Dilakukan dengan
PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui
pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada
ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO
sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001)

7) Penatalaksanaan
a) Terapi ekopektif
1. Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir
premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam

15
melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-
infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
a. Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda inpartu.
c. Keadaan umum ibu cukp baik.
d. Janin masih hidup.
2. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
3. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
4. Berikan tokolitik jika ada kontraksi.
a. MgSO4 4 gr iv dosis awal dilanjutkan 4gr setiap 6 jam.
b. Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru
janin.
5. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
6. Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh
berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b) Terapi aktif
1. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif
tanpa memandang maturnitas janin.
2. Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi,
lakukan PDMO jika:
a. Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi
telah siap.
b. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.

16
c. Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor
(misal: anensefali).
d. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati
pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:


1. Seksio sesarea
a. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau
tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilaksanankan.
b. Tujuan seksio sesarea.
1) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
3) Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

c. Insertio Velamentosa

Insertio Velamentosa

Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput


janin.Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda.Pada

17
insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput
janin.Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan
bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta.Karena pembuluh
darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan
antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran.Bila
pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka
disebut vasa previa.Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu
ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan
yang berasal dari anak.Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban
pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat
bunyi jantung anak menjadi buruk.

d. Vasa previa
1. Definisi
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah
janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical
os). Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak
terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan
pecah bila selaput ketuban pecah.
2. Etiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput
ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh
darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari talipusat
atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila
pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh
darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian janin
3. Patofisiologi
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah
janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri
internum. Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio

18
velamentosa. Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir
sama dengan etiologinya karena hampir semua berhubungan.
4. Maninfestasi klinik.
a. Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu
b. Darah berwarna merah segar
c. Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
d. Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan
ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak
menjadi buruk.
5. Diagnosa
a. Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila
usg antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya
pembuluh darah pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.
b. Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes
larutan basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap
pecah sehingga campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah
tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan campuran
berubah warna menjadi coklat.
c. Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput
ketuban dan plasenta
d. Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan
mengingat bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak
fatal bagi janin
6. Pemeriksaan penunjang
a. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan
kelainan), ICA.
b. Kardiotokografi:kehamilan> 28 minggu.
c. Laboratorium : darah perifer lengkap.
7. Penatalaksanaan
Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan
segera seksio sesar.

19
e. Plasenta Sirkumvalata
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang
disekeliling tepi-tepi plasenta.Dengan demikian korion ini masih
berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat
kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin
putih.Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan
disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah
desidua.Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding
uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum.Hal ini tidak
dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.Y G2P1A0
UMUR 34TAHUN HAMIL 30MINGGU 5HARI DENGAN
PLACENTA PREVIA TOTALIS

I. PENGKAJIAN

Ruang : Srikandi

Tanggal masuk : 17 September 2019

No Register : 464786

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny. Y Nama : Tn. J

2. Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Penggaron Kidul

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF )

Tanggal 17 September 2019 Pukul 19.25 WIB

1. Keluhan utama pada waktu masuk

21
Ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna merah segar, encer dari
jalan lahir pada pukul 17.00 WIB tanpa disertai nyeri perut dan ibu
mengatakan masih merasakan adanya gerakan janin, ibu cemas dengan
kehamilannya.

2. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur 13 th

b. Siklus : Ibu mengatakan menstruasi setia sebulan sekali

c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 5-7 hari

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali


perhari

e. Teratur/ tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan berwarna merah tua dan


encer

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri haid


sampai mengganggu aktivitasnya

3. Riwayat hamil ini

a. HPHT : Ibu mengatakan 14 Februari 2019

b. HPL : 21 November 2019

c. Gerakan janin : Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan


janin sejak umur kehamilan 5 bulan

d. Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat


yang diberikan bidan yaitu tablet Fe

e. Keluhan – keluhan pada

- Trimester I : Ibu mengatakan sering mual dan muntah

22
- Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

- Trimester III : Ibu mengatakan sering pegal di pinggang

f. ANC : 7 kali di bidan secara teratur

- Trimester I : Ibu mengatakan 2 kali pada umur kehamilan 4


minggu dan 10 minggu

- Trimester II : Ibu mengatakan 3 kali pada umur kehamilan 13


minggu, 18 minggu, dan 24 minggu

- Trimester III : Ibu mengatakan 2 kali pada umur kehamilan


28minggu dan 30minggu

g. Penyuluhan yang pernah didapat Ibu mengatakan pernah mendapatkan


penyuluhan tentang tablet Fe dan kebutuhan gizi ibu hamil pada saat
umur kehamilan 2 bulan

h. Imunisasi TT : 2 kali

TT 1 : Ibu mengatakan saat umur kehamilan 4 bulan

TT 2 : Ibu mengatakan saat umur kehamilan 5 bulan

i. Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan khawatir akan kehamilannya


karena ada perdarahan

4. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit apapun seperti batuk,


flu, dan demam.

b. Riwayat penyakit sistemik

23
- Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar -
debar dan tidak pernah merasakan nyeri dada
sebelah kiri serta tidak mudah lelah

- Ginjal :Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri


pada pinggang kanan dan kiri

- Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas

- TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang


berkepanjangan lebih dari 2 minggu

- Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning


pada mata,kulit, dan kulitnya

- DM : Ibu mengatakan tidak pernah haus dan lapar


yang berlebihan serta tidak sering BAK pada malam hari

- Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah tekanan darahnya


lebih dari 140/90 mmHg

- Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang hingga


keluar busa dari mulutnya.

- Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit


lainnya seperti HIV/aids

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya ada riwayat penyakit menurun yaitu


jantung dan asma. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular
seperti : TBC, epilepsi, dan HIV/aids.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya


tidak ada riwayat keturunan kembar.

24
e. Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah dilakukan tindakan operasi apapun.

5. Riwayat Perkawinan

a. Status perkawinan : syah, kawin : 1 kali

Kawin I : umur 25 tahun, dengan suami umur 27 tahun

Lamanya : 9 tahun, anak 1 orang

6. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan KB


suntik 3 bulan selama 3 tahun, tidak ada keluhan kemudian dilepas
karena ingin mempunyai anak.

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Ana Nifa
Tgl/Thn Umur Tmpa Jenis Peno k s
No
partus Khmilan t Partus - BB PB Kead
JK Laktasi S
Partu long (gr) (cm) a
s -an
1. 2014 Aterm BPS Spontan Bidan ♀ 3000 49 Baik Lancar
2. Kehamilan Sekarang

8. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Nutrisi
- Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang
jenis nasi, sayur, lauk. Minum 5-7 gelas perhari air putih dan teh.
- Selama hamil :Ibu mengatakan makan 3-4 kali sehari porsi sedang
jenis nasi, sayur, lauk. Minum 7-8 gelas perhari air putih dan susu.

b. Eliminasi
- Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari berwarna
kuning jernih, bau khas urine.

25
BAB 1-2 kali sehari konsistensi lunak bau khas feces dan tidak ada
keluhan.
- Selama hamil :Ibu mengatakan BAK 7-8 kali sehari berwarna
kuning jernih, bau khas urine.
BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, bau khas feces dan tidak ada
keluhan.

c. Aktivitas
- Sebelum hamil : Ibu mengatakan kadang–kadang bekerja dan
melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti mencuci, memasak,
menyuci, dan bersih – bersih rumah.
- Selama hamil : Ibu mengatakan sudah tidak bekerja dan melakukan
pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, dan bersih – bersih
rumah dengan dibantu suaminya.
d. Istirahat / Tidur
- Sebelum hami l : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur
malam ± 7 jam

- Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil jarang tidur siang dan
tidur malam ± 7 jam

e. Seksualitas
- Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3
kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan
- Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1-2
kali seminggu dan tidak ada keluhan.

f. Personal Hygiene
- Sebelum hamil :Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi
tiap mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari
- Selama hamil :Ibu mengatakan mandi 2-3 kali sehari, gosok gigi
tiap mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari
g. Psikososial budaya
1) Perasaan tentang kehamilan ini

26
Ibu mengatakan senang atas kehamilannya.

2) Kehamilan ini direncanakan/ tidak


Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan

3) Jenis kelamin yang diharapkan


Ibu mengatakan laki-laki dan perempuan sama saja yang penting nanti
bayinya lahir dengan selamat dan sehat

4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini


Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya
sangat mendukung dengan kehamilannya

5) Keluarga lain yang tinggal serumah


Ibu mengatakan tinggal dengan suami dan mertuannya

6) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun

7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan


Ibu mengatakan dalam keluarganya ada acara mitoni saat umur
kehamilan 7 bulan

C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF )


1. Status generalis
Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV : TD 110/70 mmHg, N : 86 x/menit

R : 24 x/menit, S : 368 0C

TB : 160 cm

BB sebelum hamil : 65 kg

27
BB sekarang : 74 kg

LILA : 26,5 cm

2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : bersih, berwarna hitam tidak mudah rontok
2) Muka : tidak oedema, tidak ada
cloasma, dan tampak Pucat

3) Mata
a) Oedema : tidak oedema
b) Conjungtiva: tampak pucat
c) Sklera : putih
4) Hidung : bersih, tidak ada benjolan
5) Telinga : bersih, simetris, dan tidak ada serumen
6) Mulut/ gigi/ gusi : tidak stomatitis, tidak caries, tidak mudah
berdarah
b. Leher
1) Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran
2) Tumor : tidak ada benjolan
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
c. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Simetris : simetris kanan kiri
d) Aerola : hiperpigmentasi
e) Puting susu : menonjol
f) Kolostrum : belum keluar

