Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Penyakit inIeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit inIeksi
perlu perhatian kita.
Meningitis adalah inIeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,
arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan
medula spinalis yang superIisial. Sedang yang dimaksud meningitis purulenta
adalah inIeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan
reaksi purulen pada cairan otak. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak
daripada orang dewasa.
Disamping angka kematiannya yang masih tinggi. Banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis
purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Pemberian antibiotika yang cepat
dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah terjadinya cacat.
Biarpun kuman mikrobakterium tuberkulosa paling sering menyebabkan
inIeksi paru-paru, tetapi inIeksi pada susunan saraI pusat adalah yang paling
berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi
inIeksi dengan mikrobakterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung pada
keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan.
Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.
Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi inIeksi primer
dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit ini dapat
merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberkulosis ditempat lain.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan
terlambat.
Dalam bukunya Brunner & Sudart, Meningitis selanjutnya diklasiIikasikan
sebagai asepsis, sepsis dan tuberkulosa. Meningitis aseptik mengacu pada salah
satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh
abses otak, enseIalitis limIoma, leukemia, atau darah diruang subarakhnoid.
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme
bakteri seperti meningokokus, staIilokokus atau basilus inIluenza. Meningitis
tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. InIeksi meningeal umunya
dihubungkan dengan satu atau dua jalan, melalui salah satu aliran darah sebagai
konsekuensi dari inIeksi-inIeksi bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan
langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menjelaskan
asuhan keperawatan pada klien meningitis.
b. Tujuan khusus
Menjelaskan konsep penyakit meningitis
Menjelaskan konsep pengkajian pada penyakit meningitis
Menjelaskan konsep diagnosa keperawatan
Menjelaskan konsep rencana/intervensi keperawatan
Menjelaskan konsep implementasi dan evaluasi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DeIenisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses inIeksi pada sistem saraI pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan peradangan pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) selaput otak dan medula spinalis. Peradangan pada bagian
durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapt disebabkan karena bakteri,
virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian meningitis banyak disebabkan
oleh bakteri (Tarwoto dkk, 2007).
B. Etiologi
Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus inIluenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
aktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering
dibandingkan dengan wanita.
aktor maternal : ruptur membran Ietal, inIeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan.
aktor imunologi : deIisiensi mekanisme imun, deIisiensi
imunoglobulin.
Kelainan sistem saraI pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persaraIan.
C. PatoIisiologis
Otak dan medula spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah durameter,bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piameter. Cairan cerebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam Ileksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui sisitem Ientrikel.
Mikroorganisme dapat masuk kedalam syaraI pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen, trouma kepala, yang dapat tembus pada CSdan karena
lingkungan. Invasi bakteri pada meningen menyebabkan respon peradangan.
NetroIil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memIagositbakteri menghasilkan
eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan
bendungan di ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan
hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap syaraI-
syaraI kranial dan periIer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan
tekanan intra kranial (TIK).
Berdasarkan penyebabnya meningitis dapat digolongkan menjadi meningitis
bakteri, meningitis virus, meningitis jamur,dan meningitis protozoa.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d`entry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses
otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada Iraktur
bais cranii yang memungkinkan kontaknya CS dengan lingkungan luar.

PATHWAY
8Ak1L8l MASuk
1u8uP
MLn?L8A8 MLLALul PLMA1CCLn
LlMlCCLn L8kCn1lMul1A1uM
MLLLASkAn Su8S1AnSl
vASCAk1ll
L8u8APAn L8MLA8lLl1AS
SAWA8 uA8AP
LnlnCkA1An SL1Cln1
1L8MCS1A1 PlC1ALAMuS
8LAkSl lnlLAMASl AuA
C1Ak
PlL81L8Ml
LxuuASl AuA C1Ak
LuLMA
PAM8A1An
SuLA? uA8AP
kL C1Ak
ALl8An uA8AP
kL C1Ak
PlCkSlA
1lnCkA1
kLSAuA8An

