Anda di halaman 1dari 17

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

MENINGITUS
Dosen : Kristina Pae, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelompok IV
Marwah Wahab / 9103016048
Lusia Desi P.L / 9103016059
Maria Yofriana G / 9103016067
Eurika Flasticia / 9103016068
Maria Panggracia / 9103016079

Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis adalah radang pada meningeal yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis. Meningitis menyerang semua kelompok umur, dengan umur
yang paling rawan adalah anak-anak usia balita dan lansia. Rentang usia
dengan mortibilitas paling tinggi adalh dari lahir sampai usia 4 tahun.
Data WHO (2015), melaporkan bahwa pada tahun 2014 ditemukan 14.317
dengan kasus meningitis di Afrika dnegan jumlah kematian 1.304 jiwa. Setiap
tahun kasus meningitis bakteri memperngaruhi lebih dari 400 juta jiwa yang
tinggal di 26 negara dan mengakibatkan kematian 10% dari total penderita
meningitis.
Pada penelitian Arydina,dkk dan Relontina,dkk ditemukan bahwa
meningitis paling tinggi disebbakan karena infeksi virus dan bakteri dan pada
pasien dnegan riwayat penyakit TB paru dan ISPA.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi meningitis?
2. Apa klasifikasi meningitis?
3. Apa etiologi meningitis?
4. Apa Patofisiologi meningitis?
5. Apa komplikasi dari meningitis?
6. Bagaimana Manisfestasi meningitis glaucoma?
7. Bagaimana Penatalaksanaan meningitis?
8. Bagaiman pemeriksaan medis untuk meningitis
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien meningitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu untuk membuat konsep medis dan asuhan keperawatan
kepada klien/pasien dengan gangguan system neurologi Meningitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami konsep medis pada meningitis
2. Mampu mengkaji tanda dan gejala yang dialami klien dnegan
meningitis
3. Mampu membuat analisa data dan merumuskan masalah
keperawatan meningitis
4. Mampu merumusakan dan menegakan diagnose pada klien
meningitis
5. Mampu membuat intervensi pada klien dnegan meningitis

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai pengetahuan dan penambah wawasan terhadap
mahasiswa. Dan menambah pengetahuan dan wawasan pada pasien
Meningitis.
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai pengetahuan dalam kegiatan proses belajar tentang
asuhan keperawatan Pasian dengan meningitis yang dapat digunakan
bagi praktek mahasiswa keperawatan.
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Meningintis adalah radang pada meningeal (selaput) yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis (Muttaqin, 2008)
Meningitis adalah peradangan padaselaput otak dan sumsum tulang
belakang. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
komplikasi saraf yang serius bahkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri maupun virus (Pudiastuti, 2011)
Meningitis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang pada orang
dewasa biasanya cenderung meluas sampai ke rongga subdural sebagai suatu
efusi atau empyema subdural (leptomeningitis), atau bahkan kedalaman otak
(meningoensefalitis) (Satyanegara, 2010)
Pada meningitis, selaout otak dan medulla spinalis mengalami infeksi,
biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Beberapa inflamasi
mungkin menyerang seluruh lapisan membrane meningeal yaitu dura meter,
araknoid dan pia meter. (William&wilkins, 2011)

2.2 Klasifikasi
1. Meningitis Virus
Terdapat organisme Virus gondong, tanda dan gejala yang muncul
seperti mengantuk, sakit kepala, lemah, fotopoia
2. Meningitis Jamur
Terdapat organisme Cryptococcus, penyakit penyerta yang menurunkan
respons imun, mengantuk, sakit kepala, lemah, fotopobia demam,
rigiditas nukal, kaku tulang belakang dengan fleksi, kriptokokokus di
dalam CSS.
3. Meningitis Bakterial
Meningitis ini dicirikan oleh inflamasi pada meningen, membran yang
melapisi otak dan saraf tulang belakang.
Virus, Jamur, Bakterial dan organisme parasit semuanya dapat
menyebabkan meningitis, tetapi meningitis bakteria sejauh ini merupakan
yang paling sering terjadi dan diskusi akan berfokus pada meningitis
bakterial.
2.3 Etiologi (William&Wilkins, 2011)
Meningitis hamper selalu disebabkan oleh adanya komplikasi bacteremia,
terutama oleh :
1. Empyema
2. Endokarditis
3. Osteomyelitis
4. Pneumonia
Infeksi lain yang mungkin menyebakan terjadinya meningitis yaitu :
1. Abses otak, biasamya disebabkan oleh Neisseria meningitis, Haemophilus
influenza, Streptococud Pneumoniae, atau Eschericia coli.
2. Ensephalitis
3. Myelitis
4. Otitis Media
5. Sinusitis
Meningitis juga bisa disebabkan karena trauma atau prosedur invasive, yaitu :
1. Craniotomi
2. Lumbal puncture
3. Luka pada area kepala
4. Fraktur pada tengkorak
5. Ventrikulas Shunting
Aseptic meningitis bisa disebakan karena virus atau organismelain, tapi
kadang-kadang tidak ditemukan organisme penyebabnya.

