Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

Disusun oleh:
Rony Wiranto, S.Ked 04084821921005
M Syahrul Ramadhan, S.Ked 04084821921014
Opel Berlin, S.Ked 04084821921138
Radyat Fachreza, S.Ked 04084821921062
Nur Azizah, S.Ked 04084821921121

Pembimbing:
dr. Roza Maulindra, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Disproporsi Kepala Panggul (DKP)

Oleh :

Rony Wiranto, S.Ked 04084821921005


M Syahrul Ramadhan, S.Ked 04084821921014
Opel Berlin, S.Ked 04084821921138
Radyat Fachreza, S.Ked 04084821921062
Nur Azizah, S.Ked 04084821921121

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUD Kayuagung Periode 20 Mei 2019 – 29
Juli 2019.

Palembang, Juli 2019

dr. Roza Maulindra, Sp.OG

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Disproporsi
Kepala Panggul (DKP)”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Kayuagung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Roza Maulindra, Sp.OG
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan


pelayanan obstetri suatu negara. Di Indonesia, pada tahun 2008 penyebab
langsung kematian maternal terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu
perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan
abortus 5%. Indonesia dengan Angka Kematian Ibu (AKI) 390/100.000 persalinan
hidup, menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan obstetri belum menyeluruh
masyarakat dengan layanan yang bermutu dan menyeluruh12.
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu
dan bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari
18jam yang di mulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan
post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi
infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. Partus lama
dapat membahayakan jiwa janin dan ibu. Pada partus lama, risiko terjadinya
perdarahan post partum meningkat. Penyebab partus lama salah satunya adalah
disproporsi kepala panggul13.
Disproporsi kepala panggul adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina14.

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. DA
b. Umur : 19 tahun
c. Alamat : Sungai Belida
d. Suku : Sumatera
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Mahasiswa
j. MRS : 28 Juni 2019 (18.30 WIB)
k. No. RM : 045789

II. ANAMNESIS (28 Juni 2019)


Keluhan Utama
Os mau melahirkan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 6 jam SMRS, os mengeluh perut mulas, semakin sering dan
semakin kuat menjalar ke pinggang. Riwayat keluar darah lendir dari
kemaluan (+), riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). Os rujukan dokter
Sp.OG dengan suspek Disproporsi Kepala Panggul (DKP), os mengaku
hamil cukup bulan dengan gerakan janin masih dirasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat darah tinggi (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)

2
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Dalam Keluarga


- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat Pengobatan
- Riwayat operasi (-)
- Riwayat penggunaan kontrasepsi (-)

Status Sosial Ekonomi dan Gizi : Menengah ke bawah


Status Reproduksi : Menarche usia 14 tahun, teratur,
siklus haid 28 hari, lamanya 7
hari. HPHT 20 September 2018.
Status Perkawinan : Menikah, 1 kali, lamanya 5
tahun
Status Persalinan : 1. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK (28 Juni 2019)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
BB : 70 kg
TB : 154 cm
BMI : 29,51 kg/m2
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,2oC
3
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, JVP (5-2) cmH2O
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Vesikuler (+/+) wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+) 88x/m, regular, murmur(-),
gallop (-).
Abdomen
Pemeriksaan Luar : TFU 2 jbpx (38 cm), memanjang, puka, kepala, U 4/5,
His 2x/10’/25”, DJJ 130x/m, TBJ 4030 g
Ekstremitas : Akral dingin (-), edema pretibial (-). varises (-)
Genital
VT : Portio lunak, anterior, eff 100%, pembukaan 2 cm,
kepala, HI-II, ketuban (+), penunjuk sutura sagitalis
lintang, promontorium tidak teraba

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (28 Juni 2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 9,8 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 3,6 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3

2
WBC 10.9 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 29% 35-45 %
Trombosit 294 x 103/m3 189-436 x 103/m3
Golongan Darah O
Glukosa Darah Sewaktu 82 70-140
HbsAg Negatif Negatif
Anti HIV Nonreaktif Nonreaktif

