Disusun Oleh :
09401611014
PEMBIMBING UTAMA :
SOFIFI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dibawakan dalam Acara Pertemuan Ilmiah dengan
judul GMP Akibat Zat Multiple. Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun. yang akan dilaksanakan pada :
Menyetujui
Dokter Pembimbing
ii
IDENTIFIKASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ng. MI
Tanggal Lahir / Umur : 15 Februari 2003 / 18 tahun
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Sofifi
Tanggal MRS : 28 / 08 / 2021
iii
mengatakan bisa menghidupkan semut yang mati atas izin Allah dan pasien
mengatakan pernah hirup ganja dan lem 1x dan sering meminum alkohol.
4. Masa Dewasa
-
5. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD-SMP, kemudian melanjutkan studinya di
SMA sampai kelas dua saja karena tidak masuk-masuk sekolah sehingga tidak
naik kelas.
6. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja
7. Kehidupan beragama
iv
Pasien beragama Islam. Menurut keterangan ibu pasien. Pasien jarang sekali
melaksanakan sholat.
8. Kehidupan sosial dan perkawinan
Menurut keterangan ibu pasien, pasien tidak pernah berkomunikasi dengan
tetangga-tetangga disekitar rumah.
1 2
v
Tampak gelisah, banyak melihat ke arah lain saat bicara dan kontak mata
tidak selalu.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Tidak koperatif
5. Pembicaraan (Spontanitas, intonasi dan kecepatan)
a. Cara berbicara : Intonasi sedang, volume agak pelan, artikulasi cukup
jelas.
b. Gangguan berbicara : tidak ada
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Tumpul
C. GANGGUAN PRESEPSI
1. Halusinasi : Halusinasi
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf Pendidikan : Sesuai dengan taraf pendidikan
2. Pengetahuan : Baik
3. Konsentrasi : Distrakbilitas
4. Orientasi :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
5. Daya Ingat :
a. Jangka Panjang : Baik
b. Jangka Pendek : Baik
c. Segera : Baik
6. Pikiran Abstraktif : Baik
7. Bakat Kreatif : Tidak ada
8. Kemampuan menolong diri : Baik, bisa melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
E. PROSES PIKIR
vi
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Baik
b. Kontinuitas : Koheren dan relevan
c. Hendaya bahasa : Baik
2. Isi pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Waham kebesaran
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
e. Ide-ide : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik, pasien tampak tenang dan dapat
mengendalikan dirinya serta tidak membahayakan orang lain yang berada di
sekitarnya.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya sosial : Baik
3. Daya nilai realitas : Baik
H. TILIKAN : Derajat 6
vii
10. System musculoskeletal : -
11. System urogrnital :-
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranials (I-IIX) :-
2. Tanda rangsang meningeal : -
3. Pupil (reflex) :-
4. Motorik :-
5. Sensibiliitas :-
6. Fungsi luhur :-
7. Gangguan khusus : -
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
viii
gangguan mental organik dapat disingkirkan. Berdasarkan data yang diperoleh
melalui anamnesis terhadap pasien dan keluarga pasien didapatkan bahwa gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan selama ≤ 6 bulan, dari data juga didapatkan halusinasi auditorik,
waham, riwayat pemakaian beberapa zat psikoaktif sehingga diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple (F.19).
IX. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
B. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
C. Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
X. DAFTAR MASALAH
A. ORGANOBIOLOGIK
B. PSIKOLOGI/PSIKIATRIK
C. SOSIAL/KELUARGA
ix
4. Awasi TTV, KU, Restrain, EPS, Intake oral
x
halusinasi
- Edukasi tentang
cara minum obat
- Kolaborasi dokter
jaga dan perawat
tentang pemberian
terapi
18:25 - Injeksi
diphenhidramin
1A/IM
30/08/21 S : - makan dan minum Psikotik akut dd/ - Lodomer 5mg tab (3
07:30 baik Skizofrenia paranoid x½)
- BAB & BAK dd/ GMP akibat zat - Bila tidak bisa minum
lancar multipel oral , injeksi lodomer
- Pasien ingin kabur 5mg/2ml.IM
- Riwayat EPS 2x - Bila EPS Injeksi
kemarin diphenhidramin
O : - Afek : hipotimia - Lodomer 5 mg (3 dd
- Halusinasi ½) tab
auditorik - Arkine 2 mg (2 dd 1/2
- Waham (+) ) tab
- Kontak mata : ada - Cepezet 100 mg (0-0-
1) tab
- Fluxetin 20 mg (1-0-
0) tab
xii
11:25 S :- Mulut tidak bisa GMP akibat zat - Trifluoperazine 5mg
tertutup multipel (2 x ½ )
O : - KU (tenang) - Arkine 2 mg (2 dd 1/2
- Afek : tumpul ) tab
- Mood : hipotimia - Cepezet 100 mg (0-0-
- Arus pikir : 1) tab
irrelevan - Fluexetine 20 mg (1-
- Assosiasi : longgar 0-0) tab
- Halusinasi : - Diphenhidramin
Auditorik dan visual (ekstra)
- Kontak mata (+) - Awasi tanda-tanda
- OBS TTV (TD : EPS, TTV, Intake
120/80 mmHg, N : oral
112x/m, P : 20x/m,
S : 36,5℃, SpO2 :
99%)
31/08/21 S : Rahang sakit GMP akibat zat - Trifluoperazine 5mg
