Anda di halaman 1dari 28

RESPONSI ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS B

Pembimbing:
dr. Agung Sunarko P, Sp.OG

Penyusun:
Lani Diana 20190420113
Leny Alimatul Husna 20190420114
Libela Septiana Trisnani 20190420115
Louis Fernando Djoko 20190420116
Lybelary Dewi S 20190420117
Maharani Maisa Larasati 20190420118

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul responsi “KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS B” telah diperiksa


dan disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan
studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Obstetri dan Ginekologi
Puskesmas Simomulyo Surabaya.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

dr. Agung Sunarko P, Sp.OG

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga Responsi dengan judul “Kehamilan dengan Hepatitis B”
dapat terselesaikan dengan baik. Adapun pembuatan responsi ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di bagian Obstetri dan
Ginekologi Puskesmas Simomulyo Surabaya.

Keberhasilan dalam menyelesaikan referat ini tentunya tidak lepas dari


bantuan berbagai pihak. Ucapan terima kasih kepada dr. Agung Sunarko P,
Sp.OG selaku pembimbing dalam penyusunan responsi ini dan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini.

Tiada gading yang tak retak, seperti halnya penulisan ini yang masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam
penulisan maupun dalam pengetahan, untuk itu, penulis mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan referat ini, sehingga dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan
terima kasih.

Surabaya, 31 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
STATUS PASIEN............................................................................................................1
 Identitas................................................................................................................1
 Anamnesa.............................................................................................................1
 Pemeriksaan Fisik...............................................................................................2
 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................4
 Resume.................................................................................................................4
 Diagnosa Awal.....................................................................................................5
 Planning................................................................................................................6
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................8
2.1 Definisi....................................................................................................................8
2.2 Epidemiologi..........................................................................................................8
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko...................................................................................9
2.4 Patofisiologi.........................................................................................................10
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................11
2.6 Diagnosis.............................................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan................................................................................................14
2.8 Prevalensi............................................................................................................19
2.9 Prognosis.............................................................................................................20
KESIMPULAN................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24

iii
STATUS PASIEN

 Identitas
Nama : Ny. N
Usia : 43 tahun
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2021, Pukul 10.30 WIB

 Anamnesa
 Keluhan utama:
-
 Keluhan tambahan:
-
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Simomulyo Surabaya tanggal 30 Maret 2021
jam 10.30 untuk melakukan kontrol kehamilan.
 Riwayat penyakit dahulu
- Tidak ada
 Riwayat Penyakit keluarga
- Tidak ada
 Riwayat penggunaan obat : Tidak ada
 Riwayat alergi : Tidak ada
 Riwayat Sosial : Tidak merokok dan minum alkohol, pola makan x sehari dan
pola minum 1000-1500 cc/hari
 Riwayat haid
 Menarche : Umur 13 tahun
 Siklus : 28 hari, Teratur
 Durasi : 8 hari
 Dismenorhea: (+)

1
 HPHT : 08-09-2020
 HPL : 15-06-2021
 Usia kehamilan : 29 minggu
 Riwayat perkawinan
 Status kawin 1 kali, umur perkawinan 24 tahun.

Anak
Jenis
No Kehamilan Thn Abortus Aterm Penyulit
Persalinan JK Keadaan
BB
11-02-
1 16 tahun √ - - ♂ 3200 Normal
2015
10-08-
2 10 tahun √ - - ♂ 3200 Normal
2011
3 16 minggu 2019 √
4 Hamil ini 2020
 Riwayat kehamilan dan persalinan :
 Riwayat ANC : Iya
 Riwayat KB : Suntik 1 bulan, lama pemakaian 7 bulan

 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis


GCS : 4-5-6
BB/TB : 63 kg/154 cm
BMI : 26 (Overweight)
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36oC

2
Status Generalis

- Kepala : A/I/C/D: -/-/-/- , Edema kelopak mata (-)


- Leher : pembesaran KGB (-), thyroid (-)
- Thorax :
Cor : S1/S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen
Inspeksi
Luka bekas operasi : (-)
Linea nigra (-) , striae gravidarum (-)
Arah pembesaran memanjang (-) dan melebar (-)
Kelainan : (-)

Palpasi

Nyeri tekan (-)


Letak punggung : Puka
Presentasi : Kepala
TFU : 23 cm
HIS :-

Auskultasi

Bising usus (+) normal


DJJ : 142x/mnt
- Ekstremitas
Akral hangat (+), Edema (-/-)
Status Ginekologi
Mammae :
Bentuk : simetris
Pengeluaran : tidak ada
Kebersihan : cukup

3
Inspekulo vagina :
VT : -

 Pemeriksaan Penunjang
- HbsAg : Positif
- Rapid Test :-
- Pemeriksaan laboratorium (22-03-2021)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hemoglobin 12.3 g/dl 12,8-16,8
Leukosit 9.340 /mm3 4,500 – 13,500
Hematokrit 36,4 % 33-45
Trombosit 252.000 /mm3 150000- 440000
GDA 60 mg/dL 50-140
PPT 9,9 C: 10,8 detik 9,3 – 11,4 detik
APTT 25.4 C: 23,2 detik 24,5 – 32,8 detik
INR 0,89 0,8 – 1,2

