Anda di halaman 1dari 5

Definisi Meningoensefalitis

Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meningen)


termasu durameter, aranoid, dan piameter yang melapisi otak dan medula spinalis.
Ensefalitis merupakan radang parenkim otak yang dapat menimbulkan disfungsi
neuropsikologis difus dan/atau fokal. Ensefalitis pada umumnya melibatkan parenkim
otak, tetapi meningen atau selaput otak juga sering terlibat sehingga dikenal istilah
meningoensefalitis (Lazoff et al, 2011). Meningoensefalitis adalah peradangan otak
dan meningen, nama lainnya yaitu cerebromeningitis, encephalomeningitis,
meningocerebritis (Dorland, 2000).
Meningitis dan ensefalitis dapat dibedakan pada banyak kasus atas dasar klinik
namun keduanya sering bersamaan sehingga disebut meningoensefalitis. Alasannya
yaitu selama meningitis bakteri, mediator radang dan toksin dihasilkan dalam sel
subaraknoid menyebar ke dalam parenkim otak dan menyebabkan respon radang
jaringan otak (Slaven dkk, 2007)).

Etiologi dan Klasifikasi Meningoensefalitis


Klasifikasi berdasarkan perubahan cairan otak
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa adalah
radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan yang jernih (Mansjoer,
2007). Meningitis purulenta atau meningkitis bakteri adalah meningitis yang bersifat
akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun virus. Meningitis meningococcus merupakan meningitis purulen
yang paling sering terjadi (Lidya, 2010).
Klasifikasi berdasarkan penyebab
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberkulosis dan virus.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet
yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, dan cairan bersin penderita. Bakteri ini
disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernapasan dan sekret
tenggorokan yang masuk secara hematogen melalui aliran darah kedalam cairan
serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan
pada selaput otak dan otak (Mansjoer, 2007).
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat (Shulman, 1994).

Tabel. Mikroorganisme Penyebab Meningoensefalitis


Epidemiologi Meningoensefalitis
Infeksi meningokok dijumpai di seluruh dunia sebagai infeksi endemik dan
disebabkan oleh Neisseria meningitidi yang menyerang ter-utama anak-anak sehat
dengan insidens dan angka mortalitas yang cukup tinggi yaitu sekitar 10% (Hart, 1993
dalam Lesmana, 2000). Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian
meningitis pada neonatus dan anak masih tinggi sekitar 1,8 juta pertahun. Meningitis
bakteri berada pada urutan 10 teratas penyebab kematian akibat infeksi di seluruh
dunia dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak. Anti mikroba
dan vaksin telah tersedia, tetapi penyakit ini masih menjadi penyebab morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada anak. Angka mortalitas meningitis sebesar 25-50%
sedangkan angka morbiditas sebesar 25-45%. Insidens meningitis bakteri pada anak
di Afrika Selatan diperkirakan sebesar 4 per 100.000, dengan insiden tertinggi pada
usia kurang dari 1 tahun sebesar 40 per 100.000 (Boyle dan Bothamley, 2013).
Menurut WHO, meningitis merupakan penyebab utama kematian pada anak usia
dibawah 5 tahun pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Rumania tahun 2004 – 2013
didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara anak-anak dan Penyakit ini 2
bahkan lebih umum di negara berkembang (Scheld, 2001). Seperti di Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya tahun 1988-1993 angka kematian didapatkan 13-20% dengan
kecacatan 30-40%. Sekitar 80% dari kasus meningitis bakteri terjadi pada anak dan
70% dari jumlah tersebut terjadi pada anak usia 1 sampai 5 tahun (Saharso dan
Hidayati, 2000).

Boyle, M. & Bothamley, J., (2013). Patofisiologi dalam kebidanan. Jakarta: EGC
Dorlan, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC, Jakarta.
Hart CA, Rogers TRF. Meningococcal disease. J Med Microbiol 1993;39:3-25 
Lazoff, M.,et al, Encephalitis. Medscape Refference. Available
fromhttp://emedicine.medscape.com/article/791896.2011
Lesmana, Murad. 2000. Epidemiologi, patogenesis dan gambaran klinis dari infeksi
Meningokok. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Lydia, Cindi. 2010. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2006-2009. Skripsi FKM USU Medan.
Mansjoer, Arif.,dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapis, Jakarta
Saharso, D., dan Hidayati, S. N. 2000. Infeksi Susunan Syaraf Pusat. Dalam
Soetomenggolo, T. S. Dan Ismael, S., Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta:
Penerbit BP IDAI, hal. 339-351
Scheld, W. M., 2001. Meningitis Bakterial dan Abses Otak, in: Braunwald, E. MD., et
al, Harrison’s Principle of Internal Medicine, ed. 15th, New York: McGraw-Hill
Medical Publishimg Devision, pp. 2531-2538
Shulman, T Stanford. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Gadjah Mada
University, Yogyakarta
Slaven, Ellen M.,dkk. 2007. Infectious Diseases:Emergency Departement Diagnosis
and Management. Edisi Pertama. McGraw-Hill, North America.
WHO. 2015. World Health Statistics. Geneva: WHO Library Cataloguing

Anda mungkin juga menyukai