Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

SINDROM OVARIUM POLIKISTIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Dokter Muda


di SMF Obstetri dan Ginekologi RSSA Malang
Stase Luar RSUB Malang

Oleh :
Adityas Ramadhani

210070200011091

DM Blended Learning Obstetri – Ginekologi


Periode 2 Januari – 7 Januari 2023

Pembimbing :
dr. Subandi Rekso Husodo, Sp.OG(K)Onk

LABORATORIUM OBSTETRI-GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
SINDROM OVARIUM POLIKISTIK

PERIODE
2 Januari – 7 Januari 2023

Disusun Oleh :
Adityas Ramadhani

210070200011091

DM Blended Learning Obstetri – Ginekologi


Stase Luar RSUB
Periode 2 Januari – 7 Januari 2022

Telah disahkan pada :


Hari : Jumat

Tanggal : 6 Januari 2023

Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Subandi Rekso Husodo, Sp.OG(K)Onk

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................1
1.3.1 Manfaat Keilmuan.....................................................................................2
1.3.2 Manfaat Praktis.........................................................................................2

BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................3


2.1 Identitas Pasien............................................................................................3
2.2 Data Subjektif..............................................................................................3
2.3 Data Objektif...............................................................................................4
2.4 Asesmen.......................................................................................................5
2.5 Planning.......................................................................................................5

BAB III RUMUSAN MASALAH....................................................................................6

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7


4.1 Definisi Sindrom Ovarium Polikistik...........................................................7
4.2 Etiologi dan Patogenesis Sindrom Ovarium Polikistik.................................7
4.3 Proses Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik.............................................8
4.4 Tatalaksana Sindrom Ovarium Polikistik...................................................10
4.5 Komplikasi Sindrom Ovarium Polikistik....................................................12

BAB V PEMBAHASAN...............................................................................................13

BAB VI KESIMPULAN................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Fenotipe SOPK Berdasarkan Kriteria Rotterdam...............................................9


Tabel 4.2 Klasifikasi Penilaian Skor Ferriman-Gallwey..................................................10

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Model Hubungan Kompleks antara Faktor Genetik dan Lingkungan
Terhadap Kejadian SOPK..................................................................................................8

Gambar 4.2 Skor Ferriman-Gallwey yang dimodifikasi..................................................10

Gambar 4.3 Mekanisme Kerja Obat Klomifen Sitrat.......................................................12

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas merupakan suatu masalah yang umum ditemukan dan mempengaruhi

seluruh wanita dan pria usia reproduktif di dunia. Kondisi infertilitas dapat

disebabkan oleh faktor perempuan, laki-laki, keduanya, maupun yang belum dapat

ditemukan penyebabnya atau dikenal dengan istilah infertilitas idiopatik. Dampak

yang ditimbulkan selain masalah kesehatan, dapat menyebabkan masalah ekonomi

serta pasikologis.

Infertilitas diklasifikasikan menjadi infertilitas primer, sekunder, serta idiopatik.

Infertilitas primer didefinisikan sebagai kegagalan suatu pasangan dalam

mendapatkan kehamilan sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual

secara teratur tanpa kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder merupakan

ketidakmampuan seorang wanita yang sebelumnya dapat hamil, untuk memiliki anak

atau mempertahankan kehamilannya. Pada infertilitas idiopatik, pasangan infertil

yang telah menjalani pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan

analisis semen namun ditemukan hasil normal (HIFERI, PERFITRI, IAUI, POGI,

2013).

PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) atau SPOK (Sindrom Ovarium

Polikistik) merupakan penyebab infertilias non ovulasi terbanyak (~ 90-95%). PCOS

merupakan kondisi yang meliputi kelainan metabolic dan reproduksi, dimana terjadi

ketidakseimbangan hormone, resistensi insulin, abnormalitas metabolik, yang

meningkatkan risiko terjadinya infertilitas (Dennett, C.C., Simon, J., 2015).