2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada benjolan

28
b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

d. Ekstremitas
1) Atas : kedua tangan simetris, jari – jari
tangan lengkap, tidak ada cacat dan telah
terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri

2) Bawah : kedua kaki simertis, jari – jari


kaki lengkap, tidak cacat, tidak oedema, dan tidak
ada varices, reflek patella positif kanan kiri

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )


a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran Perut : normal, sesuai dengan tuanya umur
kehamilan

b) Bentuk perut : memanjang


c) Linea alba/ nigra : linea nigra
d) Strie Albican/ Livide: strie livide
e) Kelainan : tidak ada
f) Pergerakan janin : ada gerakan janin sebanyak 1 kali saat
dilakukan pemeriksaan
2) Palpasi
a) Pergerakan janin : 1 kali saat dilakukan pemeriksaan
b) Leopold I :TFU pertengahan processus xyphoideus dan
pusat, fundus teraba bulat lunak
dan tidak melenting ( bokong ).

c) Leopold II : kanan teraba keras memanjang seperti


papan (punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin
(ekstremitas).
d) Leopold III :teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)

29
e) Leopoid IV : bagian terendah janin belum masuk PAP
( konvergen )
f) TFU Mc Donald : 27 cm
g) TBJ : (27-12) x 155 : 2325 gram
3) Auskultasi
DJJ : Punctum Maksimum : kanan bawah pusat
Frekuensi : 144 x/menit
Teratur/ tidak : teratur

b. Pemeriksaan panggul
1) Kesan panggul : normal ( gynecoid )
2) Distansia Spinarum : 26 cm ( 24 - 26 cm )
3) Distansia Kristarum : 29 cm ( 26 - 30 cm )
4) Konjugata Eksterna : 19 cm ( 18 - 20 cm )
5) Lingkar Panggul : 90 cm ( 85 - 90 cm )

c. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : tidak ada varices
b) Luka : tidak ada luka
c) Kemerahan : tidak ada kemerahan
d) Nyeri : tidak ada nyeri
e) Kelenjar Bartholini : tidak ada pembesaran
f) Pengeluaran Pervaginam: ada, darah berwarna merah segar,
encer 1pembalut penuh ± 50cc

2) Perineum
a) Bekas Luka : tidak ada bekas luka
b) Lain – lain : tidak ada

30
3) Anus
a) Haemoroid : tidak ada
b) Lain – lain : tidak ada

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium ( tanggal 17 september 2019 J 19.30)
Hb : 10,9 gr% Normal 12 gr% – 18 gr%

: 9800/mm3 Normal 5000-10000/mm3


Leukosit
: 276000/ mm3 Normal 150ribu-450ribu/mm3
Trombosit
Gol. Darah :A

b. Pemeriksaan penunjang lain :


- USG ( Hasil pemeriksaan tanggal 17 september 2019 pukul 10.00 WIB )
Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta
insersi di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak.
Tidak tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 17 September 2019, Pukul : 20.10 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. Y G2P1A0 umur 34 tahun hamil 30+5 minggu, janin tunggal,
hidup intrauteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi
kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP dengan
plasenta previa totalis.

Data Dasar

DS : 1. Ibu mengatakan bernama Ny. Y umur 34 tahun

2. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah

31
keguguran.

3. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 7


Oktober 2014

4. Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir


berwarna merah segar, encer dan tidak disertai rasa
nyeri pada pukul 17.00 WIB.

DO : 1. Keadaan umum : baik

2. TTV : TD110/70 mmHg,


N : 86 x/menit, R24x/menit, S:
36,8
3. Ekstremitas : terpasang infus RL 20
tetes/menit di tangan kiri
4. Leopold I : TFU pertengahan processus xyphoideus dan
pusat, fundus teraba bulat lunak dan tidak melenting ( bokong ).
Leopold II : kanan teraba keras
memanjang seperti papan (punggung). Kiri teraba
bagian - bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)
Leopoid IV : bagian terendah janin
belum masuk PAP ( konvergen )
5. TFU Mc Donald : 27 cm
6. TBJ : (27-12) x 155 : 2325 gram
7. Auskultasi
DJJ : Punctum Maksimum : kanan bawah pusat

Frekuensi : 144 x/menit

Teratur/ tidak : teratur

8. PPV : ada, berwarna merah segar, encer penuh ±50cc


9. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Hb : 10,9 gr/dl ( Hasil pemeriksaan
tanggal 17 september 2019 pukul 19.30 )
- USG ( Hasil pemeriksaan tanggal 17 september 2019 pukul 10.00)

32
Tampak janin tunggal intra uteri, preskep,
memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen bawah
rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak.
Tidak tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin
dalam keadaan baik.

