Disusun oleh:
Rony Wiranto, S.Ked 04084821921005
M Syahrul Ramadhan, S.Ked 04084821921014
Opel Berlin, S.Ked 04084821921138
Radyat Fachreza, S.Ked 04084821921062
Nur Azizah, S.Ked 04084821921121
Pembimbing:
dr. Roza Maulindra, Sp.OG
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUD Kayuagung Periode 20 Mei 2019 – 29
Juli 2019.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Disproporsi
Kepala Panggul (DKP)”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Kayuagung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Roza Maulindra, Sp.OG
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. DA
b. Umur : 19 tahun
c. Alamat : Sungai Belida
d. Suku : Sumatera
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Mahasiswa
j. MRS : 28 Juni 2019 (18.30 WIB)
k. No. RM : 045789
2
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Pengobatan
- Riwayat operasi (-)
- Riwayat penggunaan kontrasepsi (-)
2
WBC 10.9 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 29% 35-45 %
Trombosit 294 x 103/m3 189-436 x 103/m3
Golongan Darah O
Glukosa Darah Sewaktu 82 70-140
HbsAg Negatif Negatif
Anti HIV Nonreaktif Nonreaktif
V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase laten dengan susp. DKP JTH
Preskep + Makrosomia
VI. TATALAKSANA
- Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan persalinan, kontraksi
- Cek laboratorium: darah rutin, kimia darah, cross match
- IVFD RL gtt xx/menit
- R/ partus percobaan
VII. FOLLOW UP
28 Juni 2019 Pukul 18.30 A/
Sens: CM : G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase
TD: 110/70 laten dengan susp. DKP JTH Preskep +
N: 84 x/m Makrosomia
RR: 22 x/m P/
T: 36,2 C - Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
persalinan
PL - IVFD RL gtt xx/menit
TFU: 2jbpx (38 cm), memanjang, - R/ partus percobaan
puka, kepala, U 4/5, His 2x/10’/25’’
DJJ: 146x/menit, TBJ : 4030 g
PD
Portio lunak, anterior, eff 100%, Ø 2
cm, kepala, HI-II, penunjuk sutura
sagitalis lintang.
3
Laboratorium:
Hb 9,8 g/dL, WBC 10.900 /mm3, PLT
294.000/mm3, Gol. Darah O, HbsAg (-)
28-6-2019 A/ G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I
19.00WIB fase laten dengan susp. DKP JTH Preskep +
Makrosomia
TD : 110/70 mmHg P/
His 2x/10’/25’’ - Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
Ø : 3 cm persalinan
U 3/5 - IVFD RL gtt xx/menit
DJJ : 145 x/m - R/ partus percobaan
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
b. Tipe/Karakteristik Panggul
Tipe panggul menurut Caldwell-Moloy 3 :
5
3) Tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter
transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding
samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Bagian belakangnya pendek dan gepeng, bagian depannya
menyempit ke depan. Ditemukan pada 15% perempuan. Merupakan
jenis panggul tipikal pria (male type).
4) Tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau
"ginjal". Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin
lebar ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.
c. Epidemiologi
Disproporsi kepala panggul umumnya terjadi di negara
berkembang dan akibatnya berupa partus macet dan komplikasi
persalinannya menjadi salah satu penyebab penting kematian ibu4.
Kejadian ini lebih sering terjadi di Asia, karena orang-orang Asia
cenderung memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari orang barat. Hal
ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya DKP2 .
Pada tahun 2013, di RSUD Panembahan Senopati Bantul 40% dari
10 sampel yang diteliti manjalani seksio sesarea karena panggul sempit.
Berdasar penelitian ini, panggul sempit merupakan penyebab terbanyak
seksio sesaria5. Hasil penelitian di RSUD Liun Kandage Tahuna tahun
2014 ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan seksio sesarea dengan
indikasi panggul sempit sebanyak 28 ibu (16,76%). Hal ini disebabkan
oleh karena bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu yang
kecil sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan
normal5.
d. Faktor Risiko
Faktor risiko yang menyebabkan disproporsi kepala panggul,
yaitu6:
1) Taksiran berat janin yang besar
6
2) Tinggi badan ibu
3) BMI sebelum kehamilan dan sebelum kelahiran ≥ 25 kg/m2
4) Kenaikan berat badan selama kehamilan ≥ 16 kg
5) Nullipara
6) Tidak ada pelvimetri yang memadai
e. Penyebab
1) Faktor Panggul Ibu 6
7
(c) Penyakit atau cedera spinal (kifosis, skoliosis,
spondilolistesis).