2.4 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus dan dari
golongan lain dapat menginfeksi tonsil,bronkus, saluran cerna.
mikroorganisme tersebut akan mencapai otakmengikuti aliran darah
Di otak,mikroprganisme berkemabang biak membentuk koloni. Koloni
mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak (meningen).
Mikrorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi
sartu membentuk cairan yang kental yang disebut pustule. Karena sifat
cairnya tersebut,penyakit ini popular deisebut dengan meningitispurulenta.
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui aliran darah sampai
ke hipotalamus kemudian terjadi peningkatan suhu sebagai tanda adanya
bahaya. Kenaikan suhu pada hipotalamus diikuti dengan peningkatan
mediator kimiawi akibat peradangan seperti prostaglandin, efinefrin,
neroefineprin. Kenaikan mediatir tersebut dapat merangsang peningkatan
metabolism sehingga dapat terjadi kenaikansuhu diseluruh tubuh, rasasakit
kepala, peningkatan respon gastrointestinal yang memunculkan rasa mula dan
muntah. Volume vustua yang semakin meningkat dapat mengakibatkan
peningkatan desakan didalam intra cranial. Desakan tersebut dapat
meningkatkan rangsangan gastrointestinal sehingga merangsang munculnya
muntah dengan cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan.
Peningkatan tekanan intracranial tersebut juga dapat menggangu fungsi saraf
sensorik maupun motoric serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum
sehingga penderita mengalami penurunan respon kesadaran terhadap
lingkungan (respon kesadaran) dan mempengaruhi mobilitas ditempat tidur
sehingga dapat terjadinya immobilisasi yang akan menyebabkan risiko
terjadinya luka tekan decubitus. Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan
pengeluaran sekresi trakeobronchial yang berakibat pada penumpukan secret
di trachea dan bronkus sehingga bronkus dan trakea menjadi sempit
Peningkatan tekana intracranial juga dapat berdampak pada munculnya fase
eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga memunculkan kejang.
Respon saraf perifer juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, hal ini yang
secara klinis dapat memunculkan respon yang patologis pada jaringan
tersebuit seperti munculnya tanda Kernig dan Bridzinsky. Kejang yang
terjadi padaanak dapat mengakibatkan spasme pada otot bronkus sehingga
menimbulkan penyempitan jalan nafas. (Sumirto, 2010)
2.5 Manifestasi Klinis (William&Wilkins, 2011)
1. Demam, menggigil, Rasa tidak nyaman sebagai akibat dari infeksi atau
inflamasi
2. Nyeri kepala, muntah dan terkadang papilledema (Inflamasi dan edema
pada saraf optic) dikarenakan terjadinya peningktan ICP
3. Kaku kuduk
4. Brudzinski dan kernig’s sign
5. Sinus aritmia karena iritasi pada system saraf autonomy
6. Iritabilitas ( dikarenakan peningkatan ICP)
7. Photophobia, diplopia, disebabkan adanya masalah pada sel saraf akibat
peningkatan tekanan ICP
8. Mengingau, stupor, dan coma , disebabkan karena peningkatan ICP dan
edema pada otak.
2.6 Diagnosa Penunjang (William&Wilkins, 2011)
1. Lumbal pungsi
Dengan pemeriksaan lumbal fungsi dapat menunjukan peningkatan
tekanan CSF ( disebaban karena adanya obstruksi pada aliran CSF pada
Aracnoid villi), CSF yang keruh atau warna putih susu, kadar protein yan
tinggi, adanya gram positive atau negative, dan penurunan konsentrasi
glukosa.
2. Adanya Kernig sign dan Brudzinsky
3. Pemeriksaan kultur darah, kultur urin,secret pada hidung dan tenggorokan
untuk memeriksa adanya organisme penyebab (bakteri atau virus), dan
jumlah leukosit pada darah.
4. Chest X-ray, mengetahui adanya pneumonia, abses paru ,lesi tubercular,
granulasi sekunder dan infeksi bacteri, virus atau jamur
5. CT Scan, untuk mengidentifikasi osteomieeisis cranial dan sinusitis
paranasal sebagai penyebab yang mendasari proses inflamasi . atau
fraktur tengkorak sebagai jalanmasuk mikrorganisme , CT scan juga
dapat menampilkan adanya hydrosefalus , hematoma, hemorrhage, dan
adanya tumor
2.7 Komplikasi (William&Wilkins, 2011)
1. Peningkatan Tekanan intracranial
2. Hydrosefalus
3. Infark cerebral
4. Difisit saraf cranial
5. Ensephalitis
6. Paralisis
7. Endocarditis
8. Abses Otak
9. Shock
10. kejang
11. Coma
12. Kematian
Pada anak-anak, komplikasi yang mungkinbisaterjadi yaitu:
1. Mental terhambat
2. Epilepsy
3. Kehilangan persepsi sensori unilateral atau bilateral
4. Efusi pada subdural
2.8 Penatalaksanaan medis
1. Obat anti inflamasi
a. Meningitis tuberkulosa
 Isoniazid 10-20 mg/kg /24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 gr
selama 1 setengah tahun
 Rifamisin 10-15 mg/kg/24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun
 Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg/24 jam sampai satu minggu, satu
sampai 2 x sehari selama 3 bulan
b. Meningitis bakterial, umur < 2 bulan
 Sefalosporin generasi ke tiga
 Ampisilin 100-200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari
c. Meningitis bakterial, umur > 2 bulan
 Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4 – 6 kali sehari
 Sefalosporin generasi ke tiga
2. Pengobatan simtomatis
a. Diazepam IV 0,2 – 0,5 mg/kg/dosis, atau rektal 0,4 – 0,6/mg/kg/dosis
kemudian di lanjudkan dengan fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari
b. Turunkan demam dengan antipiretik paracetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis sambil di kompres air dingin.
3. Pengobatan suportif
a. Cairan intravena
b. Pemberian O2, agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Usia : kebanyakan terjadi pada lanjut usia
b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
2. Keluhan utama :
Penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak sebelah
3. Riwayat penyakit sekarang :
Serangan meningitis biasanya demam, menggigil, sakit kepala,
muntah,perubahan pada sensorik, kejang,koma , kaku kuduk, penurunan
tingkat kesadaran dan kelumpuhan ekstremitas.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Kejang, demam, infeksi saluran pernapasan atas, sinusitis gangguan
telinga
5. Riwayat penyakit Keluarga :
ada anggota keluarga yang menderita meningitis.

