MAKALAH
oleh:
Kelompok 5
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B (IKK
IV B) dengan dosen pengampu Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh:
Velinda Dewi L
NIM 142310101004
Aisatul Zulfa
NIM 142310101029
Wahyu Ramadhani
NIM 142310101004
Lisca Nurmalika F
NIM 142310101109
Bakteri
diplokokus
haemofilus
pneumonia,
influenza,
streptokokus
nersseria,
group
A,
juga
menimbulkan
peningkatan
pada
virus
atau
aseptic
meningitis
Meningitis Kriptikokus
Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan
oleh jamur kriptokokus. Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke
tubuh manusia saat menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian
tubuh lain. Gejala pada meningitis ini muncul secara perlahan.
Gejala pertama yang muncul termasuk demam, kelelahan, pegalpegal pada leher, sakit kepala, kebingungan, penglihatan mulai
kabur, mual dan muntah. Sakit kepala yang ditimbulkan sangat
sulit untuk ditoleransi, bahkan tidak mampu diredakan oleh
paracetamol.
Untuk
menentukan
diagnosis
harus
dilakukan
tes
viral
harus
Gejala
yang
ditumbulkan
seperti
timbul
bercak
Escherichia
Pneudomonas aeruginosa.
coli,
Klebsiella
pneumoniae,
menyebabkan
ke
cairan
otak
mikroorganisme
melalui
yang
ruangan
patologis
subarachnoid.Adanya
merupakan
penyebab
neonatus meningitis ini terjadi secara akut disertai panas tinggi, mual muntah,
penurunan nafsu makan, kejang akibat dehidrasi, dan konstipasi. Pada anak
dewasa biasanya diawali dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas,
sakit kepala hebat, nyeri otot dan punggung. CSS tampak keruh atau purulen.
Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium. Stadium I terjadi
selama 2-3 minggu dan ditandai gejala seperti infeksi biasa. Pada anak-anak,
demam jarang terjadi, tetapi BB turun, mual dan muntah serta anak menjadi
apatis. Meningitis yang terjadi pada orang dewasa, demam yang terjadi hilang
timbul, nyeri kepala dan punggung, dan tampak gelisah. Stadium II (stadium
transisi) berlangsung selama 1 3 minggu. Gejala yang tampak yaitu nyeri
kepala heba disertai kejang, seluruh tubuh mulai kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, dan ubun-ubun menonjol. Stadium III (terminal)
gejala kelumpuhan mulai terjadi dan penderita dapat mengalami koma dan
dapat terjadi kematian jika dalam waktu 3 minggu penderita tidak
mendapatkan pengobatan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah, kadar hemoglobin, jumlah, dan menghitung jenis
leukosit, laju endapan darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit,
kultur. Pada meningitis purulenta diperoleh peningkatan leukosit dengan
pergeseran ke kiri pada hitung jenis (Mansjoer Arif, 2005).
2. Pemeriksaan radiologis, foto thoraks, dan foto kepala (pemeriksaan
mastoid, sinus paranasal, dan gigi geligi) (Mansjoer Arif, 2005).
3. Pemeriksaan serebrospinalis, lengkap dan kultur
Pada purulenta, didapatkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang
keruh, karena mengandung pus berupa campuran leukosit, jaringan yang mati
dan bakteri. Hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang jernih terdapat pada
infeksi virus. Pemeriksaan kultur liquor digunakan untuk menentukan bakteri
yang menjadi penyebab.
A. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leokosit CBC meningkat,
kadar glukosa darah menurun, protein menigkat, tekanan cairan
meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum meningkat,
identifikasi organisme penyebab.
2. Kultur darah, digunakan untuk menemukan dan menetapkan
organisme penyebab.