B. MASALAH
Ibu mengatakan cemas akan kehamilannya karena adanya perdarahan.

C. KEBUTUHAN
- Informasi tentang keadaan ibu
- Dukungan mental dari keluarga dan tenaga kesehatan

III. DIAGNOSA POTENSIAL


1. Syok hypovolemik
2. Anemia sedang
3. Infeksi

IV. TINDAKAN SEGERA


1. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
- Infus RL 20 tpm
- Inj Asam Tranexamade 3x500mg
- Inj dexametasone 2x6mg
- Po Nifedipine 3x10mg
- Po etabion 1x1
- konservatif

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 17 september 2019 Pukul : 20.20 WIB
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2. Observasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila sewaktu-
waktu ada his tiap 30menit sampai dengan stabil.
3. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
- Po Etabion 1x1 kapsul
- Dexamethazone 6 mg/ 12 jam via IV

33
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV
- Po Nifedipine 10mg8jam
- konservatif
4. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan
yang dialami ibu
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total, bila BAB atau BAK anjurkan
ibu memakai pispot

6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan


mengganti pembalut bila sudah penuh dan cebok dari arah
depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu

VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN


Tanggal : 17 september 2019 pukul : 20.25 WIB
1. Pukul 20.25 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda –
tanda vital tiap 4 jam
2. Pukul 20.28 WIB mengobservasi DJJ,
banyaknya perdarahan, dan pantau bila sewaktu-
waktu ada his tiap 2 jam
3. Pukul 20.30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn
untuk pemberian terapi
- Infus RL 20 tpm
- Inj Asam Tranexamade 3x500mg
- Inj dexametasone 2x6mg
- Po Nifedipine 3x10mg
- Po etabion 1x1
- konservatif
4. Pukul 20.40 WIB memberitahu ibu tentang keadaan yang
dialaminya bahwa ibu mengalami plasenta previa totalis yaitu
plasenta yang letaknya tidak normal sampai menutupi seluruh
jalan lahir sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara normal
melainkan harus dengan SC bila umur kehamilan sudah cukup
bulan. Saat ini ibu dan janin yang dikandungnya dalam keadaan
baik.

34
5. Pukul 20.44 WIB menganjurkan ibu untuk bedrest total, bila
ingin BAB atau BAK dengan menggunakan pispot.
6. Pukul 20.45 menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
dengan mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah
depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Pukul 20.48 WIB menganjurkan pada keluarga agar selalu
mendampingi ibu.

VII. EVALUASI
Tanggal : 17 september 2019 pukul : 21.00 WIB

1. Sudah dilakukan pemantauan keadaan umum ibu dan tanda-


tanda vital, hasilnya :
- Keadaan umum : baik
- TTV, TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/menit

R : 23 x/menit

S : 37 0C
2. Sudah dilakukan pemantauan Djj, perdarahan, dan his. hasilnya
- Djj : 148 x/menit
- Perdarahan : darah berwarna merah segar, encer ± 10cc

- His : tidak ada


3. Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai advis dokter :
a. Sudah dilakukan skin test, setelah di observasi tidak ada
tanda- tanda kemerahan / alergi disekitar kulit yang disuntik.
b. Sudah dilakukan pemberian terapi injeksi via IV pada pukul 20.30 WIB
- Dexamethazone 5 mg
- Asam tranexamat 500 mg
c. Sudah dilakukan pemberian terapi oral dan ibu sudah
meminumnya pada pukul 20.45 WIB
- Etabion 1x1 tablet
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet

35
4. Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini
dan ibu merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin
dalam kandungannya dalam keadaan baik.
5. Ibu bersedia untuk bedrest total dan ibu bersedia untuk BAK
dan BAB menggunakan pispot
6. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene yaitu
dengan mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah
depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang
ibu merasa lebih nyaman.

36
DATA PERKEMBANGAN 1

Tanggal : 18 september 2019, Pukul : 09.30 WIB

S : 1. Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin


2. Ibu mengatakan masih mengeluarkan
darah berwarna merah segar, encer dari
jalan lahir tetapi hanya sedikit.

3. Ibu mengatakan masih merasa cemas


karena perdarahannya belum berhenti.

4. Ibu mengatakan baru saja mengganti pembalut


dan sudah menjaga kebersihan alat
genetalianya dengan cebok dari arah depan ke
belakang lalu dikeringkan dengan handuk
bersih.

5. Ibu mengatakan masih istirahat total dan


masih BAK dan BAB di tempat tidur

6. Ibu mengatakan sudah meminum obat yang


diberikan bidan yaitu SF dan Asam
Mefenamat pada pukul 07.30 WIB

O : 1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 100/70 mmHg

N : 86 x/menit

R : 26 x/menit

S : 37,3 0C
4. Ekstremitas : masih terpasang infus RL 20

37
tetes/menit ditangan kiri, tidak oedema dan
tidak ada kemerahan, cairan mengalir lancar dan
tidak ada sumbatan
5. DJJ : 142 x/menit
6. Kontraksi : tidak ada
7. Perdarahan : terdapat darah didalam pembalut ± 20cc
8. Terapi injeksi yang sudah di berikan via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam pukul 09.00
WIB
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam pukul 05.00
WIB

A : Ny. Y G2P1A0 umur 34 tahun hamil 30+6 minggu, janin


tunggal, hidup, intrauteri, letak memanjang,
punggung kanan, presentasi kepala, bagian

terbawah janin belum masuk PAP dengan plasenta previa totalis.

