Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.Hasan Basri

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Prona I Gang Pembangunan II No 29 RT 17

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar/Indonesia

Status : Belum Menikah

RMK : 1 20 29 54

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari Alloanamnesis dengan Kakak Kandung Os pada hari Senin

tanggal 13 Maret 2016, jam 11.00 WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin

dan autoanamnesis, alloanamnesis (ibu Os) di rumah Os Jalan Prona I Gang

Pembangunan II No 29 RT 17 Jam 17.30 WITA.

1
A. KELUHAN UTAMA

Tidak bisa tidur

KELUHAN TAMBAHAN

Muntah saat makan.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dan Autoanamnesis


Sejak 10 hari yang lalu Os mengaku sering muntah saat makan dan

minum,disertai tidak bisa tidur dengan nyenyak. Os mengaku bermimpi buruk

seperti ada bayangan yang ingin menempel di badanya. Hal ini yang

mengakibatkan Os dirawat di RSUD Ulin selama 3 hari mulai hari sabtu tepatnya

tanggal 5 maret, Os mengaku bahwa dokter tidak menemukan keluhan fisik pada

dirinya. Pada hari senin pasien di bolehkan pulang. Keadaan Os membaik setelah

keluar dari rumah sakit, tetapi akhirnya Os kembali muntah - muntah sampai kira

kira hari minggu gejala muntah makin parah. Semua kejadian ini dimulai

semenjak Bapak Os dan sahabat Os meninggal kira kira 4 Maret 2016 akibat

meninggalnya bapak Os hutang bermain poker semakin menumpuk. Os mengaku

merasa tidak bertenaga untuk melakukan segala aktifitas, Os juga merasa tidak

ingin lagi beraktifitas seperti biasa seperti bermain bola bersama temannya. Pasien

juga sering melamun, dan merasa bersalah terhadap orang tuanya waktu hidup

dikarenakan belum bisa berbakti terhadap orang tuanya. Pasien lebih sering

berdiam diri di rumah dan merasa sudah tidak terlalu percaya diri untuk bergaul

bersama temannya. Konsentrasi Os juga menurun jika melakukan sesuatu. Os

menyangkal bahwa ada ide untuk bunuh diri, Pasien menyangkal adanya bisikan

2
seperti menyalahkan dirinya atau menuduh dirinya. Pasien menyangkal adanya

mencium bau busuk atau pun daging busuk.

Sejak awal 2 hari yang lalu, Os merasa keluhannya memberat hingga tidak

bisa tidur sama sekali, hingga akhirnya Pasien datang ke poliklinik Jiwa RSUD

Ulin Banjarmasin untuk berobat.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Os Sebelumnya tidak pernah menderita peyakit seperti ini. Os tidak pernah

memiliki gangguan neurologi seperti kejang. Os tidak mempunyai riwayat trauma

kepala, juga tidak mengalami penyakit infeksi, tidak mengkonsumsi alkohol dan

obat-obatan terlarang, dan tidak merokok. Os mengaku hanya mengkonsumsi

dexametason dan ketokonazol secara rutin Riwayat darah tinggi, kencing manis

disangkal, tetapi pasien mengaku menderita asma. Pasien tidak memiliki riwayat

gangguan jiwa sebelumnya.

C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah mengalami

masalah kehamilan yang serius. Walaupun ibu pasien mengandung gemeli

tetapi pasien lahir cukup bulan, dilahirkan spontan dengan berat 3 kg,

langsung menangis, dan tidak ada cacat bawaan.

2. Basic Trust vs Mistrust

Tumbuh kembang normal seperti bayi seusianya. Os diberikan ASI

eksklusif oleh ibunya hanya sampai berumur 2 bulan. Dikarenakan saat

3
menyusui ibu sambil menyusui adik kembarnya juga maka dari itu diganti

susu formula. Tidur pasien nyenyak, jarang terbangun malam hari. Pasien

dapat tidur nyenyak, mudah diberi makan dan tidak ada kesulitan dalam

buang air besar.

3. Riwayat Masa Kanak-Kanak (1,5-3 tahun ) = Autonomy vs Shame, Doubt

Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Keingintahuan

pasien cukup besar dan biasanya dijawab dengan baik oleh orang tua. Orang

tua tidak terlalu mengekang keinginan anak dan tidak pula terlalu

memanjakannya. Pasien sudah mulai bisa berjalan dan mulai lancar bicara

dalam usia kurang lebih 3 tahun.