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui definisi sindrom ovarium polikistik

2. Mengetahui etiologi dan patofisiologi penyakit sindrom ovarium polikistik

3. Mengetahui proses diagnosis penyakit sindrom ovarium polikistik

4. Mengetahui prinsip tatalaksana penyakit sindrom ovarium polikistik

5. Mengetahui komplikasi dan prognosis penyakit sindrom ovarium polikistik

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Keilmuan
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan dan keterampilan klinis dokter muda pada bidang Obstetri dan
Ginekologi terutama dalam menganalisis faktor risiko, patogenesis,
klasifikasi, penegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik serta
penunjang, dan kemudian merujuk dengan indikasi yang tepat.

1.3.2 Manfaat Praktis


Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan tinjauan
pustaka terkait sindrom ovarium polikistik untuk penelitian maupun
tatalaksana kedepannya.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

No. RM : 0084xx

Nama : Nn. IPP

Umur : 29 tahun

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Mahasiswa Status

Pernikahan : Belum menikah

2.2 Data Subjektif

 Keluhan Utama
Keluhan utama: menstruasi yang tidak teratur, menstruasi cenderung memanjang

sejak awal tahun 2022.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan menstruasi yang tidak teratur, menstruasi

cenderung memanjang sejak awal tahun 2022. Pasien juga mengeluh nyeri ketika

menstruasi. Pasien juga mengeluhkan tumbuh banyak jerawat pada wajah serta

dada.

 Riwayat Penyakit Dahulu


HT (+)

 Riwayat Pengobatan
Rutin konsumsi obat-obatan hipertensi sejak tahun 2020, yakni :
- Spironolactone
- Candesartan
- Amlodipin

 Riwayat Keluarga
Hipertensi (+)
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa Tidak
ada riwayat keganasan pada keluarga
3
 Riwayat Sosial
Pasien sedang menempuh pendidikan S2

 Riwayat Perkawinan
Belum menikah

 Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus tidak teratur, lama haid 6-7 hari, dengan jumlah ganti pembalut 2-3
kali sehari

 Riwayat Persalinan

No A/P/I/Ab/M/E BBL Cara Penolong L/P Umur H/M


Lahir

– – – – – – – –

 Riwayat KB : –

2.3 Data Objektif

KU: cukup, GCS 456


HR: 80x/menit RR: 20x/menit TD: 170/120 mmHg Tax: 36,5 C SpO2:
99% on room air
BB: 70 kg TB: 160 cm BMI: 27,34 kg/m2

4
Kepala Anemia (-), ikterik (-)

Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax Simetris, retraksi (-)

Cor: S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru: gerak


dinding dada simetris, suara napas vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Soefl, bising usus (+) normal, massa (-), nyeri tekan (-)

Ektremitas Akral hangat kering merah, CRT <2 detik, edema (-),
sianosis (-)

VaT Tidak dilakukan

Palpasi Bimanual Tidak dilakukan

Pemeriksaan -
Penunjang

2.4 Asesmen
Sindrom Ovarium Polikistik, Hipertensi

2.5 Planning
PDx : USG
PTx : Diphten (Clomiphine citrate), Cyclo – Progynova (Estradiol valerate + Norgestrol)
selama 3 bulan
PMo : Keteraturan siklus menstruasi
PEd : Pasien kontrol setiap hari 1-3 pertama haid selama 3 bulan berturut- turut

5
BAB III
RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi sindrom ovarium polikistik?

2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi penyakit sindrom ovarium polikistik?

3. Bagaimana proses diagnosis penyakit sindrom ovarium polikistik?

4. Bagaimana prinsip tatalaksana penyakit sindrom ovarium polikistik?

5. Bagaimana komplikasi dan prognosis penyakit sindrom ovarium polikistik

6
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Sindrom Ovarium Polikistik

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrinologi reproduktif


yang umum terjadi pada wanita usia reproduktif dan termausk kedalam kelainan
ovulasi kelas 2 menurut WHO. Gambaran klinis dapat berupa haid yang tidak
teratur, pertumbuhan rambut yang tidak normal, serta ovarium yang mengandung
kista-kista kecil. SOPK dapat mempengaruhi fertilitas karena terjadi gangguan pada
proses ovulasi (HIFERI, POGI, 2016).

