Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGITIS

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Alda Setyowati (22.0603.0042)
2. Nungki Dian P (22.0603.0049)
3. Ryanda Fikri H (22.0603.0053)
4. Fitri Dewi K (22.0603.0054)
5. Nur Umayah (22.0603.0055)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN (PARALEL)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas
Keperawatan Anak ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam tugas ini saya
membahas mengenai “Konsep Penyakit Dan Konsep Asuhan Keperawatan
Meningitis”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada tugas
ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.

Magelang, Mei 2023

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis termasuk ke dalam sepuluh macam penyakit paling
berbahaya di dunia yang sering menyerang anak - anak. Meningitis adalah
infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf
tulang belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena infeksi
yang terjadi. Setiap tahun, lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara
terserang meningitis (Hardiyanti dkk, 2017).
Kasus meningitis paling banyak terjadi di negara-negara Afrika
dengan lebih dari 900.000 kasus dalam rentang tahun 1995-2014. Dari kasus
ini, 10% mengakibatkan kematian, dengan 10-20% mengembangkan gejala
sisa neurologis lain. Perkembangan teknologi dan pengetahuan dunia
kedokteran modern telah menemukan berbagai cara mencegah terjadinya
penyakit, khususnya penemuan teknologi modern vaksinasi. Meskipun vaksin
memiliki efektivitas yang tinggi, tetapi itu tidak 100% menjamin bahwa
seseorang tidak akan terserang suatu penyakit. Penderita meningitis yang
bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi,
retardasi mental (Hardiyanti dkk, 2017).
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia.
Data menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh
dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara
kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Pasien yang terlanjur koma ketika
dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus
lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak
belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut
(Pieter, 2017).

3
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit
tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa
bulan (Pieter, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep medis dari kasus meningitis pada anak ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari kasus meningitis pada anak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari kasus meningitis pada anak
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dari kasus meningitis
pada anak

4
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges
membengkak karena infeksi yang terjadi (Hardiyanti dkk, 2017).
Meningitis bakterialis adalah peradangan pada selaput otak (meningens)
yang disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya bakteri penyebab dan
peningkatan sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan serebrospinal (CSS).
Meningitis bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling berbahaya pada
anak karena tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan neurologis
permanen di kemudian hari (Lilihata dan Handryastuti, 2013).
Meningitis tuberkulosis adalah proses inflamasi di meningens (khususnya
arakhnoid dan plamater) akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis. Meningitis
tuberkulosis ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui sekaligus yang
paling berbahaya, dan kejadian terbanyak ditemukan pada anak-anak. Bila tidak
diobati dengan tepat akan menyebabkan gejala sisa neurologis permanen, bahkan
dapat menyebabkan kematian (Lilihata dan Handryastuti, 2013).
2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
serosa. Penyebab utama meningitis pada anak adalah Haemophilus influenzae tipe
B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae (invasive pneumococcal diseases/IPD)
(Alam, 2011)
1. Meningitis Bakteri

5
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Haemophillus
influenza, Nesseria meningitides (meningococcal), Diplococcus pneumoniae
(pneumococca), Streptococcus grup A, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Klebsiella, Proteus, dan Pseudomonas aeruginosa. Tubuh akan berespon
terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat
yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid
ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan
yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan
menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan
otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tem pat terjadinya
infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian
menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus :
Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
3. Faktor prediposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak
yang mendapat obat imunosupresi.

6
6. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.

2.3 Patofisiolgi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat
menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam
pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang
disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab
peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan oleh pengidap meningitis adalah
sebagai berikut (Suririnah, 2013)
1. Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah
laku.
2. Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
3. Sakit kepala
4. Sakit-sakit pada otot-otot
5. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata
pasien
6. Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
7. Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.

7
8. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
terdapat pada virus meningitis.

9. Mual muntah
10. Vomiting
11. Demam
12. Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
13. Pasien merasa takut dan cemas.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita meningitis di antaranya adalah
(WHO, 2016):
1. Kejang
2. Hipoglikemia

2.6 Penatalaksanaan
1. Antibiotik
Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.
Ceftriaxone: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam;
atau cefotaxime: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam. Pada pengobatan
antibiotik lini kedua berikan kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV)
setiap 6 jam ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
2. Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama
sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada
gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan
harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.
3. Jika tidak ada perbaikan
a. Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural
atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.