4. Riwayat Masa Prasekolah ( 3 – 6 tahun ) = Initiative vs Guilt

Pasien suka bermain dengan mainan dan teman sebayanya. Pasien

sudah mulai bisa meniru kegiatan orang tuannya seperti shalat.

5. Riwayat Masa Sekolah (6 – 12 tahun) = Industry vs Inferiority

Pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar sejak usia 6 tahun. Saat

sekolah prestasi pasien biasa-biasa saja dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien

termasuk anak anak yang malas menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

6. Riwayat Masa Remaja (12-20 tahun) = Identity vs Identity Confusion

Setelah menyelesaikan masa pendidikannya di SMK, pasien tidak

langsung mencari pekerjaan. Kegiatan pasien setelah lulus hanya main poker,

bermain sepak bola dan membantu menjaga warung milik orang tuanya.

4
7. Riwayat Pendidikan

Pasien mulai bersekolah di SD saat usia 6 tahun, dan pendidikan terakhir

hingga SMK

8. Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak memiliki pekerjaan, pasien hanya membantu menjaga

warung milik orang tuanya.

9. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah

D. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan :

: Penderita

: Laki-laki

: Perempuan

Pasien adalah anak keempat dari lima bersaudara.Tidak terdapat

riwayat gangguan jiwa dalam keluarga pasien.

5
E. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Saat ini os hanya tinggal bersama ibunya. Os belum menikah sampai

sekarang dan waktunya hanya di habis kan di rumah untuk membantu

ibunya berdangang. Os juga sering bermain poker dan bermain bola

bersama teman dekatnya. Saudara – Saudara pasien hidup bersama istri dan

suaminya masing masing.

F. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Menurut pasien, Ibu pasien adalah panutannya dan oraang yang dia

hormati. Dia berharap bisa membahagiakan ibunya karena belum bisa

membahagiakan bapanya. Pasien merasa bersalah dan berdosa karena belum

bisa membahagiakan bapaknya. Pasien masih dapat mengurus dirinya

sendiri.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien datang ke poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin bersama kakanya

Pasien seorang laki-laki berperawakan kecil, berbadan agak kurus, berkulit

sawo matang. Pasien mengenakan baju kaos berwarna hitam dan celana

panjang. Pasien tampak terawat dan berpenampilan sesuai usia. Pasien

tampak sedih dan tidak terlalu banyak bicara jika tidak ditanya. Mimik

wajahnya menggambarkan kesedihan.

6
Pasien duduk tegak, terkadang merubah posisi tubuhnya. Saat bercerita

tangan pasien ikut bergerak. Mata pasien dapat menatap pemeriksa.

Pembicaraan sesuai dengan pertanyaan.

2. Kesadaran

Jernih

3. Perilaku dan aktivitas motorik

Hipoaktif

4. Pembicaraan

Koheren, spontan lancar, relevan.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak (+) wajar (+) dapat dipertahankan (+).

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF,

KESERASIAN DAN EMPATI

1. Afek(mood) : Hypotym

2. Ekspresi afektif : Sedih

3. Keserasian : Appropriate

4. Empati : Dapat dirabarasakan

5. Stabilitas : Baik

6. Pengendalian :Dapat mengendalikan emosinya

7. Sungguh-sungguh/Tidak : Sungguh-sungguh

8. Dalam/Dangkal : Dalam

7
C. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : komposmentis

2. Orientasi : Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

Situasi : baik

3. Konsentrasi : baik

4. Daya ingat : Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

Segera : baik

5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan tingkat

pendidikan

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil (-/-/-/-/-)

2. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)

E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir : a. Produktivitas : Spontan

b.Kontinuitas :Lancar,relevan

c. Hendaya berbahasa :tidak ada

2. Isi Pikir : a. Preocupasi : tidak ada

b. Waham : tidak ada

3. Bentuk Pikir : realitis

8
F. PENGENDALIAN IMPULS

Baik

G. DAYA NILAI

a. Daya norma sosial : baik

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian realita : baik

H. TILIKAN

Tilikan 6

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1.STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : Baik

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

N : 78 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,5 C

Kepala Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, refleks cahaya +/+

Telinga : sekret -/-

Hidung : sekret -/- epistaksis (-)

Mulut : mukosa bibir kering, pucat (+), lidah tidak tremor

9
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thoraks I : bentuk simetris

P : fremitus raba simetris

P : Pulmo : sonor

Cor : batas jantung normal

A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-

Cor : S1S2 tunggal

Abdomen I : simetris

P : hepar/lien/massa tidak teraba

P : timpani

A : BU (+) normal

Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-

Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-

2. STATUS NEUROLOGIS

N I-XII : normal

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks patologis : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Pasien tidak bisa tidur dan muntah bila makan atau minum sejak 10 hari

yang lalu (gejala somatic)

10
2. Gejala fisik pasien di mulai semenjak bapak dan teman pasien meninggal

dan mulai memikirkan hutang poker.

