oleh:
Adityas Ramadhanni
210070200011091
Pembimbing:
LABORATORIUM/SMF NEUROLOGI
MALANG
2023
DAFTAR ISI
TUGAS PENGAYAAN 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4
A. Definisi 1
B. Epidemiologi 1
C. Etiologi 2
D. Patofisiologi 4
E. Klasifikasi 6
F. Diagnosis 7
G. Diagnosis Banding 14
H. Tatalaksana 14
I. Prognosis 19
DAFTAR PUSTAKA 20
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
A. Definisi
Abses otak adalah infeksi lokal intrakranial yang dimulai dengan area
fungi, dan parasit yang berasal dari fokus infeksi yang berdekatan dengan
mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar otak,
Abses intrakranial sendiri dapat berasal dari infeksi struktur organ yang
berasal dari organ yang agak jauh (terutama pada pasien dengan penyakit
operasi, dan pada kondisi yang jarang terjadi yaitu mengikuti terjadinya
B. Epidemiologi
Abses serebri dapat terjadi pada berbagai kelompok usia namun paling
sering terjadi pada anak berusia 3 samai 5 tahun. Penyebab abses serebri
1
daripada Wanita, yaitu dengan perbandingan 2-3:1, dan rata0rata umur
Pada usia 20-40 tahun terdapat peningkatan risiko terkena abses serebri
penyakit abses serebri juga dapat diperparah apabila infeksi diikuti dengan
infeksi sekunder yang berasal dari telinga atau pada anak-anak yang
Children’s melaporkan bahwa dari tahun 2000 sampai 2007 rata-rata ada 2
2016).
C. Etiologi
bronkiektasis, dan pneumonia. Selain dari infeksi paru juga dapat tersebar
2
diketahui secara pasti. Penyebab terjadinya abses bisa karena bakteri,
1. Bakteri
(milerri), yang merupakan flora normal di rongga mulut, appendix, dan traktur
2. Fungi
3. Parasit
3
Entamoeba histolytica, Schistosoma spp., Microsporidia spp., dan
(Greenberg, 2016).
D. Patofisiologi
langsung ataupun tidak langsung melalui 3 rute. Rute yang menjadi jalur
kasus), adanya kondisi trauma (10% kasus), dan berasal dari fokus infeksi
yang jauh dapat menyebar secara hematogen (25% kasus) (Winn HR,
2017)..
intrakranial, dan biasanya lebih lebih sering terkait dengan infeksi otitis
4
regio mandibula juga biasanya menyebar ke lobus frontalis. Penyebaran
atau ethmoid dan infeksi gigi dari lobus frontal (Winn HR, 2017)..
2. Trauma
serebri juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari operasi intrakranial, dan
juga adanya benda asing, seperti ujung pensil, sisa-sisa rumput, peluru, dan
ditemukan dalam distribusi arteri serebri media. Lobus yang paling sering
5
vena pulmonalis, endokarditis, infeksi paru-paru kronis (misalnya, abses,
E. Klasifikasi
Fase ini terjadi pada hari 1 sampai pada hari ke 3. Fase srebritis ini
aliran darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat pada hari
ke-3. Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah
cerebritis. Pada fase ini terjadi edema pada sekitar otak dan peningkatan
Fase ini terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke 9. Pada fase ini akan terjadi
kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi
6
Fase ini terjadi pada hari ke 10 sampe ke 13. Pusat nekrosis mulai
kedalam substansi putih. Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam
Terjadi pada hari ke 14 atau lebih. Pada fase ini terjadi perkembangan
nekrosis diisi oleh “acelullar debris” dan sel-sel radang. Daerah tepi dari sel
F. Diagnosis
kasus yang lainnya yang dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
makan menurun, dan berat badan turun. Gejala neurologis dapat berupa
7
penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual, muntah dan kejang. Sumber
infeksi dapat diperkirakan jika pasien pernah memiliki riwayat trauma tembus
otak, paska kraniotomi, infeksi telinga dan mastoid, infeksi hidung dan sinus
minggu atau kurang. Tampilan klinis berkisar dari lambat sampai dengan
kondisi yang fulminan. Kebanyakan gejala merupakan hasil dari ukuran dan
lokasi dari space-occupying lesion ataupun lesi itu sendiri(Miranda A., 2013).
Trias yang dirasakan meliputi demam, sakit kepala (seringnya berat dan
terasa di sisi yang mengalami abses), dan defisit neurologis fokal terjadi
Gejala yang sering dirasakan oleh pasien adalah adanya sakit kepala, pada
serebri) pada 65% kasus, adanya defisit neurologis fokal pada 65% kasus.
