Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS :GANGGUAN SOMATISASI (F45.0)

DISUSUN OLEH:
Prayudi Arief Wicaksono
C11115543

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sri Purwatiningsih

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Indrawaty Suhuyanli, M.kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN KASUS
GANGGUAN SOMATISASI (F45.0)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat/ tanggal Lahir : Binuang, 01 Juli 1967
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani
Diagnosis Sementara : Gangguan Nyeri Somatoform (F45.4)

Pasien datang ke UGD RS Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 05 Februari


2019 untuk yang pertama kalinya diantar oleh Istri dan keluarga pasien dan di
Rawat Inap di Perawatan Pakis 06 Februari 2019.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Alamat : Binuang, Bone
Hubungan dengan pasien : Istri

A. Keluhan Utama
Sulit Menelan
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien laki laki datang ke UGD RS Wahidin
Sudirohusodo untuk yang pertama kalinya diantar oleh Istri
pasien dan di Rawat Inap di Perawatan Pakis 06 Februari 2019
dengan keluhan pasien mengaku sulit menelan sejak 3 hari yang
lalu dan memberat 1 hari terakhir. Pasien mengaku telah
memakan timun 3 hari yang lalu dan sudah dikeluarkan namun
pasien masih merasa tidak enak dan merasa ada yang mengganjal
sehingga pasien sering mengorek-ngorek
kerongkongannya.Pasien akhirnya merasa cemas dan sangat
ketakutan dan merasa ingin meninggal.Setelah di observasi pasien
diperbolehkan pulang tetapi akhirnya kembali lagi dan merasa
tidak enak dan ingin meninggal dan merasa hidupnya tidak
sampai pagi hari.Pasien sulit tidur.Pasien diberikan infus 1 botol
di UGD RSWS namun minta dicabut.
Pasien diarahkan ke dokter THT, tetapi tidak didapatkan
kelainan selain luka lecet akibat garukan kuku pada
kerongkongan dan diperbolehkan pulang.Pasien merasa tidak
sanggup untuk pulang dan merasa lemas pada kedua tungkai dan
merasa stress dan tertekan dan adanya stressor pada rumah tangga
pasien dimana pasien merasa pekerjaan rumah hanya dikerjakan
sendiri tanpa bantuan istri dan istri sering marah-marah. Pasien
makan sangat sedikit tiga hari yang lalu sehingga pasien merasa
nyeri ulu hati.
Pasien pernah mengalami kejadian yang sama sekitar 25
tahun yang lalu merasa perutnya membatu secara tiba-tiba
sehingga pasien pingsan. Pasien dibawa ke Puskesmas dan
diberikan obat maag dan kondisi pasien membaik.
Menurut istri, pasien adalah orang yang pendiam dan
tertutup akan masalah kepada istri dan anak-anak.
b. Hendaya dan disfungsi
· Hendaya sosial (+)
· Hendaya pekerjaan (+)
· Hendaya gangguan waktu senggang (+)
c. Faktor stress psikososial
Ditemukan stressor psikososial yaitu istri sering memarahi pasien
dan sering ada pertengkaran dan pasien merasa istri tidak
membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
· Riwayat infeksi (-)
· Riwayat trauma (-)
· Riwayat kejang (-)
· Riwayat merokok (-)
· Riwayat alkohol (-)
· Riwayat NAPZA (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Maag.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak ada
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada

D. Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir cukup bulan melalui persalinan normal dibantu oleh dukun
pada 01 Juli 1967 di rumah (Bone).Tidak ditemukan cacat lahir maupun
kelainan bawaan, berat badan lahir tidak diketahui.Selama kehamilan,
keadaan ibu pasien tidak diketahui.Pasien diasuh oleh kedua orang
tuanya serta minum ASI hingga waktu yang tidak
diketahui.Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi normal.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berbicara dan
berjalan baik.Pasien tidak mengalami gangguan perilaku, pasien
mampu bermain dengan saudara dan teman sebayanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal dan mengikuti pendidikan
sekolah dasar.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Pasien bersekolah hingga jenjang SMA.

E. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pendidikan Terakhir
SMA
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani dalam waktu yang lama
c. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan wanita pilihannya 20 tahun laludan telah
dikaruniai oleh 6 orang anak (♀,♂,♀,♂,♂,♀)
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan baik.

F. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara (♂,♂,♀,). Hubungan
pasien dengan keluarga baik kecuali dengan Istri yang kurang harmonis.

Keterangan :

Anggota keluarga laki – laki

Anggota keluarga perempuan


Pasien

Anggota keluarga yang sudah meninggal

Anggota keluarga yang tinggal serumah

G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien sudah menikah
dan memiliki enam orang anak.
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa lingkungan keluarga kurang baik terhadap dirinnya.Pasien
khawatir terhadap keluhan yang dialaminya.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki laki, wajah tampak sesuai umur (51 tahun), kulit coklat,
berkumis dan berjenggot serta rambut beruban acak-acakan,
mengenakan baju kaosberkerah abu-abu, memakai peci dan
sarung.perawakan kurus, pasien nampak tidak rapidan perawatan diri
kurang.
2. Kesadaran
Kualitatif = Compos Mentis (GCS 15), Kualitatif = Baik. Kontak
Mata (+), verbal (+)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien nampak cemas, tidak ada gerakan stereotipik,
gerakan abrnormal, gerakan involunter maupun gerakan tidak
bertujuan.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasinormal, tidak ada hendaya.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Cemas
2. Afek : Cemas
3. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
· Waktu : Baik
· Tempat : Baik
· Orang : Baik

4.
Daya ingat
· Jangka panjang : Baik
· Jangka pendek : Baik
· Jangka segera : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri:Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
· Produktivitas : Cukup
· Kontinuitas : Relevan, koheren
· Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
· Preokupasi : Pasien merasa ada yang mengganjal
dalam tenggorokkannya.
· Gangguan isi pikiran : Tidak ada.
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu (pada saat dilakukan wawancara)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 3 (Pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari
penyakitnya).
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


A. Status Internus
Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20
x/menit, suhu 36,50C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
jantung, paru, abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah
tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala
rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), pupil bulat dan isokor, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien laki laki datang ke UGD RS Wahidin Sudirohusodo
untuk yang pertama kalinya diantar oleh Istri pasien dan di Rawat Inap di
Perawatan Pakis 06 Februari 2019dengan keluhan pasien mengaku sulit
menelan sejak 3 hari yang lalu dan memberat 1 hari terakhir. Pasien mengaku
telah memakan timun 3 hari yang lalu dan sudah dikeluarkan namun pasien
masih merasa tidak enak dan merasa ada yang mengganjal sehingga pasien
sering mengorek-ngorek kerongkongannya.Pasien akhirnya merasa cemas
dan sangat ketakutan dan merasa ingin meninggal.Pasien sulit tidur.
Pasien diarahkan ke dokter THT, tetapi tidak didapatkan kelainan selain
luka lecet akibat garukan kuku pada kerongkongan dan diperbolehkan
pulang.Pasien merasa tidak sanggup untuk pulang dan merasa lemas pada
kedua tungkai dan merasa stress dan tertekan dan adanya stressor pada rumah
tangga pasien dimana pasien merasa pekerjaan rumah hanya dikerjakan
sendiri tanpa bantuan istri dan istri sering marah-marah. Pasien makan sangat
sedikit tiga hari yang lalu sehingga pasien merasa nyeri ulu hati.pasien adalah
orang yang pendiam dan tertutup akan masalah kepada istri dan anak-anak.
Pada pemeriksaan status mental diperoleh kesadaran kualitatif normal
dan kuantitatif GCS 15 (Compos mentis), mood cemas, afek cemas, empati
dapat dirabarasakan.Pikiran abstrak baik dan kemampuan menolong diri
baik.Tidak terdapat gangguan persepsi. Proses berpikir produktivitas cukup,
kontinuitas relevan, koheren, ada preokupasi masalah kesehatannya dan
terdapat gangguan isi pikir berupa ide bunuh diri. Pasien mengaku telah
memakan timun 3 hari yang lalu dan sudah dikeluarkan namun pasien masih
merasa tidak enak dan merasa ada yang mengganjal sehingga pasien sering
mengorek-ngorek kerongkongannya.Pasien akhirnya merasa cemas dan
sangat ketakutan dan merasa ingin meninggal.Pengendalian impuls tidak
terganggu, penilaiaan daya nilai tidak terganggu. Tilikan 3 dimana pasien
menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari penyakitnya.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