4.2 Etiologi dan Patogenesis Sindrom Ovarium Polikistik

Hingga saat ini, penyebab SOPK masih belum dipahami sepenuhnya. Pengaruh
lingkungan terhadap terjadinya SOPK dapat dibagi menjadi in utero (selama
kehamilan) dan post natal (setelah dilahirkan). Selain itu, faktor genetik juga dapat
berpengaruh terhadap mainfestasi klinis (resistensi insulin, obesitas,
hiperandrogenisme, dan dislipidemia) (HIFERI, POGI, 2016).

7
Gambar 4.1 Model Hubungan Kompleks antara Faktor Genetik dan
Lingkungan Terhadap Kejadian SOPK

4.2.1 Disfungsi Ovarium

Disfungsi ovarium tampak sebagai oligomenore/amenore yang sebelumnya


diawali dengan anovulasi kronis. Menoragia dapat terjadi akibat pengaruh
estrogen yang tidak diimbangi oleh progesterone (unopposed oestrogenic
effect) dan hyperplasia endometrium yang dapat diperberat oleh peningkatan
kadar estrogen pada pasien dengan obesitas (HIFERI, POGI, 2016).

4.2.2 Hiperandrogenisme

Peningkatan hormone androgen pada SOPK merupakan hasil dari peningkatan


sintesis dan pelepasan androgen oleh ovarium. Peningkatan kadar LH
(luteinizing hormone) dan insulin secara sinergis meningkatkan produksi
androgen. Secara klinis, hiperandrogenisme dapat muncul dengan hisutisme,
pertumbuhan jerawat, alopesia male pattern, serta virilisasi (HIFERI, POGI,
2016).

4.2.3 Resistensi Insulin


Resistensi insulin dan hyperinsulinemia merupakan faktor kunci penyebab
gangguan ovulasi serta hiperandrogenisme pada pasien dengan SOPK. Di
ovarium, kadar insulin yang tinggi akan menstimulasi enzim 17α-hydroxylase
yang akan meningkatkan proses konversi progesterone menjadi
androestendione. Peningkatkan aktivitas adrenal diperkirakan dapat
menyebabkan fosforilasi reseptor insulin yang menyebabkan resistensi insulin.
Hyperinsulinemia juga menurunkan produksi sex hormone binding globulin
(SHBG) pada hepar sehingga meningkatkan kadar free testosterone (HIFERI,
POGI, 2016).

4.3 Proses Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik

4.3.1 Kriteria Rotterdam

8
Berdasarkan konsenss Rotterdam, SOPK didefinisikan dengan adanya
2 dari 3 kriteria: oligo-anovulasi, hiperandrogenisme, dan polikistik ovarium
(> 12 folikel dengan ukuran diameter 2-9 mm serta volume ovarium > 10 mL
pada setiap ovarium), dengan disertai deskripsi fenotipe SOPK sebagai berikut
(Smet, ME., McLennan, A. 2018):

Tabel 4.1 Fenotipe SOPK Berdasarkan Kriteria Rotterdam

4.3.2 Peran AMH dalam diagnosis SOPK

AMH (Anti Mullerian Hormone) merupakan hormone yang dihasilkan oleh


sel granulosa folikel pre-antral dan antral wanita yang merefleksikan cadangan
folikuler ovarium. Penilaian serum AMH dapat digunakan sebagai penanda
cadangan ovarium (ovarian reserve) yang berhubungan dengan jumlah
folikel pemeriksaan USG, kadar testosterone dan volume ovarium. Kadar
AMH serum lebih tinggi 2-3 kali lipat pada pasien dengan SOPK dibanding
dengan perempuan normal (HIFERI, POGI, 2016).

4.3.3 Skor Ferriman Gallwey

Perhitungan skor Ferriman-Gallwey menggunakan tanda hirsutisme akibat


hiperandrogenisme yang dapat ditemukan pada 70% pasien perempuan dengan
SOPK. Terdapat 9 area dengan penilaian yang diberikan berupa skor 0-4 yang
kemudian dijumlahkan. Total skor tersebut diklasifikasikan menjadi
hirsutisme ringan, sedang, dan berat (HIFERI, POGI, 2016).

