Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul
“Hemorrhage Post Partum”. Laporan kasus ini disusun untuk melengkapi tugas dalam Program Dokter Internsip
Indonesia (PIDI).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr Zulkifli
Riadi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan program internsip dan dalam menyusun
laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
laporan kasus ini. Oleh karna itu, sehingga segala kritik dan saran penulis terima dengan tangan
terbuka.

Akhir kata penulis berharap laporan kasus ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui sedikit banyak tentang “Hemorrhage Post Partum”.

Sumbawa, 15 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS.............................................................................................4


2.1 IDENTITAS PASIEN........................................................................................4
2.2 ANAMNESIS....................................................................................................4
2.3 PEMERIKSAAN FISIK....................................................................................5
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................6
2.5 DIAGNOSIS KERJA.........................................................................................6
2.6 PENATALAKSANAAN...................................................................................7
2.7 RENCANA KERJA...........................................................................................8
2.8 FOLLOW UP.....................................................................................................9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10
3.1 Definisi ............................................................................................................10
3.2 Klasifikasi........................................................................................................10
3.3 Etiologi.............................................................................................................10
3.4 Diagnosis..........................................................................................................15
3.8 Penatalaksanaan...................................................................................................
BAB IV Pembahasan Kasus............................................................................................16
KESIMPULAN...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Perdarahan pasca-salin (PPS)/ Haemorrhage Postpartum (HPP)
merupakan penyebab terbesar kematian ibu di seluruh dunia. Salah satu target
Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian
ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015. Sayangnya, pada tahun
2012, AKI mengalami kenaikan menjadi 359 per 100.000 penduduk atau
meningkat sekitar 57% dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya 228 per
100.000 penduduk. Pencapaian target MDGs dapat diraih salah satunya
melalui penurunan AKI yang disebabkan oleh HPP. Untuk mendukung target
tersebut, dibutuhkan petugas kesehatan yang terlatih dan pedoman berbasis
bukti pada keamanan, kualitas, dan kegunaan dari berbagai intervensi yang
ada. Dengan demikian dapat dilahirkan suatu kebijakan dan program yang
dapat diimplementasikan secara realistis, strategis dan berkesinambungan.1,3
Penyebab dari HPP adalah 4T yang merupakan singkatan dari Tone,
Trauma, Tissue dan Thrombin. Tone merupakan masalah pada 70% kasus
HPP, yaitu diakibatkan oleh atonia dari uterus. Sedangkan, 20% kasus HPP
disebabkan oleh trauma. Trauma dapat disebabkan oleh laserasi serviks,
vagina dan perineum, perluasan laserasi pada SC, ruptur atau inversi uteri dan
trauma non traktus genitalia, seperti ruptur subkapsular hepar. Sementara itu,
10% kasus lainnya dapat disebabkan oleh faktor tissue yaitu seperti retensi
produk konsepsi, plasenta (kotiledon) selaput atau bekuan, dan plasenta
abnormal. Faktor penyebab dari thrombin diantaranya abnormalitas koagulasi
yang sangat jarang terjadi yaitu sekitar <1% kasus.1,3
Selain mortalitas maternal, morbiditas maternal akibat kejadian HPP
juga cukup berat, sebagian bahkan menyebabkan cacat menetap berupa
hilangnya uterus akibat histerektomi. Morbiditas lain diantaranya anemia,
kelelahan, depresi, dan risiko tranfusi darah. Histerektomi menyebabkan
hilangnya kesuburan pada usia yang masih relatif produktif sehingga dapat
menimbulkan konsekuensi sosial dan psikologis.1,3

3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Alamat :Kakiang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal pemeriksaan : 21-5-2022

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan dengan
keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir
 Riwayat Penyakit Sekarang
P2A0 datang dengan rujukan dari bidan dengan perdarahan pasca persalinan
akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh mengalami perdarahan dari jalan lahir
sejak jam 08.00 segera setelah melahirkan, pasien mengaku melahirkan pada
tanggal 21-5-2022 di bidan, secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya
sudah lahir, namun tidak mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau
tidak. Menurut pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian placenta yang
masih tertinggal di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang keluar
berwarna merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus menerus, pasien
sudah menghabiskan 5 pembalut dan memenuhi pembalut, lama kelamaan
memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit jantung (-),
Riwayat operasi kandungan (-), pada kehamilan sebelumnya tidak ada
masalah

