DISUSUN OLEH :
ISHAK M. SUPU
C01420090
KEPERAWATAN C 2020
Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membran yang melapisi otak dan medulla
spinalis. Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen
(Tarwoto, 2013). Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater
Meningitis adalah radang selaput otak yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur (Karen et al,
2011).
Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) kemudian
juga adanya radang pada pia dan araknoid, ruang subarakniod, jaringan superfisial otak dan medula
spinalis. Bakteri, virus, dan jamur dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoidal dan juga
dengan cepat menyebar ke bagian ruang lain, sehingga bagian leptomening medula spinalis juga
Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar
adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater. Cairan serebrospinalis (CSF)
merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus
choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal. CSF diabsorbsi melalui araknoid pada
lapisan araknoid dari meningen. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui
beberapa cara misalnya meningitis bakteri terjadi sebagai infeksi sekunder akibat infeksi
pernapasan atas, infeksi sinus, atau infeksi telinga, dan bisa juga terjadi karena masuknya kuman
secara langsung melalui pungsi lumbal; fraktur tengkorak atau cedera kepala berat (trauma kepala),
intevensi bedah neuro, abnormalitas struktur kongenital, seperti spina bifida; atau adanya badan
asing, seperti pirau ventrikel atau implant koklea (Kyle dan Carman, 2014).
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar.
Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri
menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui
saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menyumbat aliran
normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan
berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
2013).
Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme. Penyebab meningitis adalah
virus, bakteri, ataupun jamur meskipun jamur jarang terjadi.Paling sering klien memiliki kondisi
predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan
Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
1. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium Tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Menurut (Tanto, 2014) bakteri tuberculosis masuk kedalam tubuh yaitu ke bagian paru secara
inhalasi, setelah di fagosit oleh makrofag alveolar, system imun seluler mengenali antigen
bakteri kemudian limfosit mengaktifkan system pertahanan. Meningitis terjadi apabila bakteri
berhasil mencapai meningens dalam jumlah yang banyak. Namun, apabila bakteri yang
mencapai meningens dalam julam yang kecil, bakteri tersebut akan berkolonisasi, bereplikasi,
dan akan membentuk tuberkel yang disebut focus rich di sekitar area subtal. Setelah bertahun-
2. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang melingkupi otak
dan medulla spinalis. Penyebab dari penyakit ini berdasarkan golongan umur adalah masa
neonatus oleh E.coli, streptokokkus beta hemolitikus, dan listeria monositogenes. Kelompok
umur anak dibawah 4 tahun yaitu hemofilus influenza, meningokokus, dan pneumokokus.
Kelompok umur diatas 4 tahun dan orang dewasa adalah meningokokus dan pneumokokus
(Harsono, 2015).
Penderita meningitis purulenta biasanya mengalami kesadaran yang menurun dan seringkali
disertai dengan diare dan muntah-muntah. Meningitis purulenta umunya terjadi akibat adanya
komplikasi lain. Kuman secara hematogen sampai ke selaput otak seperti pada penyakit
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada meningitis bakteri menurut Tarwoto (2013) mengatakan diantaranya:
2. Nyeri kepala
4. Kejang umum
5. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan
koma.
Manifestasi klinik meningitis bakteri pada anak biasanya timbul diawali dengan demam serta
adanya gejala infeksi saluran pernafasan atau system gastrointesnital yang berlangsung selama
beberapa hari. Keluhan pada anamnesis biasanya akan terjadi berupa demam, iritabel, tangis
melengking (shrill cry), kejang, dan penurunan kesadaran. Gejala fisiknya seperti apatis sampai
koma, suhu tinggi, ubun-ubun besar menonjol dan tegang, tanda rangsang meningeal positif, gejala
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi
4. CT Scan .
Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hydrosephalus: Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga
3. Infark serebral: Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena terhambatnya
4. Ensepalitis: peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus, bakteri, dan jamur.
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
6. Abses otak: Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak serta
pembengkakakan.
7. Kejang: Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali
jantung.
9. Pneumonia: Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau kedua
10. Syok sepsis: Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat
Pencegahan
dan mengubah gaya hidup agar jauh lebih sehat. Seperti lebih rajin berolahraga dan menjauhi asap
rokok. Meningitis bakteri ditularkan melalui kontak langsung dengan droplet pernapasan dari
hidung atau tenggorok. Individu yang paling berisiko adalah mereka yang tinggal bersama anak
ataupun yangbermain bersama anak atau kontak dekat dengan anak tersebut. Pengendalian dapat
dilakukan pada lingkungan yang berisiko. Seperti disinfeksi mainan dan benda yang digunakan
bersama untuk mengurangu penularan mikroorganisme kepada individu lain (Kyle dan Carman,
2014).
A. Pengkajian
I. Biodata
2. Ibu
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 47 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Mappaodang 1 no 4A
- Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : -
Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya dalam keadaan latergi, stupor,
dan semikomatosa
2) Tanda tanda vital
a) Temperatur :-
Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal sekitar 38 – 41 oC
b) Denyut nadi :
Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial
c) Respirasi :-
Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:-
Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda – tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
B1 (breathing)
Melihat apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
alat bantu nafas, dan peningkata frekuensi nafas. Auskultasi bunyi nafas,
bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada meningitis tuberkulosa
B2 (blood)
Pengkajian pada sistem cardiovascular, biasanya terdapat infeksi
fulminating pada meningitis meningokokus dengan tanda-tanda
septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang
menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda
koagulasi intravascular desiminata
B3 (brain)
Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental
berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar
pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa.
