ILUSTRASI KASUS
Agama : Islam
Suku : Sunda
pasien
1
Keluhan Utama
Trauma dengan hal yang kotor
Bekasi dengan keluhan trauma dengan hal yang kotor. Awalnya pasien
melihat bangkai tikus ditengah rumah yang penuh dengan belatung dan
lalat. Sebelum melihat bangkai tikus, pasien memang tidak suka dengan
hal yang kotor dan menjijikan. Namun setelah melihat bangkai tikus
rumah dan tangan pasien itu kotor sehingga pasien tidak mau tinggal
dirumah, sulit tidur, selalu mencuci tangan selama 10-15 menit dan
mengatakan kalau semua alat pembersih rumah seperti pel , sapu, lap, lalu
peralatan mandi seperti sikat gigi yang sudah dipakai harus dibuang karna
pasien merasa bahwa barang tersebut sudah kotor dan tidak mau
mandi dan pembersih rumah yang baru. Pasien merasa cemas, merasa
tidak nyaman dan selalu kepikiran jika pasien tidak melakukan hal tersebut
2
Alloanamnesis dilakukan kepada tante pasien yaitu Ny. S
Tante pasien mengatakan bahwa pasien saat ini tinggal dirumahnya. Tante
tangan secara terus menerus dengan waktu yang lama. Tante pasien sering
tangannya terasa kotor jika pasien tidak melakukan cuci tangan berkali-
kali. Tante pasien mengatakan bahwa jika pasien memcuci piring atau
yang lama. Pasien sebelumnya mengatkan bahwa dia tidak mau pulang
kerumah karna selalu terpikir dengan bangkai tikus. Keluarga pun sudah
hipnoterapi namun tidak ada perubahan. Lalu tante pasien mengajak pasien
Tidak ada
Gangguan Psikiatrik :
Berdasarkan keterangan dari ibu pasien, pasien tidak pernah mengalami gangguan
psikiatrik.
Gangguan Medik :
a. Kelainan bawaan : Tidak ada
3
c. Trauma : Tidak ada
baik. Pasien lahir direncanakan. Selama hamil ibu pasien tidak merokok
Pasien tidak pernah mendapat sakit berat, demam tinggi, kejang ataupun
trauma kepala. Tidak ada kelainan prilaku yang menonjol. Pasien memiliki
sifat aktif dan sering bermain dengan teman sebayanya. Pasien hanya
terdapat gangguan pola tidur pada pasien. Pasien merupakan anak yang
4
d. Riwayat Masa Pubertas dan Remaja
Hubungan sosial
Sikap pasien terhadap orang tua, saudara kandung, kerabat, dan tetangga
Riwayat Pendidikan
SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah tinggal
kelas
tinggal kelas
Perkembangan motorik
Dalam perkembangan fisik baik dan normal, tidak ada cacat bawaan sejak lahir.
Riwayat psikoseksual
Pasien menikah dengan suaminya dikarenakan hamil diluar nikah sehingga
5
e. Riwayat Masa Dewasa
Pasien sebelumnya bekerja di PAUD namun sekarang bekerja sebagai kasir
Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah, dari pernikahan tersebut pasien memiliki 1 orang anak
Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Islam dan menjalankan sholat 5 waktu
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya
merupakan seorang laki-laki. Ayah dan Ibu pasien bercerai 2 tahun yang
lalu. Saat ini pasien memiliki ayah tiri. Pasien saat ini tinggal bersama
anak dan suaminya. Pasien saat ini bekerja sebagai kasir lapangan futsal.
Suaminya bekerja sebagai pekerja lepas sebagai calo jual mobil, motor.
6
Genogram
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Penderita perempuan
Perempuan meninggal
7
g. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal mengontrak dengan suami dan anak laki-lakinya.
bawah. Pada saat wawancara, pasien berpakaian rapi dan bersih. Kulit
2. Kesadaran
Kesadaran : Composmentis
8
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif cukup sopan, kontak mata banyak melihat ke arah depan dan
samping kanan dan kiri, menjawab pertanyaan dengan baik dan tidak
5. Pembicaraan
Volume : sedang
Irama : teratur
Kecepatan : sedang
Afek : luas
Kesesuaian : sesuai
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
9
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SMA
5. Orientasi
siang hari)
Rumah Sakit)
sekitarnya)
6. Daya ingat :
lapangan futsal)
dipagi hari)
7. Pikiran abstraktif
10
8. Visuospasial
baik
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
2. Isi pikir
bersih-bersih
F. PENGENDALIAN IMPULS
Cukup baik, selama wawancara pasien dapat berlaku tenang walaupun
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik
dan buruk)
11
2. Uji daya nilai : Baik (Bila berjalan menuju suatu tempat ia
H. TILIKAN
Derajat 3 (Pasien sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan faktor lain)
K. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :
12
tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari
penderita.