P : Tanggal : 18 september 2019


1. Pukul 09.45 WIB memantau keadaan umum ibu dan vital sign tiap
4 jam

2. Pukul 09.55 WIB memantau DJJ dan perdarahan tiap 2 jam


3. Pukul 10.00 WIB melanjutkan advis dokter
dengan memberikan injeksi dan terapi oral.
- Dexamethazone 5 mg via IV
- Asam tranexamat 500 mg via IV
- Etabion 1x1 tab
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
4. Pukul 10.15 WIB menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan bergizi dan tidak
memantang makanan apapun agar kondisi ibu
cepat pulih dan nutrisi janin terpenuhi.
5. Pukul 10.20 WIB mengajurkarkan ibu untuk
menjaga personal hygiene terutama pada alat

38
genetalia dengan cara cebok dari arah depan ke
belakang setiap BAB atau BAK.

Evaluasi
Tanggal 18 september 2019 pukul : 13.25 WIB
1. Sudah dilakukan pemantauan KU dan Vital sign, dan hasilnya :
a. KU : baik
b. TTV,
T
D : 120/80 mmHg N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 37,1 oC
2. Sudah dilakukan pemantauan Djj dan perdarahan pervaginam,
hasilnya :
a. Djj : 142 x/menit
b. PPV : ± 20 cc
3. Terapi injeksi dan terapi oral sudah diberikan
sesuai dengan advis dokter dan sesuai jadwal.
- Asam tranexamat 500 mg pukul 13.00 WIB
- Etabion 1x1 tab diminum pukul 11.00 WIB
- Asam Mefenamat 500 mg diminum pukul 11.00 WIB
4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi dan
tidak memantang makanan apapun agar
kondisinya cepat pulih seperti semula dan asupan
nutrisi umtuk janin juga terpenuhi.
5. Ibu bersedia menjaga personal hygiene.

39
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 19 september 2019, pukul : 07.30 WIB


S: 1. Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin
2. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan
darah dari jalan lahir
3. Ibu mengatakan sudah tidak memakai pembalut
4. Ibu mengatakan masih meminum obat yang
berikan bidan yaitu SF dan Asam mefenamat
pada pukul 07.00 WIB
5. Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun
6. Ibu mengatakan selalu menjaga kebersihan
genetalianya dengan cebok dari arah depan ke
belakang lalu dikeringkan dengan handuk
7. Ibu mengatakan masih istirahat total ditempat tidur

O : 1. KU : baik

2. TTV, TD : 110/70 mmHg


N : 82 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,9 oC
3. Djj : 144 x/menit

PPV : tidak ada


4. Ekstremitas : masih terpasang infus RL 20 tetes/menit di
tangan kiri, tidak oedema dan tidak ada kemerahan, cairan
mengalir lancar dan tidak ada sumbatan.
5. Terapi injeksi yang sudah diberikan
- Asam tranexamat 500 mg IV pukul 05.00 WIB
- Dexametasone 6mg IV

40
A : Ny. Y G2P1A0 umur 34 tahun hamil 31 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauteri, letak memanjang,
punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah
janin belum masuk PAP dengan plasenta previa
totalis.

P : Tanggal : 19 september 2019 Pukul : 09.00 WIB

1. Pukul 09.00 WIB mengobservasi KU dan TTV ibu


2. Pukul 09.10 WIB mengobservasi djj dan perdarahan
3. Pukul 09.15 WIB menganjurkan ibu mobilisasi
karena perdarahan sudah berhenti dengan cara
duduk, berdiri dan berjalan
4. Pukul 09.20 melanjutkan kolaborasi dengan dokter
obsgyn dan memberikan terapi injeksi dan oral
sesuai advis dokter
- Injeksi Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Etabion 1x1tab
- Nifedipine 3x10mg
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1