 Resume
1) Anamnesa
Pasien datang ke Puskesmas Simomulyo Surabaya tanggal 30 Maret 2021
jam 10.30 untuk melakukan kontrol kehamilan.
2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 456
BB/TB : 63 kg/154 cm
BMI : 26 (Overweight)
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 90x/mnt

4
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36oC

3) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi
Luka bekas operasi : (-)
Linea nigra (-) , striae gravidarum (-)
Arah pembesaran memanjang (-) dan melebar (-)
Kelainan : (-)
 Palpasi
Nyeri tekan (-)
Letak punggung : Kanan
Presentasi : Kepala
TFU : 23 cm
HIS : -
 Auskultasi
Bising usus (+) normal
DJJ : 142x/mnt
4) Status Ginekologi
Inspekulo vagina :
VT : -

 Diagnosa Awal
G4P2012 29/30 minggu + THIU + Letak kepala + Membujur + Hepatitis B viral
infection + usia > 35 th + TBJ 1700 gr

 Planning
 Rujuk
 Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan
kehamilan pasien, dan pemeriksaan yang akan dilakukan.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien akan di MRS

5
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penatalaksanaan,
serta komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien

6
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi virus hepatitis B (HBV) merupakan masalah kesehatan dunia. Organisasi
kesehatan dunia atau WHO memperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar orang di dunia
terinfeksi HBV atau pernah terinfeksi HBV dan 350 juta orang di dunia menderita
hepatitis kronis oleh karena infeksi HBV ini, dan 1 juta orang diantaranya meninggal
setiap tahunnya akibat penyakit hati yang berkaitan dengan infeksi HBV. Penyebaran
infeksi HBV kronis sangat bervariasi secara global, di Asia misalnya, terutama negara-
negara di Asia Tenggara prevalensinya mencapai 8-15% dari populasi. Ini berarti di
Asia Tenggara memiliki endemisitas yang cukup tinggi terhadap hepatitis B. Sebagian
besar penyebaran infeksi HBV terkait dengan usia pada saat terinfeksi, yang
berbanding terbalik dengan risiko kronisitas.1

Rendahnya pemeriksaan atau skrining hepatitis B pada wanita hamil dapat


meningkatkan risiko penularan secara vertikal. Penularan infeksi HBV dapat terjadi
dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal dan vertikal. Penularan horizontal HBV dapat
melalui penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa. Penularan vertikal atau
mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi jika ibu hamil penderita hepatitis B akut
atau pengidap persisten HBV menularkan ke bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. Penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi penularan HBV in-utero,
penularan perinatal, dan penularan postnatal. Mekanisme penularan HBV in-utero
sampai sekarang belum diketahui pasti, karena salah satu fungsi plasenta adalah
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan mengalami infeksi inutero jika
dalam 1 bulan postpartum sudah menunjukkan HBsAg positif dan DNA HBV. Penularan
perinatal adalah penularan yang terjadi saat persalinan. Sebagian besar ibu HBeAg
positif akan menularkan infeksi HBV vertikal ke bayi yang dilahirkannya, sedangkan ibu
yang anti-Hbe positif tidak akan menularkannya. Penularan post natal terjadi setelah
bayi lahir, misalnya melalui ASI yang diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil dalam
mulut bayi. Pada kasus persalinan lama cenderung meningkatkan penularan vertikal
(lebih dari 9 jam).2

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B. Hepatitis akut
apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus hepatitis setelah masa inkubasi virus 30- 180
hari atau 8 – 12 minggu; disebut hepatitis kronik apabila telah lebih dari 6 bulan.
Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang hati,
gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian. 2

Secara global, infeksi virus hepatitis B (HBV) adalah bentuk hepatitis kronis yang
paling umum di seluruh dunia. Carriers dapat terus menularkan penyakit selama
bertahun-tahun sebelum menimbulkan gejala. Infeksi HBV kronis menyebabkan
peningkatan risiko insufisiensi hati kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler (HCC). 3

2.2 Epidemiologi
Antara tahun 1990 dan 2013 di Amerika Serikat, kejadian infeksi HBV menurun
dari 8,5 kasus menjadi 1 kasus per 100.000 di antara semua kelompok usia, tetapi
penurunan tersebut paling signifikan di antara anak-anak di bawah 15 tahun. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan kesadaran dan identifikasi ibu yang memiliki antigen
hepatitis B (HbsAg) positif serta profilaksis yang memadai di antara bayi baru lahir yang
terpajan. Sekitar 0,5% dari populasi AS adalah HbsAg positif, dan 5% adalah antibodi
inti hepatitis B (anti-HBc) positif.3

Lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi HBV pada suatu waktu,
dan sekitar 350 juta orang tetap terinfeksi secara kronis. Ada sekitar 4 juta kasus baru
per tahun, di mana sekitar 25% menjadi pembawa kronis. Daerah dengan insiden
tertinggi adalah Asia Tenggara (tidak termasuk Jepang, Australia, dan Selandia Baru),
Afrika sub-Sahara, Lembah Amazon, sebagian Timur Tengah, Republik Asia Tengah,
dan beberapa negara di Eropa Timur. Daerah dengan endemisitas rendah termasuk
Amerika Utara, Eropa Barat dan Utara, Australia, dan sebagian Amerika Selatan.
Tingkat karier kurang dari 2%, dan hingga 5% populasi terinfeksi HBV. 3

8
Kelompok usia yang paling mungkin terkena dampak di seluruh dunia adalah
populasi bayi baru lahir, terutama di daerah dengan prevalensi penyakit yang tinggi dan
kurangnya identifikasi wanita yang terinfeksi yang bayinya berisiko menjadi karier
kronis. Di daerah dengan skrining perinatal yang luas dan profilaksis bayi baru lahir
yang memadai, penularan horizontal akibat paparan darah yang terkontaminasi, cairan
tubuh, atau kontak seksual menjadi cara utama penularan HBV pada populasi dewasa
muda. Pada penyakit yang menyerang orang dewasa, pria lebih mungkin
mengembangkan penyakit kronis, sedangkan wanita lebih mungkin mengembangkan
antibodi anti-HBs.3

Diantara 800.000 - 1,4 juta orang di Amerika Serikat dan lebih dari 240 juta
orang di seluruh dunia terinfeksi virus hepatitis B (HBV). Pada kehamilan, diperkirakan
prevalensiny antara 0,7-0,9% untuk infeksi hepatitis B kronis di antara wanita hamil di
Amerika Serikat yang telah dilaporkan, dengan >25.000 bayi berisiko untuk terinfeksi. 4

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Infeksi Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), sebuah virus yang
yang mengandung genom DNA sirkuler untai ganda dan diklasifikasikan dalam
keluarga hepadnavirus. HBV juga dikenal sebagai virus onkogenik karena merupakan
salah satu fator resiko terbesar untuk terjadinya hepatoseluler karsinoma. Virus ini
mempunyai 3 jenis antigen, yaitu antigen surface hepatitis B (HBsAg) yang terdapat
pada mantel (envelope virus), antigen core hepatitis B (HbcAg) terdapat pada inti dan
antigen “e” hepatitis B (HBeAg) terdapat pada nukleokapsid virus. Ketiga jenis antigen
ini menimbulkan respons antibodi spesifik terhadap antigen – antigen disebut anti-HBs,
anti-HBe, dan anti-HBc serta dapat bersirkulasi dalam serum manusia (berukuran 42
nm). HBV DNA dapat dideteksi dalam serum dan dapat digunakan untuk memonitor
replikasi virus.2

9
Tabel 1. Faktor resiko infeksi hepatitis B4

2.4 Patofisiologi
HBV menyebabkan gangguan pada fungsi hati saat bereplikasi di hepatosit.
Sistem kekebalan kemudian diaktifkan untuk menghasilkan reaksi spesifik untuk
memerangi dan berusaha membasmi virus. HBV intraseluler tidak bersifat sitopatik
respon inflamasi berkembang sebagai hasil dari respon imun. 3

HBV tidak melewati plasenta karena ukurannya, dan tidak dapat menginfeksi
janin kecuali jika ada kerusakan pada barrier antara ibu-janin, seperti yang terjadi
selama amniosentesis. Wanita yang terinfeksi dapat menularkan HBV ke bayi selama
persalinan. Akibatnya, kecuali profilaksis yang memadai diberikan, bayi baru lahir
berisiko tinggi mengembangkan infeksi HBV kronis, dengan komplikasi jangka panjang
yang diketahui. Penularan perinatal dari ibu ke bayinya yang baru lahir adalah cara
penularan yang paling penting. Jika seorang wanita hamil adalah pembawa HBV dan
juga positif mengidap hepatitis B "e" antigen (HBeAg), bayinya yang baru lahir memiliki
kemungkinan 90% untuk terinfeksi. Sekitar 25% bayi yang terinfeksi akan menjadi
karier kronis. Kebanyakan pembawa HbsAg asimptomatik, berpotensi menular, dan
sumber infeksi baru yang konstan. Cara penularan HBV yang lebih jarang, tetapi
penting, termasuk penularan melalui kontak perkutan atau parenteral dengan darah
yang terinfeksi, cairan tubuh, dan melalui hubungan seksual. Kerusakan pada kulit atau
sawar mukosa diperlukan untuk transmisi.3

Infeksi HBV bersifat sementara pada sekitar 90% orang dewasa dan 10% bayi
baru lahir dan menetap pada sisanya. Sekitar 5-10% orang dewasa berkembang

10
menjadi pembawa asimptomatik dan mengembangkan hepatitis kronis. Ini dapat
menyebabkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi HBV terkait transfusi terjadi
pada sekitar 1 dari 200.000 transfusi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa angka
tersebut mungkin lebih rendah; namun, ini masih lebih tinggi daripada risiko terkait
human immunodeficiency virus (HIV) - dan hepatitis C (HCV) - sekitar 1 di antara
2.000.000. Tingkat HBV saat ini diperkirakan sekitar 1 dari 280.000 menjadi 1 dari
350.000, sebagian karena peningkatan imunisasi dan penurunan produk yang terinfeksi
di kumpulan donor.3