4
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit jantung
(-)
 Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun
 Riwayat Alergi
Tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
 Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama, dan pasien sudah menikah
sekitar 7 tahun
 Riwayat Menstruasi
Menarke : 13 tahun
HPHT : 14 Agustus 2021
Siklus : Teratur
Durasi : 7 hari
 Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengkonsumsi pil KB selama kurang lebih 5 tahun
 Riwayat Persalinan

No. Tanggal Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak


Persalinan Partus Kehamilan Persalinan
1. Tahun 9 bulan Spontan Bidan Tidak Laki-laki,
2012 ada BB: 3400
gram
2. Tahun BPM 9 bulan Spontan Bidan Tidak Perempua
2022 ada n, BB:
3500 gram

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS GENERALIS
 Pemeriksaan Umum
o Keadaan umum: Tampak sakit sedang

5
o Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Suhu : 36,2 oC
 Pernapasan : 21 kali/menit
 Nadi : 90 kali/menit
o Status Gizi
 BB : 43 kg
 TB : 150 cm
 Pemeriksaan Fisik Generalis
o Kepala : Normocephal
o Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik
(-/-), Refleks Pupil (+/+)
o Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran
Tiroid (-/-)
o Thorax : Normochest, Gerak Simetris
o Payudara : Simetris
o Paru-Paru :
 Inspeksi : Dinding dada simetris
 Palpasi : Vocal fremitus simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesicular +/+
o Jantung : Bunyi I/II murni, regular, gallop (-), murmur
(-)
o Abdomen : cembung lunak
o Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+), Edem (-/-), dan
Crt : < 2 detik (+/+)
o Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+), Edem (-/-), dan
Crt : < 2 detik (+/+)

6
B. STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
 Pemeriksaan Luar
TFU : sepusat
Kontraksi uterus : keras
 Pemeriksaan Dalam
v/v Tampak luka hecting
Porsio tebal lunak, Ø 2 cm
Perdarahan (+) Stolsel (+)
 Pemeriksaan Laboratorium
Pada tanggal 21-05-2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan


Rujukan

Haemoglobin 9.2 g/dl

Glukosa Darah
GDS 145 70-180 mg%
Hepatitis Marker
HBsAg Non reactive Non reactive index

IV. RESUME
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan
dengan keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir. Pasien mengalami
perdarahan pasca persalinan akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh
mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak jam 08.00 setelah
melahirkan, secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya sudah lahir,
namun tidak mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau tidak.

7
Menurut pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian plasenta yang
masih tertinggal di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang
keluar berwarna merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus
menerus, pasien sudah menghabiskan 3 pembalut dan memenuhi
pembalut, lama kelamaan memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik : TD:100/70 mmHg, Suhu: 36,2 o
C,
Pernapasan: 21 kali/menit, Nadi : 90 kali/menit.
Pemeriksaan Luar : TFU sepusat, kontraksi uterus keras
Pemeriksaan Dalam : V/V tampak luka hecting, porsio tebal lunak, Ø
2 cm, Perdarahan (+) Stolsel (+)

V. DIAGNOSA KERJA
P2A0 post partum lahir spontan 11 jam dengan HPP ec suspect
sisa plasenta dengan anemia ringan

VI. RENCANA TINDAKAN


- Infus oksitosin 20-40 IU dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 IU IM
- Eksplorasi kavum uteri
- Cefadroxil tablet 2x1 PO
- Asam mefenamat tablet 3x1 PO
- Fe tablet 2x1 PO
- Bledstop tablet 3x1 PO

VII. WAKTU PERSALINAN


Tanggal : 21-05-2022
Waktu : 08.00
Jenis Persalinan : Pervaginam
BB : 3500 gram
PB : 48 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan : Bayi hidup

