Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT MENINGITIS PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
ISHAK M. SUPU
C01420090
KEPERAWATAN C 2020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Definisi

Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membran yang melapisi otak dan medulla

spinalis. Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen

(Tarwoto, 2013). Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater

(leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan pada bagian duramater disebut pakimeningen.

Meningitis adalah radang selaput otak yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur (Karen et al,

2011).

Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) kemudian

juga adanya radang pada pia dan araknoid, ruang subarakniod, jaringan superfisial otak dan medula

spinalis. Bakteri, virus, dan jamur dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoidal dan juga

dengan cepat menyebar ke bagian ruang lain, sehingga bagian leptomening medula spinalis juga

ikut terkena (Harsono, 2015).

Patofisiologi

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar

adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater. Cairan serebrospinalis (CSF)

merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus

choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal. CSF diabsorbsi melalui araknoid pada

lapisan araknoid dari meningen. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui

beberapa cara misalnya meningitis bakteri terjadi sebagai infeksi sekunder akibat infeksi

pernapasan atas, infeksi sinus, atau infeksi telinga, dan bisa juga terjadi karena masuknya kuman

secara langsung melalui pungsi lumbal; fraktur tengkorak atau cedera kepala berat (trauma kepala),

intevensi bedah neuro, abnormalitas struktur kongenital, seperti spina bifida; atau adanya badan

asing, seperti pirau ventrikel atau implant koklea (Kyle dan Carman, 2014).
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.

Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar.

Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan

serebrospinal dan ventrikel. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri

menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui

saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat ini yang dapat

menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menyumbat aliran

normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan

berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat

meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto,

2013).
Etiologi

Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme. Penyebab meningitis adalah

virus, bakteri, ataupun jamur meskipun jamur jarang terjadi.Paling sering klien memiliki kondisi

predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan

meningkatkan terjadinya meningitis (Widagdo et al, 2013).

Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,

yaitu :

1. Meningitis serosa

Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak

yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium Tuberculosa. Penyebab lainnya lues,

virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia.

Menurut (Tanto, 2014) bakteri tuberculosis masuk kedalam tubuh yaitu ke bagian paru secara

inhalasi, setelah di fagosit oleh makrofag alveolar, system imun seluler mengenali antigen

bakteri kemudian limfosit mengaktifkan system pertahanan. Meningitis terjadi apabila bakteri

berhasil mencapai meningens dalam jumlah yang banyak. Namun, apabila bakteri yang

mencapai meningens dalam julam yang kecil, bakteri tersebut akan berkolonisasi, bereplikasi,

dan akan membentuk tuberkel yang disebut focus rich di sekitar area subtal. Setelah bertahun-

tahun focus rich dapat menyebabkan meningitis tuberculosis.

2. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang melingkupi otak

dan medulla spinalis. Penyebab dari penyakit ini berdasarkan golongan umur adalah masa
neonatus oleh E.coli, streptokokkus beta hemolitikus, dan listeria monositogenes. Kelompok

umur anak dibawah 4 tahun yaitu hemofilus influenza, meningokokus, dan pneumokokus.

Kelompok umur diatas 4 tahun dan orang dewasa adalah meningokokus dan pneumokokus

(Harsono, 2015).

Penderita meningitis purulenta biasanya mengalami kesadaran yang menurun dan seringkali

disertai dengan diare dan muntah-muntah. Meningitis purulenta umunya terjadi akibat adanya

komplikasi lain. Kuman secara hematogen sampai ke selaput otak seperti pada penyakit

pneumonia, bronkopneumonia, endocarditis dan lain-lain (Fauziah, 2017).

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada meningitis bakteri menurut Tarwoto (2013) mengatakan diantaranya:

1. Demam, merupakan gejala awal

2. Nyeri kepala

3. Mual dan muntah

4. Kejang umum
5. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan

koma.