V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase laten dengan susp. DKP JTH
Preskep + Makrosomia

VI. TATALAKSANA
- Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan persalinan, kontraksi
- Cek laboratorium: darah rutin, kimia darah, cross match
- IVFD RL gtt xx/menit
- R/ partus percobaan

VII. FOLLOW UP
28 Juni 2019 Pukul 18.30 A/
Sens: CM : G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase
TD: 110/70 laten dengan susp. DKP JTH Preskep +
N: 84 x/m Makrosomia
RR: 22 x/m P/
T: 36,2 C - Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
persalinan
PL - IVFD RL gtt xx/menit
TFU: 2jbpx (38 cm), memanjang, - R/ partus percobaan
puka, kepala, U 4/5, His 2x/10’/25’’
DJJ: 146x/menit, TBJ : 4030 g
PD
Portio lunak, anterior, eff 100%, Ø 2
cm, kepala, HI-II, penunjuk sutura
sagitalis lintang.

3
Laboratorium:
Hb 9,8 g/dL, WBC 10.900 /mm3, PLT
294.000/mm3, Gol. Darah O, HbsAg (-)
28-6-2019 A/ G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I
19.00WIB fase laten dengan susp. DKP JTH Preskep +
Makrosomia
TD : 110/70 mmHg P/
His 2x/10’/25’’ - Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
Ø : 3 cm persalinan
U 3/5 - IVFD RL gtt xx/menit
DJJ : 145 x/m - R/ partus percobaan

28-6-2019 A/ G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I


23.00 WIB fase aktif dengan susp. DKP JTH Preskep +
Ø : 5 cm Makrosomia
U 3/5 P/
- Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
TD : 110/80 mmHg persalinan
His: 4x/10’/40” - IVFD RL gtt xx/menit
DJJ : 148 x/m - R/ partus percobaan
29-6-2019 A/ G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I
03.00 WIB fase aktif dengan susp. DKP JTH Preskep +
Ø : 8 cm Makrosomia
U 3/5 P/
TD : 110/80 mmHg - Observasi tanda-tanda vital his, kemajuan
His: 4x/10’/40” persalinan
DJJ : 148 x/m - IVFD RL gtt xx/menit
- R/ partus percobaan
29-6-2019 A/ G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I
07.00 WIB fase aktif dengan susp. DKP JTH Preskep +
Ø:8c Makrosomia
U 3/5 P/
TD : 110/80 mmHg Observasi tanda-tanda vital
DJJ : 126 x/m IVFD RL XX gtt/ menit
R/ Terminasi Perabdominam
His : 4x/10’/40”

09.15 Lahir neonatus hidup laki-laki, BBL 4250 gr,


PB 52 cm, A/S 8/9
Plasenta Lahir lengkap
Instruksi Post-op P1A0 post SSTP ai. DKP + makrosomia
10.40
P/
Obs TVI, Kontraksi, Perdarahan
ASI On Demand
Mobilisasi bertahap
Diet biasa bila BU (+) normal
Drip Oxyocin 20 IU dalam RL 500 cc gtt
xx/menit (s.d 24 jam post op)
Inj. Ceftriaxone 1g/ 12 jam (iv)
Inj. Asam Tranexamat 500mg/ 8 jam (iv)
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam (iv)

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Disproporsi Kepala Panggul


a. Pengertian
Disproporsi kepala panggul (DKP) yaitu suatu keadaan yang timbul
karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala
janin disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak
dapat melewati panggul ataupun kombinasi keduanya9. Dalam kasus
DKP, jika kepala janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul pada
saat term, mungkin akan dilakukan seksio sesarea karena risiko terhadap
janin semakin besar apabila persalinan tidak semakin maju. Apabila
kepala janin telah masuk ke dalam pintu panggul, pilihannya adalah
seksio sesarea elektif atau percobaan persalinan1
Ibu hamil dengan risiko tinggi terjadinya disproporsi kepala
panggul seharusnya dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
ruangan operasi sebelum proses persalinan dimulai2.

b. Tipe/Karakteristik Panggul
Tipe panggul menurut Caldwell-Moloy 3 :

1) Tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang


kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter anteroposterior kira- kira
sama dengan diameter transversal. Diameter transversal terbesar
terletak ditengah. Dinding samping panggul lurus. Ditemukan pada
45% perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female
type).
2) Tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti elips membujur
anteroposterior. Diameter anteroposterior lebih panjang daripada
diameter transversal. Dinding samping panggul lurus. Ditemukan pada
35% perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape
type).