06:10 O : - KU (tenang) multipel (2 x ½ )
- Afek : tumpul - Arkine 2 mg (2 dd 1/2
- Mood : hipotimia ) tab
- Halusinasi : - Cepezet 100 mg (0-0-
Auditorik dan visual 1) tab
- Kontak mata (+) - Fluexetine 20 mg (1-
- OBS TTV (TD : 0-0) tab
100/70 mmHg, N : - Diphenhidramin
74x/m, P : 20x/m, (ekstra)
S : 36,2℃, SpO2 : - Awasi tanda-tanda
99%) EPS, TTV, Intake
oral
xiii
nyambung, makan dan - 0) tab
minum baik, pasien - Cepezet 100 mg (0-0-
mengatakan masih 1/2 ) tab
mendengar bisikan dari - Fluexetine 20 mg (1-
temannya ajak berantem 0-0) tab
O : - KU (tenang) - Awasi tanda-tanda
- Afek : sempit TTV
- Mood : hipotimia
- Halusinasi :
Auditorik
- OBS TTV (TD :
100/80 mmHg, N :
72x/m, P : 20x/m,
S : 35,7℃, SpO2 :
99%)
xiv
63x/m, P : 20x/m,
S : 36℃, SpO2 :
99%)
xv
- Mood : eutimia 0-0) tab
- Halusinasi : - Awasi tanda-tanda
Auditorik EPS, TTV, Intake
- Arus pikir relevan oral
- Kontak mata (+)
- OBS TTV (TD :
100/60 mmHg, N :
92x/m, P : 20x/m,
S : 36,2℃, SpO2 :
99%)
xvi
O : - KU (tenang) - Cepezet 100 mg (0-0-
- Afek : terbatas 1/2 ) tab
- Mood : hipotimia - Fluexetine 20 mg (1-
- Halusinasi : 0-0) tab
Auditorik - Rencana rawat jalan
- Intonasi menurun
- Arus pikir relevan
- Kontak mata (+)
- OBS TTV (TD :
100/60 mmHg, N :
80x/m, P : 20x/m,
S : 36,2℃, SpO2 :
99%)
XII. DISKUSI
Menurut PPDGJ-III gangguan jiwa adalah adanya gejala klinis bermakna yang
dapat berupa suatu sindrom atau pola perilaku atau pola psikologik yang
menimbulkan distress atau penderitaan antara lain dapat berupa: rasa nyeri, rasa
tidak nyaman, rasa tidak tenteram disfungsi organ tubuh, dan menimbulkan
disability atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan suasana perasaan (mood) yang
menimbulkan distress (penderitaan) dan disability (keterbatasan) di dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
ini mengalami gangguan jiwa.
a. Narkotika
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan kedalam
golongan-golongan :
xvii
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,
(Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,
petidin)
Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).
b. Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Yang
dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut :
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensiamat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
xviii
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,
seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
xix
1. Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika
Golongan I.
2. Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
3. Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
4. Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Golongan Depresan (Downer) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat
pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida
(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot
tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan(Upper) Adalah jenis NAPZA yang dapat
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein,
Kokain.
3. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan
efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan
seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi
medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
Klasifikasi kondisi medis akibat penggunaan zat, antara lain :
1. Kriteria DSM-IV-TR untuk intoksikasi zat
1. Berkembangnya sindrom spesifik zat yang reversible akibat baru saja
mengonsumsi (atau terpajan) suatu zat.
2. Terdapat perubahan perilaku atau psikologis yang maladaptive dan
signifikan yang disebabkan oleh efek zat tersebut pada system saraf
pusat (contoh agresif, labilitas mood, hendaya kognitif, daya nilai
terganggu, fungsi sosial dan okupasional terganggu) dan timbul selama
atau segera setelah penggunaan zat.
3. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
xx
2. Kriteria DSM-IV-TR untuk keadaan putus zat
1. Berkembangnya sindrom spesifik zat akibat penghentian (atau
pengurangan) penggunaan zat yang telah berlangsung lama dan
berat.
2. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan atau hendaya yang
secara klinis signifikan dalam fungsi social, okupasional, atau area
fungsi penting lain
3. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain Kriteria DSM-IV-TR
untuk penyalahgunaan zat
a. Suatu pola maladaptive penggunaan zat yang menimbulkan
hendaya atau penderitaan yang secara klinis signifikan seperti
dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut, yang
terjadi dalam periode 12 bulan :
1) Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan
memenuhi kewajiban peran utama dalam pekerjaan,
sekolah atau rumah (contoh absen berulang atau
kinerja buruk dalam pekerjaan yang berhubungan
dengan penggunaan zat, absen, skors atau dikeluarkan
dari sekolah.
