Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

F.51.0 INSOMNIA NON ORGANIK

Oleh :
Rafael Bisma Bratajaya Tanjoto S.Ked 1830912310094
Triska Dianti Wahyuningrum S.Ked 1830912320037
Hardiyanti Ruslan S.Ked 1830912320077

Pembimbing
dr. Achyar Nawi Husin, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN
MEI, 2019
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Linda

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Banjarmasin, 3 Januari 1983

Alamat : Handil Bakti, Banjarmasin

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Pegawai hotel

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Belum menikah

Berobat Tanggal : 13 Mei 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dengan pasien, pada hari Senin tanggal 13

Mei 2019 pukul 10.00 WITA.

A. KELUHAN UTAMA

Sulit tidur

B. KELUHAN TAMBAHAN

Kadang pasien merasakan pusing berputar dan rasa melayang ketika berjalan.

1
C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Autoanamnesis

Pasien perempuan berumur 35 tahun datang ke poliklinik psikiatri RSUD

Ansari Saleh dengan menggunakan motor pribadi dan berpenampilan terawat

serta rapi. Pasien mengenakan kaos putih, jaket, celana jeans biru dan sandal.

Perawakan pasien berkulit kuning langsat, berisi, tidak terlalu tinggi dengan

rambut pendek sebahu berwarna hitam. Pasien datang dengan ekspresi yang

terlihat senang. Saat dianamnesis pasien kooperatif. Ketika ditanya alasan yang

membuatnya datang adalah karena pasien hendak mengambil obat untuk keluhan

sulit tidur.

Pasien merasa sulit tidur sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak

bisa memulai tidur walaupun sudah berusaha memejamkan matanya. Keluhan

sulit tidur dirasakan setiap hari. Awalnya pasien merasa tidak ada masalah dengan

keluhannya, namun setelah diberi obat oleh salah satu tamu hotel untuk

mengurangi keluhan sulit tidurnya, pasien merasakan badannya kesemutan dan

kemudian dibawa ke tukang pijat. Tukang pijat tersebut mengatakan bahwa pasien

menderita penyakit stroke. Pasien merasa takut setelah mendengar perkataan

tukang pijat tersebut dan kemudian memutuskan untuk berobat ke dokter.

Keluhan dirasakan mengganggu pekerjaan pasien sebagai pegawai hotel. Sebelum

keluhan sulit tidur muncul, pasien mengatakan bahwa dirinya sering tidur larut

malam karena pekerjaannya. Pasien bekerja di hotel dari pukul 17.00-00.00

WITA (shift malam) dan baru tiba dirumah pukul 00.30 WITA. Pasien baru dapat

tidur sekitar pukul 02.00 WITA dan kebiasaan tidur tersebut berlangsung dalam

2
jangka waktu yang cukup lama. Keluhan mulai dirasakan muncul dan disadari

pasien ketika pasien tidak lagi bekerja di hotel pada shift malam, namun pasien

sulit tidur walaupun sejak pukul 21.00 WITA pasien memiliki waktu untuk tidur.

Awalnya pasien mengabaikan keluhan sulit tidur tersebut karena dirasa tidak

mengganggu aktivitasnya, sampai pasien merasa takut dirinya terkena stroke dan

memutuskan untuk berobat. Pasien telah menjalani pengobatan untuk keluhan

sulit tidurnya selama kurang lebih 7 bulan dan rutin kontrol.

Hingga kini pasien mengaku masih sulit tidur jika tidak meminum obat.

Pasien tidak lagi merasakan takut pada penyakitnya, karena pasien sudah

mengetahui bahwa pasien tidak terkena stroke. Ketika pasien sulit tidur, pasien

merasakan pusing berputar dan rasa melayang ketika berjalan serta sulit

berkonsentrasi ketika bekerja. Dikarenakan hal tersebut, pasien masih

mengkonsumsi obat dokter dan rutin kontrol. Pasien sudah tidak lagi bekerja pada

malam hari.

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

a) Riwayat psikiatrik

Pasien berobat untuk keluhan sulit tidurnya sejak November 2018 (kurang

lebih 7 bulan lalu). Awalnya pasien merasa tidak ada masalah dengan

keluhannya, namun setelah diberi obat oleh salah satu tamu hotel untuk

mengurangi keluhan sulit tidurnya, pasien merasakan badannya kesemutan

dan kemudian dibawa ke tukang pijat. Tukang pijat tersebut mengatakan

bahwa pasien menderita penyakit stroke. Pasien merasa takut setelah

3
mendengar perkataan tukang pijat tersebut dan kemudian memutuskan

untuk berobat ke dokter. Pasien rutin untuk kontrol.

b) Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif.

c) Riwayat penyakit dahulu (medis)

Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit akibat suatu penyakit medis

lainnya.

d) Riwayat kepribadian sebelumnya

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan sulit tidur dalam

jangka waktu yang lama dan sampai mengganggu pekerjaan serta

menimbulkan pusing berputar.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal

Tidak ada keterangan dari ibu pasien. Namun menurut pasien, dirinya lahir

cukup bulan melalui pervaginam.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Tidak ada keterangan dari ibu pasien, dan pasien tidak dapat mengingat.

c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs

shame and doubt

Tidak ada keterangan dari ibu pasien.

d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs

Guilt

4
Menurut ibu pasien, pasien mulai berteman dengan teman sebaya dan

pertumbuhan serta perkembangan pasien sesuai usia. Pasien juga sudah

bisa mulai membantu orang tuanya.

e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Pasien mulai memasuki masa sekolah. Di sekolah, pasien dapat belajar

dengan baik dan menjalani sekolahnya seperti anak-anak normal lainnya.

f) Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Pasien melanjutkan pendidikannya sampai lulus SMK dan kemudian tidak

melanjutkan sekolah karena ingin langsung bekerja.

g) Riwayat Young Adulthood (20-40 tahun) Intimacy vs Isolation

Pasien belum menikah dan tinggal bersama ibu serta adik laki-lakinya.

F. RIWAYAT MASA DEWASA

1. Riwayat pendidikan : pasien bersekolah sampai lulus SMK yang kemudian

tidak melanjutkan karena ingin bekerja.

2. Riwayat pekerjaan : pasien bekerja sebagai pegawai hotel.

3. Riwayat perkawinan : pasien belum pernah menikah.

4. Riwayat keagamaan : pasien masih dapat beribadah seperti biasanya.

5. Riwayat psikoseksual : Tidak terdapat perilaku psikoseksual yang

menyimpang.

6. Riwayat aktivitas sosial : Sebelum pasien mengalami keluhan sulit tidur,

pasien dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak pernah merasakan pusing

5
berputar serta rasa melayang saat berjalan. Namun, sekarang pasien merasa

terganggu dengan keluhan yang muncul.

7. Riwayat hukum : Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan

terlibat masalah hukum.

8. Riwayat penggunaan waktu luang : Jika sedang tidak bekerja, pasien

biasanya menonton tv atau berjalan-jalan dengan temannya.

9. Riwayat kehidupan sekarang : Sekarang pasien tinggal satu rumah bersama

ibu pasien dan adik laki-lakinya.

10. Riwayat keluarga :

Pasien tinggal di rumah bersama ibu dan adik laki-lakinya. Pasien merupakan

anak ke-1 dari 2 bersaudara. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki

keluhan serupa ataupun gangguan jiwa lainnya.

11. Persepsi pasien tentang kehidupannya : Pasien masih dalam keadaan

normal, tidak merasa ada yang aneh dengan dirinya. Pasien berharap

keluhannya dapat berkurang agar dapat bekerja dengan baik.

12. Impian, fantasi dan nilai-nilai : Pasien tidak memiliki impian dan fantasi

yang spesifik

Genogram

6
Keterangan :

: laki-laki :Pasien

: perempuan : tinggal serumah dengan pasien

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan:

Pasien datang ke poliklinik psikiatri RSUD Ansari Saleh dengan

menggunakan motor pribadi dan berpenampilan terawat serta rapi.

2. Kesadaran : Compos mentis, jernih

3. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Normoaktif

4. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

5. Kontak psikis : kontak ada, wajar dan dapat

dipertahankan

B. Keadaan Emosi

1. Mood : Euthym

2. Afek : Luas

3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi A/V/H/G/T/O : -/-/-/-/-/-

2. Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

7
D. Pembicaraan

 Kualitatif : Spontan, nyambung, artikulasi, jelas dan intonasi cukup

 Kuantitatif : cukup, logore (-), blocking (-)

E. Proses pikir

 Bentuk pikir : Realistik

 Arus pikir : Koheren

 Isi pikir : Waham curiga (-), Obsesi (-), Fobia (-), ide bunuh

diri (-)

G. Sensorium dan kognitif

1. Kesadaran : Jernih, Composmentis

2. Orientasi

a. Waktu : baik

b. Tempat : baik

c. Orang : baik

3. Daya ingat

a. Jangka segera : baik

b. Jangka pendek : baik

c. Jangka menengah : buruk

d. Jangka panjang : buruk

4. Konsentrasi : baik

5. Perhatian : baik

6. Kemampuan membaca dan menulis : baik

8
7. Kemampuan visuospasial : baik

8. Pikiran abstrak : Baik

9. Kapasitas intelegensia : Baik

10. Bakat kreatif : Tidak ada

11. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

G. Kemampuan Pengendalian Impuls : Baik

H. Daya Nilai

Daya norma sosial : baik

Uji daya nilai : baik

Penilaian realita : baik

Tilikan :6

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Interna :