1. Aksis I

Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala


klinis yang bermakna yaitu berupa pasien mengaku sulit menelan
sejak 3 hari yang lalu dan memberat 1 hari terakhir.Pasien mengaku
telah memakan timun 3 hari yang lalu dan sudah dikeluarkan namun
pasien masih merasa tidak enak dan merasa ada yang mengganjal
sehingga pasien sering mengorek-ngorek kerongkongannya.Pasien
akhirnya merasa cemas dan sangat ketakutan dan merasa ingin
meninggal.Pasien sulit tidur.Keadaan ini mengakibatkan diri merasa
terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit melakukan pekerjaan
dengan benar, dan sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang
bermanfaat (disability).Oleh karena itu, digolongkan sebagai
gangguan jiwa. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
kelainan sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan mental non
organik.
Berdasarkan status mental, kesadaran kualitatif normal dan
kuantitatif GCS 15 (Compos mentis), mood cemas, afek cemas,
empati dapat dirabarasakan. Pikiran abstrak baik dan kemampuan
menolong diri baik.Tidak terdapat gangguan persepsi. Proses berpikir
produktivitas cukup, kontinuitas relevan, koheren, ada preokupasi
masalah kesehatannya dan terdapat gangguan isi pikir berupa Ide
Bunuh diri. Pasien mengaku telah memakan timun 3 hari yang lalu
dan sudah dikeluarkan namun pasien masih merasa tidak enak dan
merasa ada yang mengganjal sehingga pasien sering mengorek-
ngorek kerongkongannya.Pasien akhirnya merasa cemas dan sangat
ketakutan dan merasa ingin meninggal.Pengendalian impuls tidak
terganggu, penilaiaan daya nilai tidak terganggu. Tilikan 3 dimana
pasien menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari penyakitnya.
Oleh karena itu gejala pasien yang memiliki gejala definitif adanya
gejala somatoform. Maka, pasien digolongkan Gangguan
Somatisasi (F45.0).
Berdasarkan dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental,
ditemukan adanya adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang
bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik.Gejala berdasarakan PPDGJ III pasien telah memenuhi
kriteria diagnosis Gangguan Somatisasi(F45.0) dan Diagnosis
Banding Gangguan Nyeri Somatoform(F45.4)
2. Aksis II
Pasien cenderung tertutup bila menghadapi masalah.Kepribadian
pasien belum dapat dogolongkan dalam ciri kepribadian tertentu.
3. Aksis III
Vulnus Eksoriatum et Regio Mucosa Oropharynx.
4. Aksis IV
Stressor psikososial : Masalah Keluarga
5. Aksis V
GAF Scale 60-51, Gejala Sedang (Moderate), disabilitas sedang
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik :
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi Keluarga :
Ditemukan adanya masalah psikologi dalam lingkup keluarga sehingga
memerlukan psikoterapi (psikoedukasi keluarga)
VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi :
Sertraline 50 mg 1 tablet 24 jam/oral
Alprazolam 0.5 mg ½ tablet siang, 1 tablet malam
Ringer Laktat 24 tetes/menit IV
2. Psikoterapi (Psikoedukasi Keluarga)
Cognitive Based Therapy: membentuk kembali pola perilaku dan
pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.
CBT melibatkan berbagai jenis komponen antara lain Psikoedukasi,
Self-monitoring, restrukturisasi kognitif, pelatihan paparan stimulus,
modifikasi kebiasaan yang menyebabkan gangguan panik, dan
pencegahan relaps.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar jangan
terlalu memikirkan gejala yang dialami dalam memahami
penyakitnya.
IX. PROGNOSIS

Dubia ad Bonam
a. Faktor pendukung
· Tidak terdapat kelainan organik
· Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
· Kepatuhan minum obat
b. Faktor penghambat
· Istri pasien dapat memberikan stressor yang menghambat proses
penyembuhan
· Tidak adanya dukungan dari keluarga dalam hal pengobatan
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.