3. Kultur urin
4. Kultur nasofaring
5. Elektrolit serum, meningkat pada pasien yang mengalami dehidrasi.
Na naik dan K turun
6. Osmolaritas urin meningkat dengan sekresi ADH
7. MRI, CT-Scan atau angiografi
Pemeriksaan Rasangan Meningeal
1. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien terlentang dan dilakukan gerakan pasif seperti fleksi dan rotasi
kepala. Kaku kuduk positif (+) jika terjadi kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai nyeri dan spasme otot. Dagu tidak bisa
menyentuh dada, tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan tanda kering
Pasien dalam posisi terlentang, tangan diangkat, melakukan gerakan fleksi
pada panggul, kemudian ekstensi tungkai bawah sendi lutut yang jauh
tanpa disertai nyeri. Tanda kering positif (+) jika saat ekstensi sendi lutut
pasien tidak bisa mencapai sudut 135 dengan disertai spasme otot pada
dan nyeri.
3. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (pada leher)
Posisi pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya di
bawah kepala pasien dan tangan kan di atas dada pasien kemudian
melakukan fleksi kepala dengan cepat ke arah dada. Tes Brudzinski positif
(+) jika saat pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (pada kontra lateral tungkai)
Posisi pasien terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul. Tanda brudzinski II positif (+) jika tungkai yang satunya ikut
terfleksi juga.
b. Sefalosforin generasi ke 3.
B. Pengobatan simtomatik
1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kg/dosis
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari atau
b. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari
Turunkan panas:
a.
Antipiretik: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.
b.
Kompres air PAM / es.
C. Pengobatan suportif
1. Cairan intravena
2. Zat asam
rendah,
pengahasilan
tidak
mencukupi
untuk
kebutuhan sehari-hari
Gol. Darah: Alamat:
Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena
angka kematian dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan
tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup, tinggal atau
tidur yang saling berdesakan. Hygiene dan sanitasi yang buruk
meningkatkan angka terjadinya meningitis.
4.1.2
4.1.3
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sistem motoric
Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut
kontrolkeseimbangan dan koordinasi mengalami perubahan
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum,
atau periosteum derajat reflex pada respon normal. Refles patologis
terjadi pada klien dengan tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada
keadaan tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada
anak dengan meningitis yang disertai peningktan suhu tubuh yang
tinggi
Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulent dan edema
serebri diantaranya perubahan TTV (melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri
menyolok adanya meningitis meningokokal (Neisseria meningitis)
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya
volume keluaran urine.Hal tersebut berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowl)
atau
gastrointestinal
meliputi
sesak
dan
sianosis
gejala
lain
yang
lebih
infeksi
meningokokus
otot
mengansi
melemah,
pergerkan
melemah.Pada
hipertermia.demam,
icterus,
ksus
dan
lanjut
rewel,
kekuatan
terjadi
mengantuk,
4.2 Diagnosa
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Hypertension
oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi
2. Hyperthermia b.d dehidrasi dan agen faramasi
3. Nyeri Akut b.d Cedera agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma)
4.3 Intervensi
4.
N
1.
5. Diagnosa
Keperaw
atan
13. Resiko
ketidakefe
ktifan
perfusi
jaringan
otak b.d
gangguan
transport
oksigen
melalui
membran
kapiler
menuju
otak oleh
eksudasi
pus akibat
reaksi
inflamasi
6. Perencanaan
7.
11. Intervensi
1. Monitoring
tekanan
intrakarnial.
ICP
Monitoring
2. Management pengobatan
(monitoring pemberian
terapi farmakologi untuk
mengurangi TIK).
3. Identifikasi
terjadinya
resiko
lainnya
berhubungan
dengan
peningkatan
TIK
(infeksi).
4. Ajarkan patofisiologi dan
prognosis
dari
Meningitis. Teanching:
Disease Process
5. Ajarkan pola diet, sesuai
dengan kondisi pasien
Meningitis.
Teaching:
12. Rasional
1. Perubahan tekanan CSS,
akibat herniasi batang otak
yang membutuhkan tindakan
segera.
2. Bertujuan untuk mencegah
peningkatan tekanan
intrakranial.
3. Bertujuan untuk meningkatkan
aliran darah (vena) dari kepala.
4. Bertujuan untuk
meminimalkan fluktuasi aliran
vaskuler.
5. Menurunkan permeabilitas
kapiler, membatasi edema
serebral, mengurangi resiko
peningkatan TIK.