Tekanan darah : 140/100 mmHg

Nadi : 84 kali /menit, reguler, kuat angkat

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : 36,4 oC

SpO2 : 99% tanpa oksigen

 Kulit

Inspeksi : tidak terdapat anemis, purpura, ikterik, hiperpigmentasi

Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

9
 Kepala dan Leher

Inspeksi : normosefali

Palpasi : tidak terdapat pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP

Auskultasi : tidak ada bruit

 Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan (-/-)

, mata berair (-/-), ptosis(-/-), pandangan kabur (-/-), pupil

isokor kiri dan kanan.

Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : hipersalivasi (-), perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-),

stomatitis (-), leukoplakia (-)

 Toraks

Inspeksi : gerak dada simetris antara kanan dan kiri

Palpasi : fremitus vokal simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)

10
 Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak

Palpasi : iktus teraba pada ICS V midclavicula sinistra

Perkusi : batas kanan ICS IV linea sternalis dekstra

batas kiri ICS V linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : bentuk permukaan abdomen cembung

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 5x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-) massa

(-), nyeri tekan (-)

 Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-), nyeri ketok ginjal (-)

 Ekstremitas

Inspeksi : Gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)

Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)

2. Status Neurologis

Nervus I-XII : Tidak terdapat defisit neurologis

Rangsang meningeal : tidak ada

Gejala peningkatan TIK : tidak ada

11
Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

 Pasien mengaku masih sulit tidur jika tidak meminum obat.

 Ketika pasien sulit tidur, pasien merasakan pusing berputar dan rasa

melayang ketika berjalan serta sulit berkonsentrasi ketika bekerja.

 Dulunya pasien sering tidur larut malam dikarenakan pekerjaannya sebagai

pegawai hotel.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F.51.0 Gangguan Insomnia Non organik

2. Aksis II : None

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah pekerjaan

5. Aksis V : GAF Scale 80-71. Gejala sementara, disabilitas ringan


dalam pekerjaan

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

12
Pasien tidak memiliki masalah terkait fisik

2. Psikologik

Pasien tidak memiliki masalah terkait psikologik.

3. Sosiologik

Pasien tidak memiliki masalah terkait sisiologik.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Stressor : dubia ad bonam

Gangguan sistemik : bonam

Perjalan penyakit : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmaka

P.O Zolpidem 1x10 mg

Lorazepam 2 mg 0.0.1 k/p

THP 2x2 mg

13
2. Psikoterapi

a. Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan)

pasien terhadap stress.

b. Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap

penyakitnya, meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung

kesembuhan pasien, dan mengembangkan kemampuan pasien untuk

menunjang kesembuhan.

c. Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik

nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas

kepribadian.

3. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di

sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan

yang membantu.

X. DISKUSI

Laporan kasus ini mengangkat sebuah kasus Ny. L , 35 tahun yang datang

ke poliklinik psikiatri RSUD Ansari Saleh dengan keluhan sulit tidur. Pasien

merasa sulit tidur sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak bisa memulai

tidur walaupun sudah berusaha memejamkan matanya. Keluhan sulit tidur

dirasakan setiap hari. Awalnya pasien merasa tidak ada masalah dengan

keluhannya, namun setelah diberi obat oleh salah satu tamu hotel untuk

mengurangi keluhan sulit tidurnya, pasien merasakan badannya kesemutan dan

kemudian dibawa ke tukang pijat. Tukang pijat tersebut mengatakan bahwa pasien

14
menderita penyakit stroke. Pasien merasa takut setelah mendengar perkataan

tukang pijat tersebut dan kemudian memutuskan untuk berobat ke dokter.

Keluhan dirasakan mengganggu pekerjaan pasien sebagai pegawai hotel. Sebelum

keluhan sulit tidur muncul, pasien mengatakan bahwa dirinya sering tidur larut

malam karena pekerjaannya. Pasien bekerja di hotel dari pukul 17.00-00.00

WITA (shift malam) dan baru tiba dirumah pukul 00.30 WITA. Pasien baru dapat

tidur sekitar pukul 02.00 WITA dan kebiasaan tidur tersebut berlangsung dalam

jangka waktu yang cukup lama. Keluhan mulai dirasakan muncul dan disadari

pasien ketika pasien tidak lagi bekerja di hotel pada shift malam, namun pasien

sulit tidur walaupun sejak pukul 21.00 WITA pasien memiliki waktu untuk tidur.

