Anda di halaman 1dari 41

Askep Pada Pasien Dengan MENINGITIS

Presented by, Dr. Mayer Derold Panjaitan, S.Kp., M.Kep


Table Of Content
1 Defenisi
2 Etiologi
3 Patofisiologi
4 Manifestasi Klinis
5 Komplikasi
6 Penatalaksanaan/Terapi Farmakologi
7 Askep (Pengkajian, Dx. Kep, intervensi/3S)
Pendahuluan
• Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi
yang menakutkan karena menyebabkan mortalitas
dan morbiditas yang tinggi terutama di negara
berkembang sehingga diperlukan pengenalan dan
penanganan medis yang serius untuk mencegah
kematian. Meningitis merupakan suatu reaksi
peradangan yang terjadi pada lapisan yang
membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter)
dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
organisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Kondisi
ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah
dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati
(Speets et al., 2018).
Anatomi……….

• Otak dilindungi oleh tulang


tengkorak serta dibungkus
membran jaringan ikat
yang disebut meninges.
• Dimulai dari lapisan paling
luar, berturut-turut terdapat
dura mater, araknoid
mater, dan pia mater.
CEREBROSPINAL FLUID……
Cerebrospinal Fluid (CSF)
merupakan cairan yang mengelilingi
ruang subarakhnoid sekitar otak dan
medulla spinalis, serta mengisi
ventrikel dalam otak.
Cairan ini mengangkut oksigen,
glukosa, dan bahan kimia yang
dibutuhkan dari darah ke neuron dan
neuroglia. Volume total dari CSF
adalah 80-150ml.
Meninges (selaput otak)
 Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali didalam
tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada
tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan
vertikal durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri
pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal
dari Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari
serebelum.
 Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu
ditempatnya dengan parameter, diantaranya terdapat ruang
subarnoid dimana terdapat arteri dan vena serebral dan
dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah
bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang otak
belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla
oblongata.
 Piamater merupakan membran halus yang kaya akan
pembuluh darah kecil yang mensuplai darah keotak dalam
jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung
melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis.
Defenisi
• Infeksi sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua
kategori besar yaitu meningitis yang melibatkan meningen
dan ensefalitis yang terjadi pada parenkim otak.
• Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater
pada otak dan spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada
cairan serebrospinal (Lewis, 2005).
• Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan
subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis
dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa
akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur
atau parasit. (Lemone. 2004).
• Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat
menyerang arakhonoid dan subarakhonoid, infeksi menyebar
sampai subarakhonoid melalui cairan serebrospinal sekitar
otak dan spinal cord (Joyce M black, 2005).
Etiologi
 Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak
berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan
perawatan yang spesifik.
 Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan
otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan
belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian.
 Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang
mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh)
seperti pada penderita AIDS.
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
 Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
 Adalah radang bernana Adalah radang bernanah arakhnoid
dan noid dan piameter yang meliput yang meliputi otak dan
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
Klasifikasi MENINGITIS
• Disebabkan oleh bakteri, seperti : meningokokus,
Meningitis stafilokokus atau basilus influenza
• Bakteri masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah atau langsung dari luar pada fraktur
Bakteri atau luka terbuka

• Disebabkan oleh virus, seperti : measles, mumps


Meningitis herpes simplex dan herpes zoster
• Infeksi masuk melalui sistem respirasi, mulut,
Virus genitalia atau melalui gigitan binatang