5. Pukul 09.30 WIB memberikan penyuluhan kepada


ibu tentang tanda bahaya trimester III

Evaluasi

Tanggal 19 september 2019, Pukul 10.00 WIB

1. Sudah dilakukam observasi keadaan umum ibu dan


tanda-tanda vital, hasilnya :
a. KU : baik
b. TTV TD : 110/70 mmHg

N : 84 x/menit

41
R : 22 x/menit

S
: 37 oC

2. Sudah dilakukan observasi Djj dan perdarahan, hasilnya :

a. Djj : 136 x/menit

b. PPV: tidak ada perdarahan

3. Ibu melakukan mobilisasi dengan cara duduk,


turun dari tempat tidur dan berjalan-jalan

4. Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai advis dokter

- Injeksi Dexamethasone 5 mg via IV pukul 09.20 WIB

- Etabion 1x1tab pukul 09.20 WIB

- Nifedipine 3x10mg

- Asam Mefenamat 500 mg 3x1, pukul 09.30 WIB


5. Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang tanda-
tanda bahaya kehamilan trimester III

42
DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal 20 september 2019 Pukul : 08.00


S : 1. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan darah dari jalan lahir
2. Ibu mengatakan sudah BAK dan BAB di kamar
mandi
3. Ibu mengatakan masih meminum obat SF dan
Asam Mefenamat pada pukul 07.30 WIB
4. Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan lain
5. Ibu mengatakan ingin pulang
O : 1. Keadaaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV, TD : 110/70 mmHg

N : 82 x/menit

R : 20 x/menit

S : 37,1 oC

4. DJJ : 142 x/menit


5. PPV : tidak ada perdarahan
6. Ekstermitas : masih terpasang infus RL 20 tetes/menit di
tangan kiri ibu

A : Ny. Y G2P1A0 umur 34 tahun hamil 31+1 minggu, janin tunggal,


hidup, intrauteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi
kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP dengan plasenta
previa totalis.

P : Tanggal 20 september 2019 Pukul : 10.00 WIB


1. Pukul 10.00 melakukan observasi keadaan umum dan vital sign ibu
2. Pukul 10.10 melakukan obsevasi Djj
3. Pukul 10.15 mengikuti visite dokter obsgyn dan melaksanakan
advis dokter, pasien di ijinkan pulang dan terapi obat oral

43
dilanjutkan, meliputi :
- Asam mefenamat 500 mg 3x1 20 tablet
- Etabion 1x1 kapsul
4. Pukul 08.25 melakukan aff infus
5. Pukul 10.28 menganjurkan ibu saat dirumah istirahat cukup tidak
melakukan pekerjaan berat
6. Pukul 10.30 memberitahu ibu dan keluarga apabila ada perdarahan
segera mugkin dibawa ke rumah sakit untuk menghindari
kegawatdaruratan

7. Pukul 10.32 menganjurka ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau bila
ada keluhan.

Evaluasi
Tanggal 20 september 2019 Pukul : 11.00 WIB
1. Sudah dilakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign ibu,
hasilnya :
a. KU : baik
b. TTV, TD : 110/70 mmhg

N : 82 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,9 oC

2. Sudah dilakukan pemeriksaan Djj, hasilnya : 148 x/menit


3. Ibu sudah diberitahu bahwa ibu boleh pulang, dan ibu
sudah diberi terapi obat minum
- Asam mefenamat 500 mg 3x1 20 tablet
- Etabion 1x1 10 kapsul
4. Infus sudah dilepas
5. Ibu bersedia istirahat cukup dan tidak melakukan pekrjaan berat saat
dirumah
6. Ibu bersedia kembali ke rumah sakit apabila ada perdarahan
7. Ibu bersedia kontrol 1 minggu lagi atau bila ada keluhan

44
45

BAB IV
PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang telah diambil
tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada praktik yang dilakukan di lahan
dengan teori yang ada, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut
Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat
diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan
kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pada pasien ibu hamil dengan plasenta
previa.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien ( Ambarsari dan
Wulandari, 2009 ).

Pada penelitian ini dilakukan pengkajian dengan hasil data subyektif Ny.Y
mengeluh mengeluarkan darah berwarna merah segar, encer dari jalan lahir tanpa disertai
rasa nyeri. Data obyektif pada Ny. Y telah dilakukan pemeriksan fisik secara sistematis
dari ujung kepala sampai ujung kaki dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan USG. Hasil pemeriksaan meliputi,

keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24
x/menit, suhu 36,8 oC, tidak ada kontraksi, bagian terbawah janin belum masuk panggul,
perdarahan pervaginam ±50cc, Hb 10,9 gr%, hasil USG Tampak janin tunggal intra uteri,
preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air
ketuban kesan banyak Tidak tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan
baik.

45
46
Menurut Prawiroharjo (2010), tanda dan gejala plasenta previa adalah keluarnya
darah berwarna merah segar dari jalan lahir tanpa disertai nyeri, bagian terbawah janin
belum masuk pintu atas panggul, dapat dilihat dari pemeriksaan inspekulo dan penentuan
letak plasenta. Berdasarkan data subyektif ibu mengeluarkan darah segar dari jalan lahir
tanpa disertai nyeri, dan dari data obyektif pada pemeriksaan Leopold III kepala janin
belum masuk panggul, penentuan letak plasenta dilakukan dengan pemeriksaan USG,
sehingga sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori
yang ada.

