Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT


PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF LAINNYA DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK
(F.19.5)

Oleh

Septyan Dimas Putra Akbar I830912310082


Larissa Faisa I830912320025
Kurniawati I830912320061

Pembimbing

dr. Yanuar Satrio Sarosa, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin

Banjarmasin

November, 2019
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS OS

Nama : Tn. Zainal Arifin

Usia : 16 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Desa Kiram RT.01. Kiram, Karang Intan, Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pengangkat kayu

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tanggal MRS : 11 November 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 11 November 2019 di IGD RSJ

Sambang Lihum dan alloanamnesa dengan kakak pasien pada tanggal 11

November 2019 di IGD RSJ Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA :

Meracau dan berbicara tidak jelas

KELUHAN TAMBAHAN:

Berbicara tidak jelas, nyeri dibagian dada

2
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis:

Pasien datang ke IGD RSJ Sambang Lihum dibawa oleh ibunya

dan kaka pasien. Pasien datang menggunakan baju kaos merah tangan

pendek dan sarung kotak-kotak. Pasien terlihat terwat, saat ditanya pasien

menjawab tidak nyambung menurut pengakuan ibunya dan kakaknya pasien

meracau dan berbicara tidak jelas sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk

rumah sakit. Keluhan terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus selama 3

hari ini. Pasien mengeluhkan nyeri dibagian dada ketika ditanya kenapa

pasien menjawab makan-makanan kotor pasien juga dalam 3 hari ini sering

melempar-lempar benda seperti gelas dan piring dan kadang-kadang

tertawa-tawa sendiri. Sebelumnya pasien terlihat masih normal. Pasien

sering kelayapan dan keluar malam bersama dengan teman sekampungnya.

Sejak 4 tahun lalu. Setelah tamat dari sekolah SD. Keluar malam hampir

setiap hari dari jam 9 malam subuh dan kadang-kadang tidak pulang. Pada

saat pulang pasien terlihat biasa-biasa saja, tidak seperti orang-orang

mabuk.menurut pengakuan kakaknya, mendengar dari orang kampung

bahwa sekitar 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat mabuk

dan bersama dengan teman-teman sekampungnya. Seminggu sebelum

masuk rumah sakit juga seperti itu. Teman sekampung pasien banyak yang

menggunakan alkohol, obat-obatan dan kadang sering meracik -racik obat-

obatan sendiri. Ketika dinasehati untuk tidak pergi bersama teman-temannya

pasien melawan dan bersikeras untuk tetap pergi. Dalam 3 hari ini juga

3
pasien mencoret tangannya sendiri dengan polpen tanpa sebab yang jelas.

Pasien dibawa ke dukun kampung sudah 2 kali namun tidak mengalami

perubahan dalam 4 tahun terakhir pasien mengalami penurunan berat badan

yang drastis dulunya menurut keterangan kakanya badan pasien lebih berisi

daripada sekarang.

Autoanamnesis:

Tanggal 11 November 2019 Di Ruang IGD

Pasien datang diantar kakaknya dengan menggunakan baju kaos

merah tangan pendek dan sarung kotak-kotak berwarna kuning. Saat datang

pasien terlihat gelisah sambil sesekali berteriak dan meracau sehingga

dimasukkan ke ruang isolasi. Pasien terlihat terawat, tidak berbau. Saat

dilakukan autoanamnesis pasien tampak tidak kooperatif dan gelisah serta

sesekali berteriak seperti kesakitan dan menggerakkan tangan ke dada nya.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit dahulu disangkal pasien

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

pasien lahir cukup bulan dengan berat badan cukup secara normal

didukun kampung. Menurut kakak pasien, selama ibunya mengandung

pasien, tidak pernah sakit yang dirawat di RS.

4
2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Menurut kakak pasien, pasien mendapat ASI Eksklusif hingga 6

bulan, pasiendirawat sendiri oleh ibunya dibantu bapak dan anak

lainnya.

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Menurut kakak pasien, pasien berperilaku seperti anak normal

seusianya, sering dibiarkan bermain dengan kakak-kakaknya dirumah

atau dilingkungan sekitar rumah, terkadang dibawa ke ladang tempat

orang tua bekerja sebagai petani.

4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Menurut kakak pasien, pasien sering ikut orangtuanya bekerja

diladang atau berdagang dan terkadang ikut membantu.

5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority

Menurut kakak pasien, pasien mulai bersekolah di SD didaerah

Kiram.