14.
15.
2.
19. Hyperther
mia b.d
a. Dehidrasi
b. Agen
faramasi
20.
saturation
5. Tidak
ada
mual,
muntah dan nyeri.
Nausea,
vomitting,
and pain
17.
1.
2.
3.
4.
5.
Prescribed Diet
6. Ajarkan prosedur dan
terapi Meningitis pada
klien.
Teaching:
Procedure/Treatment
7. Monitoring tanda-tanda
vital.
Vital
Sign
Monitoring
18.
Pantau suhusetiap 2 jam
1. Karena suhu pasien dengan
Pantau warna kulit dam suhu
hipertermi dapat beruabahMonitor TD, nadi, RR
ubah setiap waktu.
Monitor intake dan output
2. Warna kulit pasien dengan
Anjurkan asupan cairan oal
hipertermi, kemerahan dan
sedikitnya 2 liter sehari
akral teraba hangat-panas
23. Kolaborasi: berikan obat
(sesuai suhu tubuh) akibat dari
antipiretik bila perlu
proses infeksi (kolor, dolor,
rubor, fusiolesa)
3. TTV merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien
4. Pasien dengan hipertermi,
akan mengalami dehidrasi
(turgor kulit buruk)
5. Dengan bantuan intake cairan
yang cukup, cairan tubuh yang
hilang dapat terganti.
3.
25. Nyeri
Akut b.d
Cedera
agen
biologis
(infeksi,
iskemia,
neoplasma
)
26.
27.
1.
2.
3.
4.
5.
33.
4.4 Implementasi
34.
H 35.
36.
J
37.
Implementasi
38.
Pa
ari/
No.
am
raf
Tanggal
Dx
Kep
39.
56.
57.
58.
59.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
60.
Tabel implementasi berisi tentang:
a. Hari dan tanggal melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi yang
telah disusun.
b. Nomor diagnosa keperawatan sesuai denga tabel intervensi keperawatan
c. Waktu dilakukannya tindakan keperawatan
d. Implementasi atau nama tindakan yang dialukakan kepada pasien dengan
menggunakan kata kerja. Tindakan harus seuai dengan intervensi yang
telah disusun untuk mencapai kriteria hasil
e. Tanda tangan atau paraf perawat yang melakukan tindakana disertai
nama di bagian bawahnya.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
4.5 Evaluasi
70.
Hari/ 71.
Ja
72.
Evaluasi
73.
P
Tanggal
m
araf
74.
82.
83.
84.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
85.
86.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi yang dilakukan.
Apakah mencapai criteria hasil atau tidak. Apabila setelah dilakukan
intervensi tidak mencapai criteria hasil yang diharapkan maka masalah tidak
teratasi dan dilanjutkan intervensi atau dan memodifikasi intervensi. Apabila
setelah dilakukan intervensi berhasil mencapai sebagian dari criteria hasil
maka analisa dapat ditulis masalah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan atau memodifikasi intervensi. Apabila intervensi mencapai semua
criteria hasil maka pada analisa masalah teratasi, dan intervensi dihentikan.
Pada evaluasi, kelompok kami menggunakan SOAP.
87.
Tabel evaluasi berisi:
a. Hari dan tanggal dilakukannya proses evaluasi terhadap kondisi pasien
saat itu
b. Jam dilakukannya evaluasi pada pasien
c. Evaluasi
yang
dilakukan
umumnya
S
bersifat
SOAP
88. O
92.
93. Judit dan Nancy. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC
94. [serial online] http://spiritia.or.id/li/pdf/LI503.pdf [18 Maret 2016]
95.
96.
97.
[serial online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter
%20II.pdf [diakses pada tanggal 19 Maret 2016]
98.
99.
100.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nintya%20Zeina
%20Dini.pdf
101.
https://www.academia.edu/9130465/Laporan_kasus_menin
gitis_TB
102.
103.
104.
105.
Pathways
Etiologi : Bakteri,
virus, jamur
106.
107.
Infeksi saluran
108.
pernapasan atas,
109.
otitis media, infeksi
gigi, mastoiditis
110.
