Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul
“Hemorrhage Post Partum”. Laporan kasus ini disusun untuk melengkapi tugas dalam Program Dokter Internsip
Indonesia (PIDI).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr Zulkifli
Riadi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan program internsip dan dalam menyusun
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
laporan kasus ini. Oleh karna itu, sehingga segala kritik dan saran penulis terima dengan tangan
terbuka.
Akhir kata penulis berharap laporan kasus ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui sedikit banyak tentang “Hemorrhage Post Partum”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Alamat :Kakiang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal pemeriksaan : 21-5-2022
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan dengan
keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
P2A0 datang dengan rujukan dari bidan dengan perdarahan pasca persalinan
akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh mengalami perdarahan dari jalan lahir
sejak jam 08.00 segera setelah melahirkan, pasien mengaku melahirkan pada
tanggal 21-5-2022 di bidan, secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya
sudah lahir, namun tidak mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau
tidak. Menurut pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian placenta yang
masih tertinggal di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang keluar
berwarna merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus menerus, pasien
sudah menghabiskan 5 pembalut dan memenuhi pembalut, lama kelamaan
memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit jantung (-),
Riwayat operasi kandungan (-), pada kehamilan sebelumnya tidak ada
masalah
4
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit jantung
(-)
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun
Riwayat Alergi
Tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama, dan pasien sudah menikah
sekitar 7 tahun
Riwayat Menstruasi
Menarke : 13 tahun
HPHT : 14 Agustus 2021
Siklus : Teratur
Durasi : 7 hari
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengkonsumsi pil KB selama kurang lebih 5 tahun
Riwayat Persalinan
5
o Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 36,2 oC
Pernapasan : 21 kali/menit
Nadi : 90 kali/menit
o Status Gizi
BB : 43 kg
TB : 150 cm
Pemeriksaan Fisik Generalis
o Kepala : Normocephal
o Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik
(-/-), Refleks Pupil (+/+)
o Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran
Tiroid (-/-)
o Thorax : Normochest, Gerak Simetris
o Payudara : Simetris
o Paru-Paru :
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesicular +/+
o Jantung : Bunyi I/II murni, regular, gallop (-), murmur
(-)
o Abdomen : cembung lunak
o Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+), Edem (-/-), dan
Crt : < 2 detik (+/+)
o Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+), Edem (-/-), dan
Crt : < 2 detik (+/+)
6
B. STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
TFU : sepusat
Kontraksi uterus : keras
Pemeriksaan Dalam
v/v Tampak luka hecting
Porsio tebal lunak, Ø 2 cm
Perdarahan (+) Stolsel (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Pada tanggal 21-05-2022
Glukosa Darah
GDS 145 70-180 mg%
Hepatitis Marker
HBsAg Non reactive Non reactive index
IV. RESUME
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan
dengan keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir. Pasien mengalami
perdarahan pasca persalinan akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh
mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak jam 08.00 setelah
melahirkan, secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya sudah lahir,
namun tidak mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau tidak.
7
Menurut pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian plasenta yang
masih tertinggal di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang
keluar berwarna merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus
menerus, pasien sudah menghabiskan 3 pembalut dan memenuhi
pembalut, lama kelamaan memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik : TD:100/70 mmHg, Suhu: 36,2 o
C,
Pernapasan: 21 kali/menit, Nadi : 90 kali/menit.
Pemeriksaan Luar : TFU sepusat, kontraksi uterus keras
Pemeriksaan Dalam : V/V tampak luka hecting, porsio tebal lunak, Ø
2 cm, Perdarahan (+) Stolsel (+)
V. DIAGNOSA KERJA
P2A0 post partum lahir spontan 11 jam dengan HPP ec suspect
sisa plasenta dengan anemia ringan
8
VIII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
& Waktu
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Perdarahan pascapersalinan (perdarahan postpartum/ Hemorraghic
postpartum) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir (pada
kala III).