Manifestasi klinik meningitis bakteri pada anak biasanya timbul diawali dengan demam serta

adanya gejala infeksi saluran pernafasan atau system gastrointesnital yang berlangsung selama

beberapa hari. Keluhan pada anamnesis biasanya akan terjadi berupa demam, iritabel, tangis

melengking (shrill cry), kejang, dan penurunan kesadaran. Gejala fisiknya seperti apatis sampai

koma, suhu tinggi, ubun-ubun besar menonjol dan tegang, tanda rangsang meningeal positif, gejala

tekanan intracranial meningkat, dan tanda-tanda.

a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas

b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,


Kloromfenikol, Sefalosporin.

c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obatobatan TBC.

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis meningitis menurut (Harsono, 2015) dapat ditegakkan melalui,diantaranya adalah:

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel

darah putih (10.000 -40.000 /mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur

adanya mikroorganisme pathogen.

b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.

2. Radiografi

Untuk menentukan adanya sumberinfeksi misalnya Rongen dada untuk

menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia, abses

paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.

3. Pemeriksaan lumbal pungsi

untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis.

4. CT Scan .

Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hydrosephalus: Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga

meningkatkan tekanan pada otak.

3. Infark serebral: Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena terhambatnya

aliran darah ke daerah tersebut.

4. Ensepalitis: peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus, bakteri, dan jamur.
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon

6. Abses otak: Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak serta

pembengkakakan.

7. Kejang: Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali

dan hilangnya kesadaran.

8. Endokarditis: Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam

jantung.

9. Pneumonia: Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau kedua

paru-paru yang dapat berisi cairan.

10. Syok sepsis: Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat

rendah (Widagdo et al, 2013)

Pencegahan

Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi

dan mengubah gaya hidup agar jauh lebih sehat. Seperti lebih rajin berolahraga dan menjauhi asap

rokok. Meningitis bakteri ditularkan melalui kontak langsung dengan droplet pernapasan dari

hidung atau tenggorok. Individu yang paling berisiko adalah mereka yang tinggal bersama anak

ataupun yangbermain bersama anak atau kontak dekat dengan anak tersebut. Pengendalian dapat

dilakukan pada lingkungan yang berisiko. Seperti disinfeksi mainan dan benda yang digunakan

bersama untuk mengurangu penularan mikroorganisme kepada individu lain (Kyle dan Carman,

2014).
A. Pengkajian
I. Biodata

2. Ibu
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 47 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Mappaodang 1 no 4A

II. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit:


Ibu pasien mengatakan pasien masuk ke RS dengan keluhan sakit kepala disertai
demam dan muntah 10x sebelum masuk ke RS.

III. Riwayat Kesehatan


- Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien menderita sakit kepala sekitar ±1 tahun yang lalu dan
memberat sejak 1 bulan terakhir.Ibu pasien mengatakan ketika pasien demam pasti
akan disertai dengan sakit kepala. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam
yang naik turun, mual, muntah 2-4 x/hari, BAB5 x/hari dengan konsistensi encer, ada
ampas dan hitam. Pasien mengatakan sakit kepala, pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuktusuk, dengan skala 8. Ibu pasien mengatakan nyeri yang dirasakan anaknya
berlangsung 10-15 menit dan hilang timbul. Pasien menangis apabila nyeri kepalanya
timbul.

- Riwayat kesehatan lalu


1) Penyakit yang pernah dialami : Ibu pasien mengatakan pasien pernah kejang dan
demam.
2) Kecelakaan yang pernah dialami : Ibu pasien mengatakan pasien 1 tahun yang lalu
pernah jatuh dari tangga (6 anak tangga) ketika bermain dan kepala pasien terbentur
3) Pernah alergi : Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
4) Komsumsi obat-obatan bebas : Bodrexin, PCT sirup
5) Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
6) Ibu pasien mengatakan pasien perkembangannya cepat dan paling aktif dibandingkan
dengan saudara-saudaranya yang lain.

- Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : -
Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya dalam keadaan latergi, stupor,
dan semikomatosa
2) Tanda tanda vital
a) Temperatur :-
Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal sekitar 38 – 41 oC
b) Denyut nadi :
Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial
c) Respirasi :-
Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:-
Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda – tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
 B1 (breathing)
Melihat apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
alat bantu nafas, dan peningkata frekuensi nafas. Auskultasi bunyi nafas,
bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada meningitis tuberkulosa
 B2 (blood)
Pengkajian pada sistem cardiovascular, biasanya terdapat infeksi
fulminating pada meningitis meningokokus dengan tanda-tanda
septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang
menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda
koagulasi intravascular desiminata
 B3 (brain)
Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental
berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar
pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa.
 B4 (bladder)
Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume
haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
 B5 (bowel)
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia
dan adanya kejang.
 B6 (bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan
pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada
penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah.
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
 Pemeriksaan saraf cranial
 Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
 Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
 Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya
yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui,
klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive
yang berlebihan terhadap cahaya.
 Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
 Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
 Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
 Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
 Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
 System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada
meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
 Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau
periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan
didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya
refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.

- Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a) Pemeriksaan Kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono,2007)
b) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin
tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 1350 (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono,2007)
c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono,2007)
d) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral. (Harsono,2007)
2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
 Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan.
Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus (nanah) yang merupakan campuran leukosit
yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
 Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah
protein yang meninggi.
3) Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
a) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping
itu, pada meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
4) Pemeriksaan Radiologis
a) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
b) Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul


- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi pada meningen
- Hipertermi berubungan dengan inflamasi pada meningen
- Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang menimbulkan kematian
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih
- Gangguan ADL berubungan dengan perubahan tingkat kesadaran
- Resiko cedera berhubungan dengan peurunan kesadaran
- Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berubungan dengan tekanan pada pusat refleks
muntah
No Data Subyektif Data Obyektif
1. - Ibu pasien mengatakan pasien1. Pasien nampak menangis apabila nyeri
menderita sakit kepala dan
kepalanya timbul.
memberat sejak 1 bulan terakhir
2. - Pasienmengatakan sakit kepala,2. Pasien tampak lemah,
P : Nyeri pada Kepala
3. Pasien tampak meringis, merintih
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk,
S : skala 8 4. Pasien tampak gelisah dan cemas
R : Oksipital, temporal, parietal
dan frontal 5. Tubuh pasien teraba hangat
T: hilang timbul durasi 10-15 6. TTV:
3. menit
- Ibu pasien mengatakan pasien a. S: 38.5o C.
mengalami demam yang naik b.N: 100 x/ menit.
4. turun
- Ibu pasien mengatakan ketika P: 28x/ menit.
pasien demam pasti akan 7. Bibir tampak kering
5. disertai dengan nyeri kepala 8. Peristatltik Usus 18 x/menit
- Ibu pasien mengatakan pasien
pernah jatuh dari tangga dan
6. kepala pasien terbentur
- Ibu pasien mengatakan pasien
7. mual, muntah 2-4 x/hari
- Ibu pasien mengatakan pasien
BAB5 x/hari dengan konsistensi
encer, ada ampas dan berwarna
hitam.

B. Analisis Data
no Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif : Trauma kepala
- Ibu pasien mengatakan pasien
menderita sakit kapala dan memberat
sejak satu bulan terakhir
- Ibu pasien mengatakan pasien pernah Infeksi
jatuh dari tangga dan kepala pasien
terbentur
- Pasien mengatakan sakit pada kepala
Peredangan meningen, lapisan
Data Objektif : korteks, sub arachnoid Nyeri Akut
- Pasien nampak menangis apabila
nyeri kepalanya timbul
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak menangis Eksudat meningkat

Peningkatan TIK

Sakit kepala
(Nyeri)
2. Data Subjektif : Trauma Kepala
- Ibu pasien mengatakan demam pasien
naik turun
- Ibu pasien mengatakan ketika pasien
demam disertai dengan nyeri kepala Infeksi