Perluasan langsung
dari infeksi di sinus
paranasalis
mastoid, abses otak
Implantasikan
langsung tindakan
bedah otak, pungsi
lumbal
Aspirasi cairan
amion saat bayi lahir
111.
Masuk ke aliran
darah
112.
113.
bakterimi
a
114.
Kolonisasi dan
memperbanyak
diri
Edema
otak
Peningkatan
TIK
115.
Masuk ke dalam
116.
CSS
117.
Terjadi infeksi
118.
119.
Peradangan
selaput otak
Bakteri masuk
meningen
Merangsang
Saraf simpati
Menekan
saraf di
servikal
Mual dan
muntah
Otot
berkontraksi
120.
Nafsu
makan
121.
122.
Peningkatan
metabolisme
123.
124.
Meningiti
s
Trombus dan penurunan
aliran darah serebral
Metabolism
bakteri
Akumulasi sekret
125.
Hiperter
mi
126.
127.
Pembentukan
eksudat, vaskulitis
dan hipoperfusi
128.
Keringat
berlebih/
129.
diaphoresi
s 130.
131.
132.
Kekuranga
n volume
133.
cairan
134.
Reabsorbsi CSS
terganggu
Penumpukan CSS
diotak
peningkatan
komponen darah
di serebral
peningkatan
viskositas darah
Edema otak
Permeabilitas
kapiler
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
Bakteri masuk
ke aliran balik
vena ke jantung
resiko
infeksi
Otot pada
tengkuk
menegang
Kaku kuduk
135.
136.
137.
Penurunan
kesadaran
138.
139.
140.
Suplai darah ke
otak menurun
141.
142.
Penurunan
kesadaran
Peningkatan volume
cairan di interstitial
Ketidakseimbang
an ion
Kelainan
depolarisasi ion
Perubahan
pada system
RAS
143.
144.
145.
Sakit kepala
146.
147.
148. akut
Nyeri
149.
Gangguan
perfusi
jaringan
Ketidakefekt
ifan pola
napas
Hiperaktifitas
neuron
kejang
Peningkatan
metabolisme
Resiko cidera
Penurunan
reflek batuk
Penumpukan
secret pada
jalan napas
Ketidakefekt
ifan
bersihan
jalan napas
150.
KASUS
151.
152.
I. Identitas Klien
153.
154.
: Tn. A
155.
Nama
157.
158.
55
. RM
159.
Pe
95923
160.
:
Umur
161.
tahun
162.
:
Laki-
kerjaan
163.
St
Satpam SD
164.
:
Jenis
laki
atus
Kela
min
165.
166.
: Islam
nan
167.
170.
: SMA
Ta
174.
168.
2015
172.
:
Oktober
Pengkaji
2015
an
175.
12
Oktober
MRS
171.
Tg
an
Alamat
Kawin
nggal
Pendidik
173.
156.
Perkawi
Agama
169.
No
Su
Tumpangsari
mber
Jember
Informa
176.
Keluarga
si
177.
178.
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik: Meningoensefalitis
2. Keluhan Utama: Penurunan kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang:
179. Minggu, 11 Oktober 2015 pagi pasien mengeluh
pusing, kemudian pasien mengalami penurunan kesadaran
saat bangun tidur tanggal 11 Oktober 2015. Keluarga
12
kemudian
dibawa
ke
ruang
melati
untuk
pernah
menderita
batuk
yang
cukup
lama
dan
kepiting,
dan
ikan
laut
lainnya.
Apabila
pasien
Imunisasi:
182.
Keluarga
mengatakan
jika
sakit,
pasien
Genogram:
187.
188.
189.
190.
1.
191.
2.
192.
3.
193.
4.
194.
5.
195.
6.
196.
Keterangan:
197.
= laki-laki
198.
= meninggal
= perempuan
--------- = tinggal serumah
199.
III.Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
200.
Keluarga pasien mengatakan sehat adalah keadaan dimana
seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa adanya gangguan
seperti sakit. Persepsi keluarga tentang sakit yaitu keadaan dimana tubuh
mengalami gangguan seperti sakit pada tubuhnya. Saat sakit, pasien biasanya
membeli obat-obatan di warung, dan apabila tidak dapat diatasi dengan obatobatan warung, pasien berobat ke Puskesmas. Keluarga mengatakan pasien
tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga.
