PENDAHULUAN
1
usia empat tahun dan awal usia lima tahun. Setelah gigi permanen muncul, insidensi
OMA menurun dengan signifikan, walaupun beberapa individu yang memang
memiliki kecenderungan tinggi mengalami otitis tetap sering mengalami episode
eksaserbasi akut hingga memasuki usia dewasa. Kadang-kadang, individu dewasa
yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit telinga sebelumnya, namun mengalami
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh adanya infeksi virus
juga mengalami OMA (Donaldson, 2010).
Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang ditemukan untuk
menunjukkan angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA. Suheryanto
menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari, bahkan di poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun
1995 dan tahun 1996, OMA menduduki peringkat enam dari sepuluh besar penyakit
terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki peringkat lima, sedangkan di poliklinik
THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1995 menduduki peringkat dua
(Suheryanto, 2000).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Otitis media kronik terjadi infeksi dengan peforasi membrane timpani
dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media akut menjadi otitis media kronik apabila proses infeksi
lebih dari 2 bulan.
2.2 Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara
benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah
termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberian
antibiotic
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang
2.3 Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri
atau virus yang menyebabkan peradangan dimukosa, gangguan drainase telinga
tengah dan menyebabkan penumpukan cairan steril.Bakteri atau virus masuk ke
telinga tengah melalui tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga
tengah.Kuman penyebab utama otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti
streptococcus hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus.Selain itu
kadang ditemukan juga hemofilus influens sering ditemukan pada anak yang berusia
di bawah 5 tahun, Escherichia colli, streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan
pseudomonas aurugenos. (Efiaty,2007).
4
dewasa.Membrane timpani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop),
dapat mengalami perforasi.
1. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
2. Keluhan nyeri telinga (otalgia)
3. Demam
4. Anoreksia
5. Limfadenopati servikal anterior
5
terlihat.Pada stadium ini penderita merasakan otalgia karena kulit di
membrane timpani tampak meregang.
c. Stadium supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya
sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulent di
cavum timpani menyebabkan membrane timpani menjadi menonjol
(bulging) kearah telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat
sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Pada anak-anak sering disertai kejang dan anak menjadi rewel.
Apabila tekanan eksudat yang purulent di cavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler,
serta terjadi thrombophlebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat
ini akan terjadi rupture. Sehingga bila tidak dilakukan incise
membrane timpani (miringitomi) maka kemungkinan besar membrane
timpani akan rupture dan discharge keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringitomi luka incise akan menutup kembali
karena belum terjadi perforasi spontan dan belum terjadi nekrosis pada
pembuluh darah.
d. Stadium perforasi
Stadium ini terjadi apabila terjadi rupture pada membrane
timpani yang bulging pada saat stadium supurasi. Lubang tempat
rupture (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
e. Stadium resolusi
Membrane timpani yang utuh, bila terjadi kesembuhan maka
keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali.
Sedangkan pada membrane timpani yang utuh tapi tidak terjadi
kesembuhan, maka akan berlanjut menjadi glue ear. Pada keadaan ini
sebaiknya dilakukan incise pada membrane timpani (miringitomi)
6
untuk mencegah terjadinya perforasi spontan. Pada membrane timpani
yang mengalami perforasi, bila terjadi kesembuhan dan menutup maka
akan menjadi sikatrik, bila terjadi kesembuhan dan tidak menutup
maka akan menjadi dry ear (secret maka akan berlanjut menjadi otitis
media supuratif kronik (OMSK)), di mana secret akan keluar terus-
menerus atau hilang timbul.
2. Otitis media subakut
Efusi 3 minggu sampai 3 bulan
3. Otitis media kronik/ menetap
Efusi lebih dari 3 bulan
7
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu
diberikan. Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemisis difus, sebaiknya
dilakukan miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan
penisilin atau ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7
hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada
anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4
dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari
3. Stadium supurasi/perforasi
Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-
gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Pada stadium ini
bila terjadi perforasi sering terlihat adanya secret berupa purulent dan kadang
terlihat keluarnya skret secara berdenyut (pulsasi) pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari
4. Stadium resolusi
Jika terjadi resolusi maka membrane timpani berangsur normal
kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup.