2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara
fisik berbahaya (contoh mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin saat sedang mengalami
hendaya akibat penggunaan zat).
3) Masalah hokum berulang terkait zat (contoh
penahanan karena perilaku kacau terkait zat). 13 4)
Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah
social atau interpersonal yang persisten atau rekuran
yang disebabkan atau dieksaserbasikan oleh efek zat
(contoh berselisih dengan pasangan tentang
konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik).
b. Gejala tidak memenuhi criteria ketergantungan zat untuk
kelas zat ini.
xxi
3. Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zat Suatu pola
maladaptive penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya atau
penderitaan yang secara klinis signifikan, yang dimanifestasikan
oleh tiga (atau lebih) hal berikut), terjadi dalam periode 12 bulan
yang sama:
a. Toleransi seperti didefinisikan salah satu dibawah ini
1) Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk
mencapai inoksikasi atau efek yang diinginkan.
2) Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya
penggunaan zat dalam jumlah yang sama.
b. Putus zat seperti didefinisikan salah satu dibawah ini:
1) Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut
2) Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk
meredakan atau menghindari gejala putus obat
c. Zat sering dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam periode
yang lebih lama daripada seharusnya.
d. Terdapat keinginan persisten dan ketidakberhasilan upaya
untuk mengurangi atau mengendalikan suatu zat.
e. Menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas yang
diperlukan untuk memperoleh zat (contohnya mengunjungi
dokter atau berkendara jarak jauh) menggunakan zat (contoh
merokok seperti kereta api) atau untuk pulih dari efeknya.
f. Mengorbankan atau mengurangi aktivitas rekreasional,
pekerjaan atau social yang penting karena penggunaan zat.
g. Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau
psikologis rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau
dieksaserbasikan zat tersebut (contoh saat ini menggunakan
kokain walau menyadari adanya depresi terinduksi kokain atau
minum berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus akan
menjadi lebih parah dengan konsumsi alkohol.
xxii
otak, dopaminergik diblokir pada jalur nigrostriatal sehingga memicu terjadinya efek
samping berupa sindrom ekstrapiramidal dan gangguan gerak yang lebih dominan
terjadi (Yulianty dkk, 2017). Haloperidol merupakan golongan potensi rendah untuk
mengatasi penderita dengan gejala gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit tidur.
Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis (Zahnia dan
Sumekar, 2016).
Klorpromazin merupakan antagonis reseptor dopamin dan alfa adrenergik bloker yang
tidak selektif. Disinyalir mekanisme kerja klorpromazin sebagai alfa adrenergik
blokerlah yang menimbulkan efek hipotensi orthostatik yang menghambat
vasokonstriksi refleks ketika naik ke posisi duduk atau berdiri (Yulianty dkk, 2017).
Klorpromazin juga memiliki efek samping sedatif kuat yang digunakan terhadap
sindrom psikosis dengan gejala gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan
pikiran, perasaan dan perilaku (Fahrul dkk, 2014).
xxiii
mungkin melibatkan peningkatan pelepasan dopamin dari vesikel prasinaptik,
penghambatan ambilan kembali dopamin ke dalam terminal saraf prasinaptik atau
menimbulkan suatu efek agonis pada reseptor dopamin pascasinaptik.
Triheksifenidil dapat dipakai segala jenis sindroma parkinson, baik pada pasca
ensefalitis, arteriosklerosis ataupun idiopatik. Triheksifenidil juga efektif pada
sindroma parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazin. Biasanya
triheksifenidil digunakan sebagai terapi yang dikombinasi dengan levodopa untuk
parkinsonism. Triheksifenidil sebagai terapi efek samping esktrapiramidal yang
diinduksi oleh antipsikotik dan obat-obatan sistem saraf sentral.
- Fluoksetin
Penggunaan dalam terapi: indikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul daripada
antidepresan triksiklik, adalah depresi. digunakan pula untuk mengobati bulimia
nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain, termasuk
anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik dan sindrom
premenstrual.
Dosis: Dosis diberikan secara oral. Dosis awal dewasa 20mg/hari diberikan setiap
pagi, bila tidak diperoleh efek terapi setelah beberapa minggu, dosis dapat
ditingkatkan 20mg/hari hingga 30mg/hari.
xxiv
- Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan
yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
1.) Mengucapkan salam terapeutik.
2.) Berjabat tangan.
3.) Menjelaskan tujuan interaksi.
4.) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
- Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
-
- Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1.) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2.) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3.) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4.) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5.) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
- Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah,
yaitu secara verbal terhadap :
1.) Orang lain.
2.) Diri sendiri.
3.) Lingkungan.
xxv
3.) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
1. Irawati, I,. Kristiana, S,. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Badan Penerbit FKUI
:Jakarta.2013.
2. Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.
3. Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta.
2013.
4. Syarif, dkk., Farmakologi dan Terapi. Ed.5. Badan Penerbit FKUI: Jakarta. 2011.
5. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ke-3. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Atmajaya;2014.
6. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. Edisi ke-9.
xxvii