8
b. Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.

c. Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah
3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS
4. Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat
ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:
a. INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan
b. Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-
9 bulan
c. Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2 bulan
pertama
d. Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2 bulan
5. Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat
diberikan deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin
deksametason pada semua pasien dengan meningitis bakteri.
2.7 Dampak
Kebutuhan dasar yang mungkin akan terganggu pada anak dengan
meningitis antara lain :
1. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman terganggu karena meningitis dapat membuat anak
mengalami penurunan kesadaran yang berakibat penurunan respon
terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi
trakeobronkial maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa panas,
nyeri maupun rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat anak berisiko
cedera fisik sehingga terganggu rasa amannya. Sedangkan rasa nyaman

9
mengalami gangguan karena anak mengalami peningkatan suhu tubuh
rata-rata di atas 37,5ºC.
2. Kebutuhan oksigenasi
Peningkatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial dapat
menjadi jalan nafas sempit sehingga asupan oksigen mengalami
penurunan. Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak terlihat pucat
sampai kebiruan terutama di jaringan perifer. Anak juga terlihat frekuensi
pernafasan meningkat >30x/menit sebagai kompensasi pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
3. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Anak yang menderita meningitis mengalami peningkatan rangsangan
pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf pusat.
Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat mual dan muntah yang
berakibat proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Penderita
dapat mengalami defisit cairan tubuh yang dapat dilihat pada pemantauan
balance cairan, yaitu jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada
jumlah cairan yang masuk. Jumlah muntah mungkin juga cukup banyak,
dapat mencapai kurang lebih 500 cc dalam sehari. Pada saat kesadaran
yang masih baik anak yang sudah dapat berbicara dengan baik akan
mengatakan haus.

10
PATHWAY

Invasi mikroorganisme ke jaringan cerebral via vena


nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran
mastoid

Invasi mikroorganisme ke jaringan cerebral via vena


nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran
mastoid

Reaksi peradangan jaringan


cerebral

Eksudat meningen Reaksi peradangan jaringan Hipoperfusi


cerebral

Thrombus daerah korteks dan


aliran darah celebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan


Reaksi antigen endotel, dan nekrosis pembuluh darah
antibodi

Infeksi/septicemia jaringan otak


Pelepasan histamin

Iritasi menigen
Peningkatan suhu 11
tubuh
Perubahan fisiologis intrakranial Nyeri kepala
HIPERTERMI

Perubahan tingkat
kesadaran, perubahan Edema cerebral dan peningkatan Peningkata premeabilitas darah ke
perilaku, disorientasi, TIK otak
fotofobia, peningkatan NYERI AKUT
sekresi ADH Perubahan gastrointestinal Perubahan sistem pernapasan:
Cheyne Stokes
Prosedur invasive
Mual muntah
lumbal pungsi
POLA NAPAS TIDAK
NAUSEA EFEKTIF

Penekanan area fokal


kortikal

Regiditas nukal, tanda kerning,


brudzinki positif

Kejang

RESIKO CEDERA
INJURI

12
2.2 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Meningitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Kejang dan Sakit kepala
2) Riwayat kesehatan sekarang
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji

13
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2) Pernah dirawat : Tidak terkaji
3) Alergi : Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Meningitis
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik : Menurunnya nafsu makan, mual dan
muntah, susah untuk menelan.
c. Pola Eliminasi : Terjadi Obstipasi, diare.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan, suli untuk
bergerak.
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan 
minum

Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

14
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat : Sulit untuk tidur dan bangun,
mengantuk, sulit beristirahat
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
HR : tidak terkaji
RR : 30-40x/mnt (sesuai usia)
Suhu : 38oC – 40oC (sesuai usia)
N : > 140x/mnt (sesuai usia)
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala dan Wajah : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan
stignasmus, Ptichiae, lesi purpura, pucat, benjolan lunak
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
2) Mata : Konjungtiva anemis dan fotofobia.
3) Telinga : Fonofobia
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Sianosis , bibir kering dan pecah-pecah
6) Leher : Kaku kuduk

15
7) Dada/pernapasan : Bentuk simetris, tachipnue, cheyne-stokes,
adanya tarikan otot-otot pernapasan.
8) 9) Jantung : S1-S2
10) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak
terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) : Tidak terkaji
Auskultas
i
10) Abdomen : simetris, peristaltik usus
menurun.
11) Punggung : Tidak terkaji
12) : Akral dingin
Ekstermitas
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen bintik. : Terdapat ruam, kemerahan,
muncul bintik-