Tetapi bila tidak terjadi resolusi akan tampak secret mengalir di liang telinga
luar melalui perforasi membrane timpani. Kedaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian
antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah
pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka kedaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan secret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua
bulan maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
8
2.8 Farmakologi
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
Pengobatan
Antibiotic dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga
hari, atau ada pemburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotic yang segera
dan dosis sesuai dapat terhindar dari terjadinya komplikasi supuratif
seterusnya. Menurut American academy of pediatrics (2004) dalam kerscner
(2007), mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera
diterapi dengan antibiotic yaitu usia 2 tahun keatas jika diagnosis pasti
(certain) diberikan antibiotic jika gejala berat dan observasi jika gejala ringan.
Dan jika diagnosis meragukan (uncertain) dilakukan observasi. Follow up
dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen
tetap diberikan pada masa observasi.
Menurut American academic of pediatric (2004), amoksilin
merupakan first line terapi dengan pemberian 80 mg/KgBB/hari sebagai terapi
antibiotic awal selama lima hari.
9
Evaluasi obat yang terpilih
1. Acetaminophen tetes 120 mg peroral setiap 4-6 jam (bila perlu)
a. Indikasi : antipiretik dan analgetik
b. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap paracetamol dan
defisiensi glucose-6-fosfat dehidroganase, gangguan fungsi
hati
c. Efek samping : kerusakan hati (dosis besar dan terapi jangka
panjang)
2. Eritromisin 40 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
a. Indikasi : infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti tonsillitis, abses
peritonsiler, faringitis, laryngitis, sinusitis, bronchitis akut dan
kronis, pneumonia, dan bronkietaksis. Infeksi telinga seperti
otitis media dan eksternal, dan mastoiditis. Infeksi pada mulut.
Infeksi pada mata, mulut, kulit, dan jaringan. Infeksi salran
pencernaan
b. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit
hati, porfiria
c. Efek samping : gangguan saluran pencernaan, nyeri epigastrik,
mual muntah, diare, reaksi hipersensitif
3. HCL efedrin 0,5 % nasal drops dalam larutan fisiologik
a. Indikasi : asma, bronchitis, emfisema
b. Kontraindikasi : hipertiroid, hipertensi, gangguan jantung,
glaukoma
c. Efek samping : takikardi, aritmia, eksrasistol dan ventrikuler,
pembesaran prostat, tremor, insomnia
10
2.9 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran nafas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, mereka dapat meneyebabkan infeksi
disaluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran eustachius meneyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel ditelinga tengah
terkumpul dibelakang gendang telinga jika lender dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran ditelinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan telinga akan terasa
nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak dapat merobek gendang
telinga karena tekanannya.
Otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membrane timpani. Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eustachius
bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan
eksudat dan transudate dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat
rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya
factor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas
penyakit.
