Oleh:
Pembimbing:
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S
Usia : 22 Tahun
Alamat : Amuntai
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Diperoleh dari autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 7 Juli 2019 pukul
14.15 WITA, dan heteroanamnesis dengan kakak pasien pada tanggal 7 Juli 2019.
A. KELUHAN UTAMA
Autoanamnesis
Pasien datang ke IGD RSJ Sambang Lihum diantar paman dan keluarga.
Pasien. Pasien tampak kurang terawat, rambut tidak rapi, pakaian kusut dan berbau
kurang sedap. Pasien mengenakan baju terusan berwarna biru muda dan memakai
Menurut kakak pasien, pasien sering mengamuk di rumah dimulai sejak kurang
lebih 5 hari yang lalu. Hal ini dipicu karena kurang lebih 10 hari yang lalu ayah
pasien meninggal dunia karena stroke, dan sejak saat itu, pasien mulai murung dan
kurang lebih 5 hari terakhir, pasien mulai mengamuk dan memecahkan barang-
barang dirumah. Pasien berbicara sendiri hingga tidak tidur berhari-hari, namun
pasien masih bisa makan, MCK (mandi, cuci, kakus) dengan baik walaupun harus
disuruh. Pasien saat mengamuk sempat memegang pisau dan gunting walaupun
tidak digunakan untuk melukai diri sendiri dan orang lain, tetapi keluarga takut ada
apa-apa sehingga keluarga dibantu kerabat mengambil paksa pisau dan gunting
tersebut, dan pasien diikat sebentar dirumah. Hingga akhirnya pasien dibawa ke
sehingga saat ayahnya meninggal pasien sangat kehilangan sosok ayahnya dan
Ibu pasien rutin ANC (Antenatal Care) di bidan kampung dan rutin mengonsumsi
vitamin. Pasien dilahirkan spontan cukup bulan belakang kepala dengan persalinan
normal dan langsung menangis. Ibu pasien tidak memiliki penyakit saat kehamilan.
2. Riwayat Infanticy/Masa bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust Vs Mistrust
3. Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs shame and
doubt
Pasien mengikuti pendidikan formal, dan merupakan anak yang manja terhadap
ayahnya.
4. Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 tahun) Initiative Vs Guilt
Pasien merupakan anak baik dan penurut. Pasien senang bersosialisasi dengan
Pasien mulai memasuki masa sekolah dan merupakan siswa yang mudah bergaul di
sekolahnya.
6. Fase umur 12- 18 tahun, Fase Remaja Identity Versus role Diffusion
Pasien mengalami masa peralihan dari masa anak-anak, pasien mulai menyukai
lawan jenis.
8. Riwayat Pendidikan
Pasien saat ini masih kuliah di STIA (Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi) Amuntai.
9. Riwayat Perkerjaan
terlewat waktunya.
genggam.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
c
v
v
Keterangan:
= Perempuan
= Penderita
= Laki-laki
= Meninggal
= Serumah
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal serumah dengan ibu dan kakak laki-laki pasien. Mereka
hidup di keluarga yang sederhana, tempat tinggal layak, tidak ada masalah dalam
keluarga, dan dapat berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dengan
baik. Yang berkerja sebagai tulang punggung keluarga adalah ibu pasien yang
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan, berumur 22 tahun, berbadan gemuk dan warna kulit sawo
sebahu dan ikal. Pasien memakai baju terusan berwarna biru muda dan
memakai celana panjang berwarna hitam. Pakaian pasien terlihat kusut dan
2. Kesadaran
Compos mentis
4. Pembicaraan
Spontan, inkoheren, irrelevan
Tidak kooperatif
6. Kontak Psikis
1. Afek (mood) :
2. Ekspresi afektif :
C. FUNGSI KOGNITIF
2. Orientasi
3. Konsentrasi : Jelek
4. Daya Ingat :
D. GANGGUAN PERSEPSI
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
b. Kontinuitas : inkoheren
2. Isi Pikir
F. PENGENDALIAN IMPULS
Jelek
G. DAYA NILAI
H. TILIKAN
Derajat 1.
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Gizi : cukup
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor, kotoran
hidung minimal
Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan
Thoraks:
Perkusi :
- pulmo : sonor
Auskultasi :
- pulmo : vesikuler
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edem dan atropi ,
tremor (-).
2. STATUS NEUROLOGIS
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
1. ORGANOBIOLOGIK
Tidak bermasalah
2. PSIKOLOGIK
di rumah
3. SOSIAL/KELUARGA
keluarga di rumah.