5.Pemeriksaan penunjang:

a. Analisis CSS dari fungsi lumbal :


b. Glukosa serum :
c. LDH serum :
d. Sel darah putih :
e. Elektrolit darah :
f. ESR/LED :
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine :
h. MRI/ scan CT :
i. Ronsen dada/kepala/ sinus :
6. Penatalaksanaan : Tidak terkaji

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia (D.0130)

16
2. Nyeri Akut (D.0077)
3. Nausea (D.0076)
4. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
5. Resiko Cedera (D.0136)

17
C. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI Rasional


1. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi (L. 14134) Manajemen Hipertermia Manajemen Hipertermia
Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Penyebab hipertermi adalalah
Sub kategori : Keamanan keperawatan setiap 2 jam (mis. dehidrasi, terpapar heat stress,heat fatigue, heat
Dan Proteksi sekali. Maka didapatkan lingkungan panas, penggunaan syncope, heat cramps, heat
kriteria hasil : inkubator) edema, heat rash, heat
Definisi : 1. Menggigil 2. Monitor suhu tubuh exhaustion.
suhu tubuh meningkat diatas ( cukup menurun) 3. Monitor komplikasi akibat 2. Suhu tubuh adalah ukuran dari
rentang normal tubuh. 2. Kulit merah (sedang) kemampuan tubuh dalam
hipertermia
menghasilkan dan
3. Suhu tubuh (cukup menyingkirkan hawa
Penyebab: membaik) panas.suhu tubuh adalah
Terapeutik :
1. Dehidrasi perbedaan jumlah panas yang
1. Sediakan lingkungan yang
2. Terpapar lingkungan panas dingin

18
3. Proses penyakit (mis. 2. Longgarkan atau di produksi oleh proses tubuh
infeksi, kanker) lepaskan pakaian dan jumlah panas yang hilang
4. Ketidaksesuaian pakaian 3. Berikan cairan oral kelingkungan luar.
dengan suhu lingkungan 4. Ganti linen setiap hari atau lebih 3. Bila tidak segera ditangani,
5. Peningkatan laju sering jika mengalami hipertermia dapat
metabolisme hiperhidrosis(keringat mengakibatkan kerusakan
6. Respon trauma berlebihan) organ penting didalam tubuh
7. Aktivitas berlebiihan 5. Lakukan pendinginan eksternal seperti otak, pada kondisi
8. Penggunaan inkubator (mis. selimut hipotermia atau lanjut tanpa penanganan yang
kompres dingin pada dahi, leher, bauik, hipertermia juga dapat
Gejala dan tanda mayor dada, abdomen, aksila) berujung pada kematian.
Subjektif : (Tidak
tersedia) Objektif : Edukasi : Terapeutik :
a. Suhu tubuh diatas nilai 1. Anjurkan tirah baring 1. Lingkungan adalah kombinasi
normal antara kondisi fisik yang
Gejala dan tanda minor Kolaborasi : mencakup keadaan sumber
Subjektif : 1. Kolaborasi pemberian cairan dan daya alam
elektrolit intravena jika perlu
(Tidak tersedia) seperti tanah, air, energi surya,
mineral, serta flora dan

19
Objektif : fauna yang tumbuh di atas
1. Kulit merah tanah maupun di dalam lautan,
2. Kejang dengan kelembagaan yang
3. Takikardi meliputi ciptaan manusia
4. Takipnea seperti keputusan bagaimana
5. Kulit terasa hangat menggunakan lingkungan
fisik tersebut.
2. Untuk membuat pasie merasa
lebih nyaman dan tentram
3. Untuk meningkatkan
kenyamanan pasien
4. Untuk menurunkan suhu tubuh
yang tinggi

Edukasi :
1. Tirah baring adalah perawatan
kedokteran yang melibatkan
berbaringnya pasien di tempat
tidur untuk suatu jangka yang

20
sinambung. Perawatan ini
diperlakukan untuk suatu
penyakit atau kondisi medis
tertentu.

Kolaborasi :
1. Cairan adalah fluida tak
termampatkan yang
menyesuaikan dengan bentuk
wadahnya tetapi
mempertahankan volume
yang (hampir) konstan tidak
tergantung pada tekanan,
sedangkan Elektrolit adalah
suatu zat yang larut atau
terurai ke dalam bentuk
ionion dan selanjutnya larutan
menjadi konduktor elektrik,
ion-ion merupakan atom-

21
atom bermuatan elektrik,
intravena adalah metode
pemberian obat melalui
injeksi atau infus melalui
intravena.

2. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri Manajemen nyeri
Kategori: Psikologis Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
Subkategori : Nyeri dan Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Nyeri merupakan pengalaman
Kenyamanan keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi, frekuensi, subyektif dan harus dijelaskan
jam masalah Tingkat nyeri kualitas, oleh pasien. Identifikasi
Definisi : dapat teratasi dengan intensitas nyeri karakteristik nyeri dan faktor
Pengalaman sensorik atau 2. Identifikasi skala nyeri yang berhubungan merupakan
indikator :
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan 1. Keluhan nyeri menurun suatu hal yang amat penting
aktual atau fungsional,
dari skala 1(meningkat) Terapeutik : untuk memilih intervensi
dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas menjadi skala 4 (cukup 1. Berikan teknik nonfarmakologis yang cocok dan untuk
ringan hingga berat yang untuk mengurangi rasa nyeri
menurun) (mis. Tens, hipnosis, akupresur, mengevaluasi keefektifan dari
berlangsung kurang dari tiga
2. Meringis menurun dari terapi musik, biofeedback, terapi yang diberikan.
terapi pijat, aromaterapi, teknik
skala 1 (meningkat) imajinasi terbimbing, kompres 2. Membantu dan
menjadi cukup menurun
(skala 4)

22
bulan. hangat/dingin, terapi bermain). mengidentifikasi skala nyeri
Penyebab : 2. Kontrol lingkungan yang yang dirasakan pasien
1. Agen pencedera memperberat rasa nyeri (mis.
fisiologis(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, Terapeutik :
Inflamasi, kebisingan) 1. Teknik nonfarmakologis
iskemnia, bermangaat untuk
neoplasma) Edukasi : menurunkan rasa nyeri dan
2. Agen pencedera 1. Jelaskan penyebab, periode, dapat mendorong komponen
kimiawi (mis. dan pemicu nyeri psikoemosional dan
Terbakar, nahan 2. Jelaskan strategi meredakan spiritual.
kimia iritan) nyeri 2. Memberikan ketenangan
3. Agen pencedera fisik 3. Anjurkan menggunakan kepada pasien sehingga
(mis. Abses, analgetik secara tepat nyeri tidak bertambah
amputasi, terbakar,
terpotong, Kolaborasi : Edukasi :
mengangkat berat, 1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Nyeri disebabkan oleh efek
kimiawi atau fisik benda dan
prosedur oprasi, jika perlu nyeri dapat meningkat akibat
trauma, latihan fisik provokasi.
berlebihan)

23
2. Menggunakan strategi ini
Gejala dan Tanda Mayor sejalan dengan analgesik dapat
Subjektif : menghasilkan peredaan yang
1. Mengeluh nyeri lebih efektif
Objektif : 3. Analgesik lebih efektif
1. Tampak meringis bila diberikan pada awal siklus
2. Bersikap nyeri
Protektif(mis.
Waspada, posisi Kolaborasi :
menghindari nyeri) 1. Analgesik berfungsi untuk
3. Gelisah meningkatkan ambang nyeri
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : (tidak
tersedia) Obejektif :

24
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir
teganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pda
diri
sendiri
7. Diaforesis
3. Nausea (D.0076) Tingkat 1 .Menejemen mual Menejemen mual :
Kategori :Psikologi Kriteria hasil: Observasi Observasi
Subkategori : Nyeri dan setelah dilakukan tindakan - identifikasi pengalaman - Mual psikologis terjadi
Kenyamanan keperawatan selama 1x24 jam mual Terapeutik sebelum kemoterapi mulai
Definisi masalah Nausea - berikanmakanan dalam secara umum tidak berespon
Perasaan tidak nyaman pada teratasi dengan terhadap anti emetik. Terapeutik
jumlah kecil
bagian belakang tenggorak
atau lambung yang dapat indikator: dan menarik - Pasien dapat menerima
mengakibatkan muntah. Perasaan ingin muntah Edukasi
menurun