5
3) Tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter
transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding
samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Bagian belakangnya pendek dan gepeng, bagian depannya
menyempit ke depan. Ditemukan pada 15% perempuan. Merupakan
jenis panggul tipikal pria (male type).
4) Tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau
"ginjal". Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin
lebar ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.

c. Epidemiologi
Disproporsi kepala panggul umumnya terjadi di negara
berkembang dan akibatnya berupa partus macet dan komplikasi
persalinannya menjadi salah satu penyebab penting kematian ibu4.
Kejadian ini lebih sering terjadi di Asia, karena orang-orang Asia
cenderung memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari orang barat. Hal
ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya DKP2 .
Pada tahun 2013, di RSUD Panembahan Senopati Bantul 40% dari
10 sampel yang diteliti manjalani seksio sesarea karena panggul sempit.
Berdasar penelitian ini, panggul sempit merupakan penyebab terbanyak
seksio sesaria5. Hasil penelitian di RSUD Liun Kandage Tahuna tahun
2014 ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan seksio sesarea dengan
indikasi panggul sempit sebanyak 28 ibu (16,76%). Hal ini disebabkan
oleh karena bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu yang
kecil sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan
normal5.

d. Faktor Risiko
Faktor risiko yang menyebabkan disproporsi kepala panggul,
yaitu6:
1) Taksiran berat janin yang besar

6
2) Tinggi badan ibu
3) BMI sebelum kehamilan dan sebelum kelahiran ≥ 25 kg/m2
4) Kenaikan berat badan selama kehamilan ≥ 16 kg
5) Nullipara
6) Tidak ada pelvimetri yang memadai

e. Penyebab
1) Faktor Panggul Ibu 6

Gambar 1. Diameter panggul normal


Keterangan :
Diameter anteroposterior = 12 cm
Diameter transversal = 12,5-13 cm
Diameter obliqua = 13 cm

a. Terdapat panggul-panggul sempit yang umumnya disertai


perubahan dalam bentuknya.
(1) Defek nutrisi dan lingkungan
(a) Defek minor : tepi paggul berbentuk segitiga
(android), tepi panggul datar (platipeloid).
(b) Defek mayor : rakitis, osteomalasia.

7
(c) Penyakit atau cedera spinal (kifosis, skoliosis,
spondilolistesis).
(d) Pelvik (tumor, fraktur, karies).
(e) Anggota gerak (atrofi, poliomyelitis pada masa kanak-
kanak, dislokasi panggul kongenital).
(2) Malformasi kongenital
(a) Pelvis naegel dan pelvis robert.
(b) Pelvis asimilasi.

b. Kesempitan pintu masuk panggul


Pintu panggul dapat dikatakan sempit apabila diameternya lebih
kecil 1-2 cm atau lebih. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas
panggul, ruang tengah panggul atau pintu bawah panggul, ataupun
kombinasi dari ketiganya1.
(1) Kesempitan pintu atas panggul
Bila diameter anteroposterior kurang dari 10 cm dan
transversalnya kurang dari 12 cm, maka pintu atas panggul
dianggap sempit.
(2) Kesempitan pintu tengah panggul
Apabila ukurannya distansia interspinarum kurang dari 9,5 cm
diwaspadai akan kemungkinan kesukaran dalam persalinan,
ditambah lagi bila ukuran diameter sagitalis juga pendek.
(3) Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri atas segitiga depan dan segitiga
belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia
tuberum. Bila distansia tuberum dengan diameter sagitalis
posterior kurang dari 15 cm, maka dapat timbul kemacetan pada
kelahiran ukuran normal.