8
VIII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
& Waktu

21-05- Perdarahan KU: baik, Kesadaran: P2A0 post Infus RL,


2022 banyak (+) CM, TD: 100/70, partum lahir eksplorasi
(19.00) menghabisk Konjungtiva anemis spontan 11 kavum
an 5 (+/+), TFU: sepusat, jam dengan uteri,
pembalut Kontraksi uterus keras, HPP ec sisa cefadroxil
penuh PD: V/V tampak luka plasenta tab 2x1,
sampai hecting, PO tebal lunak, dengan asam
memenuhi Ø 2-3cm, perdarahan anemia mefenama
kain, lemas (+) stolsel (+) ringan t 3x1, Fe
(+) tablet 2x1,
bledstop
tab 2x1

21-05- Keluar KU: baik, Kesadaran: P2A0 post Observasi


2022 darah (+), CM, TD: 100/70, partum lahir KU, TTV,
(21.00) pusing (+), Konjungtiva anemis spontan 11 Perdaraha
lemas (+) (+/+), TFU: sepusat, jam dengan n, Terapi
Kontraksi uterus keras, HPP ec sisa lanjut
perdarahan sedikit plasenta
dengan
anemia
ringan

22-05- Keluar KU: baik, kesadaran: P2A0 post Observasi


2022 darah CM, TD: 110/80, partum lahir KU, TTV,
sedikit (+), konjungtiva anemi spontan 11 Perdaraha
(06.00) pusing (+), Kontraksi uterus keras, jam dengan n, Terapi
lemas (+) TFU: 1 jari dibawah HPP ec sisa lanjut
pusat, Perdarahan plasenta
sedikit dengan
anemia

22-05- Keluar KU: baik, kesadaran: P2A0 post Observasi


2022 darah CM, TD: 110/80, partum KU, TTV,
sedikit (+), konjungtiva: anemi -/- lahir Perdaraha
(10.00) Lemas (+) Kontraksi uterus keras, spontan 11 n, Terapi
TFU: 2 jari dibawah jam dengan lanjut
pusat, Perdarahan HPP ec sisa
sedikit plasenta
dengan
anemia

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
Perdarahan pascapersalinan (perdarahan postpartum/ Hemorraghic
postpartum) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir (pada
kala III).

2.2. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, perdarahan pasca persalinan dibedakan atas :
a. Perdarahan pasca persalinan primer / dini (early postpartum hemorrhage),
Adalah perdarahan ≥ 500 cc yang terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan.
b. Perdarahan pasca persalinan sekunder / lambat (late postpartum
hemorrhage)
Merupakan perdarahan sebanyak ≥ 500 cc yang terjadi setelah 24 jam
pascapersalinan.

2.3. Faktor predisposisi dan Etiologi


Beberapa faktor predisposisi dan etiologi perdarahan pascapersalinan,
antara lain bisa disebabkan beberapa hal :
a) Tissue: Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
- Sisa plasenta/ retensio plasenta
o Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
o Plasenta susenturiata
o Plasenta akreta, inkreta, perkreta
b) Trauma traktus genitalis : Perdarahan karena robekan
- Episiotomi yang melebar
- Robekan pada perineum, vagina, dan servix
- Rupture uteri

10
c) Thrombin : Gangguan koagulasi
d) Tone
- Hipotoni sampai atoni uteri :
o akibat anestesi,
o distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion),
o partus lama,
o partus kasep,
o partus presipitus/partus terlalu cepat
o persalinan karena induksi oksitosin
o multiparitas
o korioamniositis
o riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

Secara umum, penyebab perdarahan postpartum disebabkan 4 T yaitu:


 Tone - atonia uteri
Atonia uteri, kegagalan kontraksi dan relaksasi miometrium dapat
mengakibatkan perdarahan yang cepat dan masif yang dapat berlanjut pada
hipovolemik syok.
Uterus yang terlalu meregang baik absolut maupun relatif, adalah
faktor resiko mayor untuk atonia uteri. Hal ini dapat diakibatkan oleh gestasi
multifetal, makrosomia, polihidramnion atau abnormalitas janin ( misalnya
hidrosefalus berat), struktur uteri yang abnormal, gangguan pengeluaran
plasenta dan distensi uterus dengan perdarahan sebelum plasenta dilahirkan.
Kontraksi miometrium yang buruk dapat diakibatkan hal-hal sebagai berikut :
 Kelelahan akibat persalinan yang lama atau induksi persalinan
 Hasil dari inhibisi kontraksi oleh obat seperti anestesi halogen, nitrat,
AINS, MgSO4, beta-simpatomimetik, dan nifedipin
 Penyebab lain, seperti plasenta letak rendah, toksin bakteri, hipoksia, dan
hipotermia

 Tissue – plasenta arrest atau bekuan darah

11
Kontraksi dan retraksi uterus menyebabkan terlepasnya plasenta.
Pelepasan plasenta yang lengkap mengakibatkan retraksi yang berkelanjutan
dan oklusi pembuluh darah yang optimal. Retensio plasenta lebih sering bila
plasenta suksenturiata atau lobus aksesoris. Setelah plasenta dilahirkan dan
dijumpai perdarahan minimal, plasenta harus diperiksa apakah plasenta
lengkap dan tidak ada bagian yang terlepas.
Plasenta memiliki kecenderungan untuk menjadi retensi pada kondisi
kehamilan preterm yang ekstrim (khususnya < 24 minggu), dan perdarahan
yang hebat dapat terjadi. Ini harus dijadikan pertimbangan pada persalinan
pada awal kehamilan, baik mereka spontan ataupun diinduksi.
Kegagalan pelepasan menyeluruh dari plasenta terjadi pada plasenta akreta
dan variannya. Pada kondisi ini plasenta lebih masuk dan lebih lengket.
Perdarahan signifikan yang terjadi dari tempat perlekatan dan pelepasan yang
normal menandakan adanya akreta sebagian. Akreta lengkap dimana seluruh
permukaan plasenta melekat abnormal, atau masuk lebih dalam (plasenta
inkreta atau perkreta), mungkin tidak menyebabkan perdarahan masif secara
langsung, tapi dapat mengakibatkan adanya usaha yang lebih agresif untuk
melepaskan plasenta. Kondisi seperti ini harus dipertimbangkan jika plasenta
terimplantasi pada jaringan parut di uterus sebelumya, khususnya jika
dihubungkan dengan plasenta previa. Semua pasien dengan plasenta previa
harus diinformasikan risiko terjadinya perdarahan post partum yang berat,
termasuk kemungkinan dibutuhkannya transfusi dan histerektomi.

 Trauma - trauma uteri, servik, atau vagina


Kerusakan traktus genitalis dapat terjadi spontan atau karena manipulasi
yang digunakan pada saat persalinan.
Persalinan secara sectio caesaria mengakibatkan kehilangan darah dua kali
lebih banyak dari pada persalinan per vaginam. Pada sectio cesarea, insisi
pada segmen bawah yang memiliki kontraksi buruk sembuh dengan baik
tergantung jahitan, vasospasme, dan pembekuan untuk hemostasis.
Trauma dapat terjadi pada persalinan yang lama dan sulit, khususnya jika
pasien memiliki CPD dan uterus yang telah distimulasi dengan oksitosin atau
prostaglandin. Trauma selama persalinan dapat mengakibatkan hematom pada