Infeksi

HBV dapat bertahan di permukaan apapun yang bersentuhan dengannya


selama sekitar 1 minggu tanpa kehilangan infektivitas, dan darah individu yang terkena
infeksi selama berminggu-minggu sebelum timbulnya gejala apa pun dan selama fase
akut penyakit. Infeksi individu yang terinfeksi kronis bervariasi dari sangat menular
(HBeAg positif) hingga jarang menular (antibodi hepatitis B "e" [anti-HBe] positif).
Spesimen positif HBeAg mengandung konsentrasi tinggi virion menular dan DNA HBV,
berbeda dengan sampel positif anti HBe, di mana jumlah virus hepatitis B berkurang
secara substansial.3

Konsentrasi HBV tertinggi pada serum darah dan eksudat luka. Konsentrasi
sedang ditemukan dalam air mani, cairan vagina, dan air liur, dan kadar yang rendah
atau tidak terdeteksi ditemukan dalam urin, feses, keringat, air mata, dan ASI. 3

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis infeksi HBV pada ibu hamil tidak berbeda dengan infeksi HBV
pada umumnya, dengan 4 gambaran sebagai berikut:

1. Asimtomatik
Gambaran klinis pada penderita asimtomatik tidak memberikan gambaran
yang khas.Penderita nampak sehat, namun dalam darahnya ditemukan HBsAg
positif.Jika ditemukan HBeAg positif, maka penderita tergolong infeksius, sebab
HBeAg menunjukkan adanya proses replikasi yang masih berlangsung.
2. Hepatitis B Akut

11
Perjalanan klinis hepatitis B akut dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Masa inkubasi
Merupakan periode diantara penularan infeksi hingga timbulnya gejala,
berkisar antara 28 – 225 hari dengan rata-rata 75 hari.
b. Fase pra-ikterik
Merupakan periode diantara timbulnya gejala pertama hingga ikterik.
Keluhan awal yang biasa dirasakan antara lain lemas, malaise, anoreksia,
mual, muntah, panas, dan rasa tidak enak di daerah perut kanan atas.
Mual dan muntah pada kehamilan muda dapat dibedakan dari hepatitis,
dimana pada kehamilan muda, mual dan muntah terutama dirasakan
pada pagi hari dan semakin berkurang dan semakin membaik pada sore
hari. Sementara pada hepatitis, semakin sore mual dan muntah yang
dirasakan akan semakin berat.
c. Fase ikterik
Fase ikterik berlangsung antara beberapa hari hingga 6 bulan, dengan
ratarata 1-3 minggu dan menghilang dalam 2-6 minggu. Saat gejala ikterik
muncul, maka gejala demam dan malaise akan menghilang. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan hepar yang teraba membesar dan menetap
selama beberapa saat setelah ikterik menghilang.
d. Fase penyembuhan
Merupakan periode diantara menghilangnya ikterik hingga pasien
sembuh.Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan HBsAg, HBeAg,
dan HBV DNA. Anti-HBc mulai timbul disertai IgM anti-HBc yang
meningkat, sedangkan IgG anti-HBc timbul belakangan dan menetap.
Pada fase ini, sebelum HBsAg menghilang akan timbul anti-HBe yang
menandakan penurunan replikasi virus dan terjadinya resolusi. Dalam
waktu 6 bulan akan timbul anti-HBs setelah HBsAg menghilang.
3. Hepatitis B kronis
Gambaran klinis hepatitis B kronis bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
hingga gejala yang khas. Gejala tersebut seringkali sulit dibedakan, apakah
seseorang menderita hepatitis kronis persisten atau hepatitis kronis aktif.

12
Keluhan yang sering terjadi pada hepatitis kronis aktif adalah lemas, mudah
lelah, nafsu makan dan berat badan menurun, dan kadang disertai demam
subfebris.
4. Karsinoma Hepatoselular Primer (KHP)
Gejala klinis KHP akan muncul dan perlu dicurigai apabila seorang penderita
sirosis mengalami perburukan kondisi. Keluhan umum berupa malaise, rasa
penuh di daerah perut, anoreksia, berat badan menurun dan demam subfebris.
Pada pemeriksaan didapatkan perut yang membengkak karena asites dan liver
yang membesar. Gambaran yang mencurigakan ke arah kanker hati bila
ditemukan hepar membesar disertai benjolan keras tidak teratur pada abdomen
kuadran kanan atas.