• Disebabkan oleh jamur dan protozoa


Meningitis • Jenis ini umumnya diderita oleh orang yang
mengalami kerusakan imun (daya tahan tubuh),
Jamur dan Protozoa seperti penderita AIDS
Meningitis Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat menyebabkan meningitis bakteri akut, yaitu:
 Streptococcus pneumoniae (pneumokokus).
Bakteri pneumokokus adalah penyebab paling umum dari meningitis bakteri
pada bayi, anak kecil dan orang dewasa.
Bakteri ini lebih sering menyebabkan pneumonia atau infeksi telinga dan sinus.
Vaksin dapat membantu mencegah infeksi ini.
 Neisseria meningitidis (meningokokus).
Bakteri meningokokus adalah penyebab utama lain dari meningitis bakteri.
Bakteri ini biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas tetapi dapat
menyebabkan meningitis meningokokus ketika mereka memasuki aliran darah.
 Haemophilus influenzae (Haemophilus).
Bakteri Haemophilus influenzae tipe b (Hib) pernah menjadi penyebab utama
meningitis bakteri pada anak-anak.
 Listeria monocytogenes (listeria).
Bakteri listeria dapat ditemukan dalam keju yang tidak dipasteurisasi, hot dog,
dan daging tertentu. Wanita hamil, bayi baru lahir, orang tua dan orang-orang
dengan sistem kekebalan yang lemah paling rentan. Listeria dapat melewati
barier plasenta, dan infeksi pada akhir kehamilan dapat berakibat fatal bagi bayi.
 Meningitis virus
Meningitis virus biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya.
Sebagian besar kasus disebabkan oleh sekelompok virus yang dikenal
sebagai enterovirus, yang paling umum pada akhir musim panas dan awal
musim gugur. Virus seperti virus herpes simpleks, HIV, virus gondongan, virus
West Nile dan lain-lain juga dapat menyebabkan meningitis virus.
 Meningitis jamur
Meningitis jamur relatif jarang terjadi, diakibatkan karena menghirup spora
jamur yang terdapat di tanah, kayu yang membusuk dan kotoran burung.
Meningitis kriptokokus adalah bentuk jamur umum dari penyakit yang
mempengaruhi orang dengan defisiensi imun, seperti pada HIV AIDS.
Kondisi ini mengancam jiwa jika tidak diobati dengan obat antijamur. Bahkan
dengan pengobatan, meningitis jamur dapat kambuh.
 Meningitis Parasit
Parasit dapat menyebabkan jenis meningitis langka yang disebut meningitis
eosinofilik. Meningitis parasit juga dapat disebabkan oleh infeksi cacing pita di
otak (cysticercosis) atau malaria serebral.
Meningitis amuba adalah jenis langka yang kadang-kadang ditularkan saat
berenang di air tawar dan bisa mengancam jiwa. Selain itu seseorang
biasanya terinfeksi parasit karena memakan makanan yang terkontaminasi.
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko meningitis meliputi:
1. Tidak Mendapatkan vaksinasi. Risiko meningkat bagi siapa saja yang belum atau
tidak menyelesaikan jadwal vaksinasi masa kanak-kanak atau dewasa yang
direkomendasikan.
2. Usia. Sebagian besar kasus meningitis virus terjadi pada anak-anak di bawah usia 5
tahun. Meningitis bakterial sering terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
3. Lingkungan. Mahasiswa yang tinggal di asrama, personel di pangkalan militer, anak-
anak di sekolah asrama dan fasilitas penitipan anak berisiko lebih besar terkena
meningitis meningokokus. Hal ini mungkin karena bakteri menyebar melalui jalur
pernapasan, dan menyebar dengan cepat melalui kelompok besar.
4. Kehamilan. Kehamilan meningkatkan risiko listeriosis, yaitu infeksi yang disebabkan
oleh bakteri listeria, yang juga dapat menyebabkan meningitis. Listeriosis
meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, dan kelahiran prematur.
5. Sistem kekebalan tubuh yang terganggu. HIV AIDS, alkoholisme, diabetes melitus,
penggunaan obat imunosupresan dan faktor lain yang mempengaruhi sistem
kekebalan juga membuat lebih rentan terhadap meningitis.
Rute mikroorganisme sampai di Susunan Saraf Pusat
 Bakteremia : crossing blood – CSF barrier 
MENINGITIS
 Crossing blood brain barrier  ENCEPHALITIS
 Penyebaran metastatik dari distal (lung abses, infective
endocarditis)
 Trauma kapitis dan setelah bedah saraf
 Penyebaran dari tempat parameningeal (perkontinuitatum)
- Paranasal sinuses, Ear and Mastoid, Odontogenic
 Penyebaran neural (poliovirus, rabies virus)
Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen
yaitu pada bagian paling luar adalah durameter, bagian tengah
araknoid dan bagian dalam piameter. Cairan serebrospinalis
merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang
subarachnoid yang dihasilkan dalam fleksus-fleksus choroid yang
kemudian di alirkan melalui sistem ventrikel. Mikroorganisme dapat
masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya
hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus
pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen
mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang
subarachnoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat
dalam ruang subarachnoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan
bendungan pada ruang subarkhnoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus.
Patofisiologi
Selain itu luka atau fraktur terbuka pada kepala dan medulla
spinalis, memungkinkan mudahnya bakteri atau kuman masuk
ke otak. Infeksi pada telinga seperti otitis media dan mastoiditis
meningkatkan resiko meningitis bakteri. Kuman bakteri akan
mudah menembus membrane epithelium dan masuk ke ruang
subarachnoid, berkembang menimbulkan respon inflamasi.
Radang paru yang paling sering adalah karena tuberkolusis
paru mengakibatkan meningitis bakteri atau meningitis TB.
Selain itu pembedahan otak dan spinal secara langsung kuman
dapat masuk ke lapisan otak. Sepsis atau infeksi sistemik juga
beresiko terjadinya meningitis (Arif Muntaqqin,2008).
Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letarik, tidak
responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut :
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip : ketika pasien dibaringkan dengan
paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat
di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremita yang berlawanan.
Tanda Brudzinski I
 Pasien baring terlentang, gerakan anterofleksi leher
sampai dagu menyentuh sternum akan disusul fleksi
involunter pada kedua tungkai