6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

Menurut kakak pasien, pasien memilih tinggal di desa kiram

bersama ibun dan kakanya yang sudah menikah dan terkadang

bersama teman-temannya didaerah kampung tersebut. Selama tinggal

bersama di rumah ibu dan kakaknya, pasien sering pulang malam atau

pada pagi hari nya.

5
7. Riwayat Pendidikan

Pasien merupakan tamatan sekolah SD di sekolah pasien mendapat

juara kelas.

8. Riwayat Pekerjaan

Pasien hanya bekerja sebagai pengangkat kayu.

9. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah

F. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki : Os :

Perempuan : Meninggal :

Di keluarga Os, tidk ada yang mengalami keluhan serupa.

G. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

pasien saat ini tinggal bersama ibu dan kakanya di Desa Kiram dan bekerja

sebagai pengakut kayu.

6
H. PERSEPSI OS TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

pasien menunjukkan respon yang kurang kooperatif saat di anamnesis.

pasien sadar dirinya sakit nyeri dada dan sedang di RS. pasien tidak menyadari

faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya pasien sempat mengelak

ketika ditanyakan apakah pasien mengonsumsi alkohol dan obat-obatan.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

pasien laki-laki berumur 16 tahun dengan tinggi sekitar 150 cm, berbadan kurus

dan warna kulit sawo matang. Wajah pasien tampak sesuai dari umurnya.

memakai kaos berwarna merah lengan pendek dan memakai sarung bergaris-garis.

Penampilan pasien cukup terawat.

2. Kesadaran : CM, Jernih

3. Perilaku dan aktivitas motorik : gelisah

4. Pembicaraan : inkoheren

5. Sikap terhadap pemeriksa : non Kooperatif

6. Kontak psikis : Ada, wajar, namun tidak dapat

dipertahankan.

B. KEADAAN EMOSI

 Afek : labil

 mood : labil

 Keserasian : tidak serasi

7
1. Stabilitas : tidak stabil

2. Pengendalian : pasien tidak dapat mengendalikan emosinya

secara wajar

3. Sungguh-sungguh/tdk : tidak

4. Dalam/dangkal : Dangkal

5. Skala diferensiasi : sempit

6. Empati : tidak dapat diraba/rasakan

7. Sungguh-sungguh : tidak

C. FUNGSI KOGNITIF

 Kesadaran : berkabut

 Daya konsentrasi : kurang baik

 Orientasi

Waktu : kurang baik

Tempat : kurang baik

Orang :kurang baik

Situasi : cukup

 Daya ingat

Segera : terganggu

Jangka pendek : terganggu

Jangka panjang : terganggu

8
 Intelegensia dan Pengetahuan Umum : buruk

 Kemampuan menolong diri sendiri : cukup

D. GANGGUAN PERSEPSI

 Halusinasi A/V/G/T/O : sde

 Ilusi A/V/G/T/O : sde

 Depersonalisasi :-

 Derealisasi :-

E. PROSES PIKIR

 Bentuk pikir : Non Realistik

 Arus pikir : koheren

 Isi pikir

o Waham : (-)

F. PENGENDALIAN IMPULS : kurang baik

G. DAYANILAI

Daya norma sosial : terganggu

Uji daya nilai : terganggu

Penilaian realita : terganggu

H. PERSEPSI OS TENTANG DIRI DAN LINGKUNGAN

Pasien tidak sadar bahwa dirinya sedang sakitdan tidak tau kenapa dibawa ke

rumah sakit dan tidak tau faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya

sekarang.

9
Tilikan : Tilikan 1 (pasien ttidak tau bahwa dirinya sakit

dan tidak tau kenapa dibawa ke rumah sakit jiwa

sambang lihum.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA : tidak dapat dipercaya

J. PENILAIAN REALITAS : kurang baik

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. STATUS INTERNA :

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Frekuensi napas : 22 x/menit

Suhu tubuh : 37,5 C

SpO2 : 97%

 Kulit

Inspeksi : purpura (-), anemis (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (-)

Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

 Kepala dan Leher

Inspeksi : normosefali

Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)

Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), hiperemis(-/-),

perdarahan (-), mata berair (-), ptosis (-), pandangan kabur (-),

pupil isokor kiri dan kanan.

10
Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (+) di telinga kanan, Os memiliki

riwayat Otitis Media Kronis pada telinga kanan.

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-),

Stomatitis (-), leukoplakia (-) , lidah kotor bercak putih.