(d) Pelvik (tumor, fraktur, karies).
(e) Anggota gerak (atrofi, poliomyelitis pada masa kanak-
kanak, dislokasi panggul kongenital).
(2) Malformasi kongenital
(a) Pelvis naegel dan pelvis robert.
(b) Pelvis asimilasi.
8
(2) tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
(3) tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
(4) tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
1) Faktor Janin
a. Janin Besar
Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37 minggu-42
minggu) berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin besar
apabila >4.000 gram. Janin dapat terlahir besar karena beberapa
faktor, yaitu pada ibu dengan diabetes gestational, post term atau
pascamaturitas, faktor herediter, multiparitas. Janin besar disebut
juga makrosomia atau bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan
untuk persalinan pervaginam dilakukan pada janin dengan lingkar
kepala <37 cm7,8
b. Malpresentasi Kepala
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan
kifose dan menghasilkan sikap fleksi. Pada sikap ini akan
menghasilkan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
malpresentasi kepala, seperti presentasi puncak kepala (defleksi
ringan), presentasi dahi (defleksi sedang), dan presentasi muka
(defleksi maksimum), maka kemungkinan akan menimbukan
kemacetan dalam persalinan. Hal ini disebabkan karena kepala
tidak dapat masuk pintu panggul karena diameter kepala pada
malpresentasi lebih besar dari diameter panggul3
9
f. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis
Menanyakan kepada pasien riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya untuk mengetahui risiko disproporsi kepala panggul.
2) Inspeksi
Ibu terlihat pendek, skoliosis, kifosis, kelainan panggul, dll. Tampak
kontur kepala janin menonjol di atas simfisis apabila belum memasuki
pintu atas panggul7. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm dapat
digunkan untuk mendiagnosis tinggi badan rendah dan berisiko untuk
terjadinya partus macet2.
3) Palpasi
Menentukan bagian terbawah janin, pemeriksaan panggul luar dan
dalam. Ketiganya digunakan untuk perhitungan pelvimetri klinik7.
4) Pelvimetri rongent
Pelvimetri rontgen digunakan untuk mengetahui arsitektur panggul,
baik dalam bentuk, ukurannya, jenis panggul, maupun turunnya
bagian terbawah janin (kepala, bokong, atau bahu). Ini dapat
dilakukan untuk memastikan adanya kelainan panggul atau
disproporsi kepala panggul setelah dilakukan evaluasi secara klinis7.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dalam pemeriksaan disroporsi kepala panggul, MRI digunakan untuk
Kem 9.
g. Tindakan
1) Partus Percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada
atau tidaknya disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan
partus percobaan. Pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan
pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-
ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala
janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan
10
bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat,
dapat diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan.
Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya
akomodasi, termasuk molase kepala janin8.
Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi
perubahan pada pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan
posisi kepala (rotasi). Jika tidak terjadi perubahan tersebut maka
disebut partus tidak maju. Apabila terjadi kegagalan, partus dihentikan
dengan indikasi dan harus dilakukan seksio sesarea7.
2) Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia melahirkan
janin dari dalam rahim9. Seksio sesarea di lakukan untuk mencegah
hal – hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal9.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu dan dilakukan
pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat/absolut atau karena terdapat disproporsi kepala panggul yang
cukup nyata. Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus
percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat- syarat
untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi8.
3) Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar
kapasitas pelvis dengan memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian
depan pelvis10.
h. Prognosis
11
Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul tanpa tindakan
yang tepat, maka11 :
a) Bahaya pada ibu :
1) Partus lama yang sering disertai dengan pecahnya ketuban, bakteri
menyebabkan bakteremia, infeksi intrapartum, dehidrasi, dan
asidosis.
2) Apabila kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, menyebabkan
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus sering
menimbulkan cincin retraksi patologis bandl. Jika tidak segera
diambil tindakan akan menyebabkan ruptur uteri.
3) Dalam disproporsi kepala panggul, bagian terbawah janin akan
menekan tulang dan pintu panggul dengan kuat dan lama yang akan
menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia
dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari setelah
melahirkan akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
4) Peregangan dan pelebaran dasar panggul menyebabkan terjadinya
perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
b) Bahaya pada janin :
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, ditambah
dengan infeksi intrapartum.
2) Persalinan panggul sempit menyebabkan kaput suksedaneum.