XI. PEMBAHASAN
Definisi dari gangguan nyeri menurut DSM-V adalah adanya nyeri yang
merupakan keluhan utama dan menjadi fokus perhatian klinis.
Faktorpsikologis sangat berperan pada gangguan ini. Gejala utama adalah
nyeri pada satu tempat atau lebih, yang tidak dapat dimasukkan secara penuh
sebagai kondisi medik nonpsikiatrik maupun neurologik. Gangguan ini
berkaitan dengan penderitaan emosional dan hendaya dalam fungsi
kehidupan. Gangguan ini disebut juga sebagai gangguan nyeri somatoform,
gangguan nyeri psikogenik, gangguan nyeri idiopatik dan gangguan nyeri
atipikal.(1)
Gangguan Somatisasi dicirikan dengan gejala-gejala somatic yang banyak
yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun
laboratorium.Keluhan yang diutarakan pasien sangat melimpah dan meliputi
berbagai system organ seperti gastrointestinal, seksual, saraf, dan bercampur
dengan keluhan nyeri.Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stressor
psikologis yang bermakna, menimbulkaan hendaya di bidang social dan
okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan medis yang
berlebihan.Dikenal juga dengan briquet’s syndrome.[ CITATION Elv15 \l
1033 ]
Nyeri merupakan keluhan tersering dalam praktek kedokteran. Di amerika
diperkirakan sebanyak 7 juta orang menderita dan mengalami hendaya akibat
nyeri pinggang bawah. Gangguan nyeri lebih banyak didiagnosis pada wanita
dibandingkan pria. Puncak awitan pada usia empat-puluhan dan lima-
puluhan, yang mungkin disebabkan toleransi terhadap rasa nyeri menurun
sesuai dengan peningkatan usia. Gangguan nyeri sering terjadi pada pekerja-
pekerja kasar, mungkin karena berkaitan dengan tingginya kejadian trauma
karena pekerjaan. Keturunan pertama dari pasien dengan gangguan nyeri
mempunyai kesempatan yang lebih tinggi untuk menderita gangguan yang
sama; jadi warisan genetik atau mekanisme perilaku kemungkinan berperan
dalam transmisi gangguan ini.
Prevalensi gangguan somatisasi sepanjang hidup 0,2-2% pada wanita dan
0,2% pada pria. Wanita lebih banyak menderita gangguan somatisasi
dibandingkna pria dengan rasio 5 banding 1. Awitan gangguan ini sebelum
usia 30 tahun dan biasanya dimulai ketika usia remaja.[ CITATION Elv15 \l
1033 ]

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di


Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III),Ciri utama gangguan somatoform adalaha
adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan
permintaan pemeriksaan medic, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negative dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak
ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara
keluhan fisikna dengan masalah atau konflik dalam kehidupan yang
dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.2
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III), Kriteria diagnosis gangguan nyeri
somatoform adalah :

a. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa, dan menetap, yang


tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik
maupun adanya gangguan fisik
b. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional
atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan
alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
c. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik
personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi III


(PPDGJ-III), kriteria diagnosis gangguan somatisasi adalah :
a. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun;
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beerapa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya;
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya.[ CITATION Mas13 \l 1033 ]

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder V


(DSM V), kriteria diagnosis gangguan gejala somatik adalah :
a. Satu atau lebih gejala somatik yang menyebabkan distress atau
menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari
b. Pikiran, perasaan, perilaku berlebih yang berhubungan dengan gejala
somatik atau yang diasosiasikan dengan masalah kesehatan sebagai
manifestasi oleh setidaknya 1 dari hal berikut ini:
i. Pikiran yang persisten dan tidak sesuai tentang seberapa
seriusnya satu gejala yang dialaminya
ii. Secara persisten memiliki level kecemasan yang tinggi
tentang kesehatan atau gejala
iii. Menghabiskan banyak waktu dan energi terhadap gejala
atau masalah medis.
c. Walaupun terdapat satu gejala somatik mungkin tidak secara terus-
menerus muncul, keadaan gejala somatik bertahan. (secara tipikal lebih
dari 6 bulan).[ CITATION APA13 \l 1057 ]
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, Sylvia D. and Hadisukanto, Gitayanti.Buku Ajar Psikiatri. Jakarta :
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015.
2. Maslim, Rusdi.Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 2013.
3. APA.Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorders DSM V. New
York : APA, 2013.
LAMPIRAN WAWANCARA
AUTOANAMNESA (Rabu, 8 Januari2019)

S : Selamat pagi pak, siapa namats ?