 Toraks

Inspeksi : simetris

Palpasi : fremitus vokal simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

 Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak

Palpasi : iktus teraba pada ICS V midclavicula sinistra

Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis dektra

Batas kiri: ICS V linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1>S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

11
 Abdomen

Inspeksi : terlihat di daerah suprapubik membesar, sikatrik (-), striae (-),

hernia (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa

(-)

Nyeri tekan (-) - - -

- - -

- + -

 Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-) nyeri ketok ginjal (-)

 Ekstremitas

Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-) ,

terdapat tatto di lengan atas sebelah kanan.

Palpasi : panas (-), nyeri (+) saat mengangkat kaki sebelah kiri, massa (-),

edema (-)

2. STATUS NEUROLOGIS

Nervus I – XII : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal : Tidak ada

Gejala peningkatan TIK : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Dalam batas normal

12
Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis :

 pasien mulai merasa nyeri dibagian sejak3 hari yang lalu

 pasien berbicara meracau tidak jelas sejak kurang lebih 3 hari

 pasien sering mabuk-mabukan bersama dengan temannya

Autoanamnesis :

 pasien diantar keluarganya ke RSJ Sambang lihum dengan memakai

baju kaos berwarna merah dan memakai sarung kotak-kotak.

 pasien tidak dapat merawat dirinya sendiri

 pasien tampak kesakitan ketika dilakukan palpasi dibagian dada

 pasien merasakan nyeri dibagian dada.

 Pasien gelisah dan terkadang berteriak-teriak.

 Kesadaran : jernih

 Mood : Euthyme

 Afek : Datar

 Kontak psikis : Ada, wajar, namun tidak dapat dipertahankan.

 Ekspresi Emosi

1. Dalam/dangkal : Dangkal

2. Skala diferensiasi : sempit

6. Empati : Sulit diraba/rasakan

 Proses Berpikir

1. Bentuk pikir : non realistik

13
2. Arus pikir : koheren

 Pengendalian impuls : kurang baik

 Halusinasi : sde

 Stressor masalah keluarga : ada

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F 19.5. Gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif

lainnya. Gangguan putus obat.

2. Aksis II : none

3. Aksis III : none

4. Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain

5. Aksis V : GAF scale8--71, gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial pekerjaan, sekolah dan

lainnya.

VII. DAFTAR MASALAH

A. Masalah terkait fisik

pasien mengeluhkan nyeri dada

B. Masalah terkait psikologis

pasien seringkali berbicara meracau tidak jelas berteriak apabila merasakan

nyeri di dadanya memberat. pasien dapat diajak berkomunikasi saat tidak

merasakan sakit namun, seringkali tidak menanggapi dan terbengong. pasien

tidak tau bahwa dirinya sedang sakit dan tidak menyadari faktor-faktor yang

mendasarinya. Pasien tidak dapat memberikan informasi terkait ingatan

14
beberapa bulan yang telah lalu. taraf kepercayaan kurang dapat dipercaya.

Tilikan derajat 1

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Fase prodormal : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad malam

Gangguan sistemik : dubia ad bonam

Perjalan penyakit : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad malam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Lodomer 1 amp

P.o clozapine 25 mg

Psikoterapi : Support penuh dari keluarga terdekat

Edukasi untuk perawatan diri sendiri

Monitoring kepatuhan minum obat

15
X. DISKUSI

Berdasarkan hasil anamnesis serta pemeliharaan status mental, dan

merujuk pada kriteria diagnosis dari PPDGJ III, pasien dalam kasus ini dapat

didiagosis sebagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunan zat multipel

dan penggunaan zat psikotik lainnya (F.19.5).1

Gangguan mental dan perilaku tersebut dapat bermanisfestasi dalam

bentuk sebagai berikut:

1.Intoksikasi akut

a. Berkaitan dengan dosis zat yang digunakan (efek yang berbeda pada dosis yang

berbeda).

b. Gejala ini tidak selalu mencerminkan efek primer zat (dapat terjadi efek

paradoks).

2.Penggunaan yang merugikan (harmful use)

a.Merusak kesehatan (fisik maupun mental)

b.Sindrom ketergantungan belum tampak

3.Sudah ada hendaya psikososial Sindrom ketergantungan (dependence

syndrome)

a.Adanya keinginan yang sangat kuat (dorongan kompulsif) untuk menggunakan

zat psikoaktif secara terus-menerus dengan tujuan memperoleh efek psikoaktif

dari zat tersebut.

b.Adanya kesulitan dalam menguasai (loss of control) perilaku menggunakan zat

(memulai, menghentikan, atau membatasi jumlahnya).

