Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di negara sedang berkembang maupun di negara maju, penyakit infeksi
masih merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka
kematiannya masih cukup tinggi.Diantara penyakit infeksi yang sangat berbahaya
adalah infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) termasuk ke dalamnya meningitis
(Andarsari, 2011)
Meningitis yang juga disebut leptomeningitis atau arachnoiditis adalah suatu
reaksi peradangan (inflamasi) pada selaput otak (meningen) yang melapisi otak
dan medulla spinalis, sehingga melibatkan arachnoid, piameter dan cairan
serebrospinal (CSS)(Mace, et al, 2008)
Bakteri penyebab meningitis bermacam-macam antara lain yaitu Neisseria
meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Listeria
monocytogenes, bakteri batang gram negatif (E.coli, Pseudomonas aeruginosa),
dan lain-lain (Mace, et al, 2008).
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama.Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain.
Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara
18-40% dan angka kecacatan 30-50% (Kurniawati, 2013).
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka
kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus
influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian
lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitispada anak kurang dari 5 tahun. Di
Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1
kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19
tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae
angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2
tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia,

1
dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang
14% dan gangguan pendengaran 28% (Kurniawati, 2013).

B.Rumusan Masalah
a. Apa defenisi dari meningitis?
b. Bagaimana anatomi dan fisiologi meningitis?
c. Bagaimana etiologi dari penyakit meningitis?
d. Bagaimana klasifikasi meningitis?
e. Bagaimana patofisiologi meningitis?
f. Apa manifestasi klinis dari penyakit tersebut?
g. Apa komplikasi penyakit tersebut?
h. Bagaimana penatalaksanaan meningitis?
i. Apa pencegahan dari meningitis?

C.Tujuan
a. Mengetahui Apa defenisi dari meningitis
b. Mengetahui Bagaimana anatomi dan fisiologi meningitis
c. Mengetahui Bagaimana etiologi dari penyakit meningitis
d. Mengetahui Bagaimana klasifikasi meningitis
e. Mengetahui Bagaimana patofisiologi meningitis
f. Mengetahui Apa manifestasi klinis dari penyakit tersebut
g. Mengetahui Apa komplikasi penyakit tersebut
h. Mengetahui Bagaimana penatalaksanaan meningitis
i. Mengetahui Apa pencegahan dari meningitis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen/membran (selaput) yang
mengelilingi otak dan medula spinalis (Muttqin,2010). Meningitis adalah radang

selaput otak yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri (Suririnah,2009).

Meningitis adalah inflamasi lapisan si sekiling otak dan medula spinalis


yang disebabkan oleh bakteri atau virus.Meningitis diklasifikasikan sebagai
meningitis septik atau aseptik.Bentuk aseptik mungkin merupakan dampak primer
atau sekunder dari limfoma, leukimia, atau HIV.Bentuk septik disebabkan oleh
bakteri seperti Streptococcuspneumoniae dan Nesseria meningitidis (Brunner &
Suddarth, 2013).

B.Anatomi dan Fisiologi


Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal.

Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

1. Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan
menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
2. Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan duramater.
3. Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.

3
C.Etiologi
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri
yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
1) Haemophillus influenza
2) Nesseria meningitides (meningococcal)
3) Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
4) Streptococcus, grup A
5) Staphylococcus aureus
6) Escherichia coli
7) Klebsiella
8) Proteus

4
9) Pseudomonas
2. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini
biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan
sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna
3. Jamur
4. Protozoa (Donna D., 1999)

D.Klasifikasi
Berdasarkan perubahan pada cairan otak:
1. Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan plamater (cairan otak jernih)
Penyebab : Mycobacterium tuberculosa (penyebab terseringnya), virus,
toxoplasma Gandhi, riketsia(Black,Joyce.M dan Jane Hawk,2014).
2. Meningitis purulenta
Radang bernanah pada araknoid dan plamater yang meliputi otak dan
medulla spinalis.
Penyebab : pneumokokus, meningokokus, streptokokus hemolitikus,
stapilokokus aureus, hemopilus influenza, Escherichia coli, peudmonas
aeruginosa, Neisseria meningitis(Black,Joyce.M dan Jane Hawk,2014).
Berdasarkan penyebabnya:
1. Meningitis Bakteria.
Salah satu infeksi yang menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko
tinggi dalam menimbulkan kematian & kecacatan. (bersifat purulenta)
S. Pneumonie : mengaktifkan imunoglobulin A protease yang
menonaktifkan antibodi local
N. Meningitis : biasanya menginvasi dan membentuk koloni koloni di sel
sel faring (Black,Joyce.M dan Jane Hawk,2014)
2. Meningitis Tuberkulosi
Bukan karena terinfeksinta selaput otak, melainkan tuberkel pada
permukaan otak, peradangan ditemukan sebagian besar di otak, terutama