6. Pemeriksaan Fisik
a. B1
- RR 30 x/menit
- Retraksi otot intercostalis
- Terdengar suara nafas tambahan brochi dan ronkhi
- Terdapat akumulasi sputum
- SpO2 <95%
- sesak
- Batuk berdahak
- Klien tidak mampu bicara, hanya menggerang
- Refleks batu lemah
b. B2
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 87 x/menit
- Hb 10,7 gr/dL
- CRT < 3 detik
- Konjungtiva pucat
- Warna sclera putih
- Terdapat lingkaran hitam disekitar mata
c. B3
- GCS : 9 (E = 4, V = 2, M = 3)
- Badan Teraba panas
- Suhu 388 C
- Tingkat kesadaran Sonolen
- Adanya nyeri tekan pada bagian kepala
- (P : peningkatan TIK, Q : tertusuk-tusuk, R : bagian kepala, S : 4,
T : setiap bergerak nyeri meningkat)
- Kaku kuduk
- Kernig sign dan Burzinsky
- Klien tidak mampu bicara, hanya menggerang
d. B4
- Pembengkakan pada bagian kepala
- mukosa bibir kering dan pucat
- Natrium 131 mmol/L
- Kalium 3,5 mmol/L
- Klorida serum 93 mmol/L
e. B5
- BB 45 Kg
- TB 165 cm
- Mual muntah
- Klien tampak pucat
f. B6
- Kelamahan otot
3.2 Analisa Data
NO Sympton Etiology Problem
1. Ds : Reaksi Inflmasi Ketidakefektifan
Do : bersihan jalan nafas
Keruskaan pada
- RR 30 x/menit meningen
- Retraksi otot
intercostalis Membentuk cairan
pustula
- Terdengar suara
nafas tambahan Peningkatan
brochi dan ronkhi Tekanan
Intracranial
- Terdapat akumulasi
sputum Desakan pada Intra
- SpO2 <95% cranial

- sesak
Gangguan pada
- Batuk berdahak fungsi sensorik dan
- Refleks batu lemah motorik

Penurunan tingkat
kesadaran

Penurunan reflex
batuk

Pengeluaran secret
oleh jaringan
tuberkular

Penumpukan secret
pada saluran nafas

Penyempitan
bronkus dan
trachea
2. Ds : Peningkatan Gangguan Perfusi
tekanan intracranial
Do : jaringan Cerebral
- Tingkat kesadaran Desakan pada
Sonolen pembuluh darah
- Adanya nyeri tekan
pada bagian kepala Penyempitan pada
pembuluh darah
- Kaku kuduk
- Kernig sign dan Penurunan supply
Burzinsky Oksigen ke otak