Tanda brudzinski II tungkai kontra lateral


 Pasien baring terlentang, lakukan fleksi pasif paha pada
sendi panggul
(+) bila terjadi fleksi involunter sendi
panggul dan lutut kontralateral
Tanda kernig
 Pasien berbaring terlentang, paha diangkat
dan fleksi pada sendi panggul, kemudian
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa nyeri
(+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 derajat
disertai nyeri
Tanda kaku-kuduk
 Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan
anterofleksi leher.
Bila (+), adanya kekakuan dan
tahanan disertai rasa nyeri dan
spasme otot, dagu tidak dapat
disentuh ke dada
Manifestasi Klinis
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada
cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema
derebal dengan tanda-tanda perubahan karakteristik
tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardi), persarafan tidak teratur, sakit kepala, muntah
dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningkitis
meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam
tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang melebar, syok
dan tanda koagulopati intavaskuler diseminata.
Komplikasi
Menurut Nera Dhella (2019) komplikasi yang dapat muncul antara lain.
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hydrosephalus : Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga
meningkatkan tekanan pada otak.
3. Infark serebral : Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen,
karena terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
4. Ensepalitis : peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus,
bakteri, dan jamur.
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone
6. Abses otak : Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah
didalam otak serta pembengkakakan.
7. Kejang : Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh
yang tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
8. Endokarditis : Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam jantung.
9. Pneumonia : Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara
disalah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
10. Syok sepsis : Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan
darah yang sangat rendah.
Prognosis
 Prognosis meningitis tergantung kepada umur,
mikroorganisme penyebab, banyaknya mikro organisme
dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit
sebelum diberikan antibiotik.
 Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat
menimbulkan cacat berat dan kematian, penderita yang
selamat akan mengalami sequelle (akibatsisa).
 Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan
gangguan perkembangan mental, dan 5–10% penderita
mengalami kematian.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan pungsi lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang
bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan
meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur
(+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan darah
 Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit
dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit
saja. Di samping itu, pada Meningitis Tuberkulosa
didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan
leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala,
bila mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa
mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
(Smeltzer, 2002).
Penatalaksanaan

1. Penatalaksaan medis meningitis yaitu :


a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b.Steroid untuk mengatasi inflames
c. Antipiretik untuk mengatasemam
d.Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-
sel otak yang masih bisa dipertahankan
f. Pembedahan
 Seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt)
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk membebaskan tekanan intrakranial yang
diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan serbrospinal. Cairan
dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga peritoneum.
Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi
dengan anastesi umum selama sekitar 90 menit. Rambut di
belakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakang
telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil
dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke
dalam ventrikel otak. Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit
melalui insisi di belakang telinga, menuju ke rongga peritoneum.
Sebuah katup diletakkan di bawah kulit di belakang telinga yang
menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekanan intrakranial
meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menuju
rongga peritoneum (Jeferson, 2004).
2. Penatalaksanaan umum :
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