2. Interpretasi Data

Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan.
Pada kasus Ny. Y diagnosa kebidanannya adalah Ny. Y umur 34 tahun G2P1A0 hamil 30+5
minggu, tunggal, intrauteri, hidup, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,
bagian terbawah janin belum masuk PAP dengan plasenta previa totalis. Diagnosa
kebidanan diperoleh dari data subyektif yaitu ibu mengeluh mengeluarkan darah berwarna
merah segar, encer dari jalan lahir tidak disertai nyeri dan berdasarkan hasil USG tampak
janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen bawah
rahim menutupi OUI. Masalah yang dialami Ny.Y adalah cemas dengan kehamilannya
karena ada perdarahan, untuk mengatasi masalah tersebut Ny. Y membutuhkan informasi
tentang keadaannya dan dukungan mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Diagnosa kebidanan yang ditegakkan sudah sesuai dengan data subyektif dan
obyektif yang sudah terkumpul. Menurut Prawiroharjo (2008), data subyektif pada kasus
plasenta previa ibu mengeluh mengeluarkan darah segar, encer dari jalan lahir tanpa
disertai nyeri perut dan data obyektif meliputi keadaan umum, tingkat kesadaran, TTV,
pemeriksaan leopold, dan pemeriksaan penunjang USG menunjukkan plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi seluruh OUI. Menurut Sulistyawati
(2012), pada kasus plasenta previa ibu merasa cemas dengan kehamilannya. Kebutuhan
pada ibu hamil dengan plasenta previa adalah informasi tentang keadaan ibu dan support
mental dari keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba, 2007). Pada kasus ini tidak ada
kesenjangan antara praktik dan teori yang ada.

46
47
3. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang terjadi pada kasus Ny. Y umur 34 tahun G1P0A0 dengan
plasenta previa adalah syok hipovolemik, anemia sedang, dan infeksi. Diagnosa potensial
adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan dignosa yang sudah diidentifikasi ( Hidayat dan Sujiatini, 2010 ). Menurut
Manuaba (2008), dari kasus plasenta previa didapatkan diagnosa potensial terjadi
perdarahan, syok, gawat janin dan kematian.

Pada tahap ini diagnosa potensial tidak terjadi karena pasien segera mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktik

4. Tindakan Segera

Pada kasus ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G2P1A0 hamil 30+5 minggu dengan
plasenta previa antisipasinya adalah kolaborasi dengan dokter SpoG untuk pemberian
terapi infus RL 20 tpm, Sulfas Ferosus 60 mg 2x1, dan injeksi Ampicillin 1gr/ 8 jam.

Menurut Manuaba ( 2008), tindakan segera dalam kasus plasenta previa adalah
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Asam Mefenamat 500 mg, Sulfas
Ferosus 60 mg, pemberian infus NaCl/RL, dan dilakukan SC bila umur kehamilan lebih
dari 37 minggu. Sehinga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik.

5. Rencana Tindakan

Pada kasus ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G2P1A0 hamil 30+5 minggu dengan
plasenta previa totalis rencana tindakan yang sesuai dengan kebutuhan ibu, yaitu :
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
2. Observasi DJJ, his dan banyaknya perdarahan
3. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi :
4. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total bila ingin BAB atau BAK gunakan pispot
6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti pembalut bila sudah
penuh
7. Anjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu

47
48

Menurut Prawiroharjo (2010), rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam
kasus plasenta previa, meliputi :
1. Observasi keadaan umum dan tanda vital
2. Observasi DJJ, His dan banyaknya perdarahan.
3. Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaan kehamilannya.

4. Lakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi.


- Infus RL/NaCl
- Asam Mefenamat 500 mg
- SF 60 mg
5. Lakukan penanganan secara konservatif atau secara aktif sesuai
dengan umur kehamilan.

Pada langkah ini pada dasarnya prosedur pelaksanaan pada praktik sudah sesuai
dengan teori tetapi ada penambahan tindakan yaitu : anjurkan pada keluarga untuk selalu
mendampingi ibu agar ibu merasa nyaman dan kecemasannya berkurang, beri suntikan
dexamethasone untuk anti inflamasi dan untuk pematangan paru-paru pada teori tidak ada.

6. Pelaksanaan

Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan bermutu (Rukiah dkk, 2009).

Pada kasus Ny. Y dengan plasenta previa pelaksanaan dibuat sesuai dengan asuhan
yang telah direncanakan. Pada langkah ini pada dasarnya prosedur pelaksanaan pada
praktik sudah sesuai dengan teori tetapi ada penambahan tindakan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien

yaitu anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi ibu agar ibu merasa nyaman dan
kecemasannya berkurang, beri suntikan dexamethasone untuk anti inflamasi dan untuk
pematangan paru-paru pada teori tidak ada.