3. Os mengaku merasa tidak bertenaga untuk melakukan segala aktifitas

(Anergia)

4. Os juga merasa tidak ingin lagi beraktifitas seperti biasa seperti bermain

bola bersama temannya dan lebih sering melamun di rumah ( ahedonia)

5. Tidak terlalu percaya diri untuk bergaul bersama temannya.

6. Os menyangkal bahwa ada ide untuk bunuh diri, Pasien menyangkal

adanya bisikan seperti menyalahkan dirinya atau menuduh dirinya. Pasien

menyangkal adanya mencium bau busuk atau pun daging busuk.

7. Sulit berkonsentrasi pada setiap apa yang dia kerjakan

Afek(mood) : Hipotym (afek depresi)

Ekspresi afektif : Terlihat sedih

Halusinasi : tidak ada

Penilaian realita : baik

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F32.11

2. Aksis II : None

3. Aksis III : J00 – J99 (Penyakit sistem pencernaan)

4. Aksis IV : Faktor Keluarga, Faktor Ekonomi

5. Aksis V : GAF scale 60-51

11
VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan

2. Psikologik

Afek(mood) hipothym, ekspresi afektif terlihat sedih, dan penilaian

realita baik.

3. Sosial Keluarga

Kematian Bapak, Teman, masalah hutang poker

VIII.PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam (Episode Depresi sedang)

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Stressor psikososial : dubia ad Malam

Riwayat herediter : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam (Usia 23 tahun)

Pendidikan : dubia ad malam ( SMK)

Perkawinan : dubia ad malam ( belum menikah)

Ekonomi : dubia ad malam (tidak bekerja)

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Organobiologi : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam

Ketaatan berobat : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

12
IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Dogmantil (sulpiride) 50 mg 2x 1

Sandepril (Maprotiline) 50 mg 3 x 1

Clobazam 10 mg 2x 1

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga

Lebih banyak bercerita kepada keluarga kalau ada masalah

Religius : Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian.

X. DISKUSI

Depresi adalah satu istilah untuk gangguan yang terutama ditandai dengan

afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang

menuju pada keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit

saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya dapat berupa konsentrasi dan

perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, munculnya

gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang

suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,

tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Episode depresif memerlukan masa

sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode

lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung

cepat (1)

Adapun pedoman diagnostik Episode Depresi, yaitu (2): F32 Episode

Depresif

13
Gejala utama:

• Afek depresif

• Kehilangan minat dan kegembiraan

• Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keaadaan mudah lelah

Gejala lainnya:

• Konsentrasi dan perhatian berkurang

• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

• Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

• Tidur terganggu

• Nafsu makan berkurang

F32.0 Episode Depresif Ringan

• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

diatas

• Di tambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

• Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukan

F32.1 Episode Depresif Sedang

• Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gjala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan

14
• Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya

• Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu

• Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

urusan rumah tangga

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

• Semua 3 gejala utama depresi harus ada

• Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gjala lainnya, dan beberapa diantaranya

harus berintensitas berat

• Bila ada gejala penting yang mencolok, mka pasien mungkin tidak mau atau

tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci

• Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,

akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih

dibenarkan untuk menegagkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

minggu

• Sangat tidak mingkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan atau urusan rumah tangga,kecuali pada taraf yang sangat terbatas

F32.3 Episode Depresif Berat denagan Gejala Psikotik

• Episode depresi berat yang memenuhi kriteria F32.2

15
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan

pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik

biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging

membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat manuju pada stupor, jika

diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan efek (mood congruent) (1).

Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan

merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, diagnosis penderita dalam kasus

ini mengarah ke depresi dan dapat didiagnosadengan depresi sedang dengan

gejala somatik (F.32.11)

Berdasarkan berbagai penelitian yang berbeda terdapat hubungan yang

konsisten dan resprokal antara daerah dorsokortikal serta ventrolimbik pada

depresi dan perasaan negative yang transien. Variasi kelainan dalam region

ventromedial termasuk cingulata anterior konsisten pada ganguan depresi.

terdapat pengecilan volume hipokampus pada pasien depresi dibandingkan

dengan yang tidak (2).

Terdapat peran neurotransmitter serotonin pada gangguan mood. Serotonin

disintesis dari asam amino esensial tryptophan dalam 2 tahap enzimatis. Plasma

tryptophan masuk blood-brain barrier secara aktif dengan melalui large neutral

amino acid transporter protein. Perubahan fungsi serotonergik otak menunjukkan

perubahan fungsi tubuh dan perilaku yang merupakan gejala klinis utama dari

16
depresi, seperti nafu makan, tidur, fungsi sexual, sensitivitas nyeri, temperature

tubuh dan irama sirkadian. Pelepasan serotonin neuron relative konstan namun

reponsif terhadap stress. Berdasarkan banyak data dapat disimpulkan bahwa

kelainan patologis utama pada gangguan mood mungkin berada dalam saraf dari

sirkuit otak yang membawahi emosi. Neuron ini tidak dapat mentoleransi

penurunan serotonin dan modulasi norepinefrin serta dopamine (2).

Gejala psikiatrik dari hiperkortisolisme seperti anergia, anhedonia, dan

mood depresi berhubungan positif dengan tidak adanya kortisol dalam kadar urine

dan membaik perlahan setelah terapi dengan antiglukokortikoid walaupun respons

penuh sering lambat dan respons rate sekitar 70-73%. Pada gangguan depresi

mayor terdapat banyak studi yang menunjang dengan hasil :

1. Terdapat kadar kortisol plasma, cairan serebrospinal dan urine yang meningkat.

2. Menunjukkan resistensi terhadap supresi sekresi kortisol dan kortikotropin oleh

dexamathasone.

3. Menunjukkan peninngkatan kortikotropin realizing hormone di cairan

serebrospinal.

4. Terdapat hipertropi kelenjar adrenal.

Penemuan ini belum menunjukkan mekanisme pasti terjadinya depresi,

namun diduga adanya disregulasi axis HPA (Hipothalamus-Pituitari-Adrenal)

pada gangguan depresi mayor akibat terganggunya transmisi signal melalui

reseptor kortikoid. dan antidepresan bekerja menormalkan transmisi signal ini.

Hubungan sistem imun dengan gangguan mood berdasarkan dua arah : 1)

bahwa adanya bukti ‘perilaku sakit’ (illness behavior) seperti penurunan nafsu

17
makan, kelelahan, somnolensi seperti pada gangguan mood berhubungan dengan

perubahan fungsi imunitas dan 2) berbagai gangguan medis dan pengobatan yang

meregulasi fungsi imunitas berhubungan dengan gejala psikiatrik. Beberapa data

menunjukkan ahwa sitokin menginduksi gejala mirip depresi. Sitokin mungkin

menginduksi atau mempercepat depresi melalui beberapa mekanisme termasuk

terganggunya sintesis serotonin, pennurunan dopamine, axis HPA dan efek

plastisitasnya serta mengganggu neurogenesis (2).

Studi keluarga, studi anak kembar dan studi anak adopsi dari gangguan

bipolar dan gangguan depresi unipolar pada umunya menunjukkan risiko

mendasar dari komponene yang dapat diturunkan, di mana gangguan bipolar

mempunyai sifat menurun yang tinggi dibandingkan depresi unipolar berulang.

Berdasarkan berbagai studi tentang gangguan bipolar didapatkan banyak daerah

dari genom yang terlibat, seperti 18p11, 18q22, 12q24, 21q21, 13q13, 4q15, 4q32,

16q12, 8q24, 22q11, sedangkan gangguan unipolar hanya beberapa genome dan

masih memerlukan konfirmasi data (2).

Ganguan Mood merupakan ganguan mental yang paling umum dalam

populasi dewasa. Banyak studi epidemiologi mendapatkan prevalensi depresi

unipolar antara 20 – 40 %. Prevalensi sepanjang hidup dari komorbiditas depresi

dan siklotimia berkisar antara 1,5 – 2,5 % pada populasi umum dewasa. Onset

umur untuk depresi antara 27,5 tahun ( dari studi Epidemiologic Catchment

Area), 29,9 tahun (netherlands mental health survey and incidence study).