3. Penatalaksanaan antibiotik :
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari
bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan : ampisilin,
gentamisin, kloromfenikol, sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi miningitis tuberkolosis
diberikanobat-obatan TBC.
Asuhan Keperawatan Meningitis Sdki Slki Siki
Pengkajian Keperawatan
 Keluhan lesu
 Perubahan memori
 Rentang perhatian yang pendek
 Perubahan kepribadian dan perilaku
 Sakit kepala parah
 Nyeri otot secara umum
 Mual dan muntah
 Demam dan kedinginan
 Takikardia
 Penurunan tingkat kesadaran
 Ketakutan dipotret
 Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk dan tanda
Kernig positif dan tanda Brudzinski
 Ruam makula merah dengan meningitis meningokokus
 Sakit perut dan dada dengan meningitis virus
Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Hipertemia b/d proses Termoregulasi Manajemen Hipertermia
penyakit infeksi Luaran tambahan : Observasi
(D.0130) a. Perfusi perifer  Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
Definisi : b. Status cairan lingkungan panas penggunaan incubator)
Suhu tubuh meningkat c. Status kenyamanan  Monitor suhu tubuh
di atas rentang normal d. Status neurologis  Monitor kadar elektrolit
tubuh e. Status nutrisi  Monitor haluaran urine
Penyebab f. Termoregulasi neonates Terapeutik
a. Dehidrasi Setelah dilakukan tindakan a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Terpapar keperawatan diharapkan b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
lingkungan panas termoregulasi membaik dengan c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
c. Proses penyakit kriteria hasil : d. Berikan cairan oral
(mis. infeksi, a. Menggigil menurun e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
kanker) b. Kulit merah menurun hiperhidrosis (keringat berlebih)
d. Ketidaksesuaian c. Kejang menurun f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
pakaian dengan d. Pucat menurun atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
suhu lingkungan e. Suhu tubuh membaik abdomen,aksila)
e. Peningkatan laju f. Suhu kulit membaik g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
metabolism g. Tekanan darah membaik h. Batasi oksigen, jika perlu
f. Respon trauma Edukasi
g. Aktivitas berlebihan a. Anjurkan tirah baring
h. Penggunaan Kolaborasi
inkubator a. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
2. Resiko Perfusi Serebral L.02014 I. 06198
Tidak efektif (D.0017) Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Luaran tambahan : Observasi
Berisiko mengalami penurunan a. Komunikasi verbal a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
sirkulasi darah ke otak b. Kontrol risiko gangguan metabolisme, edema serebral)
Faktor risiko c. Memori b. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis.
a. Keabnormalan masa protrombin d. Mobilitas fisik status Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
dan/atau masa tromboplastin
parsial
e. Neurologis bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran
b. Penurunan kinerja ventikel kiri menurun)
c. Aterosklrosis aorta Setelah dilakukan tindakan c. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
d. Diseksi arteri keperawatan diharapkan d. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika
e. Fibrilasi atrium perfusi serebral meningkat perlu
f. Tumor otak dengan kriteria hasil : e. Monitor PAWP, jika perlu
g. Stenosis karotis a. Tingkat kesadaran f. Monitor PAP, jika perlu
h. Miksoma atrium
i. Aneurisma serebri
meningkat g. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
j. Koagulopati (mis. anemia sel b. Tekanan intrakranial h. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
sabit) menurun i. Monitor gelombang ICP
k. Dilatasi kardiomiopati c. Sakit kepala menurun j. Monitor status pernapasan
l. Koagulasi (mis. anemia sel sabit) d. Demam menurun k. Monitor intake dan output cairan
m. Embolisme e. Nilai rata-rata tekanan l. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna,
n. Cedera kepala darah membaik konsistensi)
o. Hiperkolesteronemia
p. Hipertensi
f. Kesadaran membaik
Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
2. Faktor risiko Terapeutik
q. Endokarditis infektif a. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
r. Katup prostetik mekanis lingkungan yang tenang
s. Stenosis mitral
t. Neoplasma otak
b. Berikan posisi semi fowler
u. Infark miokard akut c. Hindari maneuver Valsava
v. Sindrom sick sinus d. Cegah terjadinya kejang
w. Penyalahgunaan zat e. Hindari penggunaan PEEP
x. Terapi tombolitik f. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
y. Efek samping tindakan (mis. g. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
tindakan operasi bypass) h. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan,