12
perineum atau pelvis. Hematom ini dapat diraba dan seharusnya diduga bila
tanda vital pasien tidak stabil dan sedikit atau tidak ada perdarahan luar.
Trauma juga dapat terjadi pada manipulasi janin intra maupun ekstra
uterin. Risiko yang paling besar mungkin dihubungkan dengan versi internal
dan ekstraksi pada kembar kedua, dimana ruptur uteri dapat terjadi sebagai
akibat versi eksternal. Selain itu, trauma dapat juga disebabkan adanya usaha
untuk mengeluarkan plasenta secara manual atau dengan menggunakan
instrumen. Pada pengeluaran plasenta secara manual, uterus harus selalu
berada dalam kendali dengan cara meletakkan tangan di atas abdomen selama
prosedur tersebut. Penggunaan injeksi salin/oksitosin intravena umbilical
dapat mengurangi kebutuhan teknik pengeluaran yang lebih invasif.
Laserasi servikal sering dihubungkan dengan persalinan menggunakan
forceps dan serviks harus diinspeksi pada persalinan tersebut. Persalinan per
vaginam dengan bantuan (forceps atau vakum) tidak boleh dilakukan tanpa
adanya pembukaan lengkap. Laserasi servikal dapat terjadi secara spontan.
Pada kasus ini, ibu sering tidak dapat menahan untuk tidak mengedan sebelum
terjadi dilatasi penuh dari serviks. Terkadang eksplorasi manual atau
instrumentasi dari uterus dapat mengakibatkan kerusakan serviks. Sangat
jarang, serviks sengaja diinsisi pada posisi jam 2 dan/atau jam 10 untuk
mengeluarkan kepala bayi yang terjebak pada persalinan sungsang (insisi
Dührssen).
Laserasi dinding vagina sering dijumpai pada persalinan pervaginam
operatif, tetapi hal ini terjadi secara spontan, khususnya jika tangan janin
bersamaan dengan kepala. Laserasi dapat terjadi pada saat manipulasi pada
distosia bahu. Trauma vagina letak rendah terjadi baik secara spontan maupun
karena episiotomi.
Ruptur uteri lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat sectio sesarea
sebelumnya. Uterus yang pernah menjalani sectio caesaria memiliki risiko
terjadinya ruptur pada kehamilan berikutnya.

 Trombin – Koagulopati
Gangguan koagulasi dan trombositopenia, yang terjadi sebelum atau pada
saat kala II atau III, dapat berhubungan dengan perdarahan masif. Pada awal

13
periode postpartum, gangguan koagulasi dan platelet biasanya tidak selalu
mengakibatkan perdarahan yang masif, hal ini dikarenakan adanya kontraksi
uterus yang mencegah terjadinya perdarahan.
Faktor pembekuan darah pada pembuluh darah berperan pada saat
postpartum. Bila ada gangguan pada faktor pembekuan darah dapat
menyebabkan perdarahan postpartum tipe lambat. Abnormalitas faktor
pembekuan darah dapat terjadi sebelumnya atau didapat. Trombositopenia
dapat berhubungan dengan penyakit lain yang menyertai, seperti ITP atau
HELLP sindrom (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan penurunan platelet),
solutio plasenta, DIC, atau sepsis. Kebanyakan hal ini terjadi bersamaan
meskipun tidak didiagnosa sebelumnya.

2.4. Diagnosis Perdarahan Pasca Salin


Gejala & Tanda yang selalu ada Gejala & Tanda yang Diagnosis yang
kadang-kadang ada mungkin
 Uterus tidak berkontraksi &  Syok Atonia Uteri
lembek
 Perdarahan segera setelah anak
lahir
 perdarahan segera  pucat Robekan Jalan
 darah segar yang mengalir  lemah lahir
setelah bayi lahir  menggigil
 uterus kontraksi baik
 plasenta lengkap
 plasenta belum lahir  tali pusat putus Retensio plasenta
setelah 30 menit akibat traksi
 perdarahan segera berlebihan
 uterus kontraksi baik  inversio uteri
akibat tarikan
 perdarahan lanjutan
 plasenta atau sebagian  uterus berkontraksi Tertinggalnya
selaput (mengandung tetapi TFU tidak sebagian plasenta
pembuluh darah) tidak berkurang
lengkap
 perdarahan segera
 uterus tidak teraba  syok neurogenik Inversio Uteri
 lumen vagina terisi massa  pucat dan limbung
 tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir)
 perdarahan segera