16
c.Pengurangan atau penghentian penggunaan zat menimbulkan keadaan putus zat

dengan perubahan fisiologis tubuh yang tidak menyenangkan sehingga memaksa

pemakainya menggunakan kembali zat itu atau zat sejenis untuk menghilangkan

gejala putus zat.

d. Terjadi gejala toleransi, yaitu peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan

untuk memperoleh efek yang sama.

e. Terus menggunakannya walaupun pemakainya menyadari adanya efek yang

merugikan kesehatan.

4. Keadaan putus zat (withdrawal state)

a. Timbulnya gejala-gejala fisik maupun mental sesudah penggunaan zat

psikoaktif yang berlangsung secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang

lama, dan/atau dosis tinggi.

b. Bentuk dan keparahan gejala tersebut tergantung dari jenis dan dosis zat

psikoaktif yang digunakan sebelumnya.

c. Gejala tersebut akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat itu.

d. Salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.

5.Gangguan psikotik

a. Sekelompok gejala psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah

penggunaan zat psikoaktif.

b. Gejalanya yaitu halusinasi, kekeliruan identifikasi, waham, dan/atau ideas of

reference (gagasan tentang dirinya sebagai acuan) yang seringkali bersifat

kecurigaan atau kejaran, gangguan psikomotor (excitement atau stupor) dan afek

17
yang abnormal antara ketakutan yang mencekam hingga kesenangan yang

berlebihan.

c. Umumnya kesadarannya masih jernih.

d. Variasi gejala dipengaruhi jenis zat yang digunakan dan kepribadian

penggunanya.

6. Sindrom amnesik

a. Adanya hendaya atau gangguan daya ingat jangka pendek (recent memory)

yang menonjol, kadang-kadang ditemukan gangguan daya ingat jangka panjang

(remote memory) sedangkan daya ingat segera (immediate recall) masih baik.

Fungsi kognitif lainnya biasanya masih baik.

b. Adanya gangguan sensasi waktu (menyusun kembali urutan kronologis,

meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa, dll.).

c. Kesadaran masih jernih.

d. Perubahan kepribadian yang sering disertai keadaan apatis, hilangnya inisiatif,

dan kecenderungan mengabaikan keadaan.

Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengkonsumsi atau

menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri

maupun orang lain. Menurut MDS, penyalah gunaan zat melibatkan pola

pengunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi

yang merusak bisa termasuk kegagalan unuk memenuhi tenggung jawab utama

seseorang (misalnya: sebagai pelajar,sebagai pekerja, atau sebagai orang tua),

menempatkan diri dalam situasi dimana pengguna zat secara fisik berbahaya

(contoh mencapur menuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah

18
hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah

sosial atau interpersonal yang kerap muncul karena penggunaan zat (contoh :

berkelahi karena mabuk).2

Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan zat diantaranya faktor

psikodinamik dan genetik. Faktor psikodinamik berdasarkan teori klasik,

penyalahgunan zat seperti ingin masturbasi, mekanisme pertahanan untuk keadaan

cemas. Dalam teori psikososial, menyebutkan bahwa banyak alasan untuk

mencurigai faktor lingkungan memaikan peran dalam penyalah gunaan zat.

Sehingga dalam banyak artikel disebutkan bahwa pelaku penyalahgunaan zat ini

kebanyakan adalah remaja dewasa dengan perkembagan psikososial yang buruk.

Faktor genetik/keluarga dan trauma kehidupan juga sangan berperan dalam

penyalahgunaan zat. Terori yang paling populer menyebutkan bahwa efek

psikotropiknya digunakan untuk mengatasi distress emosional.3

Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan

manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan zat yang

menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal tersebut merupakan

masala perilaku. Dengan kata lain masalahnya bukan terletak pada zatnya

tersebut, tepi pada cara orang yang memakai zat tersebut.

Psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf

pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku.

Narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan

mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, dan mengurani sampai menghilangkan rasa nyeri.4

19
Psikotropika dan narkotika merupakan bagian dari Narkoba atau NAPZA.

NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

NAFZA adalah bahan/obat/zat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan

mempenaruhi tubuh terutama otak/susunan sarf pusat, sehingga menyebabkan

gangguan kesehatan fisik,spikis, dan fungsi sosialnya k arena terjadi kebiasaan,

ketagihan (adiksi) serta ketergantungan(dependasi) terhadap NAFZA.5

A. Jenis Narkotika dan Psikotropoka (NAPZA/Narkoba)

1. Golongan Narkotika5

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya padat diguunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan

tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

menumbulkan ketergantugan. (contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempnyai potensi tinggi mengakibatkan ketergatungan. (Contoh: morfin, petidin).

c. Narkotika golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengaktifkan ketergantungan. (contoh: kodein).