2.6 Diagnosis
Diagnosis penyakit hepatitis B ditegakkan berdasarkan : 5

a. Gejala klinis
Hepatitis kronis umunya tidak menimbulkan gejala atau tidak menunjukkan
gejala yang khas berupa tidak ada nafsu makan, kelelahan, mual, muntah-
muntah, nyeri daerah perut sebelah kanan atas dan ikterus. Bagaimanapun juga
anamnesis yang teliti seperti lahir dan hidup di daerah endemis, keluarganya ada
yang sakit hepatitis B dan sebagainya akan membantu tegaknya diagnosis
hepatitis B kronis.
b. Pemeriksaan laboratorium klinik
Pemeriksaan enzim transaminase seperti SGPT dan SGOT akan meningkat
yang menunjukkan terjadi kerusakan dan nekrosis sel hati. Pada kerusakan
hepatosit juga didapatkan gama GT meningkat disamping peningkatan bilirubin.
c. Petanda serologis hepatitis B
Petanda serum merupakan kunci dalam menegakkan diagnosis hepatitis B.
Pada gambar 5 dan 6 terlihat 3 petanda yang penting untuk diagnosis, yaitu:
1. Petanda infeksi : HBsAg adalah sebagai tanda ada infeksi hepatitis B dan bila
dalam 6 bulan tidak hilang berarti menjadi kronis. IgM anti-HBc adalah salah

13
satu antibodi yang terlihat selama masa akut sedangkan igG anti-HBc tetap
positif seumur hidup.
2. Petanda replikasi : petanda untuk mengetahui adanya replikasi virus ialah :
HBeAg dan DNA HBV.
3. Petanda untuk mengetahui penyakit akut dan kronis, yaitu IgM anti-HBc yang
menunjukkan adanya kerusakan hati pada hepatitis akut.

Gambar 1. Petanda serologic Hepatitis B


d. Pemeriksaan penunjang : USG
Pada pemeriksaan USG akan tampak pembesaran hati serta bertambah
densitas gema dari parenkim hati pada hepatitis akut-kronis.

2.7 Penatalaksanaan
Pada semua ibu hamil idealnya dilakukan pemeriksaan skrining petanda
serologis yang dapat menunjukkan apakah pada ibu tersebut mengidap HBV atau tidak.
Bila didapatkan HBsAg positif maka akan dilanjutkan pemeriksaan tambahan HBeAg,

14
anti-HBe dan transaminase serum untuk mengetahui virulensi HBV serta stadium klinis
ibu tersebut yaitu sedang terinfeksi akut atau hanya sebagai pengidap saja. 6

Penanganan untuk hepatitis B akut pada kehamilan adalah sama dengan pada
wanita tidak hamil yaitu cukup istirahat,diet tinggi protein dan karbohidrat. Tetapi bila
gejalanya berat maka jumlah protein harus dibatasi. Sebagian besar mereka tidak
memerlukan perawatan dirumah sakit kecuali terjadi muntah yang hebat, tidak dapat
makan atau menunjukkan tanda-tanda kearah hepatitis yang berat. Bila terjadi hepatitis
fulminan maka diperlukan perawatan di ICU.6

Pada ibu hamil pengidap HBV tidak dilakukan penanganan khusus, aktivitas fisik
tidak terlalu dibatasi dan tidak diharuskan tirah baring. Keadaan ini tidak memerlukan
perawatan dirumah sakit tetapi perlu diberi penjelasan tentang keadaannya, dimana
seharusnya melahirkan dan adanya penanganan khusus bagi ibu maupun bayi yang
akan dilahirkan. Hal ini penting ditekankan karena kehamilan dengan infeksi HBV
adalah juga termasuk kehamilan risiko tinggi. Pada saat persalinannya, dibutuhkan
Kerjasama dengan dokter anak agar penularan vertical HBV dapat dicegah dengan
pemberian vaksinasi yang efektif.6

Centers for Disease Control (CDC) memberikan pedoman untuk penanganan


pasien dengan hepatitis virus yang dirawat dirumah sakit. Salah satu hal yang penting
adalah mencegah terpaparnya tenaga Kesehatan terhadap infeksi HBV. Hal ini bisa
dilakukan dengan mewaspadai kontak dengan darah pasien dan menghindari
kemungkinan timbulnya luka misalnya tertusuk jarum. Selain itu, petugas Kesehatan
harus memakai sarung tangan saat membersihkan semua instrument yang telah kontak
dengan darah pasien, lochia dan bekas pembalut. 6

15
Gambar 2. Pemrosesan alat dan bahan guna mencegah kemungkinan resiko penularan
hepatitis B
Penatalaksanaan infeksi HBV pada kehamilan dan persalinan secara umum
dibagi tiga, yaitu :7

a. Terhadap hepatitisnya
Dasar pengobatan adalah sama dengan wanita yang tidak hamil,
tergantung berat ringannya penyakit :
- Tirah baring
- Diet tinggi kalori dan protein, rendah lemak
- Hindari obat-obat hepatotoksik
- Keseimbangan cairan dan elektrolit harus diperhatikan
- Indikasi dirawat di rumah sakit adalah bila terdapat anemia berat, diabetes
mellitus, mual muntah yang berlebihan, waktu prothrombin yang
memanjang, kadar albumin serum rendah dan kadar bilirubin serum lebih
dari 15 mg%.
- Pada hepatitis fulminan perlu dirawat di ICU dengan memperhatikan :
keseimbangan cairan dan asam basa, jalan nafas tetap terbuka,