201.
Interpretasi :
202.
Pasien belum menerapkan upaya preventif untuk meningkatkan
status kesehatannya seperti berolahraga rutin tiap minggu
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Antropometeri
203.
TB : 159 cm
204.
BB : 60 kg
205.
IMT = BB/ (TB/100)2
206.
IMT =60/ (159/100)2
207.
IMT = 60/2.5281
208.
IMT = 23.24
209.
Interpretasi :
210.
Kategori IMT
211.
Underweight= < 18.5
212.
Normal= 18.5-24.9
213.
Overweight = >25
214.
Berdasarkan rumus IMT, pasien termasuk kategori normal
215.
Pemenuhan kalori tubuh
216.
BBI (Berat Badan Ideal) = TB-100 = 159-100=59 kg
217.
Kalori Harian BB Aktual = BB saat ini x level aktivitas
fisik
218.
= 60 x 34 = 2040 kal
219.
220.
221.
BBI
222.
= 2040-2006= 34 kal
223.
Interpretasi :
224.
kal.
Biomedical sign:
225.
Nilai hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 13 Oktober
2015
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
SGOT 16 u/L
SGPT 19 u/L
Glukosa Sewaktu 130 mg/dl
Albumin 4,1 gr/dl
Interpretasi :
SGOT pasien dalam batas normal (normal 10-35 u/L)
SGPT pasien dalam batas normal (normal 9-43 u/L)
Glukosa Sewaktu pasien dalam batas normal (normal <200
mg/dl)
234.
235.
darah
236.
Clinical Sign :
237.
Kulit dan bibir kering bersisik, rambut tidak rontok
dan
berwarna hitam,
238.
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dan tidak ada
edema Interpretasi :
239.
Pada hari pengkajian (13 oktober 2015) pasien tidak
mengalami masalah pada nutrisi secara klinis, namun beresiko
mengalami kekurangan nutrisi karena pasien kehilangan kesadaran
sehingga intake nutrisi tidak dapat dilakukan secara mandiri.
240.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
241.
Diet susu via NGT 3x250cc
242.
Infus RL 20 tpm (1500 cc/hari)
243.
Interpretasi :
244.
Tidak ada masalah pada diet pasien karena pasien dibantu
dengan NGT dan pemenuhan cairannya dengan dibantu infuse
3. Pola eliminasi:
245.BAK
246.- Frekuensi
:-
247.- Jumlah
: 800cc/11 jam
248.- Warna
249.- Bau
: khas urin
250.- Karakter
251.- BJ
::-
: dibantu
:-
255.BAB
256.Pasien belum BAB sejak masuk rumah sakit (12 Oktober 2015)
257.Interpretasi :
258.Balance cairan per shift malam (11 jam):
259.Input:
satpam SD pada hari senin-sabtu pada pukul 07.00-14.00 WIB. Setelah pulang
bekerja, pasien tidur siang selama kurang lebih 1 jam, setelah itu pasien
mengojek dari pukul 16.00 sampai pukul 11.00-12.00 WIB tiap harinya. Pada
hari minggu saat libur, pasien biasanya diminta tolong untuk menjadi sopir.
Pasien tidak pernah berolahraga dan mengikuti kegiatan untuk meningkatkan
kebugaran tubuh. Setelah sakit,
keluarga mengatakan
melakukan aktivitas apapun karena pasien tidak dapat bergerak saat kehilangan
kesadaran sehingga Activity Daily Living (ADL) pasien dibantu total.
273.
274.
275.
Living)
276.
Kemampuan
277.278.279.280. 281.
perawatan diri
282.
Makan/minum
288.
Toileting
294.
Mobilitas di
0 1 2 3 4
283.284.285.286.287.
289.290.291.292.293.
295.296.297.298.299.
tempat tidur
300.
Berpindah
306.
ROM
312.
Keterangan :
301.302.303.304.305.
307.308.309.310.311.