Narkotika yang sering disalah gunakan adalah narkotikan golongan I, yaitu ;

- Opioit : morfin, heroin (putau), peidin dan lain-lain.

- Ganja atau kanabis marihuana, dan lain lain.

20
- Kokain yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun kokain.

2. Golongan Psikotropika5

Psikotropika yang mempunyai potensi mengkibatkan ketergantungan

digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan ketergantungan. (contoh : esktasi, shabu,LSD).

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,

dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan

ketrgantungan. ( contoh: amftami, metilfenidat atau ritalin)

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banya digunakan dalam terapi

dan atau untuk tujuan ilmupengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan ketergantungan. (contoh : pentobarbital, flunitrazepam).

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luat digunakan dala

terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan ( contoh : diazepam, bromazepam, klonazepam,

klordiazepoxxide dan lain lain).

Psikotropika yang sering disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan

antara lain :

21
- Psikostimulan : amfetami, ekstasi, shabu.

- Sedatif dan hipnotika ( obat penenang dan obat tidur) : MG, KB, DUM, Pil

koplo dan lain lain.

- Halusinogenika : Iysegic acid dyethylamid (LDS), mushroom.

Pemakai psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan

petugas kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidk hanya

menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam

penyakit serta kelainan fisik maupun psikis bagi pemakai, tidak jarang bahkan

menimbulkan kematian.

3. Zat Adiktif Lainnya5

Zat adiktif lainnya yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh

psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika, meliputi :

1. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf

pusat,dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam

kebudayaantertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau

psikotropika,memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson

House,Johny Walker,Kamput.)

22
2. Inhalansia

Inhalasia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa

senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,

kantor dan sebagaipelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :

Lem, thinner, penghapus cat kuku,bensin.

3. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Padaupaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol

terutama padaremaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok

dan alkohol sering menjadipintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih

berbahaya.

Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai

berikut :

- Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.

- Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.

- Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

- Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat

digolongkan menjadi tiga golongan :2

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional

tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan

membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida

23
(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif(penenang), hipnotik (otot tidur), dan

tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahankerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif,

segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin

(shabu,esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang

yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak

digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD,

Mescalin.

Os diberikan Lodomer drop dengan dosis 3 x 5 tetes dan Sanmol 500 mg 3

x 1 tablet. Pemberian Lodomer digunakan untuk gejala psikosis yang ada pada Os

yaitu kurangnya menilai realitas dan saya menilai diri terganggu. Sindrom

psikosis terjadi berkaitan dalam aktivitas neuritransmitter dopamin yang

meninggakat ( hiperaktifitas sistem dopamnerik sentral). Mekanisme kerja obat

anti-psikosis tipikaladalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinptik

neuron di otak, khususnya disistem limbik dan di sistem ekstrapiramidal

(dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif.

Sedangkan obat anti-spikosis atipikal disamping berafinitas terhadap dopamine

24
D2 receptor”, juga terdapat serotonin HT2 receptors” (serotonin-dopamine

ntigonists),sehingga efektif juga untuk gejala negatif.4

Pada fase rehabilitasi dilakukan penyesuaian perilaku Os agar tidak

kembali menggunakan NAPZA. Fase rehabilitasi diawali dengan program jangka

pendek (1-3bulan) dengan fokus penanganan masalah medis, psikologis dan

perubahan perilaku. Apabila program ini sukses, fase rehabilitasi dilanjutkan

dengan program jangka panjang (6 bulan-lebih) yang dilanjutkan dengan aftercare

dengan terapi berbasis komunitas.6

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. F10-F19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penurunan Zat

Psikotif. Buku Saku PPDGJ-III, Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK-Unika

Atmajaya, Jakarta, 2013.

2. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal,

Jakarta: penerbit Erlangga.

3. Sadock Benjamin, Sadock Virginia. Substance Related Disorders. Dari:

Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical

Psychiatry 9th edition, Lippingcott Williams & Wilkins, 2002, h. 380-435.

4. Maslim R. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis obat psikotropik. Jakarta:

PT. Nur Jaya; 2014.

5. Sadock Benjamin, Sadock Virginia. Substance Related Disorders. Dari:

Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical

Psychiatry 9th edition, Lippingcott Williams & Wilkins, 2002, h. 380-435

6. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik.

Indonesia Nomor 420/Menkes/Sk/Iii/2010 Tentang Pedoman Layanan

Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

NAPZA Berbasis Rumah Sakit.

26

Anda mungkin juga menyukai