VIII. PROGNOSIS
Pendidikan : buruk
Ekonomi : baik
Organobiologik : baik
Medikamentosa :
X. FOLLOW UP
Autoanamnesa:
Pasien saat itu berada di ruang isolasi intensif wanita. Pasien tidak
menjawab saat diberi pertanyaan. Pasien saat itu terdiam seperti patung dengan
posisi kedua tangannya saling menggenggam. Pasien sama sekali tidak menatap
pemeriksa dan makanan yang ada dihadapannya tidak dimakan sama sekali.
dipertahankan
Afek : datar
Tilikan : derajat 1
Autoanamnesa:
Pasien masih berada di ruang isolasi intensif wanita. Pasien tidak menjawab
saat diberi pertanyaan. Pasien masih duduk terdiam seperti patung. Pasien sama
sekali tidak menatap pemeriksa dan tampak BAB pasien berserakan di lantai.
dipertahankan
Afek : datar
Tilikan : derajat 1
Pasien diduga kejang oleh perawat, karena tiba-tiba tidak sadarkan diri dengan
sendok di mulut pasien untuk mencegah lidah pasien tergigit. Saat dilakukan
pemeriksaan oleh dokter IGD, didapatkan tangan dan kaki sebelah kiri pasien kaku
(tonus nya meningkat dan tidak bisa digerakkan). Mata pasien terpejam, dan sendok
digigit rapat oleh pasien. Tangan dan kaki sebelah kanan tidak ditemukan kelainan,
dapat digerakkan, dan tidak ditemukan kaku. Denyut jantung dan pernafasan pasien
normal, tekanan darah 110/80, dan tidak ditemukan demam. Setelah diperiksa,
setengah jam kemudian pasien dapat membuka mata secara spontan, namun kaki
merupakan efek samping dari obat antipsikotik generasi 1 yang dikonsumsi oleh
observasi. Pada jam 19.15 ketika di observasi, tangan kanan pasien telah dapat
bergerak, mata terbuka spontan, sendok yang awalnya digigit oleh pasien sudah
bisa dilepas, dan pasien telah dapat berbicara untuk minta makan dan minum.
Tekanan darah 130/100, nadi 112, nafas 24 kali permenit, dan suhu 35,7.
XI. DISKUSI
Pada kasus ini, pasien Nn. S mengalami beberapa gejala psikotik yang
bersifat akut karena gejala baru berlangsung sekitar 5 hari. Yang dimaksud dengan
kacau atau waham, tanpa tilikan yang baik (pada keadaan remisi tilikannya dapat
bertambah baik). Beberapa gejala psikotik yang didapatkan dari pasien Nn. S pada
saat masuk IGD RS Jiwa Sambang Lihum (Minggu, 7 Juli 2019) yaitu halusinasi
visual, halusinasi auditorik, perilaku gaduh gelisah, kacau, perilaku katatonik serta
tilikan 1.
Gangguan Psikotik Akut-Sementara adalah gangguan jiwa yang ditandai
Pedoman Diagnosis :
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan
kelompok.
2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
kewaktu.
3. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau
obat-obatan.
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan
dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang
sama
Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut. Disertai
gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia yang harus sudah
ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara
jelas. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
Akut). Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan memenuhi
kriteria skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya.
Cara Penanganan Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
1. Farmakoterapi
Obat utama adalah antipsikotik (HLP) dan benzodiazepin. Tidak dianjurkan terapi
jangka panjang.
2. Psikoterapi
psikotik untuk mengembalikanharga diri dan kepercayaan. Pasien dalam kasus ini
dapat digolongkan kepada gangguan psikotik akut dan sementara. Pada pasien
bersifat akut dan sementara yaitu berupa onset penyakit yang akut (kurang dari dua
pasien baru berlangsung selama lima hari. Pada pasien juga ada kemungkinan
terjadi halusinasi audiotorik, yaitu pasien merasa ada yang membisiki di telinganya
seperti laki-laki yang selalu bilang, “Jahanam”, kepada pasien. Pada pasien juga
ditemukan keadaan emosional yang beraneka ragam dimana pasien sering tiba-tiba
mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya. Stressor akut yang
ditemukan pada pasien adalah akibat dari ayahnya yang meninggal dunia sejak 10
hari yang lalu. Pasien mendapatkan terapi berupa haloperidol 5 mg 2x1, dan
lorazepam 2 mg 1x1.
antagonis dopamin D1 dan D2 dimana obat ini akan menekan sistem aktivasi
akatisia. Untuk menghindari efek samping dari obat antipsikotik tersebut, dapat
Ketika asetilkolin meningkat, maka timbul gejala seperti dystonia yaitu terjadinya
spasme pada otot involunter, dan paling sering menyerang pada craniocervical dan
dapat menyebabkan kematian akibat dari distress pernafasan. Pada pasien juga
1. Lubis, N. L., 2009. Depresi dan tinjauan psikologis. Jakarta: Prenada Media Group.
FKUI. 2013.
22