Data Objektif :
- Tubuh pasien teraba panas
- TTV : Peradangan
a. S: 38,5 C Diare
b. N: 100x/ menit
c. P: 28x/ menit
Eksudat Meningkat

Peningakatan TIK

Mual, muntah, diare

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis


2. Diare b.d proses infeksi

D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah diberikan Manajemen Observasi
tindakan keperawatan 1x nyeri -Untuk mengetahui
24 jam di harapkan nyeri Observasi tingkat nyeri.
menurun dengan kriteria -Identifikasi -Untuk mengetahui
hasil : skala nyeri keadaan umum
1. Keluhan nyeri pasien
menurun Terapeutik
2. Meringis -Kontrol Terapeutik
menurun lingkungan yang -Untuk
dapat mengurangi rasa
mempengaruhi nyeri
nyeri -Mengurangi risiko
faktor yang dapat
Edukasi memperberat
-Ajarkan tekhnik nyeri/menimbulkan
nonfarmakologis nyeri
untuk
mengurangi rasa Edukasi
nyeri -Memudahkan
pasien untuk
mengontrol nyeri
dengan cara
sederhana
2. Diare Setelah diberikan Manajemen Observasi
tindakan keperawatan 1x Diare -Mengetahui
24 jam diharapkan penyebab diare
eliminasi fekal membaik Observasi -Mengetahui
dengan kriteria hasil warna, frekuensi
1. Konsistensi feses -Identifikasi dan konsistensi
membaik penyebab diare feses
2. Frekuensi -Monitor warna,
defekasi volume, Terapeutik
membaik frekuensi, dan -Menjaga
konsistensi tinja keseimbangan
cairan
Terapeutik -Memenuhi
-Berikan asupan kebutuhan cairan
cairan oral
-Berikan cairan Edukasi
intravena -Memenuhi
kebutuhan tubuh
Edukasi -Mengurangi diare
-Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap
-Anjurkan
menghindari
makanan pedas

E. Implementasi
No. DX. Keperawatan Waktu Hari/Tanggal Implementasi Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri akut Rabu, 09 Oktober 2022 Manajemen Nyeri
Observasi
-Mengidentifikasi tingkat, lokasi,
karakteristik, kualitas, Frekuensi
dan faktor pencetus nyeri

Hasil :
14:30 P : Nyeri pada kepala
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Skala 8
S : Oksipital, temporal, parietal
dan frontal
T : hilang timbul durasi 10-15
menit
14:35
-Mengeidentifikasi skala nyeri
Hasil :
*Diukur dengan Wong Baker
faces-pain rating scale
*Skala nyeri 8 (lebih nyeri)
*Pasien tampak merintih
14:37 -Observasi isyarat Nonverbal
ketidaknyamanan
Hasil :
14:38 Pasien tampak gelisah

Terapeutik
-Memberikan terapi musik
sholawat selama 15 menit
Hasil : Pasien nampak tenang,
walaupun terkadang nampak masi
14:50 meringis.
Edukasi
-Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
Hasil : Pasien tampak rileks

Kolaborasi
-Memberikan analgetik
Hasil : Pemberian ketorolac
melalui IV
2. Diare Rabu, 09 Oktober 2022 Manajemen Diare
15:05 Observasi
-Mengidentifikasi Penyebab diare
Hasil : berhubungan dengan
penyebaran infeksi bakteri

Terapeutik :
15:10 -Memberikan asupan cairan oral
Hasil : Ibu pasien mengatakan
selalu memberikan air minum
15:15 kepada pasien
-Memberikan cairan intravena
Hasil : terpasang cairan asering di
ekstremitas kanan atas pasien
15:20
Edukasi
-Menganjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara bertahap
Hasil : ibu pasien mengatakan
mual muntah 2-4x sehari
15:22
Kolaborasi
-Memberikan obat antimotilitasi
Hasil : pemberian injeksi
Ranitidime injeksi Ceftriaxone IV

Anda mungkin juga menyukai