(unpleasantly repetitive)
- Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan
gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila
dari keduanya tidak ada gejala yang menonjol maka lebih baik
13
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
- Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
berada pada range 60-51 yaitu gejala (sedang) moderat, disabilitas ringan.
Evaluasi multiaksial
Aksis I : F 42 Gangguan Obsesif Kompulsif
1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : F42 Gangguan Obsesif Kompulsif
1.6 PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
14
1.7 TERAPI
a. Psikofarmaka
Hexymer 0,5mg
Clobazam 5mg
b. Psikoterapi
Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat sesuai aturan
dan datang kontrol ke poli psikiatri serta menjelaskan kepada keluarga pasien
1.8 FOLLOW UP
14/01/19
S/ perasaan jijik masih ada, cuci tangan terus menerus (+), cemas kalau tidak
melakukannya,tangan gemetar
O/ kes : cm
A/ OCD
Hexymer 1mg
Clobazam 5mg
15
Vit B-complex
28/01/19
S/ Perasaan jijik (+), cuci tangan sudah mulai berkurang,bisa menahan, cemas
O/ kes : cm
A/ OCD
Hexymer 1mg
Clobazam 5mg
13/02/19
S/ sudah mau pulang kerumah, cuci tangan (+) cemas berkurang, bisa memakai
O/ kes Cm
A/OCD
Hexymer 1mg
Clobazam 5mg
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obsesi adalah pikiran, ide, impuls atau bayangan pikiran yang timbul
kekerasan, menjijikkan atau merupakan hal sepele yang tidak berarti) dan
pikiran obsesif.
2.2 Etiologi
1. Faktor genetik
Pada penelitian terhadap keluarga-keluarga, didapatkan
2. Neurokimia
17
Beberapa sistem neurotransmiter seperti sistem serotonin dan
3. Neurostruktural
Analisis volumetrik dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
pada orbit frontalis dan kaudatus baik pada orang dewasa. Pemeriksaan
kelainan tersebut.1,2,4,5
18
Gambar 1. Tampak perbedaan aliran darah di otak pada orang normal
dibandingkan orang dengan gangguan obsesif kompulsif.
4. Neuroimunologi
Sindrom gangguan obsesif-kompulsif dapat timbul setelah infeksi
hiperaktivitas. 1,2,5
19
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau
penderita;
(unpleasantly repetitive).3,6
20
keluarga, maupun orang lain karena kehilangan kontrol terhadap impuls
anak-anak sama seperti pada orang dewasa, dengan modifikasi pada anak-
21
Gambar 3. Komorbiditas pada gangguan obsesif-kompulsif. 2
22
A.Either obsessions or compulsions:
(1) Recurrent and persistent thoughts, impulses, or images that are experienced at some time during the
disturbance, as intrusive and inappropriate and that cause marked anxiety or distress
(2) The thoughts, impulses, or images are not simply excessive worries about real-life problems
(3) The person attempts to ignore or suppress such thoughts, impulses, or images, or to neutralize them with some other
thought or action
(4) The person recognizes that the obsessional thoughts, impulses, or images are a product of his or her own mind not
imposed from without as in thought insertion
(1) Repetitive behaviors (e.g. hand washing, ordering, checking) or mental acts (e.g. praying, counting, repeating words
silently) that the person feels driven to perform in response to an obsession or according to rules that must be applied
rigidly
(2) The behaviors or mental acts are aimed at preventing or reducing distress or presenting some dreaded event or situation;
however, these behaviors or mental acts either are not connected in a realistic way with what they are designed to
neutralize or prevent or are clearly excessive
B. At some point during the course of the disorder, the person has recognized that the obsessions or compulsions are excessive or
unreasonable. Note: This does not apply to children.
C. The obsessions or compulsions cause marked distress, are time consuming (take more than 1 hour a day), or significantly
interfere with the person’s normal routine, occupational (or academic) functioning, or usual activities or relationship.
D. If another Axis I disorder is present, the content of the obsessions or compulsions is not restricted to it (e.g., preoccupation with
food in the presence of an eating disorder; hair pulling in the presence of tricothillomania; concern with appearance in the
presence of body dysmorphic disorder; preoccupation with drugs in the presence of a substance disorder; preoccupation with
having a serious illness in the presence of hypochondriasis; preoccupation with sexual urges or fantasies in the presence of a
paraphilia; or guilty ruminations in the presence of major depressive disorders.