- Klien tidak mampu


Iskemia jaringan
bicara, hanya
menggerang Penurunan Perfusi
- TD 110/70 mmHg jaringan cerebral

- Nadi 87 x/menit
- Hb 10,7 gr/dL
- RR 30 x/menit
- Konjungtiva putih
- CRT <3detik
3. Ds : Peningkatan Gangguan Rasa
tekanan Intra
Klien mengatakan cranial
nyaman nyeri
nyeri pada kepalanya
P : peningkatan TIK Desakan pada
Intracranial
Q : tertusuk-tusuk
R : bagian kepala Penekan pada
S : 4 ( skala nyeri 0- dinding saraf

10)
Rangsangan pada
T : setiap bergerak hipotalamus
nyeri meningkat
Do : Menuju korteks
serebri
- Adanya nyeri tekan
pada kepala Mengaktifkan
- RR 30 x/menit respon nyeri
(Prostaglansin,
- Nadi 87 x.menit Bradikinin,
sitokinin)
- TD 110/70

Interprestasi Nyeri
4. Ds : Reaksi Inflamasi Hipertermi
Do :
Kenaikan suhu pada
- Suhu 388 C hipotalamus
- Mukusa bibir kering
dan pucat Mengaktifkan
mediator kimiawi
- Sclera putih (efinefrin,
- Warna hitam di prostaglandin dan
neroefinfrin
sekitar mata

Peningkatan
metabolisme

Peningkatan suhu
tubuh

5. Ds : Peningkatan Risiko Nutrisi


volume pustula
Do : Kurang dari
A : IMT = Peningkatan
kebutuhan Tubuh
B : Hb = 10,7 gr/mL tekanan Intracranial

C : klien tampak pucat


Desakanm dalam
D: intracranial
- Klien mual muntah
Rangsangan pada
korteks serebri

Peningkatan saraf
simpatis

Mual -muntah

Penurunan Intake
Nutrisi
6. Ds : Kekauan pada otot Risiko kerusakan
Do : integritas kulit
Imobilisasi
Kelemahan otot
Tirah baring terlalu Tirah baring lama
lama
Penekanan pada
bagian kulit

Aliran darah ke sel


kulit terhambat

Luka/inflmasi
7. Ds : Peningkatan suhu Risiko Kekurangan
tubuh
Do : Volume Cairan
- mukosa bibir kering Intake cairan
dan pucat inadekuat

- Natrium 131
Kegagalan
mmol/L termoregulasi
- Kalium 3,5 mmol/L
- Klorida serum 93 Dehidrasi vaskuler,
selular dan
mmol/L intraselular
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan proses
inflamasi pada selaput otak ditandai dengan tingkat kesadaran Sonolen,
adanya nyeri tekan pada bagian kepala, kaku kuduk, kernig sign dan
Burzinsky, klien tidak mampu bicara, hanya menggerang, TD 110/70
mmHg, Nadi 87 x/menit, Hb 10,7 gr/dL, RR 30 x/menit dan
konjungtiva putih, CRT <3detik,
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret dijalur nafas ditandai RR 30 x/menit, Retraksi otot
intercostalis, terdengar suara nafas tambahan brochi dan ronkhi,
terdapat akumulasi sputum, SpO2 <95%, sesak, batuk berdahak,
refleks batuk lemah
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
ditandai dengan Suhu 388 C, mukusa bibir kering dan pucat, sclera
putih, warna hitam di sekitar mata
4. Gangguan Rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada
kepalanya , P : peningkatan TIK, Q : tertusuk-tusuk, R : bagian kepala,
S : 4 ( skala nyeri 0-10), T : setiap bergerak nyeri meningkat, adanya
nyeri tekan pada kepala, RR 30 x/menit, Nadi 87 x.menit, TD 110/70
5. Risiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah
6. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Daftar Pustaka
Amin Huda Nurarif,S,Kep.,Ns & Hardhi Kusuma S.Kep.,Ns. (2015). Aplikasi asuhan
keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc. Jogjakarta:
Medaction Jogja.

Corwin, E. j. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Esther Chang, John daly, Doug Elliot. (2009). Patofisiologi : Aplikasi pada praktik
keperawatan. jakarta: EGC.

Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan (8th ed.). singapore: Elsevier.

Lippincott william & Wilkins. (2011). Profesional Guide to Pathophysiology (third edition
ed.). london: Wolters Kluwer Health.

Tisnawati, A. Y. (2017, Oktober). Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus


meningitis di ruang rawat anak irna kebidanan dan anak di RSUD DR. M. djamil
padang. Menara ilmu, XI, 174-183.

Anda mungkin juga menyukai