5
pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel. (Black,Joyce.M
dan Jane Hawk,2014)
3. Meningitis Viral/ Aseptik
Terjadi sebagai akibat dari berbagai penyakit seperti campak, herpes
simpleks, herpes zooster, tidak terbentuk adanya eksudat di CSS,
melainkan adanya inflamasi pada korteks serebri, kerusakan jaringan otak
tergantung dari jenis sel yang terkena. (Black,Joyce.M dan Jane
Hawk,2014)
4. Meningitis Jamur
Termasuk kejadian yang cukup langka, biasanya merupakan dampak dari
penyebaran jamur melalui darah ke sumsum tulang belakang. Meskipun
siapapun dapat terkena meningitis jamur, namun orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, kanker dan penyakit
tertentu adalah yang paling berisiko.Penyebab meningitis jamur yang
paling sering pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah adalah Cryptococcus. Cryptococcus menjadi penyebab meningitis
paling umum pada orang dewasa di Afrika. (Black,Joyce.M dan Jane
Hawk,2014)
E.Patofiosiologis

Agen penyebab

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarachnoid

Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan cerebrospinal, dan ventrikuler

Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist

6
Organisme penyebab memasuki aliran darah, melintasi sawar darah-otak,
dan memicu reaksi inflamasi di meningers.Tanpa memperhatikan agens
penyebabnya, inflamasi terjadi di subaraknoid dan pia meter.Kemudian, terjadi
peningkatan tekanan intrakranial (ICP). Infeksi meningeal biasanya muncul
melalui satu dari dua cara berikut: melalui aliran darah akibat infeksi lain
(selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada tulang
wajah). Meningitis bakterial atau meningokokal juga muncul sebagai infeksi
oportunis pada pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari penyakit Lyme.

Meningitis bakterial adalah bentuk meningitis yang paling berat. Patogen


bakterial yang paling sering dijumpai adalah N. Meningitis (meningitis
meningukokal) dan S. Pneumoniae, yang merupakan penyebab 80% kasus
meningitis pada individu dewasa. Haemopbilus Influenzae dulu merupakan
penyebab tersering meningitis pada anak-anak.Namun, karena adanya
vaksinasi, infeksi oleh organisme ini kini jarang dijumpai di negara maju
(Brunner & Suddarth, 2013).

F.Menifestasi klinik
Menurut (Brunner&Suddarth,2013),Manifestasi Klinis dari Meningitis berupa :
1. Sakit kepala dan demam sering kali menjadi gejalan awal; demam
cenderung tetap tinggi selama proses penyakit; sakit kepala biasanya tidak
kunjung hilang atau berdenyut dan sangat parah akibat iritasi meningeal.
2. Iritasi meningeal memunculkan sejumlah tanda lain yang dikenali dengan
baik sebagai tanda umum semua jenis meningitis :
1) Kaku kuduk adalah tanda awal
2) Tanda Kering positif : Ketika berbaring dengan paha difleksikan
pada abdomen, pasien tidak dapat mengekstensikan tungkai secara
komplet.
3) Tanda Brudzinski positif : Memfleksikan leher pasien
menyebabkan fleksi lutut dan panggul; fleksi pasif pada

7
ekstermitas bawah disatu sisi tubuh menghasilkan pergerakan yang
serupa dieksteermitas sisi yang lain.
4) Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya) biasa terjadi.
3. Ruam (N. Meningitidis): berkisar dari ruam petekie dengan lesi purpura
sampai area ekomosis yang luas.
4. Disorientasi dan gangguan memori; manifestasi perilaku juga sering
terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak
responsif, dan koma.
5. Kejang dapat terjadi dan merupakan akibat dari area iritabilitas di otak;
ICP meningkat sekunder akibat perluasan pembengkakan di otak atau
hidrosealus; tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat
kesadaran dan defisit motorik fokal.
6. Infeksi fulminal akut terjadi pada sekitar 10% pasien meningitis
meningokokal, memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan:
awitan demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstermitas),
syok dan tanda koagulasi intravaskular diseminta (DIC) terjadi searah
mendadak; kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah awitan
infeksi.
G.Komplikasi
1. Hidrosefalus
Gangguan keseimbangan produksi dan absorbsi CSS didalam ventrikel
Otak.Setiap gangguan produksi dan absorbsi CSS akumulasi CSS dalam
ventrikel meningkat. Ventrikel mengalami dilatasi dan menekan substansi
otak ke tulang kranial (neonatus) akan menyebabkan pembesaran otak (
Muttaqin,2010 ).
2. Hipertermi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari
370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal. ( Muttaqin,2010)
3. Kejang atau Konvulsi