E. The disturbances is not due to the direct physiological effects of a substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or a general
medical condition.
Specify if:
With poor insight: if, for most of the time during the current episode, the person does not recognize that the obsessions and
compulsions are excessive or unreasonable
23
2.4 Tatalaksana
Respons terhadap CBT dalam berbagai studi cukuplah tinggi (57-90%). Tidak
seperti farmakoterapi dimana sering terjadi relaps ketika obat dihentikan, hasil
Protokol CBT pada anak-anak didasarkan pada terapi untuk orang dewasa dengan
kompulsif dan exposure and response prevention (E/RP). Penting bagi anak dan
orang tua untuk memahami alasan dari exposure dan response prevention.
yang paling tidak ditakuti terlebih dahulu dan diberi instruksi untuk tidak
24
akan menghilang akibat habituasi autonomik dan ketika akibat yang ditakuti oleh
pasien apabila tidak melakukan tindakan kompulsifnya tidak muncul, hal tersebut
ansietas.
kompulsif, dibutuhkan banyak latihan sendiri di luar sesi terapi. Oleh karena itu
paartisipasi orang tua dan keluarga sangatlah penting, terutama untuk anak-anak
yang lebih kecil karena banyak anak-anak yang tidak mau melaksanakan “PR”
yang diberikan (entah karena ansietas, kurang motivasi maupun distraksi). 2,6,7
Farmakoterapi
25
Malfungsi sistem neurotransmiter serotonin diduga merupakan dasar dari
memiliki kadar serotonin di sinaps yang lebih rendah dibanding orang normal.
gangguan-obsesif-kompulsif.
menyebabkan obat ini hanya digunakan apabila pasien tidak dapat mentoleransi
penggunaan SSRIs.
Karena efek sampingnya yang lebih ringan, saat ini Selective Serotonine Reuptake
dapat berupa mual, eksaserbasi ansietas, insomnia, nyeri kepala dan asthenia. Efek
beberapa minggu hingga mencapai dosis standar 40-60 mg. Respon klinis
biasanya baru muncul dalam 8-12 minggu pengobatan. Sebaiknya pemberian obat
diturunkan perlahan.
26
Apabila pasien tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan SSRIs, dapat
SSRIs lain atau diganti dengan agen SSRIs lain dapat dilakukan, karena banyak
pasien dengan respon tidak adekuat terhadap satu agen SSRIs dapat memberi
2.5 Prognosis
remisi dengan gejala sisa yang minimal. Pada studi terhadap penggunaan
sertraline, 50% mengalami remisi total dan 25% mengalami remisi sebagian.
Prediktor untuk hasil terbaik adalah tidak adanya gangguan komorbid termasuk
gangguan tic dan ADHD. Sebagian besar kasus akan menunjukkan perbaikan
27
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Anamnesis
pasien sering merasa cemas bahwa rumah dan tangan pasien itu kotor
I. RTA : terganggu
28
Berdasarkan status mental pasien kondisi pasien mengarah ke obsesif
terganggu.
3.3 Diagnosis
3.4 Penatalaksanaan
Psikoterapi
Bertujuan untuk melindungi pasien dari usaha bunuh diri dan kepatuhan
meminum obat, serta membantu untuk mencari jalan keluar dari stressor yang
didapat.
Farmakoterapi
Hexymer 0,5mg
Clobazam 5mg
29
• Risperidone (atipikal antipsikotik)
-> diberikan karena pasien mengalami gangguan psikotik berupa halusinasi dan
• Hexymer (Trihexyphenidyl)
• Elizac (Fluoxetine)
Clobazam
3.5 Prognosis
30
BAB IV
DISKUSI
1. Dr. Ferdila
Jawaban :
Pada pasien tidak terdapat tanda depresi, karena pada anamnesis pasien
masalah, namun tidak ada gejala menarik diri dari lingkungan, tidak
Jawaban :
31
BAB V
KESIMPULAN
dengan pikiran mengganggu yang berulang-ulang (obsesi) dan tindakan atau ritual
sudah mulai meningkat pada beberapa tahun terakhir ini. Gejala gangguan
obsesif-kompulsif pada dewasa tidak menyadari bahwa pikiran atau perilaku yang
mereka tunjukkan tidak memiliki alasan yang jelas. Gangguan ini disebabkan oleh
berbagai macam faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu faktor
Remaja dan dewasa muda dengan obsesi atau kompulsi sering dibawa
mengganggu dan ritual berulang. Penatalaksanaan yang paling tepat untuk dewasa
32
33
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
2. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
3. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi
34