Prevalensi menurut jenis kelamin sangat konsisten pada berbagai studi yaitu

wanita dua kali dibanding pria. Studi epidemiologi di antara orang yang sudah

18
menikah dan tidak pernah menikah beresiko lebih tinggi pada yang tidak pernah

menikah. Korelasi antara status sosial ekonomi dengan depresi, lebih sering pada

tingkat ekonomi rendah (2).

Pada kasus, pasien diberikan terapi ,dogmatil (sulpiride) Cap 50 mg 2x1

(2-3x dengan dosis 100 mg), clobazam 10 mg 2x1 (2-3x 10 mg Dosis anjuran),

sandepril (maprotiline) 50 mg 3x1 dengan dosis anjuran 75-150 mg, Pasien di

berikan dogmatil sebagai anti axietas. Dogmatil bekerja pada resptor dopamine

D2 pada dosis 300- 600 mg dogmatil berperan sebagai antipsikotik tipe 1, tetapi

pada dosis rendah 100 mg bisa sebagai anti axietas dan antidepresan. Pasien

diberikan clobazam sebagai anti-ansietas dari golongan benzodazepine. Obat anti-

ansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodizepine

receptors) akan meng-inforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”

(GABA re-uptake inhibitor) sehingga hiperaktivitas tersebut dapat mereda. Pasien

mendapatkan terapi utama anti depresan untuk sindrom depresi yang dideritanya

berupa sandepril (maprotiline) dari golongan tetracyclic compound. Mekanisme

kerja obat antidepresi adalah menghambat “re-uptake aminergic neurotrasmitter”

terutama serotonin dan NE peningkatan jumlah “aminergic neurotrasmitter” pada

celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin

(3,4).

Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional

seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungannya

professional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan gejala gejala

yang ada, mengkoreksi perilaku yang tergang dan mengembangkan pertumbuhan

19
kepribadian secara positif. Psikoterapi dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu

psikoterapi suportif dan psikoterapi wawasan (genetic dinamik) (2).

Psikoterapi Supportif terdiri dari

1. Ventilasi

2. Persuasi

3. Sugesti

4. Penjaminan kembali

5. Bimbingan dan penyuluhan

6. hipnoterapi

7. Psikoterapi kelompok

8. terapi perilaku

Psikoterapi suportif bertujuan untuk

1. Menguatkan daya tahan mental yang ada.

2. Mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik.

3. Mengembalikan keseimbangan adaptif

Psikoterapi wawasan di bagi dua:

A. Psikoterapi reeukatif: Untuk mencapai Pengertian tentang konflik –

konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana

untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasi tujuan dan

membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.

Cara – cara psikoterapi reedukatif

1. Terapi hubungan antarmanusia

2. Terapi sikap

20
3. Terai wawancara

4. Analisis dan sintesis yang distributive

5. Konseling terapeutik

6. Terapi case work

7. Terapi kelompok yang reedukatif

8. Reconditioning

9. Terapi somatic

Psikoterapi rekontruktif: Untuk mencapai pengertian tentang konflik konlik yang

letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas

daripada struktur kepribadian dan peluasan struktur kepribadian dan peluasan

pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang

baru.

Cara- cara psikoterapi rekontruktif antara lain ialah sebagai berikut:

1. Psikoanalisis freud

2. Psikoanalisis non Freudian

3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisis

Terapi yang digunakan pada Os adalah psikoterapi supportif jenis ventilasi.

Ventilasi ialah mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya ia akan lega dan

kecemasannya berkurang , Karena ia dapat melihat asalah dalam proporsi yang

sebenarnya (2).

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari


PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.


Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

3. Maslim R. Panduan Praktis Pengunaan klinis Obat Psikotropik Edisi 3.


Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007

4. Toy EC, Klamen. Case Files Psychiatry ed 3. Springfield: LANGE, 2012

22
LAMPIRAN

1.1 DOKUMENTASI KUNJUNGAN RUMAH

Foto 1.

Keadaan Rumah penderita di Jalan prona II gang pembangunan II Banjarmasin

Kalsel

23
Foto 2.

Keadaan Tn Hasan Basri terlihat afek hipotim

24
Foto 3

Os bersama Ibunya yang mengasuhnya sendirian semenjak Ayah os meninggal.

25

Anda mungkin juga menyukai