11
Perubahan tekanan Gangguan tube eustachius
udara tiba-tiba (alergi,
infeksi, sumbatan)
Pencegahan invasi kuman Kuman masuk
- Secret terganggu ketelinga tengah
- Tampon
- tumor
Resiko cidera
Efusi
Resiko infeksi
Rupture membrane Hantaran udara
timpani karena desakan yang diterima
Pengobatan tidak menurun
tuntas/episode
berulang Secret keluar dan
berbau tidak enak Gangguan persepsi
(otorrhoe) sensori
Kurangnya Infeksi
Informasi berlanjut Gangguan citra tubuh
- Pening/verti
dapat go
sampai Terjadi erosi pada
Defisiensi - Keseimbang
ketelinga kanalis semisirkularis
pengetahu an tubuh
an dalam menurun
Resiko
cidera/trauma
12
2.9 terapi diet
a. Makanan pedas dan makanan asam yang menggunakan bumbu
menyengat
b. Minum dingin
c. Daging, ikan yang membuat gatal-gatal
3.0 komplementer
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
3.2 Pengkajian
A. Identitas Klien
1) Nama: Tn.S
2) Umur: 34 tahun
3) Jenis kelamin: laki-laki
4) Alamat : Garegeh,
5) Status perkawaninan : kawin
6) Agama : islam
7) Suku : minang
8) Pekerjaan : buruh
9) Tanggal masuk RS : 28 November 2019
10) Tanggal pengkajian : 28 November 2019
11) Sumber informasi : keluarga pasien
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
14
Pasien mengatakan telinga kiri terasa nyeri, telinga terasa penuh,
pendengaran berkurang
C. Pemeriksaan Fisik
a. Otoskopi
Perhatikan adanya lesi pada telinga luar, amati adanya oedem
pada membrane tympani periksa adanya pus dan rupture pada
membrane tympani, amati perubahan warna yang mungkin
terjadi pada membrane tympani
b. Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian
lakukan tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi
penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit
c. Tes garputala
1) Tes rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negative
2) Tes weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi kea
rah telinga yang sakit
3.3 Data fokus
15
sujud, keluar secret dari
hidung, warna kuning, beku-
beku dan hidung tersumbat,
riwayat seperti ini sudah
dirasakan > dari 1 tahun
yang lalu terutama bila
terpapar dengan debu.
4. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d proses peradangan ditandai dengan edema
(pembengkakan)
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d hidung tersumbat
c. Gangguan persepsi sensori : pendengaran b.d pendengaran
kurang
16
5. Intervensi Keperawatan
17
1. Verbalisasi 4. Jelaskan tanda dan
mendengar gejala disfungsi
bisikan pendengaran
2. Tidak terjadi
Distorsi
sensori
6. Implementasi Keperawatan
18
pendengaran kurang dan gejala mendengar
infeksi telinga O :pasien
3. Monitor tanda tampak
dan gejala mampu
disfungsi mendengarkan
telinga dengan baik
4. Jelaskan tanda A :masalah
dan gejala teratasi
disfungsi P :intervensi
pendengaran dihentikan
19
BAB IV
PEMBAHASAN DARI DIAGNOSA
1. Nyeri akut
Diagnosa prioritasnya adalah nyeri, karena nyeri merupakan
alasan utama pasien ke poli klinik THT, pasien mengeluh telinga kiri
terasa nyeri, telinga terasa penuh, nyeri wajah terutama ketika
menunduk dan ketika sujud. Dan mengganggu kenyamanan pasien
dalam beraktivitas
2. Ketidakefektifan pola nafas
Diagnosa ketidakefektifan pola nafas karena adanya gangguan
pada jalan nafas yaitu secret yang keluar dari hidung, beku-beku dan
hidung tersumbat yang mana ini juga mengganggu kenyamanan pasien
dalam beraktivitas tapi lebih mengganggu kenyamanan pasien yaitu
nyeri, maka dari itu nyeri merupakan prioritas utama baru setelah itu
ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan persepsi sensori : pendengaran
Diagnosa gangguan persepsi sensori : pendengaran, merupakan
prioritas ketiga karena untuk diagnosa pertama dan kedua lebih
mengancam dan mengganggu aktivitas pasien
20
BAB V
21
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal),
saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah.
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri
atau virus yang menyebabkan peradangan dimukosa, gangguan drainase telinga
tengah dan menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke
telinga tengah melalui tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah.
Kuman penyebab utama otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti
streptococcus hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus. Selain
itu kadang ditemukan juga hemofilus influens sering ditemukan pada anak yang
berusia di bawah 5 tahun, Escherichia colli, streptokokus anhemolitikus, proteus
vulgaris dan pseudomonas aurugenos.
B. SARAN
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
belum mencapai seluruh aspek. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
22