2.2. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, perdarahan pasca persalinan dibedakan atas :
a. Perdarahan pasca persalinan primer / dini (early postpartum hemorrhage),
Adalah perdarahan ≥ 500 cc yang terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan.
b. Perdarahan pasca persalinan sekunder / lambat (late postpartum
hemorrhage)
Merupakan perdarahan sebanyak ≥ 500 cc yang terjadi setelah 24 jam
pascapersalinan.
10
c) Thrombin : Gangguan koagulasi
d) Tone
- Hipotoni sampai atoni uteri :
o akibat anestesi,
o distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion),
o partus lama,
o partus kasep,
o partus presipitus/partus terlalu cepat
o persalinan karena induksi oksitosin
o multiparitas
o korioamniositis
o riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
11
Kontraksi dan retraksi uterus menyebabkan terlepasnya plasenta.
Pelepasan plasenta yang lengkap mengakibatkan retraksi yang berkelanjutan
dan oklusi pembuluh darah yang optimal. Retensio plasenta lebih sering bila
plasenta suksenturiata atau lobus aksesoris. Setelah plasenta dilahirkan dan
dijumpai perdarahan minimal, plasenta harus diperiksa apakah plasenta
lengkap dan tidak ada bagian yang terlepas.
Plasenta memiliki kecenderungan untuk menjadi retensi pada kondisi
kehamilan preterm yang ekstrim (khususnya < 24 minggu), dan perdarahan
yang hebat dapat terjadi. Ini harus dijadikan pertimbangan pada persalinan
pada awal kehamilan, baik mereka spontan ataupun diinduksi.
Kegagalan pelepasan menyeluruh dari plasenta terjadi pada plasenta akreta
dan variannya. Pada kondisi ini plasenta lebih masuk dan lebih lengket.
Perdarahan signifikan yang terjadi dari tempat perlekatan dan pelepasan yang
normal menandakan adanya akreta sebagian. Akreta lengkap dimana seluruh
permukaan plasenta melekat abnormal, atau masuk lebih dalam (plasenta
inkreta atau perkreta), mungkin tidak menyebabkan perdarahan masif secara
langsung, tapi dapat mengakibatkan adanya usaha yang lebih agresif untuk
melepaskan plasenta. Kondisi seperti ini harus dipertimbangkan jika plasenta
terimplantasi pada jaringan parut di uterus sebelumya, khususnya jika
dihubungkan dengan plasenta previa. Semua pasien dengan plasenta previa
harus diinformasikan risiko terjadinya perdarahan post partum yang berat,
termasuk kemungkinan dibutuhkannya transfusi dan histerektomi.
12
perineum atau pelvis. Hematom ini dapat diraba dan seharusnya diduga bila
tanda vital pasien tidak stabil dan sedikit atau tidak ada perdarahan luar.
Trauma juga dapat terjadi pada manipulasi janin intra maupun ekstra
uterin. Risiko yang paling besar mungkin dihubungkan dengan versi internal
dan ekstraksi pada kembar kedua, dimana ruptur uteri dapat terjadi sebagai
akibat versi eksternal. Selain itu, trauma dapat juga disebabkan adanya usaha
untuk mengeluarkan plasenta secara manual atau dengan menggunakan
instrumen. Pada pengeluaran plasenta secara manual, uterus harus selalu
berada dalam kendali dengan cara meletakkan tangan di atas abdomen selama
prosedur tersebut. Penggunaan injeksi salin/oksitosin intravena umbilical
dapat mengurangi kebutuhan teknik pengeluaran yang lebih invasif.
Laserasi servikal sering dihubungkan dengan persalinan menggunakan
forceps dan serviks harus diinspeksi pada persalinan tersebut. Persalinan per
vaginam dengan bantuan (forceps atau vakum) tidak boleh dilakukan tanpa
adanya pembukaan lengkap. Laserasi servikal dapat terjadi secara spontan.
Pada kasus ini, ibu sering tidak dapat menahan untuk tidak mengedan sebelum
terjadi dilatasi penuh dari serviks. Terkadang eksplorasi manual atau
instrumentasi dari uterus dapat mengakibatkan kerusakan serviks. Sangat
jarang, serviks sengaja diinsisi pada posisi jam 2 dan/atau jam 10 untuk
mengeluarkan kepala bayi yang terjebak pada persalinan sungsang (insisi
Dührssen).