B4 (bladder)
Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume
haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (bowel)
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia
dan adanya kejang.
B6 (bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan
pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada
penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah.
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya
yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui,
klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive
yang berlebihan terhadap cahaya.
Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada
meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau
periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan
didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya
refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
- Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a) Pemeriksaan Kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono,2007)
b) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin
tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 1350 (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono,2007)
c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono,2007)
d) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral. (Harsono,2007)
2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan.
Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus (nanah) yang merupakan campuran leukosit
yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah
protein yang meninggi.
3) Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
a) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping
itu, pada meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
4) Pemeriksaan Radiologis
a) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
b) Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan.
B. Analisis Data
no Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif : Trauma kepala
- Ibu pasien mengatakan pasien
menderita sakit kapala dan memberat
sejak satu bulan terakhir
- Ibu pasien mengatakan pasien pernah Infeksi
jatuh dari tangga dan kepala pasien
terbentur
- Pasien mengatakan sakit pada kepala
Peredangan meningen, lapisan
Data Objektif : korteks, sub arachnoid Nyeri Akut
- Pasien nampak menangis apabila
nyeri kepalanya timbul
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak menangis Eksudat meningkat
Peningkatan TIK
Sakit kepala
(Nyeri)
2. Data Subjektif : Trauma Kepala
- Ibu pasien mengatakan demam pasien
naik turun
- Ibu pasien mengatakan ketika pasien
demam disertai dengan nyeri kepala Infeksi
Data Objektif :
- Tubuh pasien teraba panas
- TTV : Peradangan
a. S: 38,5 C Diare
b. N: 100x/ menit
c. P: 28x/ menit
Eksudat Meningkat
Peningakatan TIK
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah diberikan Manajemen Observasi
tindakan keperawatan 1x nyeri -Untuk mengetahui
24 jam di harapkan nyeri Observasi tingkat nyeri.
menurun dengan kriteria -Identifikasi -Untuk mengetahui
hasil : skala nyeri keadaan umum
1. Keluhan nyeri pasien
menurun Terapeutik
2. Meringis -Kontrol Terapeutik
menurun lingkungan yang -Untuk
dapat mengurangi rasa
mempengaruhi nyeri
nyeri -Mengurangi risiko
faktor yang dapat
Edukasi memperberat
-Ajarkan tekhnik nyeri/menimbulkan
nonfarmakologis nyeri
untuk
mengurangi rasa Edukasi
nyeri -Memudahkan
pasien untuk
mengontrol nyeri
dengan cara
sederhana
2. Diare Setelah diberikan Manajemen Observasi
tindakan keperawatan 1x Diare -Mengetahui
24 jam diharapkan penyebab diare
eliminasi fekal membaik Observasi -Mengetahui
dengan kriteria hasil warna, frekuensi
1. Konsistensi feses -Identifikasi dan konsistensi
membaik penyebab diare feses
2. Frekuensi -Monitor warna,
defekasi volume, Terapeutik
membaik frekuensi, dan -Menjaga
konsistensi tinja keseimbangan
cairan
Terapeutik -Memenuhi
-Berikan asupan kebutuhan cairan
cairan oral
-Berikan cairan Edukasi
intravena -Memenuhi
kebutuhan tubuh
Edukasi -Mengurangi diare
-Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap
-Anjurkan
menghindari
makanan pedas
E. Implementasi
No. DX. Keperawatan Waktu Hari/Tanggal Implementasi Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri akut Rabu, 09 Oktober 2022 Manajemen Nyeri
Observasi
-Mengidentifikasi tingkat, lokasi,
karakteristik, kualitas, Frekuensi
dan faktor pencetus nyeri
Hasil :
14:30 P : Nyeri pada kepala
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Skala 8
S : Oksipital, temporal, parietal
dan frontal
T : hilang timbul durasi 10-15
menit
14:35
-Mengeidentifikasi skala nyeri
Hasil :
*Diukur dengan Wong Baker
faces-pain rating scale
*Skala nyeri 8 (lebih nyeri)
*Pasien tampak merintih
14:37 -Observasi isyarat Nonverbal
ketidaknyamanan
Hasil :
14:38 Pasien tampak gelisah
Terapeutik
-Memberikan terapi musik
sholawat selama 15 menit
Hasil : Pasien nampak tenang,
walaupun terkadang nampak masi
14:50 meringis.
Edukasi
-Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
Hasil : Pasien tampak rileks
Kolaborasi
-Memberikan analgetik
Hasil : Pemberian ketorolac
melalui IV
2. Diare Rabu, 09 Oktober 2022 Manajemen Diare
15:05 Observasi
-Mengidentifikasi Penyebab diare
Hasil : berhubungan dengan
penyebaran infeksi bakteri
Terapeutik :
15:10 -Memberikan asupan cairan oral
Hasil : Ibu pasien mengatakan
selalu memberikan air minum
15:15 kepada pasien
-Memberikan cairan intravena
Hasil : terpasang cairan asering di
ekstremitas kanan atas pasien
15:20
Edukasi
-Menganjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara bertahap
Hasil : ibu pasien mengatakan
mual muntah 2-4x sehari
15:22
Kolaborasi
-Memberikan obat antimotilitasi
Hasil : pemberian injeksi
Ranitidime injeksi Ceftriaxone IV