16
mengontrol perdarahan, mengoreksi hipoglikemi, membatasi pemasukan
protein, pemberian antibiotika yang sesuai dan mempertahankan sirkulasi
darah.
b. Terhadap kehamilan dan persalinannya
Sejak tahun 1992 CDC menetapkan perlunya skrining HBsAg secara
universal untuk semua ibu hamil dan perlunya vaksinasi universal untuk semua
neonatus yang ibunya HBsAg positif.
Hepatitis virus pada kehamilan bukan merupakan indikasi untuk
melakukan abortus atau terminasi kehamilan. Dengan pengobatan konservatif,
kehamilan dipertahankan se-aterm mungkin. Sampai saat ini peran bedah
Caesar untuk mencegah penularan perinatal masih dalam kontraversi. Lee
(1989) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan
pervaginam dari ibu HBsAg positif dan hanya diberi vaksinasi 39% akan
terinfeksi, sedangkan yang dilahirkan perabdominam 33% akan terifeksi. Bila
diberikan juga HBIg selain vaksinasi maka 20% terinfeksi untuk yang lahir
pervaginam dan 14% bila perabdominam. Perbedaan-perbedaan tersebut
ternyata tidak bermakna. Sehingga tindakan bedah Caesar dilakukan bila ada
indikasi obstetric saja. Pada kala II persalinan, bayi hendaknya dilahirkan dengan
peringan kala II agar trauma seminimal mungkin pada jalan lahir maupun pada
bayinya.
c. Terhadap bayinya
Karena bayi yang lahir jarang didapatkan HBsAg positif pada saat lahir
maka mereka tidak dianggap menular sehingga tidak perlu diisolasi. Darah ibu
adalah sangat menular sehingga penting sekali untuk memandikan bayinya
segera setelah lahir. Disamping itu lendir jalan nafas dan cairan lambung bayi
perlu disedot secara rutin. Tentang menyusui masih terdapat beberapa pendapat
yang berbeda. Meskipun bisa ditemukan HBsAg dalam kadar rendah pada ASI,
tetapi belum pernah dapat dibuktikan adanya penularan HBV melalui jalan ini.
Kadar antigen pada ASI adalah rendah dan penularan melalui mulut
adalah kurang efisien dibandingkan dengan parenteral maka bahaya dari
menyusui bayinya kecuali ibu mengalami luka pada putting susunya. Dengan

17
pemberian imunisasi secara aktif dan pasif pada saat lahir akan memberikan
antibody yang cukup adekuat bagi bayi untuk menghadapi jumlah virus yang
tidak berarti yang terkandung dalam ASI.
Pengelolaan ibu hamil/bersalin dengan infeksi HBV di RSDK tertulis
dalam buku “Pedoman Pengendalian infeksi Nosokomial RSUP Dr. Kariadi” buku
“ Perawatan Ante Natal” serta buku “Prosedur Tetap Perinatal RSUP Dr. Kariadi”
. selengkapnya adalah sebagai berikut :
Semua ibu hamil pada trimester III yang memeriksakan diri di klinik hamil
atau yang dirawat dilakukan skrining HBsAg. Bila didapati HBsAg positif, maka
dilakukan pemeriksaan HBeAg anti-HBe, serta dikonsultasikan kepada bagian
penyakit dalam. Dokter memberikan penjelasan tentang penyakit dan rencana
pengelolaan kepada ibu tersebut. Rekam Medik ibu tersebut ditandai khusus dan
ibu diberi kartu khusus yang harus diserahkan kepada penolong persalinannya
kelak. Ibu-ibu dengan infeksi HBV yang melahirkan dikelola secara khusus di
ruang isolasi/ruang sepsis, diperlakukan sebagai penderita yang mengidap
penyakit menular (perhatian khusus bahan ekskresi dan bahan darah), yaitu :
- Jarum suntik disposable (sekali pakai)
- Jarum suntik pasca pakai dimasukkan ke dalam kantong khusus dengan
label : contaminated atau tercemar kuman untuk dimusnahkanm atau
disterilisasi dengan autoclave.
- Bahan pemeriksaan (darah) dimasukkan tempat khusus dengan label :
contaminated (tercemar kuman) dan tertutup rapat kemudian dibawa ke
laboratorium.
- Petugas harus memakai sarung tangan saat melakukan pekerjaan yang
berhuungan dengan secret/bahan ekskresi dan darah penderita.
- Semua alat atau linen yang terkontaminasi bahan ekskresi atau darah
penderita direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit kemudian
dicuci dan dibilas (petugas memakai sarung tangan) selanjutnya
disterilisasi.