9
Gambar 4.2 Skor Ferriman-Gallwey yang dimodifikasi

Total Skor Klasifikasi

<8 Hirsutisme ringan

8 – 15 Hirsutisme sedang

> 15 Hirsutisme berat

Tabel 4.2 Klasifikasi Penilaian Skor Ferriman-Gallwey

4.3.4 Pemeriksaan Resistensi Insulin

Keadaan resistensi insulin menggambarkan gangguan respon biologis terhadap


insulin dan proses metabolik. Resistensi insulin dinilai dengan memeriksa kadar
insulin baik setelah puasa maupun setelah TTGO (Toleransi Glukosa Oral), kadar
glukosa sekuensial setelah pemberian insulin intravena, penghitungan HOMA,
QUICKI, dan juga dengan prosedur euglycemic hyperinsulinemic clamp
(HIFERI, POGI, 2016).

4.4 Tatalaksana Sindrom Ovarium Polikistik

10
4.4.1 Intervensi Gaya Hidup

Intervensi gaya hidup merupakan tatalaksana lini pertama, yang mencakup


intervensi terhadap diet dan aktivitas fisik. Modifikasi diet dapat memperbaiki
profil hormonal dan metabolik, dan harus didasari pada diet seimbang dengan
pertimbangan indeks glikemik dari jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.
Intervensi lain juga dapat berupa olahraga yang dapat menurunkan risiko
gangguan kardiovaskular (HIFERI, POGI, 2016).

4.4.2 Regulasi Haid

Tatalaksana gangguan menstruasi pada pasien SOPK yang tidak hamil adalah
dengan menggunakan kontrasepsi kombinasi. Regimen ini akan menginduksi
siklus haid teratur dan menekan pertumbuhan endometrium (HIFERI, POGI,
2016).

4.4.2.1 Pil Kontrasepsi Kombinasi (PKK)

Merupakan pil yang mengandung dua macam hormon dosis rendah


yakni progestin dan estrogen sintesis. Dasar kerja dari PKK adalah
meniru proses-proses alami pada tubuh perempuan. Jenis PKK yang
tersedia adalah monofasik, bifasik, dan trifasik. Fungsi PKK pada
terapi SOPK secara umum adalah merangsang timbulnya siklus haid
yang teratur, mengurangi sekresi LH, mengurangi produksi androgen,
dan meningkatkan kadar SHBG. Komponen estrogen dapat
meningkatkan protein pengikat hormone steroid sehingga mengurangi
androgen bebas dan menurunkan kejadian kista ovarium dan
anovulatory- bleeding. Sedangkan komponen progestin memiliki
efek anagonis pada reseptor androgen atau menghambat aktivitas 5
alpha reductase dan melindungi endometrium dari reaksi hyperplasia
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kanker endometrium
(HIFERI, POGI, 2016).

4.4.3 Penatalaksanaan Infertilitas dengan SOPK

4.4.3.1 Klomifen Sitrat sebagai pilihan utama pada induksi ovulasi

11
Merupakan terapi lini pertama induksi ovulasi pada siklus anovulasi
yang memiliki angka keberhasilan sebesar 70-80%. Angka
keberhasilan kehamilan pada pasien SOPK yang berespon terhadap
klomifen sitrat yaitu rata-rata 15% per siklus. Pemberian klomifen
sitrat diawali dengan dosis 50 mg/hari melalui rute oral selama 5 hari
yang dimulai pada hari ke-2 hingga ke-5 siklus menstruasi. Dosis
dapat ditingkatkan hingga 100 mg/hari jika tidak terdapat respons atau
dikurangi menjadi 25 mg/hari jika respons terlalu berlebihan.