14
 nyeri ringan atau berat
 perdarahan segera  syok Ruptur Uteri
(perdarahan intraabdominal  nyeri tekan perut
atau pervaginam)  denyut nadi cepat
 nyeri perut berat
 subinvolusi uteri  anemia Perdarahan
 nyeri tekan perut bawah  demam pascasalin
 perdarahan >24 jam setelah tertunda
persalinan. Perdarahan (Endometritis
bervariasi (ringan atau atau sisa plasenta
berat, terus menerus atau (terinfeksi atau
tidak teratur) & berbau tidak)
(jika infeksi)

2.5. Perdarahan pasca persalinan ec sisa plasenta


Sisa plasenta (Tissue) yaitu plasenta sudah lahir namun tidak
lengkap. Gejala berupa perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak dari
OUI, kontraksi biasanya baik dan pada pemeriksaan teraba sisa plasenta.
Jika terjadi pada masa nifas kadang teraba febris dan tanda-tanda syok,
fundus uteri masih tinggi atau subinvolusi, uterus lembek, nyeri pada perut
bawah jika ada infeksi dan teraba sisa plasenta dalam rongga rahim.
 Tatalaksana :
1. Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%
atau RL dengan kecepatan 60 tpm dan 10 IU IM. Lanjutkan
infus oksitosin 20 IU dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau
RL dengan kecepatan 40 tpm hingga perdarahan berhenti
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan
bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui
oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi
vakum manual atau dilatasi kuretase
3. Beri antibiotic profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 gr IV dan
metronidazole 500 mg)
4. Jika perdarahab berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien P2A0 datang ke IGD puskesmas moyo hilir dirujuk bidan
dengan keluhan perdarahan banyak dari jalan lahir. Pasien mengalami
perdarahan pasca persalinan akibat sisa plasenta. Pasien mengeluh
mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak jam 08.00 setelah melahirkan,
secara spontan, pasien mengaku ari-ari nya sudah lahir, namun tidak
mengetahui apakah ada bagian yang tertinggal atau tidak. Menurut
pengakuan bidan yang merujuk, ada bagian plasenta yang masih tertinggal
di dalam rahim. Mulas-mulas disangkal, darah yang keluar berwarna
merah bergumpal. Perdarahan dirasakan terus menerus, pasien sudah
menghabiskan 3 pembalut dan memenuhi pembalut, lama kelamaan
memenuhi kain. Pasien merasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik : TD:100/70 mmHg, Suhu: 36,2 oC,
Pernapasan: 21 kali/menit, Nadi : 90 kali/menit. Pemeriksaan Luar : TFU
sepusat, kontraksi uterus keras
Pemeriksaan Dalam : V/V tampak luka hecting, porsio tebal lunak,
Ø 2 cm, Perdarahan (+) Stolsel (+)

16
BAB V
KESIMPULAN
Post partum haemorrhage adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau
lebih, sesudah anak lahir. Perdarahan pasca persalinan terbagi menjadi 2,
yaitu ppp dini/primer dan ppp masa nifas/sekunder. Perdarahan pasca
persalinan adalah perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih yang terjadi
segera setelah bayi lahir sampai 24 jam kemudian.Perdarahan masa nifas
adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas 500 ml atau lebih setelah 24
jam bayi dan plasenta lahir.Berdasarkan etiologinya, perdarahan post partum
dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan (laserasi, luka) jalan lahir.,
retensio plasenta dan sisa plasenta, gangguan pembekuan darah
(koagulopati).Gejala klinis yang ditemui adalah perdarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir, pucat, mungkin ada tanda-tanda syok,
tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, ekstremitas dingin, gelisah, mual
dan lain-lain.Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, palpasi uterus,
inspekulo, laboratorium.Prinsip penanganan adalah menghentikan
perdarahan, cegah/ atasi syok, dan mengganti darah yang hilang.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham et al. Obstetri William. Edisi 25th. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. 2018
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo Jakarta. 2016
3. Bagian Obstetri &Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran bandung. Obstetri Patologi. Elstar Offset Bandung
4. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan
Produksi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004.50p
5. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.. Jakarta. 2008.522

18

Anda mungkin juga menyukai