313.
0: tergantung total,
314.
315.
2: dibantu petugas,
316.
3: dibantu alat,
317.
4: mandiri
318.
Status Oksigenasi:
319.
Keluarga mengatakan pasien tampak sesak, pasien bernapas
spontan, tampak menggunakan otot-otot bantu pernapasan, pasien tampak
terpasang oropharingeal tube
320.
Fungsi kardiovaskuler :
321.
Terapi oksigen :
323.
324.
Interpretasi:
325.
kesadaran sehingga fungsi indra pasien tidak dapat dikaji, namun keadaan
indra masih dapat dikaji dengan hasil
a. Mata : tidak terdapat ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
b.
c.
d.
e.
336.
interpretasi :
337.
: Tidak terkaji
: Pasien merupakan seorang suami dan ayah bagi
Interpretasi:
339.
342.
9. Pola peran & hubungan
343.
Sebelum sakit, pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang
mencari nafkah untuk menghidupi kebutuhan keluarga. Hubungan pasien
dengan anggota keluarga harmonis dan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Saat sakit, peran pasien sebagai pencari nafkah terganggu sedangkan istri
pasien menemani pasien di rumah sakit. Hubungan keluarga saat sakit
harmonis, pasien tampak dijenguk oleh beberapa anggota
keluarga dan
tetangganya. Interpretasi:
344.
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit karena tidak ada yang
menggantikan pasien untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
keluarganya.
345.
10. Pola manajemen koping-stres
346.
Sebelum sakit, pasien biasanya bercerita kepada istrinya saat
memiliki masalah. Menurut keluarga, pasien cukup terbuka dan pasien sering
berdiskusi dengan istrinya untuk memutuskan sesuatu. Berdasarkan
keterangan keluarga, pasien tidak pernah berjalan-jalan untuk menghilangkan
stresnya, pasien hanya bercerita tentang masalahnya kepada istri.
347.
Interpretasi:
348.
kepada anggota keluarga saat memiliki masalah. Tidak ada gangguan pada
pola manajemen dan koping stres
11. Sistem nilai & keyakinan
349.
pantangan tertentu yang diyakini selama sakit seperti tidak boleh makan telur,
daging ayam atau yang lain. Saat sakit, keluarga pasrah kepada Allah SWT.
Tentang kesembuhan pasien. Keluarga selalu mendoakan agar pasien segera
sadar dan kesehatannya membaik.
350.
352.
GCS : E1-V1-M1
353.
Tanda vital:
Interpretasi :
356.
357.
358.
Auskultasi)
1. Kepala
359.
dan wajah
2. Mata
361.
363.
telinga
4. Hidung
365.
5. Mulut
367.
7. Dada
370.
Paru-paru
371.
373.
374.
Jantung
376.
377.
378.
Perkusi : pekak
379.
382.
383.
Perkusi: timpani
9. Urogenital
384.
Ekstremitas
385.
hangat
387.
Kekuatan otot
388. 389.
1
1
390. 391.
1
392.
11.
393.
atau jejas, kuku tangan dan kaki tampak panjang dan kotor,
tidak tampak lesi sekitar kuku
12.
Keadaan local
394.
GCS E1V1M1
395.
13.
Pemeriksaan Neurologis
V. Terapi
397.
Nama
398.
399.
olonga
Da
Indika
400.
si
Kontra
indikasi
Infus
Dosi
402.
Mekanisme
s dan
Kerja
Cara
ga
ng
403.
401.
pemberia
404.
405.
Kehilan
406.
Keadaa
407.
n
Dise
408.