Dokter meberikan penjelasan tentang penyakit dan rencana pegelolaan terhadap


ibu dan bayi kepada ibu bersalin tersebut. Rekam medik ibu tersebut diberi tanda

18
khusus. Dokter anak yang mengelola bayi baru lahir tersebut jua diberi informasi
tentang infeksi HBV pada ibu tersebut, sehingan bayi tersebut mendapat pengelolaan
yang benar.7 Untuk pengelolaan bayi yang lahir dari ibu pnderita hepatitis B dibuat
suatu prosedur tetap di RSUP Dr.Kariadi, yaitu : 7

1. Alat-alat yang dipakai disposable atau tersendiri


2. Bayi dirawat di ruang bayi risiko tinggi bila dijumpai tanda klinis ifeksi neonatal.
3. Bayi yang tidak ada tanda infeksi neonatal dilakukan :
- Rawat gabung dengan ibunya
- Disusukan oleh ibu secara dini
- Segera diberi HBIg 0.5 ml IM dalam 1 x 24 jam
- Bila HBIg tidak ada atau orang tua tidak mampu membeli maka diberikan
vaksinasi hepatitis B dengan dosis 1 ml IM.
- Vaksinasi hepatitis B 0,5 ml IM dalam 7 hari
- Vaksinasi ulangan : umur 1 bulan dan 6 bulan

Saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik terhadap infeksi HBV
sehingga aspek pencegahan menjadi sangat penting. Beberapa macam obat yang
pernah digunakan untuk pengobatan infeksi HBV adalah : interferon (IFN). Lamivudin
dan vaksinasi terapeutik namun efektivitas dan keamanan obat-obat tersebut masih
dipertanyakan terutama pada wanita hamil.

2.8 Prevalensi
Pencegahan infeksi HBV pada kehamilan dan persalinan dibagi menjadi dua
yaitu:7,8,9

a. Pada ibu :
Dari segi Kesehatan masyarakat adalah penting bahwa semua wanita
hamil dilakukan skrining HBsAg terutama di daerah endemis serta ibu-ibu
dengan risiko tinggi mengidap HBV. Wanita hamil dengan HBsAg positif tidak
perlu diberikan vaksinasi karena tidak berguna tetapi rekam medik mereka harus

19
ditandai sehingga dapat dilakukan Tindakan-tindakan pencegahan terhadap
penularan horizontal maupun vertikalnya.
Pada wanita hamil yang pasti terpapar HBV harus diberikan HBIg dengan
dosis 0.06 ml/kg berat badan IM dosis tunggal sesegera mungkin dalam jangka
waktu 7 hari setelah terpapar kemudian dilanjutkan dengan serial vaksinasi HB :
7 hari, 1 bulan dan 6 bulan. Untuk wanita yang diketahui mempunyai risiko
menjadi terpapar dianjurkan dilakukan vaksinasi HB dalam waktu 6 bulan setelah
terpapar.
b. Pada bayi. Pencegahan infeksi HBV pada bayi bisa dengan imunisasi aktif,
imunisasi pasif, dan gabungan aktif dan pasif.
1. Imunisasi aktif
Dilakukan penyuntikan vaksin hepatitis B yang terbuat dai partikel HBsAg
untuk merangsang timbulnya anti-HBs. Dosis yang dianjurkan adalah 1 ml
IM segera setelah lahir, diikuti 0.5 ml IM saat bayi berumur 7 hari
kemudian umur 1 bulan dan 6 bulan.
2. Imunisasi pasif
Dilakukan penyuntikan HBIg 0.5 ml IM segera setelah lahir dan diulang
lagi pada umur 3 bulan dan 6 bulan.
3. Imunisasi gabungan aktif dan pasif
Dilakukan penyuntikan HBIg 0.5 ml IM dalam 12 jam setelah lahir
kemudian diberi suntikan vaksin hepatitis B 0.5 ml IM pada saat bayi
berumur 7 hari, umur 1 bulan, dan 6 bulan.

2.9 Prognosis
Prognosis infeksi HBV tergantung dari berat ringannya penyakit dan komplikasi-
komplikasi yang terjadi. Infeksi HBV pada penderita tanpa menimbulkan gejala klinis
dan juga tidak ada penyakit lain sebagai penyerta maka prognosisnya baik. Tetapi
apabila didapatkan penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes mellitus,
dan anemia maka akan memperburuk keadaan penderita sehingga prognosisnya
menjadi lebih jelek. 90% dari infeksi HBV pada dewasa akan sembuh sempurna, baik
terjadi pada kehamilan trimester I,II maupun wanita tidak hamil. Pada kehamilan
trimester III, infeksi HBV akut memberikan prognosis yang lebih buruk, didapatkan

20
angka kematian yang tinggi bagi ibu dan anak, terutama apabila terjadi hepatitis
fulminan. Gizi ibu hamil juga menentukan, bila terdapat gizi jelek maka mudah terjadi
hepatitis fulminan.10,11

Prognosis untuk bayi tegantung dari komplikasi yang terjadi misalnya kelahiran
premature. Disamping itu juga tergantung dari pengelolaan khusus untuk persalinan
dan post natal yang mencegah penularan vertical dari ibu. Bila bayi tertular saat
neonatus maka 90% dari bayi yang tertular HBV ini akan menjadi pengidap HBV kronik
dan 40% diantaranya akan meninggal karena Sirosis hati (SH) atau Kanker Hati Primer
(KHP) pada saat berumur sekitar 40 tahun. Bila yang terinfeksi bayi perempuan maka
infeksi HBV akan diteruskan ke generasi berikutnya dan bayi yang mengalami infeksi
vertical ini juga merupakan focus yang infeksius untuk penyebaran horizontal. 10,11