c. Pembagian tingkatan panggul sempit7


(1) tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline

8
(2) tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
(3) tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
(4) tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

d. Pembagian tingkatan kesempitan panggul menurut tindakan7


(1) CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
(2) CV = 6 – 8 cm = SC primer
(3) CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
(4) Inlet dianggap sempit bila CV <10

1) Faktor Janin
a. Janin Besar
Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37 minggu-42
minggu) berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin besar
apabila >4.000 gram. Janin dapat terlahir besar karena beberapa
faktor, yaitu pada ibu dengan diabetes gestational, post term atau
pascamaturitas, faktor herediter, multiparitas. Janin besar disebut
juga makrosomia atau bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan
untuk persalinan pervaginam dilakukan pada janin dengan lingkar
kepala <37 cm7,8
b. Malpresentasi Kepala
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan
kifose dan menghasilkan sikap fleksi. Pada sikap ini akan
menghasilkan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
malpresentasi kepala, seperti presentasi puncak kepala (defleksi
ringan), presentasi dahi (defleksi sedang), dan presentasi muka
(defleksi maksimum), maka kemungkinan akan menimbukan
kemacetan dalam persalinan. Hal ini disebabkan karena kepala
tidak dapat masuk pintu panggul karena diameter kepala pada
malpresentasi lebih besar dari diameter panggul3

9
f. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis
Menanyakan kepada pasien riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya untuk mengetahui risiko disproporsi kepala panggul.
2) Inspeksi
Ibu terlihat pendek, skoliosis, kifosis, kelainan panggul, dll. Tampak
kontur kepala janin menonjol di atas simfisis apabila belum memasuki
pintu atas panggul7. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm dapat
digunkan untuk mendiagnosis tinggi badan rendah dan berisiko untuk
terjadinya partus macet2.
3) Palpasi
Menentukan bagian terbawah janin, pemeriksaan panggul luar dan
dalam. Ketiganya digunakan untuk perhitungan pelvimetri klinik7.
4) Pelvimetri rongent
Pelvimetri rontgen digunakan untuk mengetahui arsitektur panggul,
baik dalam bentuk, ukurannya, jenis panggul, maupun turunnya
bagian terbawah janin (kepala, bokong, atau bahu). Ini dapat
dilakukan untuk memastikan adanya kelainan panggul atau
disproporsi kepala panggul setelah dilakukan evaluasi secara klinis7.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dalam pemeriksaan disroporsi kepala panggul, MRI digunakan untuk
Kem 9.

g. Tindakan
1) Partus Percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada
atau tidaknya disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan
partus percobaan. Pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan
pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-
ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala
janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan

10
bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat,
dapat diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan.
Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya
akomodasi, termasuk molase kepala janin8.
Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi
perubahan pada pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan
posisi kepala (rotasi). Jika tidak terjadi perubahan tersebut maka
disebut partus tidak maju. Apabila terjadi kegagalan, partus dihentikan
dengan indikasi dan harus dilakukan seksio sesarea7.

2) Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia melahirkan
janin dari dalam rahim9. Seksio sesarea di lakukan untuk mencegah
hal – hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal9.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu dan dilakukan
pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat/absolut atau karena terdapat disproporsi kepala panggul yang
cukup nyata. Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus
percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat- syarat
untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi8.

3) Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar
kapasitas pelvis dengan memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian
depan pelvis10.

h. Prognosis

11
Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul tanpa tindakan
yang tepat, maka11 :
a) Bahaya pada ibu :
1) Partus lama yang sering disertai dengan pecahnya ketuban, bakteri
menyebabkan bakteremia, infeksi intrapartum, dehidrasi, dan
asidosis.
2) Apabila kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, menyebabkan
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus sering
menimbulkan cincin retraksi patologis bandl. Jika tidak segera
diambil tindakan akan menyebabkan ruptur uteri.
3) Dalam disproporsi kepala panggul, bagian terbawah janin akan
menekan tulang dan pintu panggul dengan kuat dan lama yang akan
menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia
dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari setelah
melahirkan akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
4) Peregangan dan pelebaran dasar panggul menyebabkan terjadinya
perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
b) Bahaya pada janin :
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, ditambah
dengan infeksi intrapartum.
2) Persalinan panggul sempit menyebabkan kaput suksedaneum.
3) Molase (molding) atau lempeng tulang tengkorak yang
bertumpang tindih tidak menimbukan kerugian yang nyata, tetapi
apabila terdapat distorsi yang mencolok, molase dapat
menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin,
dan perdarahan intrakranial janin.
4) Penekanan tulang-tulang panggul pada jaringan di atas tulang
kepala janin, dapat menyebabkan fraktur pada os parietalis.

3.2 Makrosomia

12
Makrosomia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
janin yang sangat besar. Berat badan bayi baru lahir melebihi 4000 g adalah
ambang batas yang sering digunakan untuk mendefinisikan makrosomia 9.

a. Faktor Risiko :
1. Diabetes melitus ibu
2. Berat badan ibu berlebih
3. Bayi makrosomia sebelumnya
4. Pertambahan berat badan hamil berlebih
5. Usia kehamilan > 40 minggu
6. Usia ibu < 17 tahun
7. Janin laki-laki
8. Multiparitas
9. Obesitas ibu 9

b. Diagnosis Makrosomia

Tiga metode utama untuk memprediksi makrosomia yaitu penilaian


faktor risiko, pemeriksaan klinis, dan ultrasonografi

Pemeriksaan leopold dan pengukuran tinggi fundus merupakan


pemeriksaan utama untuk memperkirakan berat janin. Jika presentasi
kepala, penentuan taksiran berat janin dapat dihitung berdasarkan tinggi
fundus uteri dengan rumus Johnson Toshack.

Taksiran berat janin = (TFU-N) x 155 gram

N = 13 bila kepala belum masuk pintu atas panggul

N = 12 bila kepala sudah masuk pintu atas panggul, masih di atas spina
ischiadica

N = 11 bila kepala sudah masuk pintu atas panggul, di bawah spina


ischiadica

13
Akurasi USG dalam memprediksi taksiran berat janin tidak lebih
baik dibanding dengan pemeriksaan leopold. USG merupakan
pemeriksaan tambahan yang membantu dalam mengekslusi diagnosis
makrosomia karena memiliki spesifitas yang cukup tinggi (90 persen)
namun sensitiftasnya hanya 60 persen.

c. Penanganan Makrosomia

1. Sectio caesarea

Sectio caesarea elektif pada kasus yang diduga makrosomia


merupakan cara untuk mencegah terjadinya kegagalan kemajuan persalinan
dan mencegah trauma lahir. SC dipertimbangkan untuk kasus suspek
makrosomia dengan taksiran berat janin lebih dari 5000 gram pada ibu hamil
tanpa diabetes dan suspek makrosomia dengan taksiran berat janin lebih dari
4500 gram pada ibu hamil dengan diabetes.

Sectio caesaria sekunder dilakukan karena partus percobaan gagal atau


timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan sesegera mungkin.

2. Partus percobaan

Persalinan pervaginam bukanlah kontraindikasi pada ibu hamil tanpa


diabetes dengan taksiran berat janin kurang dari 5000 gram. Komplikasi
seperti distosia bahu dan trauma plexus brachialis tidak hanya disebabkan
karena berat lahir saja namun dipengaruhi juga oleh faktor anatomi maternal
14
.

d. Prognosis

1. Bahaya pada bayi

Meskipun jarang (1,4 persen), distosia bahu merupakan komplikasi paling


serius dari makrosomia. Pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4500 gram, risiko
distosia bahu meningkat antara 9,2 hingga 24 persen pada ibu hamil tanpa
diabetes sedangkan pada ibu hamil dengan diabetes risiko meningkat antara 19,9

14
hingga 50 persen. Fraktur clavicula dan kerusakan plexus brachialis merupakan
trauma pada bayi lahir makrosomia yang paling sering dijumpai. Pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 4500 gram, risiko fraktur clavicula meningkat hingga
10 kali lipat dan risiko kerusakan plexus brachialis meningkat antara 18 hingga 21
kali lipat 9.