8
Suatukondisi medis saat otottubuh mengalami fluktuasi konstraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang
tidak terkendali.Kejang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2
berdasarkan etiologinya yakni Kejang Primer/idiopatik yang terjadi tanpa
ada sebab yang jelas ataupun penyakit yang mendasarinya.Kejang
Sekunder/simptomatis yang timbul sebagai suatu gejala dari penyakit yang
diderita oleh pasien tersebut.Contohnya penyakit infeksi ensefalitis.(
Muttaqin,2010 )
4. Edema serebral
Adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah air yang terkandung di
dalam otak.Umumnya, edema serebral terjadi akibat reaksi inflamasi di
otak.Edema serebral merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa.
Kepala merupakan organ yang memiliki bentuk yang tetap karena adanya
tulang tengkorak, sehingga saat terjadi pembengkakan maka tekanan di
dalam kepala akan meningkat. Tekanan yang meningkat menyebabkan
dorongan pada jaringan otak dan dapat menyebabkan herniasi otak. (
Muttaqin,2010 )

H.Penatalaksanaan
Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur.
Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan
secara intravena setiap 2 jam.Pada anak dengan berat badan 10-20 kg.
Diberikan 8 juta unit/hari,anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 juta unit/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400 mg/KgBB/hari
untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk anak-anak. Untuk pasien yang
alergi terhadap penicillin, dapat dibrikan sampai 5 hari bebas panas.
Terapi suportive seperti memelihara status hidrasi danoksigenasi harus
diperhatikan untuk keberhasilan terapi. Untuk DIC, beberapa penulis
merekomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit diberikan dengan
pemberian cepat secara intravena dan dipertahankan pada dosis yang cukup

9
untuk memperpanjang clotting time danpartial thromboplastin time menjadi
2 atau 3 kali harga normal. Untuk mengontrol kejang diberikan
anticonvulsan.Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, tetapi hanya bila didapatkan tanda awal dari impending
herniasi.

I.Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Tujuan : mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu yang
belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup
sehat..Pada bayi pencegahan bisa dilakukan dengan pemberian vaksin
(imunisasi meningitis) agar dapat membentuk kekebalan.ex: (Hib, PCV7,
PPV, MCV4, MMR, HbOC atau PRP-OMP). Hunian sebaiknya
memenuhi syarat kesehatan, ex : not over crowded.Meningitis
Meningococcus dapat dicegah dengan
pemberian kemoprofilaksis(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat
atau hidup serumah dengan penderita. Ex : vaksin tetravalen A,C, W135,
Y>35. Imunisasi untuk pencegaha infeksi Haemophilus
Influenzae (menggunakan vaksinHaemophilus Influenzae tipe b)
disarankan diberikan untuk bayi 2,3,4 bulan. (Black,Joyce.M dan Jane
Hawk,2014)
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan : untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala
(asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit.Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan : Diagnosis dini &
Pengobatan Segera.Diagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemfis,
pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan X-
Ray paru.Meningitis merupakan salah satu penyebab
terjadinyahydrocephalus. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang
pentingnya vaksin meningitis bagi orang – orang yang berisiko menderita
meningitis.Vaksinasi dianjurkan untuk individu yang berpergian ke luar

10
negeri, orang dengan gangguan sistem imun dan pasien yang menderita
gangguan limpa.

3. Pencegahan Tersier
Tujuan : mengurangi aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit terhenti. Pada tingkat pencegahan
ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat
meningitis dan membantu penderita untuk melakukan penyeusuaian fisik
terhadap kondisi yang sudah tidak bisa diobati lagi.Ex : Tuli dan
ketidakmampuan untuk belajar..Fisioterapi dan rehabilitasi juga sbg media
pencegahan & mengurangi kecacatan.

J.Asuhan Keperawatan

1. Kasus Meningitis
Seorang pria berumur 21 tahun,dating ke RS dengan keluhan merasa
kurang enak dan sakit kepala,muntah,kaku kuduk,dan nyeri
punggung.Pasien berfikir dirinya terkena “flu” karena menderita pilek dan
hidung tersumbat seminggu lalu.Hasil pengkajian pasien tampak
kemerahan dan kulitnya teraba panas serta kering.Hasil pemeriksaan
menunjukkan TD : 102/60 mmHg,nadi 96 RR 24x/menit dan suhu tubuh
38,3˚C.
Pada pemeriksaan,pasien mengalami kaku kuduk dan saat dilakukan
refleksi pasif pada leher,pinggul serta lutut john juga mengalami fleksi
secara involunter dan dia menjerit kesakitan.Pasien tidak dapat meluruskan
lutut ketika lutut difleksikan ke atas perut.ketika dilakukan pemeriksaan
reaksi pupil,pasien memejamkan mata dengan kuat dan mengeluh bahwa
cahaya terang menyakitkan matanya.Pasien mudah marah dan ingin
dibiarkan sendiri.
2. Pengkajian