Dapat pula adanya keluhan demam pada 50% kasus, mual dan muntah
pada 40% kasus, kejang pada 25-35% kasus, adanya kaku kuduk pada 25%
kasus, serta ditemukannya papilledema pada 25% kasus. Sakit kepala yang
2017).:
8
No
2. Pemeriksaan Lokasi
Fisik Temuan Klinis
. Intrakranial
1. Lobus Parietal Sakit kepala, penurunan luas lapangan pandang
2. Lobus Frontal Sakit kepala, rasa kantuk meningkat, penurunan
perhatian, perubahan kepribadian, kemunduran
status mental, gangguan bicara
3. Lobus Temporal Sakit kepala ipsilateral, afasia/disfasia,
penurunan luas lapangan pandang
4. Serebellum Sakit kepala, nystagmus, ataxia, muntah,
dysmetria, meningismus, papil edema
5. Batang Otak Gangguan fungsi nervus kranialis, deficit
asenden dan desenden pathway.
3. Pemeriksaan Penunjang
9
cairan cerebrospinal untuk Toxoplasma. Pemeriksaan kultur darah
dan kadar LED sering ditemukan meningkat pada hingga dua pertiga
b. Cairan Serebrospinal
dengan jumlah neutrofil yang bervariasi, kadar glukosa normal, dan hasil
leukosit biasanya tinggi, mencapai 100.000/μL atau lebih tinggi bila abses
pada waktu itu, dan kadar asam laktat cairan serebrospinal kemudian
c. Aspirasi Abses
abses untuk aerob, anaerob, dan organisme tahan asam serta jamur.
10
Dapat dilakukan pengecatan gram, pengecatan tahan asam (untuk
d. Pemeriksaan Radiologis
CT Scan
11
Pada fase lanjut akan didapatkan gambaran yang hipodens, tetapi
2016).
lanjut/late cerebri.
12
Gambar 3. Gambaran CT scan abses serebri pada early
capsule formation.
formation
MRI
Pemeriksan MRI pada abses otak lebih sensitif pada fase early
cerebriti, lebih sensitif dalam mendekteksi lesi satelit dan lebih akurat
13
Gambar 5. Gambaran MRI pada abses serebri
yakni;
b. Edema
c. Efek massa
empat. Lesi dengan ukuran rata-rata 2,5 cm pada 95% kasus bisa
G. Diagnosis Banding
infark serebri, tuberkuloma, dan kista arachnoid. Selain itu dapat juga berupa
H. Tatalaksana
1. Medikamentosa
14
diagnosis dan menentukan patogen sehingga bisa memilih antibiotik
(Greenberg, 2016).
(Greenberg, 2016):
a. Terapi dimulai pada saat fase cerebritis, walaupun banyak dari lesi
b. Lesi kecil, abses yang berukuran 0,8 - 2,5cm akan lebih berhasil jika
berukuran 2,5 - 6cm. Ukuran abses sebesar 3cm menjadi nilai batas
15
telah dieksisi. Antibiotik oral bisa diberikan seiring dengan pemberian
Terapi empirik pada pasien abses otak yang belum diketahui kultur dan
Sefotaksim
Seftriakson
setiap 12 jam
2. Metronidazol:
per hari dibagi 2-3 dosis atau 5-8 mg/kg BB selama 1-2 tahun) . Khusus
16
menggunakan dexamethasone 10-12 mg loading dose diikuti 4 mg setiap
perharinya tidak lebih dari 16 mg. Dan kortikosteroid segera ditapering off
2. Operasi
abses sudah tidak berhasil, bisa digunakan untuk abses Apergilluss yang
MRI
e. Status neurologis yang buruk seperti pasien yang hanya merespon jika
h. Abses multiloculoted
17
setelah 2 minggu abses mengalami pembesaran, atau bisa
Needle Aspiration
terutama pada lesi yang dalam. Needle aspiration bisa dikerjakan dengan
biasanya tindakan bisa ikuti dengan eksisi pada lesi multiple (Greenberg,
2016).
dikonfirmasi aspirasi dilakukan pada lesi dengan diamater >2,5 cm, lesi
yang menyebabkan efek massa klinis yang nyata dan lesi yang
Eksisi
Eksisi hanya bisa dilakukan pada fase kronis (late capsule stage).
18
dipersingkat dalam 3 hari pada beberapa kasus eksisi total. Tindakan ini
Eksternal drainase
I. Prognosis
yang tepat dan cepat menggunakan bantuan MRI dan juga CT Scan serta
abses multiple. Kemudian untuk deficit fokal pada pasien akan membaik
19
DAFTAR PUSTAKA
Feraco, P., Donner, D., Gagliardo, C., Leonardi, I., Piccinini, S., Del Poggio, A., Franciosi,
R., Petralia, B. and den Hauwe, L. van (2020) “Cerebral abscesses imaging: A
Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 8th ed. Nerw York: Thieme; 2016.
p.320-6.
Winn HR. Brain abscess. In: Tunkel AR, Scheld WM, editors.Youmans and Winn
e187-97.
20