jika perlu
b. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
No SDKI SLKI SIKI
2 Kondisi Klinis Terkait I.06198
a. Stroke Pemantauan Tekanan Intrakranial
b. Cedera kepala Observasi
c. Aterosklerotik aortic a. Observasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang,
d. Infark miokard akut gangguan metabolism, edema sereblal, peningkatan tekanan vena,
e. Diseksi arteri obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi intracranial idiopatik)
f. EmbolismeEndokarditis infektif b. Monitor peningkatan TD
g. Fibrilasi atrium c. Monitor pelebaran tekanan nadi (selish TDS dan TDD)
h. Hiperkolesterolemia d. Monitor penurunan frekuensi jantung
i. Hipertensi e. Monitor ireguleritas irama jantung
j. Dilatasi kardiomiopati f. Monitor penurunan tingkat kesadaran
k. Koagulasi intravaskular g. Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
diseminata h. Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalm rentang yang diindikasikan
l. Miksoma atrium i. Monitor tekanan perfusi serebral
m. Neoplasma otak j. Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan
n. Segmen ventrikel kiri akinetik serebrospinal
o. Sindrom sick sinus k. Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
p. Stenosis carotid Terapeutik
q. Stenosis mitral a. Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
r. Hidrosefalus b. Kalibrasi transduser
s. Infeksi otak (mis. meningitis, c. Pertahankan sterilitas system pemantauan
ensefalitis, abses serebri) d. Pertahankan posisi kepala dan leher netral
e. Bilas sitem pemantauan, jika perlu
f. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
g. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b.Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
No SDKI SLKI SIKI
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis L.14125 I.08238
/Inflamasi (D.0077) Tingkat nyeri
Definisi :
Manajemen Nyeri
Luaran tambahan : Observasi
Pengalaman sensorik atau emosional yang
a. Fungsi gastrointestinal
berkaitan dengan kerusakan jaringan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
aktual atau fungsional, dengan onset b. Kontrol nyeri
c. Mobilitas fisik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung d. Penyembuhan luka b. Identifikasi skala nyeri
kurang 3 bulan. e. Perfusi miokard c. Identifikasi respons nyeri non verbal
Penyebab f. Perfusi perifer d. Identifikasi factor yang memperberat
a. Agen pencedera fisiologis (mis. g. Pola tidur
infarmasi, lakemia, neoplasma)
dan memperingan nyeri
b. Agen pencedera kimiawi (mis.
h. Status kenyamanan e. Identifikasi pengetahuan dan
terbakar, bahan kimia iritan) i. Tingkat cedera keyakinan tentang nyeri
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
amputasi, terbakar, terpotong, Setelah dilakukan tindakan
mengangkat berat, prosedur operasi, keperawatan diharapkan tingkat respon nyeri
trauma, latihan fisik berlebihan) nyeri menurun dengan kriteria g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Gejala dan Tanda Mayor hasil: kualitas hidup
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
a. Keluhan nyeri menurun h. Monitor keberhasilan terapi
a. Tampak meringis b. Neringis menurun komplementer yang sudah diberikan
b. Bersikap protektif (mis. waspada, c. Sikap protektif menurun i. Monitor efek samping penggunaan
posisi menghindari nyeri) d. Gelisah menurun analgetik
c. Gelisah e. TTV dalam batas normal
d. Frekuensi nadi meningkat f. Skala nyeri menurun atau
e. Sulit tidur berkurang
No. SDKI SLKI SIKI
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera Terapeutik
Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
Gejala dan Minor
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
Subjektif nyeri
(tidak tersedia) b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Objektif c. Fasilitasi istirahat dan tidur
a. Tekanan darah meningkat
b. pola napas berubah d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
c. nafsu makan berubah pemilihan strategi meredakan nyeri
d. proses berpikir terganggu Edukasi
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
g. Diaforesis b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kondisi Klinis Terkait c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
a. Kondisi pembedahan d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
b. Cedera traumatis
c. Infeksi e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
d. Sindrom koroner akut nyeri
e. Glaukoma Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
4.Diagnosa keperawatan lain yang sering muncul pada
Askep Meningitis
• Penurunan kapasitas adaptif Intrakranial (D.0066)
• Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
• Ansietas (D.0080)
• Gangguan Persepsi sensori (D.0085)
TERIMA KASIH & GOD BLESS…………..

Anda mungkin juga menyukai