Awalnya pasien mengabaikan keluhan sulit tidur tersebut karena dirasa tidak

mengganggu aktivitasnya, sampai pasien merasa takut dirinya terkena stroke dan

memutuskan untuk berobat. Pasien telah menjalani pengobatan untuk keluhan

sulit tidurnya selama kurang lebih 7 bulan dan rutin kontrol.

Hingga kini pasien mengaku masih sulit tidur jika tidak meminum obat.

Pasien tidak lagi merasakan takut pada penyakitnya, karena pasien sudah

mengetahui bahwa pasien tidak terkena stroke. Ketika pasien sulit tidur, pasien

merasakan pusing berputar dan rasa melayang ketika berjalan serta sulit

berkonsentrasi ketika bekerja. Dikarenakan hal tersebut, pasien masih

mengkonsumsi obat dokter dan rutin kontrol. Pasien sudah tidak lagi bekerja pada

malam hari.

15
Berdasarkan hasil anamnesis serta pemeriksaan status mental, dan merujuk

pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat

didiagnosa sebagai Insomnia Non-organik (F51.0).

Menurut DSM-V, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal

kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang

berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan

dalam fungsi individu.1 The International Classification of Diseases

mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur

yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan.2 Menurut The

International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur

yang terjadi hampir setiap malam,disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur

tersebut. 3

Pedoman diagnosis untuk skizofrenia dapat dilihat pada PPDGJ-III, yaitu:4

 Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

a. keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas

tidur yang buruk.

b. gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan

c. adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang

berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.

d. ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan

penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan

pekerjaan.

16
 Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas atau obsesi tidak

menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua ko-morbiditas harus

dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri.

 Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya

gangguan, oleh karena luasnya variasi individu. Lama gangguan yang tidak

memenuhi kriteria di atas (seperti pada “ transient insomnia”) tidak

didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stress akut (F.43.0) atau

gangguan penyesuaian (F.43.2)

Insomnia dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

 Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluargadapat

membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur.

Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakitdari

orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapatmenyebabkan

insomnia.

 Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan

ketidakseimbangankimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang

menyertai depresi.

 Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,termasuk

beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,stimulan

(seperti Ritalin) dan kortikosteroid.

 Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang

mengandungkafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan

stimulan yang dapatmenyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat

17
membantuseseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur

dan seringmenyebabkan terbangun di tengah malam.

 Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan

jauhatau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya

iramasirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak

sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu

tubuh.

Gejala yang didapatkan pada pasien, yaitu:5

 Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari

 Sering terbangun pada malam hari

 Bangun tidur terlalu awal

 Kelelahan atau mengantuk pada siang hari

 Iritabilitas, depresi atau kecemasan

 Konsentrasi dan perhatian berkurang

 Peningkatan kesalahan dan kecelakaan

 Ketegangan dan sakit kepala

 Gejala gastrointestinal

Psikofarmaka, Psikoterapi, dan Sosioterapi

Terapi Tingkah Laku

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan

mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini

umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita

insomnia.Terapi tingkah laku meliputi:6

18
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.

- Teknik Relaksasi. Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat

biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi

kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol

pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.

- Terapi kognitif. Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur

dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling

tatap muka atau dalam grup.

- Kontrol stimulus Terapi ini dimaksud akan untuk membatasi waktu yang

dihabiskan untuk beraktivitas.

- Restriksi Tidur. Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan

ditempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.

Terapi Farmakologi untuk Anti- Insomnia terdiri dari dua golongan:7

1. Benzodiazepin : Nitrazepam, Estazolam

2. Non-Benzodiazepin : Zolpidem, Ramalteon

 Pengaturan Dosis :

o Pemberian tunggal dosis anjuran 15’-30’ sebelum pergi tidur

o Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan

dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian scepatnya tapering off

untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat.

o Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih

perlahan-lahan, untuk menghindari “oversedation” dan intoksikasi.

19
 Lama Pemberian :

- Pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja tidak

lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih

dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “sleep EEG” yang menetap

sekitar 6 bulan lamanya.

- Kesulitan pemberhentian obat seringkali oleh karena “Pyschoogical

Dependence” (habituasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan

tidur dapat ditanggulangi.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. APA. DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders


IV Text Revision). Washington, DC: American Psychiantric Association
Press. 2000
2. National Center for Health Statistics. 2008. International Classification of
Disease, Tenth Revision (ICD-10).
3. American Academy of Sleep Medicine. (2014). International
Classification of Sleep Disorders, 3rd. Westchester.
4. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkasan PPDGJ-III.
Jakarta: PT Nuh Jaya, 2013.
5. Kaplan, I.H. and Sadock, J.B. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2010
6. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Airlangga
University Presss : Surabaya. 2009.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke-
4. Jakarta: bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2014.

21

Anda mungkin juga menyukai