2. Bahaya pada ibu

Kelahiran pervaginam bayi makrosomia meningkatkan risiko laserasi


derajat tiga dan empat hingga lima kali lipat. Bayi dengan berat lahir lebih dari
4500 gram juga meningkatkan risiko SC hingga dua kali lipat 9.

15
BAB IV

ANALISIS KASUS

Penegakkan diagnosis pada kasus ini dapat dilakukan dengan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis didapatkan
pasien yang bernama Ny. DA, berusia 19 tahun, hamil anak pertama dengan
HPHT 20 Agustus 2018 dan siklus menstruasi yang teratur sehingga pasien
didiagnosis G1P0A0 dengan usia kehamilan 40 minggu.± 6 jam SMRS, pasien
mengeluh mules pada perut yang menjalar ke pinggang, makin lama makin kuat.
Pasien juga mengeluh keluar darah lendir dari kemaluan. Riwayat keluar air-air
SMRS tidak ada pada pasien. Riwayat trauma pada abdomen (-), riwayat demam
(-), riwayat sakit gigi (-), riwayat post coital (-). Dari hasil anamnesis didapatkan
bahwa tanda-tanda inpartu telah ditemukan pada pasien, yaitu his yang telah
adekuatyang menyebabkan perut mulas yang menjalar ke pinggang dan makin
lama makin kuat, serta ditemukannya bloody show yaitu berupa keluarnya lendir
bercampur darah dari kemaluan.
Dari pemeriksaan luar didapatkan FUT 2 jari dibawah processus xiphoideus
(38 cm), puka, kepala,U 4/5, his 2x/10’/25’’, DJJ: 146x/menit, TBJ 4030 gram.
Dari pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, anterior, eff 75%, Ø 2 cm,
kepala, HI-II, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai. Dari hasil pemeriksaan
tersebut, didapatkan bahwa pasien juga telah menunjukkan tanda-tanda inpartu
(pendataran dan pembukaan serviks) dan berada pada kala I (kala pembukaan)
fase laten karena pembukaan <4 cm,serta JTH preskep, dengan nilai DJJ dalam
batas normal. Taksiran berat janin sebesar 4030 gram menandakan kecurigaan
terhadap ukuran janin besar atau makrosomia (>4000 g).
Pada tiap persalinan, terdapat 3 faktor penting yang harus diperhatikan
dalam menilai kemajuan persalinan, yaitu jalan lahir (passage), janin (passanger),
dan kekuatan mengedan ibu (power). Pada kasus ini, didapatkan bahwa pasien
didiagnosis dengan suspek DKP. Hal tersebut didasarkan atas faktor-faktor risiko
yang ditemukan pada hasil pemeriksaan pasien. Pada pengukuran tinggi fundus
uteri didapatkan FUT 38 cm. Dari hasil tersebut, diperkirakan taksiran berat badan
16
janin mencapai 4030 gram. Taksiran berat janin yang besar dapat menjadi salah
satu faktor risiko terjadinya disproporsi kepala panggul. Hal tersebut juga dapat
diperkirakan bahwa faktor janin (passanger) yang kemungkinan menjadi
penyebab didiagnosisnya suspek DKP pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan dan berat badan pasien
adalah 154 cm dan 70 kg. Didapatkan BMI pasien yaitu 29,51 kg/m 2. Nilai BMI
sebelum kelahiran ≥ 25 kg/m2 adalah faktor risiko terjadinya disproporsi kepala
panggul saat kehamilan. Pasien yang merupakan nullipara juga adalah faktor
risiko terjadi hal tersebut.
Dari pemeriksaan luar awal didapatkan bahwa penurunan kepala dengan
metode perlimaan yaitu U 4/5, dan pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa
kepala berada pada HI-II. Hal tersebut menunjukkan bahwa janin berada pada
station -3 atau dengan kata lain bagian terbesar kepala belum masuk panggul pada
usia kehamilan 40 minggu. Pada kasus ini, pasien merupakan primigravida