Gambar 4.3 Mekanisme Kerja Obat Klomifen Sitrat

Efek samping pemberian klomifen sitrat diantaranya dapat berupa


penglihatan, semburan panas (hot flushes), perut kembung,
perubahan mood, pusing, dan mual. Pemberian klomifen sitrat harus
segera dihentikan terutama jika terjadi gangguan penglihatan
(HIFERI, POGI, 2016).

4.7 Komplikasi Sindrom Ovarium Polikistik

Komplikasi dari sindrom ovarium polikistik:

- Jangka pendek: infertilitas, komplikasi obstetrik


- Jangka panjang: risiko kardiovaskuler (hipertensi, dislipidemia, diabetes,
obesitas), risiko metabolik, risiko keganasan

12
BAB V
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
GEJALA, FAKTOR RESIKO GEJALA, FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor risiko yang sering
Dari kasus ini, beberapa penjelasan
dikaitkan dengan munculnya kejadian
dari kemungkinan faktor risiko yang
sindrom ovarium polikistik, di antaranya
yaitu: ada pada pasien yaitu:
● Peningkatan faktor pertumbuhan
● Pasien memiliki BMI overweight (TB:
menyebabkan peningkatan respon
160 cm, BB: 70 kg, BMI: 27,34 kg/m2)
ovarium terhadap Luteinizing Hormone
(LH) dan Follicle Stimulating Hormone ● Pasien menarche usia 12 tahun,
(FSH).
saat ini belum menopause
● Adanya hubungan antara obesitas dan
Riwayat pernikahan : belum menikah
peningkatan resiko polikistik ovarium
melalui peningkatan resistensi insulin Riwayat kehamilan dan persalinan :
yang menyebabkan sel teka
-
memproduksi androgen dan Riwayat penyakit dahulu : DM (-),
menghambat Sex Hormone Binding
HT (+), alergi(-), asma (-), keganasan (-),
Globulin (SHBG) sehingga androgen
autoimun (-). Terdiagnosis overweight
bebas meningkat.
● Hiperandrogen, anovulasi dan
polikistik ovarium disebabkan oleh factor
genetic terkait kromosom X

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi :

Riwayat Menstruasi : Menarche saat

usia 12 tahun, dengan siklus tidak teratur,

lama haid 6-7 hari, dengan

jumlah ganti pembalut 2-3x/hari.

13
Pasien mengeluhkan nyeri pada saat haid

Riwayat Sosial : Pasien merupakan

seorang mahasiswa S2. Riwayat nutrisi

pasien makan 3 kali sehari porsi normal

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan penunjang untuk amenorea Pemeriksaan Fisik

sekunder adalah melalui algoritme P-Test  Keadaan umum : tampak sakit

(Gambar 4.2). pemeriksaan USG dapat ringan, compos mentis (GCS 456)

membantu mencari penyebab dari  HR: 80x/menit RR: 20x/menit


TD: 170/120 mmHg
amenorea sekunder seperti PCOS dan
Tax: 36,5 C
insufisiensi ovarium prematur.
SpO2: 99% on room air
BB: 70 kg TB: 160 cm BMI: 27,34
kg/m2

 Abdomen : flat, soefl, BU (+)

normal

TATALAKSANA TATALAKSANA

Terapi farmakologis Planning

1. Anovulasi. Planning diagnosis

Clomiphene citrat masih menjadi Tidak ada karena diagnosis pasien

pilihan terapi utama untuk sudah tegak

14
menstimulasi ovulasi pada kasus Planning treatment

SOPK Planning Therapy pada pasien

2. Obat Antidiabetes - Clomiphene citrate ( Dipthen 50

Selain pemberian clomiphene, mg)

pemberian antidiabetes yaitu metformin - Metformin 3 x 500 mg

3 x 500 mg/ hari meningkatkan Planning monitoring

sensitivitas insulin perifer dengan o Evaluasi keteraturan menstruasi

mengurangi produksi glukosa di hati dan o Evaluasi ovarium menggunakan

meningkatkan sensitivitas jaringan USG abdomen

terhadap insulin.5 Metformin juga o Kontrol setiap 1 bulan sekali, pada

menurunkan kadar androgen pada hari 1-3 pertama menstruasi

wanita kurus dan wanita gemuk, Planning education

sehingga meningkatkan kemungkinan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

ovulasi spontan pasien dan keluarga mengenai :