25
Penyebab - anjurkan istrahat dan tidur makanan yang diberikan
1. Gangguan biokimiawi yang cukup Kolaborasi ahli gizi meskipun
(mis.uremia, - pembrian anti emetik, jika makanan sedikit akan
ketoasidosis, diabetik) perlu tetapi bergizi serta
2. Gangguan pada 2.Menejmen Muntah menarik ketika dilihat.
Esofagus Observasi Edukasi
3. Distensi lambung - periksa volume muntah - Istirahat adalah aktivitas
4. Iritasi lambung Terapeutik dan bukan keadaan tidak
5. Gangguan pankreas - kontrol faktor lingkungan melakukan apa-apa.
6. Peregangan kapsul penyebab muntah (mis. Bau tak Sedangkan tidur proses
limpah sedap, suara) Edukasi dimana mengembalikan
7. Tumor terlokalisasi - anjurkan membawa kantong energi yang hilang.
(mis. Neuroma plastik untuk menampung muntah
Kolaborasi
Kolaborasi kolaborasi pemberian
akustik, tumor otak anti emetik jika perlu - Pemberian anti emetik
primer atau sekunder, merupakan pemberian obat
metastatis, tulang yang diberikan untuk
didasar tengkorak) menghilangkan terjadinya
8. Peningkatan tekanan mual.
intraabdominal (mis.
Menejemen muntah:

26
Keganasan Observasi
intraabdomen) - untuk mengetahui
9. Peningkatan tekanan jumlah, kadar, dari
intrakranial muntah Terapeutik
10. Peningkatan tekanan - Membantu pasien agar tidak
intraorbital (mis. kekurangan nutrisi
glaukoma) Edukasi
11. Mabuk perjalanan - Untuk mencegah tidak
12. Kehamilan terjadinya refluks muntah
13. Aroma tidak sedap Kolaborasi
14. Rasa - Untuk meminimalisirr
makanan/minuman terjadinya refluks
yang tidak enak
15. Stimulus penglihaan
yang tidak
menyenangkan
16. Faktor psikologis
(mis. Kecemasan,
ketakutan, stress)

27
17. Efek agen
farmakologis
18. Efek toksin
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin
muntah
3. Tidak berminat
makan
Objektif
(Tidak tersedia)
Gejala dan Tanda minor
Subjektif
1. Merasa asam dimulut
2. Sensasi panas/dingin
3. Sering menelan
Objektif
1. Saliva meningkat

28
2. Pucat
3. Diaforesis
4. Takikardi
5. Pupil dilatasi
Kondisi klinis terkait
1. Meningitis
2. Labiringitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis diabetik
5. Ulkus peptikum
6. Penyakit esofagus
7. Tumor intraabdomen
8. Penyakit meniere
9. Nauroma akustik
10. Tumor otak
11. Kanker
12. Glaukoma

4. Pola Napas Tidak Efektif Pola napas (L. 01004) Manajemen Nutrisi Observasi Manajemen Nutrisi Observasi
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan : :

29
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Pernapasan adalah proses
Subkategori : Respirasi jam maka pola napas tidak kedalaman, usaha napas) menggerakan udara masuk
Definisi : Inspirasi efektif dapat teratasi dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan dan keluar dari paru-paru
dan/atau ekspirasi yang indicator : penggunaan otot untuk memfasilitasi
tidak memberikan ventilasi
bantu napas (5) kriteria Terapeutik : pertukaran gas dengan
adekuat.
hasil: 1. Pertahankan kepatenan jalan lingkungan internal tubuh,
Penyebab : 1. meningkat napas dengan head-tilt dan chin terutama dengan
1. Depresi pusat lift
2.cukup meningkat memasukkan oksigen dan
pernapasan
3.sedang 2. Posisikan semi-fowler atau mengeluarkan
2. Hambatan upaya
napas (mis. Nyeri saat 4.cukup menurun fowler karbondioksida.
bernapas, kelemahan 5.menurun 3. Berikan oksigen, jika perlu 2. Bunyi napas tambahan
otot pernapasan)
adalah suara napas tidak
3. Deformitas dinding
dada normal yang disebabkan
4. Deformitas tulang karena adanya penyempitan
dada
jalan napas atau obstruksi
5. Gangguan
neuromuskular Terapeutik :
6. Gangguan neurologis 1. Kepatenan jalan napas adalah
7. Imaturitas neurologis mengecek jalan
8. Penurunan energi

30
9. Obesitas napas dengan tujuan untuk
10. Posisi tubuh yang menjaga jalan napas agar
menghambat ekspansi
paru tetap stabil
11. Sindrom Hipoventilasi 2. Posisi semi-fowler atau
12. Kerusakan inervasi fowler adalah posisi 45 dan
diafragma (kerusakan
90 derajat yang digunakan
saraf C5 keatas)
13. Cedera pada medula untukmembantu
spinalis pengembangan paru dan
14. Efek agen
mengurangi tekanan dari
farmakologis
15. Kecemasan abdomen pada diafragma
sehingga mengurangi
Gejala dan Tanda Mayor
terjadinya sesak napas.
Subjektif :
3. Oksigen adalah komponen
1. Dispnea vital dari proses respirasi,
Objektif : yang dapat menyebabkan
1. Penggunaan otot bantu beberapa organism akan
pernapasan mati bila tidak
mendapatkannya dalama
2. Fase ekspirasi beberapa menit atau bahkan
memanjang
3. Pola napas abnormal