Larutan
airan
gan cairan
suaikan
kristaloid
RL
kristalo
tubuh,
hiperhidrasi,
dengan
menembus
20
id
dehidrasi
hiperlaktatem
kebutuhan
membran kapiler
tp
hipotonis dan
ia,
cairan,
dari kompartemen
isotonis.
hipernatremia
umumnya
intravaskuler ke
30-40
kompartemen
hiperkloremia
mL/kgBB/h
interstisial,
, hipokalemia
ari pada
kemudian
tanpa
dewasa.
didistribusikan ke
pemberian
semua
kalium
kompartemen
bersama-
ekstra vaskuler.
sama serta
pada keadaan
jumlah pemberian
insufisiensi
hati yang
berada
berat.
intravaskuler,
sehingga
penggunaannya
membutuhkan
volume 3-4 kali
dari volume
plasma yang
hilang. Bersifat
isotonik, maka
efektif dalam
mengisi sejumlah
cairan kedalam
pembuluh darah
dengan segera dan
efektif untuk
pasien yang
membutuhkan
409.
410.
Keadaan akut
411.
Hiperse
Keadaan akut
cairan segera.
412.
Farmakodina
Citicoli
europro
kehilangan
nsitivitas
Biasanya 250-
tektif
kesadaran akibat
terhadap
2x2
trauma serebral
citicoline.
kali sehari
precursor
50
atau kecelakaan
secara drip IV
fosfatidilkolin,
mg
atau bolus IV
Keadaan
penting untuk
Keadaan kronik
kronik
integritas dan
Gangguan
Biasanya 100-
fluiditas
psikiatrik atau
membrane sel
saraf akibat
kali sehari
apopleksia,
secara IV atau
juga dapat
trauma kepala
IM.
berubah menjadi
Gangguan
asetilkolin, suatu
Memperbaiki
serebrovaskula
neurotransmiter
sirkulasi darah
r dapat
penting untuk
otak sehingga
diberikan IV
komunikasi antar
termasuk stroke
atau IM
iskemik
sampai 1000
untuk menyimpan
mg.
memori dan
pemberian IV
mengeluarkannya.
operasi otak
mik:
413.
Merupakan
harus
Citicoline juga
selambat
meningkatkan
mungkin.
Farmakokine
tik :
416.
Absorbsi
seluruhnya per
oral, dan
bioavailabilitas per
oral kurang lebih
sama dengan
intravena.
Distribusi secara
luas ke seluruh
tubuh,
melewatisawar
darah otak dan
mencapai sistem
418.
419.
Pengob
Hipersensitif
Dosis umum:
microsomal.
422.
Farmakodina
eurotro
atan infark
terhadap
1 gram 3 x 1
pir
pik
serebral
piracetam.
sehari IV atau
ace
atau
Gangguan ginjal
IM
ta
neuroto
berat (bersihan
Intramuskular
dan metabolisme
nik dan
kreatinin < 20
dan intravena,
glukosa tanpa
3x3
nootrop
ml/menit)
dapat juga
mempengaruhi
gr
ik
diberikan
daerah yang
bersama infus.
normal,
Larutan injeksi
mempermudah
piracetam
kemampuan verbal
stabil dalam
infus di atas
meningkatkan
kurang dari 24
jam.
kewaspadaan.
420.
mik :
423.
424.
Memperbaik
421.
425.
Farmakokine
tik :
426.
Absorpsi
cepat dan
sempurna.
Distribusi merata,
dapat melewati
sawar darah otak
dan plasenta.
Lebih
terkonsentrasi
pada: korteks
serebri, serebelum
dan ganglia
basalis. Eliminasi
di ginjal. Ekskresi
427.
Metylp
red
nis
429.
431.
ortikost
eroid
430.
Penyaki
t neurologik:
Infeksi jamur
sistemik dan
Meningitis
hipersensitivitas
tuberkulosa
terhadap bahan
434.
Dew
asa
435.
ra
Seca
(steroidal)
437.
Glukokortiko
olo
(pengobatan
tambahan),
3x1
diindikasikan
25
mg
428.
obat
intramusku
id menurunkan
Bayi prematur.
lar atau
atau mencegah
Pemberian
intravena,
respon jaringan
untuk
jangka lama
10-40 mg
terhadap proses
pemberian
pada penderita
(base),
inflamasi, karena
bersama dengan
ulkus duodenum
diulangi
itu menurunkan
kemoterapi anti
dan peptikum,
sesuai
gejala inflamasi
tuberkulosa
osteoporosis
keperluan.
tanpa dipengaruhi
pada pasien
berat
penyebabnya.