Laserasi dinding vagina sering dijumpai pada persalinan pervaginam
operatif, tetapi hal ini terjadi secara spontan, khususnya jika tangan janin
bersamaan dengan kepala. Laserasi dapat terjadi pada saat manipulasi pada
distosia bahu. Trauma vagina letak rendah terjadi baik secara spontan maupun
karena episiotomi.
Ruptur uteri lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat sectio sesarea
sebelumnya. Uterus yang pernah menjalani sectio caesaria memiliki risiko
terjadinya ruptur pada kehamilan berikutnya.
Trombin – Koagulopati
Gangguan koagulasi dan trombositopenia, yang terjadi sebelum atau pada
saat kala II atau III, dapat berhubungan dengan perdarahan masif. Pada awal
13
periode postpartum, gangguan koagulasi dan platelet biasanya tidak selalu
mengakibatkan perdarahan yang masif, hal ini dikarenakan adanya kontraksi
uterus yang mencegah terjadinya perdarahan.
Faktor pembekuan darah pada pembuluh darah berperan pada saat
postpartum. Bila ada gangguan pada faktor pembekuan darah dapat
menyebabkan perdarahan postpartum tipe lambat. Abnormalitas faktor
pembekuan darah dapat terjadi sebelumnya atau didapat. Trombositopenia
dapat berhubungan dengan penyakit lain yang menyertai, seperti ITP atau
HELLP sindrom (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan penurunan platelet),
solutio plasenta, DIC, atau sepsis. Kebanyakan hal ini terjadi bersamaan
meskipun tidak didiagnosa sebelumnya.
14
nyeri ringan atau berat
perdarahan segera syok Ruptur Uteri
(perdarahan intraabdominal nyeri tekan perut
atau pervaginam) denyut nadi cepat
nyeri perut berat
subinvolusi uteri anemia Perdarahan
nyeri tekan perut bawah demam pascasalin
perdarahan >24 jam setelah tertunda
persalinan. Perdarahan (Endometritis
bervariasi (ringan atau atau sisa plasenta
berat, terus menerus atau (terinfeksi atau
tidak teratur) & berbau tidak)
(jika infeksi)
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan
dengan keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir. Pasien mengalami
perdarahan pasca persalinan akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh
mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak jam 08.00 setelah melahirkan,
secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya sudah lahir, namun tidak
mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau tidak. Menurut
pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian plasenta yang masih tertinggal
di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang keluar berwarna
merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus menerus, pasien sudah
menghabiskan 3 pembalut dan memenuhi pembalut, lama kelamaan
memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik : TD:100/70 mmHg, Suhu: 36,2 oC,
Pernapasan: 21 kali/menit, Nadi : 90 kali/menit. Pemeriksaan Luar : TFU
sepusat, kontraksi uterus keras
Pemeriksaan Dalam : V/V tampak luka hecting, porsio tebal lunak,
Ø 2 cm, Perdarahan (+) Stolsel (+)
16
BAB V
KESIMPULAN
Post partum haemorrhage adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau
lebih, sesudah anak lahir. Perdarahan pasca persalinan terbagi menjadi 2,
yaitu ppp dini/primer dan ppp masa nifas/sekunder. Perdarahan pasca
persalinan adalah perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih yang terjadi
segera setelah bayi lahir sampai 24 jam kemudian.Perdarahan masa nifas
adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas 500 ml atau lebih setelah 24
jam bayi dan plasenta lahir.Berdasarkan etiologinya, perdarahan post partum
dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan (laserasi, luka) jalan lahir.,
retensio plasenta dan sisa plasenta, gangguan pembekuan darah
(koagulopati).Gejala klinis yang ditemui adalah perdarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir, pucat, mungkin ada tanda-tanda syok,
tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, ekstremitas dingin, gelisah, mual
dan lain-lain.Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, palpasi uterus,
inspekulo, laboratorium.Prinsip penanganan adalah menghentikan
perdarahan, cegah/ atasi syok, dan mengganti darah yang hilang.
17
DAFTAR PUSTAKA
18