11
1) Identitas pasien
a. Nama : Bpk john
b. Umur : 21 tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
2) Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengalami kaku kuduk dan saat dilakukan refleksi
pasif pada leher,pinggul serta lutut john juga mengalami
fleksi secara involunter dan dia menjerit kesakitan.Pasien
tidak dapat meluruskan lutut ketika lutut difleksikan ke atas
perut.ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil,pasien
memejamkan mata dengan kuat dan mengeluh bahwa
cahaya terang menyakitkan matanya.Pasien mudah marah
dan ingin dibiarkan sendiri.
2. Riwayat penyakit dahulu
-
3. Analisa

No Data Masalah Etiologi


1. Ds : keluhan merasa kurang Hipertermi Peningkatan
enak dan sakit produksi panas
kepala,muntah,kaku
kuduk,dan nyeri punggung
Do : TD 102/60 mmHg,Nadi
96 RR 24x/menit dan suhu
tubuh 38,3˚C.

2. Ds : kaku kuduk dan nyeri Gangguan Penurunan kekuatan


punggung mobilitas
Do : mengalami kaku fisik
kuduk,refleksi pasif pada

12
leher,pinggul serta lutut
Tidak dapat meluruskan lutut
ketika difleksikan keatas
perut.
3. Ds : pasien memejamkan Nyeri
mata dengan kuat dan
mengeluh bahwa cahaya
terang menyakitkan matanya

Do : pasien mengalami kaku


kuduk dan saat dilakukan
refleksi pasif pada
leher,pinggul serta lutut john
juga mengalami fleksi secara
involunter dan dia menjerit
kesakitan

4. Diagnose keperawatan.
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan suhu diatas nilai normal,kulit merah,kulit terasa hangat.
b) Nyeri berhubungan dengan agen pecedera fisik berhubungan
dengan mengeluh nyeri,bersikap protektif,menarik diri
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan penurunan kekuatan otot

13
5. Intervensi keperawatan

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Meningitis adalah radang pada meningen/membran (selaput) yang
mengelilingi otak dan medula spinalis.Klasifikasi meningitis dibedakan
berdasarkan perubahan cairan di otak dan penyebabnya.Etiologi dari
meningitis berasal dari virus, bakteri, dan jamur.Faktor risiko dari
meningitis adalah usia, jenis kelamin, lingkungan, musim, kehamilan,
imunologi, lifestyle, trauma kepala, kelainan anatomis.
Patofisiologi dari meningitis pada umumnya sebagai akibat dari
penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain..Menifestasi
klinis dari meningitis adalah sakit kepala, demam, perubahan pada tingkat
kesadaran, iritasi meningen, kejang, ruam, dan infeksi fulminating.
Pemeriksaan penunjang dari meningitis selain pemeriksaan laboratorium
adalah pemriksaan pungsi lumbal.Penatalaksanaan meningitis biasanya

14
menggunakan antibiotic.Pencegahan meningitis ada tiga yaitu pencegah
primer, sekunder, dan tersier.
Komplikasi meningitis adalah hidrosefalus, herniasi otak, edema
serebral dan kebutaan.Diagnosa keperawatan untuk penyakit meningitis
adalah resiko infeksi, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral,
hipertermia berhubungan dengan penyakit, nyeri akut berhubungan dengan
agens cidera biologis (infeksi), mual berhubungan dengan biofisik
(meningitis), hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri
dan gangguan neuromuscular, resiko dubitus
B.Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Meningitis
.

DAFTAR PUSTAKA

Black,Joyce.M dan Jane Hawk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku
2. Jakarta: Elsevier

Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes: Neurologi. 2005. Jakarta: Erlangga

Hartono,Andry. 2006. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.Jakarta:


EGC

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Herdman,T.H dan Kamitsur,S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definition dan Classificatio 2015-2017. 10 nd edition. Oxford:Wiley Blackweli

Bulecheck,G et al. 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC).6 thEdition. Missouri: Elesvier

15
Moorhead, S et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement
of Health Outcomes. 5 th Edition. Missouri: Elesvier

Muttaqin,Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.

Hidayat A. Aziz Alimul (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Kurniawati, A. (2013). Pola Penggunaan Antibiotik pada Terapi Meningitis di


Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1–4.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


SuddarthEd.12. Jakarta. EGC

16

Anda mungkin juga menyukai