21
KESIMPULAN
Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B. Hepatitis akut
apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus hepatitis setelah masa inkubasi virus 30- 180
hari atau 8 – 12 minggu; disebut hepatitis kronik apabila telah lebih dari 6 bulan. Secara
global, infeksi virus hepatitis B (HBV) adalah bentuk hepatitis kronis yang paling umum
di seluruh dunia. Carriers dapat terus menularkan penyakit selama bertahun-tahun
sebelum menimbulkan gejala. Infeksi HBV kronis menyebabkan peningkatan risiko
insufisiensi hati kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler (HCC).

Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal
dan vertikal. Penularan horizontal HBV dapat melalui penularan perkutan, melalui
selaput lendir atau mukosa. Penularan vertikal atau mother-to-child-transmission
(MTCT) terjadi jika ibu hamil penderita hepatitis B akut atau pengidap persisten HBV
menularkan ke bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya.

Hepatitis kronis umunya tidak menimbulkan gejala atau tidak menunjukkan


gejala yang khas berupa tidak ada nafsu makan, kelelahan, mual, muntah-muntah,
nyeri daerah perut sebelah kanan atas dan ikterus. Sedangkan pada pemeriksaan
enzim transaminase seperti SGPT dan SGOT akan meningkat yang menunjukkan
terjadi kerusakan dan nekrosis sel hati.

Pada semua ibu hamil idealnya dilakukan pemeriksaan skrining petanda


serologis yang dapat menunjukkan apakah pada ibu tersebut mengidap HBV atau tidak.
Bila didapatkan HBsAg positif maka akan dilanjutkan pemeriksaan tambahan HBeAg,
anti-HBe dan transaminase serum untuk mengetahui virulensi HBV serta stadium klinis
ibu tersebut yaitu sedang terinfeksi akut atau hanya sebagai pengidap saja.
Penanganan untuk hepatitis B akut pada kehamilan adalah sama dengan pada wanita
tidak hamil yaitu cukup istirahat, diet tinggi protein dan karbohidrat. Tetapi bila
gejalanya berat maka jumlah protein harus dibatasi.

Prognosis infeksi HBV tergantung dari berat ringannya penyakit dan komplikasi-
komplikasi yang terjadi. Infeksi HBV pada penderita tanpa menimbulkan gejala klinis
dan juga tidak ada penyakit lain sebagai penyerta maka prognosisnya baik. Tetapi

22
apabila didapatkan penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes mellitus,
dan anemia maka akan memperburuk keadaan penderita sehingga prognosisnya
menjadi lebih jelek.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Prevention of Mother-to-Child Transmission of Hepatitis B Virus:
Guidelines on Antiviral Prophylaxis in Pregnancy [Internet]. Prevention of Mother-
to-Child Transmission of Hepatitis B Virus: Guidelines on Antiviral Prophylaxis in
Pregnancy. 2020. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32833415
2. Gozali AP. Diagnosis , Tatalaksana , dan Pencegahan Hepatitis B dalam
Kehamilan. CDK J. 2020;47(5):354–8.
3. Stephen AC. 2016. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1562368-overview#a1
4. Dionne-Odom J, Tita ATN, Silverman NS. #38: Hepatitis B in pregnancy
screening, treatment, and prevention of vertical transmission. Am J Obstet
Gynecol [Internet]. 2016;214(1):6–14. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajog.2015.09.100
5. Cunningham GF et al. Hepatic, gallbladder, and pancreatic disorders. In:
Williams obstetrics. 24th Ed. McGraw-Hill Ed; New York. 2014. p. 1088 – 91
6. Schillie S, Vellozzi C, Reingold A, et al. Prevention of hepatitis B virus infection in
the United States: Recommendations of the Advisory Committee on
Immunization Practices. MMWR Recomm Rep. 2018;67(No. RR-1):1–31.
7. Ayoub WS, Cohen E. Hepatitis B management in the pregnant patient: An
update. J Clin Transplant Hepatol. 2016;4:241 – 7
8. Borgia G, Carleo MA, Gaeta GB, Gentile I. Hepatitis B in pregnancy. World J
Gastroenterol. 2012;18(34):4677 – 83.
9. Tran TT. Hepatitis B in pregnancy. CID. 2016;62(4):314–7.
10. Hu Y, Chen J, Wen J, Xu C, Zhang S, Xu B, et al. Effect of elective cesarean
section on the risk of mother-to-child transmission of hepatitis B virus. BMC
Pregnancy Childbirth 2013;13:119
11. Hariyono S, Hadinegoro SR, Soeditjo. Pedoman imunisasi di Indonesia. 5th Ed.
Jakarta: IDAI; 2014. p. 90-2

24

Anda mungkin juga menyukai