Penderita
Glukokortikoid
subarachnoid
dengan riwayat
menghambat
432.
penyakit jiwa,
akumulasi sel
Sklerosis ganda,
herpes
inflamasi,
dengan blok
diindikasikan
Pasien yang
untuk
sedang
pengobatan
diimunisasi.
penyakit
433.
termasuk
makrofag dan
leukosit pada
lokasi inflamasi.
eksaserbasi
Metilprednisolon
akut.
juga menghambat
fagositosis,
pelepasan enzim
lisosomal, sintesis
dan atau
pelepasan
beberapa mediator
438.
Ceftria
440.
441.
Infeksi
442.
Hiperse
443.
Dew
kimia inflamasi.
445.
Efek
ntibioti
yang
nsitivitas
asa dan
bakterisida
disebabkan
terhadap
anak diatas
ceftriaxone
2x2
oleh bakteri
antibiotik
12 tahun
dihasilkan akibat
gr
yang sensitif
kelas
terhadap
sefalosforin
xon
439.
ceftriaxon
444.
1-2
penghambatan
gram per
sintesis dinding
hari. Pada
kuman.
keadaan
Ceftriaxone
parah,
mempunyai
dosis dapat
stabilitas yang
ditingkatka
tinggi terhadap
n menjadi
beta-laktanase,
4 gram per
baik terhadap
hari
penisilinase
maupun
sefalosporinase
yang dihasilkan
oleh kuman gramnegatif, grampositif
447.
448.
Manito
iuretik
osmoti
6x1
446.
452.
Profilaksis gagal
Payah jantung
451.
ginjal akut
Penyakit ginjal
viskositas darah
dengan anuria
menurunka
dengan
Kongesti atau
n tekanan
mengurangi
Suatu keadaan
yang dapat
Untu
Menurunkan
00c
timbul akibat
Intrakranial
haematokrit untuk
operasi jantung
berat
, dosis
mengurangi
Manitol
tahanan pada
0.25 1
pembuluh darah
gram/kgBB
otak dan
diberikan
meningkatkan
bolus intra
aliran darah ke
vena atau
dosis
dengan cepat
tersebut
vasokontriksi dari
diberikan
pembuluh darah
Luka traumatik
Dehidrasi hebat
berat, dan
Perdarahan intra
menderita
kranial, kecuali
ikterus berat
bila akan
Menurunkan
dilakukan
tekanan
kraniotomi
serebrospinal
dan tekanan
Hipersensitivitas
terhadap
intraokuler
manitol.
selama
arteriola dan
Pengelolaan
450.
lebih dari
menurunkan
terhadap reaksi
10 15
volume darah
hemolitik
menit.
otak.
transfusi.
449.
454.
Jenis
pemeriksaan
457.
455.
Nilai
456.
normal
Hasil
(hari/tanggal
458.
459.
nilai
satu
a
)
460.
12
oktober
2015
n
461.
1.
Hematologi
462.
Hemogl
463.
464.
465.
13,5
2.
obin
466.
14-18
467.
g/dL
468.
469.
79/91
0-15
Mm
473.
26.1
LED
(Laju Endap
Darah)
/
j
a
3.
470.
Leukosit
471.
m
472.
4.5-
/ul
11.
4.
474.
Hemato
0
475.
476.
477.
40.9
5.
krit
478.
Trombos
41-53
479.
%
480.
481.
329
150-
109/
it
450
482.
6.
Faal hati
483.
SGOT
484.
485.
486.
16
7.
487.
SGPT
10-35
488.
u/L
489.
490.
19
8.
491.
Albumin
9-43
492.
u/L
493.
494.
4.1
3.4-4.8
g/dL
495.
Gula darah
9.
496.
Glukosa
sewaktu
497.
498.
<200
Mg/
499.
130
504.
1.0
508.
6-20
512.
26-
d
L
500.
10.
Faal ginjal
501.
Kreatini
n serum
502.
503.
0.6-1.3
Mg/
d
11.
505.
BUN
506.
L
507.
21
Mg/
d
L
12.
509.
Urea
510.
511.
46
Mg/
d
L
43
513.