48
49
7. Evaluasi

Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah


diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah
rencana tersebut (Rukiyah, dkk, 2009). Pada kasus plasenta, maka hal-hal yang perlu di
evaluasi antara lain tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan serta DJJ dan His (Saifuddin,
2006).

Pada kasus Ny.Y dengan plasenta previa totalis evaluasi yang didapatkan setelah
dilakukan asuhan selama 4 hari adalah ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan darah
dari jalan lahir, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi tidak ada, Djj 148
x/menit, ibu sudah diijinkan pulang dan diberi terapi oral Asam Mefenamat 500mg 3x1, Sf
60mg 1x1, Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktik.

49
50

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan studi kasus pada ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5
minggu dengan plasenta previa dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney
dapat disimpulkan :

1. Pengkajian pada ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5 minggu
dengan plasenta previa dilakukan dengan pengumpulan data subyektif yaitu ibu
mengeluh mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah segar, encer, dan tanpa
disertai nyeri. Data obyektif yaitu conjungtiva tampak anemis, tidak ada kontraksi,
bagian terendah janin belum masuk panggul, perdarahan pervaginam ±50cc. Hasil
USG Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi
di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak
jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.

2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat
sehingga didapat diagnosa kebidanan Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5 minggu
dengan plasenta previa totalis. Masalah yang dialami oleh Ny.Y adalah cemas akan
kehamilannya karena adanya perdarahan sehingga membutuhkan informasi tentang
keadaannya dan dukungan dari keluarga maupun tenaga kesehatan.

3. Diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5
minggu dengan plasenta previa akan terjadi syok hypovolemik, anemia sedang, dan
infeksi namun tidak terjadi pada Ny.Y dikarenakan pasien mendapatkan penangan
yang tepat.

4. Antisipasi pada ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5 minggu
dengan plasenta previa yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk
pemberian terapi terapi infus RL 20 tpm, Sulfas Ferosus 60 mg 2x1, dan injeksi
Ampicillin 1gr/ 8 jam, melakukan transfusi darah apabila terjadi anemia sedang, dan
memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

50
51
5. Rencana tindakan pada ibu hamil Ny. Y umur 34 tahun G1P2A0 hamil 30+5
minggu dengan plasenta previa adalah observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda
vital, observasi DJJ, his, dan perdarahan, kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk
pemberian terapi oral SF 60 mg 2x1, Asam Mefenamat 500 mg 3x1 dan terapi injeksi
Ampicillin 1 gr/ 8 jam, dexamethasone 5 mg/ 12 jam, Asam Tranexamat 500mg/
8jam, beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu.

6. Pelaksanaan pada kasus Ny.Y dengan plasenta previa totalis dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Pada kasus Ny.Y dengan plasenta previa totalis evaluasi yang didapatkan
setelah dilakukan asuhan selama 4 hari adalah ibu mengeluh sudah tidak
mengeluarkan darah dari jalan lahir, keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
Djj 148 x/menit, tidak ada PPV dan tidak ada kontraksi, ibu sudah diijinkan pulang
dan diberi terapi oral Asam Mefenamat 500mg 3x1, Sf 60mg 1x1,

8. Pada kasus Ny. Y dengan plasenta previa totalis penulis mampu


mengidentifikasi bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Tetapi ada
perbedaan dalam tindakan asuhan tetapi asuhan yang diberikan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan ibu.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas perlu adanya peningkatan pelayanan yang lebih baik.
Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi bidan / profesi
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi atau tenaga
kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau melaksanakan asuhan kebidanan
khususnya pada ibu hamil dengan plasenta previa.
2. Bagi rumah sakit
Pelayanan yang diberikan sudah baik, sebaiknya tetap menjaga dan meningkatkan
mutu pelayanan untuk memperkecil kemungkinan.

51
52
terburuk, termasuk penanganan yang intensif pada perdarahan antepartum yang disebabkan
karena plasenta pevia dengan cara melaksanakan asuhan yang sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

3. Bagi pendidikan
Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan sehingga dapat memberikan wawasan
yang luas mengenai asuhan kebidanan ibu hamil dengan plasenta previa totalis

4. Bagi pasien dan keluarga


Keluarga diharapkan untuk lebih aktif mencari informasi dan lebih teliti terhadap
kesehatan ibu hamil agar terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatdaruratan serta mengerti
tentang bahaya yang timbul selama masa hamil, persalinan, dan mampu memberikan
pertama serta cepat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pada tempat
pelayanan kesehatan.

52
53

DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of America
: the mcGraw hill companies
JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183
JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta
Pusdiknakes. 2003. Konsep asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta
R Sweet, Betty.1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition.
UK:Balliere Tindal
Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett Publishers
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum.Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997.3-8.
Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R
Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga
University Press, 2001; 456-70.
Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan
Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika, 1997;
109-26.

53

Anda mungkin juga menyukai