3) Molase (molding) atau lempeng tulang tengkorak yang
bertumpang tindih tidak menimbukan kerugian yang nyata, tetapi
apabila terdapat distorsi yang mencolok, molase dapat
menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin,
dan perdarahan intrakranial janin.
4) Penekanan tulang-tulang panggul pada jaringan di atas tulang
kepala janin, dapat menyebabkan fraktur pada os parietalis.
3.2 Makrosomia
12
Makrosomia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
janin yang sangat besar. Berat badan bayi baru lahir melebihi 4000 g adalah
ambang batas yang sering digunakan untuk mendefinisikan makrosomia 9.
a. Faktor Risiko :
1. Diabetes melitus ibu
2. Berat badan ibu berlebih
3. Bayi makrosomia sebelumnya
4. Pertambahan berat badan hamil berlebih
5. Usia kehamilan > 40 minggu
6. Usia ibu < 17 tahun
7. Janin laki-laki
8. Multiparitas
9. Obesitas ibu 9
b. Diagnosis Makrosomia
N = 12 bila kepala sudah masuk pintu atas panggul, masih di atas spina
ischiadica
13
Akurasi USG dalam memprediksi taksiran berat janin tidak lebih
baik dibanding dengan pemeriksaan leopold. USG merupakan
pemeriksaan tambahan yang membantu dalam mengekslusi diagnosis
makrosomia karena memiliki spesifitas yang cukup tinggi (90 persen)
namun sensitiftasnya hanya 60 persen.
c. Penanganan Makrosomia
1. Sectio caesarea
2. Partus percobaan
d. Prognosis
14
hingga 50 persen. Fraktur clavicula dan kerusakan plexus brachialis merupakan
trauma pada bayi lahir makrosomia yang paling sering dijumpai. Pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 4500 gram, risiko fraktur clavicula meningkat hingga
10 kali lipat dan risiko kerusakan plexus brachialis meningkat antara 18 hingga 21
kali lipat 9.
15
BAB IV
ANALISIS KASUS
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Llewellyn-Jones, D. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates.
2. Toh-Adam, R., Srisupundit, K., & Tongsong, T. (2012). Short Stature as an
Independent Risk Factor for Cephalopelvic Disproportion in a Country of
Relatively Small-Sized Mothers. Archives Of Gynecology And Obstetrics,
285(6), 1513-1516.
3. Rachimhadhi, T. 2009. Ilmu Kebidanan Anatomi jalan Lahir. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Wongcharoenkiat, N., & Boriboonhirunsarn, D. (2006). Maternal height and
the risk of cesarean delivery in nulliparous women. J Med Assoc Thai, 89(4),
565-569.
5. Agustina, M. (2013) Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ibu Bersalin Seksio
Sesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2013 [Abstrak]. Universitas
Respati Yogyakarta.
6. Surapanthapisit, P., & Thitadilok, W. (2006). Risk Factors of Caesarean
Section Due to Cephalopelvic Disproportion. J Med Assoc Thai, 89(4), 105-
110.
7. Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
8. Ashar, I. (2009). Disproporsi Kepala Panggul. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
9. Cunningham, F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong C. Y. 2014. Williams Obstetrics (23 Ed). United states: McGraw-Hill.
10. Hofmeyr GJ, Shweni PM. Symphysiotomy for feto-pelvic
disproportion. Cochrane Database of Systematic Reviews 2012, Issue 10.
Art. No.: CD005299. DOI: 10.1002/14651858.CD005299.pub3.
11. Mose, J.C., Alamsyah, M. 2009. Ilmu Kebidanan Persalinan Lama. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
18
13. World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational
Use of Medicine. Geneva, 2011.
14. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
15. Chatfield, J. 2001. ACOG Issues Guidelines on Fetal Macrosomia. Am Fam
Physician. Jul 1;64(1):169-170.
16. Herbst, M.A. 2005. Treatment of suspected fetal macrosomia: a cost-
effectiveness analysis. Am J Obstet Gynecol 193(3 Pt 2): 1035-9
17. Rouse, D.J. dan Owen, J. 1999. Prophylactic caesarean delivery for fetal
macrosomia diagnosed by means of ultrasonography - A Faustian Bargain?.
Am J Obstet Gynecol 181(2):332-8
18. Zamorski, M.A. dan Biggs, W.S. 2001. Management of Suspected Fetal
Macrosomia. Am Fam Physician 63(2): 302-306
19