P : Mustamin, dok
S : Tanggal lahirta berapa pak? Dan apa pekerjaan ta?
P : 01 Juli 1967, petani dok
S : Ada yang bisa saya bantu pak? Kenapa bapak bisa sampai masuk di sini?
P : Ini dok, susah ka menelan, kayak masih ada yang tersangkut dileherku
S : Sejak kapan dialami pak?
P : Sejak 4 hari lalu dok
S : Kenapa ki susah menelan pak? Apa yang dibuat sebelumnya?
P : Sudahka makan timun dok terus tersangkut tapi berhasilji dikasi keluar tapi
masih kayak kurasa adaki didalam makanya tidak enak kurasa terus dan
kayak kurasa mauma mati karena dokter-dokter sebelumnya disuruhjaka
pulang dan dibilang tidak ada masalah
S : Jadi susahki makan di?
P : Iya dok
S : Ada keluhan lain ta?
P : Lemas kurasa kaki ku dua-duanya dan banyak kepikiran tentang ini dok
S : Apa lagi yang dirasakan kalau lagi muncul keluhan ta? Ada bisikan kita
dengar atau ada kita liat sampai muncul keluhan ta itu?
P : Tidak ada ji dok
S : Tabe di pak, boleh tanya berapa kali ki mandi sehari?
P : Tergantung ji dok, dua kali atau biasa satu kali
S : Kalau suasana hati ta bagaimana sekarang pak?
P : Cemas dok, karena dokter-dokter bilang tidak adaji kelainan
S : Tabe pak mauka tanya, waktu Ibu ta kandungki sampai dilahirkanki tidak
adaji masalah toh bu?
P : Iya tidak adaji setauku
S : Tabe pak dimanaki dilahirkan dan siapa tolong Ibu ta lahirkanki?
P : Di kampungji dok, di rumah di Bone. Masih dukun ji yang tolongki kalau
dikampungki lahir
S : Tabe pak minumki ASI pas kecil kalau masih diingat?
P : Iya dok, sukaki dikasi minum sama Ibu ku
S : Berapa lama kira-kiraki minum ASI?
P : Tidak kutau mi itu dok pastinya
S : Bapak waktu masih kecil tidak adaji gangguan perilaku ta yang kasi susah
orang sekitar misalnya terlalu bergantung sama orang atau sukaki kasi rusak
barang-barang atau mungkin jarangki bicara?
P : Tidakji dok
S : Bapak apa pendidikan terakhirnya?
P : SMA ji dok
S : Dari data RM nya bapak, apa betul tidak pernahjiki minum minum alcohol,
merokok dan konsumsi obat-obat terlarang?
P : Iya betul dok
S : Tabe pak, kalau disampingta siapa?
P : Istri dok
S : Siapa nama ta bu dan boleh tau nomor HP ta?
P : Hj. Suriani, 085396082061
S : Tabe bu, apa pekerjaan ta?
P : Ibu Rumah Tangga dok
S : Tabe bu, boleh tanya-tanya mengenai bapak ?
I : Iya dok, boleh
S : Mau tanya bu, sudah berapa lamaki menikah dan kalau ada anakta bisa
sebutkan jenis kelaminnya?
I : 20 tahun kurang lebih dok tidak tau persisnya. 6 mi anakku, P, L, P, L, L dan
P
S : Tabe bu, bagaimana kehidupan keluarga ta?
I : Suka kumarah-marahi iya suamiku dok dan jadinya bertengkar teruski sama
kalau ada apa pekerjaan rumah dia tonji buat
S : Tabe pak, sekarang tinggal sama siapaki dirumah?
P : Sama istri sama semua anak-anak
S : Ada hobi ta mungkin? Atau bakat khusus ta?
P : Tidak ada dok
S : Kalau di keluarga ta ada yang pernah alami kayak kita pak?
P : Kayaknya tidak ada ji dok
S : Tabe pak boleh tau mengenai penyakitta sebelumnya? Pernah ki sakit tifus,
demam tinggi, atau kecelakaan dan terbentur kepala?
P : Tidak pernah ji dok, ituji pernah mirip-mirip ki sekitar 25 tahun yang lalu
perutku kayak membatu tiba-tiba sampai pingsan ka. Terus dibawaka ke
puskesmas dikasika obat maag baik-baikmi langsung kurasa
S : Oh iya pak, terima kasih banyak atas kerjasamanya pak. Bapak coba mulai
jangan terlalu dipikir ya itumi bikin cemas dirasa, coba perlahan-lahan mulai
lupakan penyakitnya.Semoga lekas sembuh pak.
P : Iya dok terimakasih banyak

Anda mungkin juga menyukai