31
(mis. Takipnea, detik.
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul,
cheynestokes)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1. Ortopnea

Objektif :

1. Pernapasan pursed lip


2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun

8. Ekskursi dada berubah

32
5. Resiko Cedera (D.0136) Tingkat Cedera (L. 14136) Manajemen Nutrisi Observasi Manajemen Nutrisi Observasi
Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan : :
Subkategori : Keamanan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lingkungan yang 1. Untuk mengetahui
dan Proteksi jam maka resiko cedera berpotensi menyebabkan keadaan di lingkungan
dengan indicator cedera sekitar yang dapat
Definisi : Beresiko : Ketegangan otot (4) 2. Identifikasi obat yang menyebabkan terjadinya
mengalami bahaya atau kriteria hasil: berpotensi menyebabkan cedera pada anak
kerusakan fisik yang 1. meningkat cedera 2. Untuk mengetahui
menyebabkan seseorang 2.cukup meningkat obatobatan yang dapat
tidak lagi sepenuhnya sehat 3.sedang Terapeutik : menyebabkan cedera
atau dalam kondisi baik. 4.cukup menurun 1. Pertahankan posisi tempat sehingga memudahkan
5.menurun tidur pada posisi terendah saat orang tua/perawat untuk
Faktor Risiko Eksternal digunakan membedakan obat yang
: 2. Gunakan pengaman tempat akan diberikan pada anak
1. Terpapar pathogen tidur sesuai dengan kebijakan Terapeutik :
2. Terpapar zat kimia fasilitas pelayanan kesehatan 1. Untuk memudahkan anak
toksik
3. Diskusikan mengenai latihan

33
3. Terpapar agen dan terapi fisik yang naik ke tempat tidur
nosokomial diperlukan 2. Untuk menghindari anak
4. Ketidakamanan 4. Diskusikan mengenai alat bantu agar tidak terjatuh
transportasi mibilitas yang sesuai 3. Untuk mengurangi
ketegangan otot yang
Internal : Edukasi : disrasakan anak
1. Ketidaknormalan profil 1. anjurkan berganti posisi secara 4. Untuk memudahkan anak
perlahan dan duduk selama
darah dalam melakukan aktivitas
beberapa menit sebelum berdiri
2. Perubahan orientasi
afektif Edukasi :
3. Perunahan sensasi 1. Untuk menghilangkan rasa
4. Disfungsi autoimun pusing dan sakit kepala
5. Disfungsi biokimia anak saat ingin bangun dari
6. Hipoksia jaringan tempat tidur
7. Kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi
psikomotor

34
10. Perubahan fungsi
kognitif.

35
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Meningitis bakterialis adalah peradangan pada selaput otak (meningens)
yang disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya bakteri penyebab dan
peningkatan sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan serebrospinal (CSS).
Meningitis bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling berbahaya pada
anak karena tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan permanen di
kemudian hari.
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan oleh pengidap meningitis pada
awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku
serta gejala lainnya.

3.2 Saran
Sebagai bagian dari dunia kesehatan agar lebih bisa meningkatkan
pengetahuan tentang meningitis dan problem solving yang efektif dan juga
sebaiknya kita memberikan informasi atau health education mengenai meningitis
kepada para orang tua anak yang paling utama.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Anggraini. 2011. Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan
yang Menderita Kejang Demam Pertama. Bandung: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Hardiyanti, M. P., Isnanto, R. R., & Windasari, I. P. (2017). Aplikasi Sistem Pakar
Berbasis Mobile Untuk Diagnosis Dini Meningitis. Jurnal Teknologi Dan
Sistem Komputer, 5(2), 83.
Lilihata, G., dan Handryastuti, S. 2013. Kejang Demam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar-dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana
Suririnah, 2013. Buku Pintar Mengasah Batita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tim Pokja. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia
World Health Organization. 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit (Bahasa Indonesia). Jakarta: Kementrian Kesehatan R

Anda mungkin juga menyukai