3. Aromatase Inhibitors o Kondisi pasien saat ini

Aromatase inhibitor biasa digunakan o Pengobatan yang diberikan, tujuan

sebagai terapi kanker payudara hormon pemberian pengobatan, serta efek

responsif, dan telah dipelajari untuk samping yang mungkin timbul

menginduksi ovulasi pada SOPK, secara

fungsional menekan produksi estrogen

melalui stimulasi aksis hipotalamus-

pituitari yang berimplikasi meningkatkan

gonadotropin-releasing hormone

(GnRH) and follicle stimulating

15
hormone (FSH).

4. Kontrasepsi Oral

Regulasi pil KB mengatasi SOPK

terutama dalam mengatur siklus

menstruasi.

5. Obat Kategori Lainnya

Medroxyprogesterone acetate 5-10

mg/hari selama 10-14 hari setiap bulan

bertujuan mengatasi pendarahan uterus

disfungsional dan amenore pasien SOPK

yang tidak berencana hamil.

6. Terapi Lini Kedua: Gonadotropin

Pemberian hormon gonadotropin

eksogen, yaitu kombinasi follicle-

stimulating hormone (FSH) atau

human menopausal gonadotropin

(HMG).

Terapi pembedahan

- Laparoskopi ovarium

16
BAB VI
KESIMPULAN

Sindrom Ovarium Polikistik juga dikenal dengan hyperandrogenic

anovulation (HA), merupakan kelainan sistem endokrin yang menyebabkan

gangguan kesuburan wanita usia reproduktif. Wanita SOPK mengalami kelainan

metabolisme androgen dan estrogen, sehingga terjadi peningkatan hormone

testosterone, androstenedione, dan dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS).

Ketidakseimbangan hormone pada SOPK juga erat kaitannya dengan

hyperinsulinemia, resistensi insulin perifer, dan obesitas.

Sindrom Ovarium Polikistik dapat ditegakkan melalui manifestasi klinis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

mencakup riwayat menstruasi yang menyeluruh untuk menentukan waktu, jumlah

dan faktor-faktor yang berpotensi memperburuh perdarahan normal.

Tatalaksana SOPK dipengaruhi oleh beberapa faktor ekstra ovarian, seperti

obesitas, resistensi insulin, dan faktor lingkungan. Terapi nonfarmakologi terpenting

adalah perubahan pola hidup dengan mengurangi berat badan dan berolahraga.

Pasien yang belum berencana hamil dapat menggunakan pil kontrasepsi untuk

mengatur siklus menstruasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Ezechi,

Oliver. 2016. Amenorea: Introduction, definitions and classification. HIFERI,

PERFITRI, IAUI, POGI. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas. HIFERI, POGI.

2016. Konsensus Tata Laksana Sindrom Ovarium Polikistik.

Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika:


Jakarta.

Lord M, Sahni M. Secondary Amenorea. 2022. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing. PMID: 28613709.

McClintock A, Kaminetzky PC. Approach to secondary amenorea. 2020.In: Mookherjee


S, Beste LA, Klein JW, Wright J, editors. Chalk talks in internal medicine. Cham:
Springer: 295–9

Morgan, G., &., Hamilton, C. 2009. Obstetric Dan Ginekologi: Panduan Praktik.
Jakarta: EGC.

Palomba S, Santagni S, Falbo A, La Sala GB. Complications and challenges associated


with polycystic ovary syndrome: current perspectives. Int J Womens Health. 2015 Jul
31;7:745-63.

Sirait, B.I. 2018. Sindroma Ovarium Polikistik dan Infertilitas. Jurnal Ilmiah WIDYA
(5): 3.

Smet ME, McLennan A. Rotterdam criteria, the end. Australas J Ultrasound Med. 2018
May 17;21(2):59-60.

WHO. 2017. World Health Statistics 2017 : Monitoring Health for The SDGs.

18

Anda mungkin juga menyukai