dimana seharusnya kepala janin telah masuk panggul pada minggu ke 36
(lightening) dengan station 0 atau +1. Hal itu juga dapat menjadi salah satu
kecurigaan sehingga didiagnosis dengan suspek DKP.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada pasien ini dapat
ditegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase laten JTH
preskep dengan suspek DKP e.c. makrosomia. Pada pasien ini tatalaksana
awalnya berupa IVFD RL gtt xx/m, kemudian keadaan pasien seperti tanda-tanda
vital, his, DJJ, serta kemajuan persalinan dimonitoring dan diobservasi. Pasien ini
direncanakan untuk dilakukan partus percobaan terlebih dahulu untuk memastikan
ada atau tidaknya DKP. Namun, karena tidak adanya kemajuan persalinan dan
tidak turunnya kepala ke panggul, maka partus percobaan dikatakan gagal
sehingga dilakukan terminasi kehamilan per abdominam berupa tindakan SSTP
(Seksio sesarea transperitoneal profunda). Setelah dilakukan SSTP, didapatkan
BB bayi 4250 g, sehingga diagnosis setelah SSTP adalah P1A0 post SSTP a.i.
DKP + Makrosomia.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Llewellyn-Jones, D. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates.
2. Toh-Adam, R., Srisupundit, K., & Tongsong, T. (2012). Short Stature as an
Independent Risk Factor for Cephalopelvic Disproportion in a Country of
Relatively Small-Sized Mothers. Archives Of Gynecology And Obstetrics,
285(6), 1513-1516.
3. Rachimhadhi, T. 2009. Ilmu Kebidanan Anatomi jalan Lahir. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Wongcharoenkiat, N., & Boriboonhirunsarn, D. (2006). Maternal height and
the risk of cesarean delivery in nulliparous women. J Med Assoc Thai, 89(4),
565-569.
5. Agustina, M. (2013) Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ibu Bersalin Seksio
Sesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2013 [Abstrak]. Universitas
Respati Yogyakarta.
6. Surapanthapisit, P., & Thitadilok, W. (2006). Risk Factors of Caesarean
Section Due to Cephalopelvic Disproportion. J Med Assoc Thai, 89(4), 105-
110.
7. Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
8. Ashar, I. (2009). Disproporsi Kepala Panggul. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
9. Cunningham, F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong C. Y. 2014. Williams Obstetrics (23 Ed). United states: McGraw-Hill.
10. Hofmeyr GJ, Shweni PM. Symphysiotomy for feto-pelvic
disproportion. Cochrane Database of Systematic Reviews 2012, Issue 10.
Art. No.: CD005299. DOI: 10.1002/14651858.CD005299.pub3.
11. Mose, J.C., Alamsyah, M. 2009. Ilmu Kebidanan Persalinan Lama. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.

18
13. World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational
Use of Medicine. Geneva, 2011.
14. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
15. Chatfield, J. 2001. ACOG Issues Guidelines on Fetal Macrosomia. Am Fam
Physician. Jul 1;64(1):169-170.
16. Herbst, M.A. 2005. Treatment of suspected fetal macrosomia: a cost-
effectiveness analysis. Am J Obstet Gynecol 193(3 Pt 2): 1035-9
17. Rouse, D.J. dan Owen, J. 1999. Prophylactic caesarean delivery for fetal
macrosomia diagnosed by means of ultrasonography - A Faustian Bargain?.
Am J Obstet Gynecol 181(2):332-8
18. Zamorski, M.A. dan Biggs, W.S. 2001. Management of Suspected Fetal
Macrosomia. Am Fam Physician 63(2): 302-306

19

Anda mungkin juga menyukai