EMPIEMA
Pada awalnya cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi
sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada
keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang
kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari
infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena
pengobatan yang terlambat.
1.2 Etiologi empiema
1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Bronkiektasis
d. TBC paru
e. Aktinomikosis paru
f. Fistel Bronko-Pleura
2. Infeksi yang berasal dari luar paru :
a. Trauma Thoraks
b. Pembedahan thorak
c. Torasentesi pada pleura
d. Sufrenik abses
e. Amoebic liver abses
3. Bakteriologi :
a. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara
akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak
penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-
jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan
penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada
kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan
racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan
dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan
Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan
perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
b. Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru
(pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah
(sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus,
tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat.
Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul.
Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan
berbahaya atau tidak.
1. Emphiema akut:
a. Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
b. Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
c. Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan
toksemia, anemia, dan clubbing finger.
d. Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel
bronco-pleural.
e. Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur
dengan darah dan nanah banyak sekali.
2. Emphiema kronis:
a. Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
b. Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
c. Pucat, clubbing finger.
d. Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
e. Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
f. Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.
1. Fase eksudatif
Selama fase eksudatif, cairan pleura steril berakumulasisecara cepat ke
dalam celah pleura. Cairan pleura memiliki kadar WBC dan LDH yang
rendah, glukosa dan pH dalam batas normal. Efusi ini sembuh dengan
terapi antibiotik, penggunaan chest tube tidak diperlukan.
2. Fase fibropurulen
Invasi bakteri terjadi pada celah pleura, dengan akumulasi leukosit
PMN, bakteri dan debris. Terjadi kecendrungan untuk lokulasi, pH dan
kadar glukosa menurun, sedangkan kadar LDH menngkat.
3. Fase organisasi
Bentuk lokulasi.Aktivitas fibroblas menyebabkan pelekatan pleura
visceral dan parietal.Aktivitas ini berkembang dengan pembentukan
perlengketan dimana lapisan pleura tidak dapat dipisahkan. Pus, yang
kaya akan protein dengan sel inflamasi dan debris berada pada celah
pleura. Intervensi bedah diperlukan pada tahap ini.
1.7 Penatalaksanaan
1. Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk
mencegah efek toksisnya.
2. Closed drainage toracostomy water sealed drainage dengan indikasi:
a. Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
b. Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
c. Terjadinya piopneumotoraks
d. Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative
sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada
kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
3. Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai
juga dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada
empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat
atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat,
drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau
membersihkan drain.
4. Antibiotik
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotik
memegang peranan penting.Antibiotic harus segera diberikan begitu
diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotik
didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan
selanjutnya tergantung pada hasil kulturdan sensitivitasnya. Antibiotik
dapat diberikan secara sistematik atau tropical.Biasanya diberikan
penisilin.
5. Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup
karena penebalan dan kekakuan pleura.Pada keadaan demikian
dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
6. Dekortikasi, Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi:
a. Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung.
b. Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
c. Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.
7. Torakoplast
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura
atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.Pada pembedahan ini,
segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian
dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer.
8. Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi
spesifik pada amoeboiasis, dan sebagainya.
9. Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan
napas.
1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan empiema
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada dada pleuritik
b. Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan
timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah mengalami radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis
(radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau Pneumococcus
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Demam, berkeringat, pucat, compos mentis, ketakutan, gelisah,
penurunan BB, dispnea, lemah.
b. Pemeriksaan TTV, RR :>24 x/mnt, Nadi : >100 x/mnt, TD :
>120/70 mmHg Suhu : >36,5 oC.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Batuk produktif, pernafasan cuping hidung.
d. Pemeriksaan dada
Nyeri pleuritik, penggunaan otot bantu pernafasan, perkusi dada
ditemukan suara flatness, palpasi ditemukan penurunan fremitus,
auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas, funnel chest.
e. Pemeriksaan abdomen
Peristaltic usus < 8 x/mnt.
f. Pemeriksaan ekstremitas
Clubbing finger.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. foto thorak
b. kultur darah
c. USG
d. Sampel sputum
e. Torakosenstesi
f. Pemeriksaan cairan Pleura
g. Hitung sel darah dan deferensiasi
h. Protein, LDH, glucose, dan pH
i. Kultur bakteri aerob dan an aerob, mikobakteri, fungi dan
mikoplasma.
Diagnosa II
Ketidakefektifan pola napas
2.2.4 Definisi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi.
2.2.5 Batasan karakteristik
Perubahan kedalaman pernapasan
Perubahan ekskursi dada
Bradipneu
Penurunan tekanan ekspirasi
Pernapasan cuping hidung dan bibir
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Keletihan
Nyeri
Kerusakan neurologis
Deformitas tulang dan dinding dada
2.3 Perencanaan
Diagnosa I
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah diberikan asuhan diharapakan klien dapat:
a. Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan
jalan napas.
b. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,
tidak ada dispnea, sianosis.
c. Mendemonstrasikan batuk efektif
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi atau kedalaman 1. Takipnea pernapasan
pernapasan dan gerakan dada dangkal dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat area tak simetris sering terjadi
penurunan/tak ada aliran udara karena ketidaknyamana
dan bunyi napas adventisius, gerakan. Gerakan dinding
missal krekels mengi dada dan cairan paru
2. Penurunan aliran darah
terjadi
pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi napas bronchial
(normal pada bronkus) dapat
terjadi juga pada area
konsolidasi. Krekels,
rongkhi, dan mengi terdengar
3.Penghisapan sesuai dengan pada inspirasi dan atau
indikasi ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan
cairan, secret kental, dan
spasme jalan napas/obstruksi
3.Merangsang batuk atau
4. Berikan cairan sedikitnya 2.500 pembersihan jalan napas
ml/hari, tawarkan air hangat secara mekanik pada pasien
5. yang tak mampu melakukan
karena batuk tak efektif atau
5. Ajarakan metode batuk efektif penurunan tingkat kesadaran
dan terkontrol 4.Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
6. Pemeriksaan sputum pasien di mengeluarkan sekret.
laboratorim 5.Batuk tidak terkontrol akan
melelahkan klien
(.) (...)