CAl8An
SL8L88CSlnALlS
1LkAnAn ln18A
k8AnlAL
n?L8l
kLALA
8LCAnCAn AuA SlnuS vLnCSuS
uAn uAL8AP uu8A
8LAkSl MC1C8lk C1CMA1lS
8AnCSAnCAn ul uSA1 Mun1AP
kCM8LSl AuA nL8vuS vACuS
MuAL Mun1AP
Meningitis Bakterial
Bakteri penyabab yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae
dan Neisseria meningitides (meningococcal). Pada lingkungan yang padat seperti
lingkungan asrama, barak militer, pemukiman padat lebih sering ditemukan kasus
meningococcal meningitis.
aktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
Otitis media
Pneumonia
Sinusitis
Sickle cell anemia
raktur cranial, trauma otak
Operasi spinal
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan
tubuh seperti AIDS.
Meningitis Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari
berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes
simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan
pada pemeriksaan CS tidak ditemukan adanya organisme. InIlamasi terjadi pada
korteks serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan
otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan
mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya Iungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.


Meningitis Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh,
biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi
tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan bereIek pada respon inIlamasi.
Gejala klinisnya bia disertai demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien
ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan status mental.
D. ManiIestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari inIeksi dan peningkatan TIK :
Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsiI, dan
koma.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
4 Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk Ileksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
4 Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan Ileksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
4 Tanda brudzinki : bila leher pasien di Ileksikan maka dihasilkan
Ileksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan Ileksi pasiI pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
Mengalami Ioto Iobia, atau sensitiI yang berlebihan pada cahaya.
Kejang akibat area Iokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernaIasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal
InIeksi Iulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboraturium
Darah : peningkatan sel darah putih ( 10000 40000 /mm
3
) kultur
adanya mikroorganisme patogen.
Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam darah.
2. RadiograIi : untuk menentukan adanya sumber inIeksi misalanya rongten
dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia,
abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CS normal
dengan adanya meningitis.
Karakteristik cairan serebrosepinalis pada meningitis
Karakteristik CS NORMAL Meningitis
Bakteri Virus
Tekanan
Warna
cairan
Leukosit
Tipe Sel
Protein
Glukosa
Kultur
80 100
mmH
2
O
Bening
0 -8 / mm
3


15 -45 mg
45 875/ 100
ml
NegatiI
200 -500
mmH
2
O
Keruh/ purulen
500 10000
mm
3

Neutropil
Meningkat
Menurun
PositiI bakteri
Normal/meningkat
Bening
10 -500/ mm
3

LimIosit
Meningkat
Normal
NegatiI bakteri



. Komplikasi
1. HidroseIalus obstruktiI
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-Iriderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. EIusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deIicit disorder

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum
Pasien diisolasi
Pasien diistirahatkan/ bedrest
Kontrol hipertermia dengan kompres.pemberian antiseptik seperti
parasetamol, asam salsilat.
Kontrol kejang : Diazepam, Ienobarbital.
Kontrol peningkatan TIK : monitol, korti8kosteroid.
Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi.

Pemberian antibiotik
Diberikan 10 -14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas.
Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin,
kloromIenikol, seIalosIorin.

H. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
Pernahkah operasi daerah kepala ?

3. Riwayat kesehatan sekarang
Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, takikardi, disritmia.
Eliminasi
ada : Inkontinensi dan atau retensi.
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan naIsu makan, sulit menelan. Tanda :
anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persaraIan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
IotoIobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, aIasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positiI dan atau kernig
positiI, rigiditas nukal, babinski positiI,reIlek abdominal menurun
dan reIlek kremastetik hilang pada laki-laki.

Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, Irontal). Tanda : gelisah,
menangis.
PernaIasan
Gejala : riwayat inIeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernaIasan.
Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, inIeksi pelvis,
abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, Iraktur cranial,
anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaIoresios, menggigil,
rash, gangguan sensasi.
Penyuluhan / pembelajaran :
Riwayat hipersensitiI terhadap obat, penyakit kronis, diabetes
mellitus

B. Diagnosa yang mungkin akan muncul

1. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perIusi jaringan b.d edema serebral, hipovolemia.
2. Risisko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/Iokal, kelemahan umum, vertigo.
3. Nyeri (akut) b.d proses inIlamasi, toksin dalam sirkulasi.
4. Perubahan persepsi sensori b.d deIisit neurologis
5. Gangguan perIusi jaringan b.d peningkatan tekanan intrakranial
6. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi


C. Intevensi keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
Risiko tinggi terhadap
perubahan serebral dan
perIusi jaringan b.d
edema serebral,
hipovolemia
Tujuan : gangguan
perIusi jaringan
berkurang/hilang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 1
jam.
Mandiri :
1. Perhatikan tirah baring dengan
posisi kepals datar dan pantau
TTV sesuai indikasi setelah
dilakukan Iungsi lumbal.
2. Pantau/catat status neurologis

1. Perubahan tekanan CSS mungkin
merupakan potensi adanya resiko
herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis
segera.
Kriteria hasil :
tidak ada tanda tanda
peningkatan TIK
Tanda tanda vital
dalam batas normal
Tidak adanya
penurunan kesadaran

dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya,
seperti GCS.
3. Pantau Irekuensi/irama jantung
4. Pantau suhu dan juga atur suhu
lingkungan
5. Pantau msukan dan haluaran.
Catat karasteristik urine, turgor
kulit, dan keadaan membran
mukosa.
Kolaborasi
6. Tinggikan kepala tempat tidur
kira-kira 15-45 derajat.
7. Berikan cairan IV dengan alat
kontrol khusus.
8. Pantau gas darah arteri
9. Berikan obat sesuai indikasi
a. Steroid,deksametason
b. Klorpomasin
2. Berguna dalam menentukan
lokasi, penyebaran/luasnya dan
perkembangan dari kerusakan
serebral.
3. Perubahan pada Irekuensi
(tersering adalah brakikardi) dan
disritmia dapat terjadi, yang
mencerminkan trauma/teakanan
batang otak pada tidak adanya
penyakit jantung yang
mendasari.
4. Demam biasanya berhubungan
dengan proses inIlamasi tetapi
mungkin merupakan komplikasi
kerusakan pada hipotalamus
5. Hipertermi meningkatkan
kehilangan air takkasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi,
terutama tingkat kesadran
c. AsetaminoIen menurun/munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui
oral
kolaborasi
6. Peningkatan aliran vena dari
kepala akan menurunkan TIK
7. Meminimalkan Iluktuasi dalam
aliran vaskuler dalam TIK
8. Terjadi nya asidosis dapat
menghambat masuk nya oksigen
pada tingkat sel yg memperburuk
iskemik serebral.
9. a. Dapat menurunkan
permeabilitas kapiler untuk
membatasi pembentukan edema
serebral
b.mengatasi kelainan postur
tubuh atau menggigil atau yang
dapat meningkatkan TIK
c.menurunkan metabolisme
seluler atau konsumsi oksigen
dan resiko kejang.

Resiko tinggi terhadap
trauma b.d kejang
umum/vokal, kelemahan
umum vertigo.

KH:
Tidak mengalami kejang
atau penyerta atau cedera
lain.
Mandiri:
a. pantau adanya kejang pada
tangan,kaki dan mulut atau
otot wajah yang lain.
b. Berikan keamnanan pada
pasien dengan memberi
bantalan pada penghalang
tempat tidur,pertahankan
penghalang tempat tidur
tersebut terpasang dan
pasang jalan naIas buatan
plastik atau gulungan lunak
dan alat penghisap.
c. Pertahankan tirah baring
selama Iase akut.
Mandiri:
a. Mencerminkan adanya iritasi
SSP secara umum yang
memerlukan evaluasi segera
dan intervensi yang mungkin
untuk mencegah komplikasi.
b. Melindungi pasien jika
terjadi kejang.
c. Menurunkan resiko terjatuh
ketika terjadi
vertigo,sinkope,atau ataksia.
d. Merupakan indikasi untuk
penangannan pencegahan
kejang.
KOLABORASI:
d. Berikan obat sesuai indikasi
seperti Ienitoin,diazepam,
Ienobarbital.
Nyeri (akut ) b.d proses
inIeksi, toksin dalam
sirkulasi
KH:
a. Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol
b. Menunujukkan
postur rileks dan
mampu tidur atau
istirahat dengan
tepat.
Mandiri:
a. Berikan lingkungan yang
tenang,ruangan agak gelap
sesuai indikasi.
b. Tingkatkan tirah baring,
bantulah kebutuhan
perawatan diri.
c. Letakkan kantung es pada
kepala,pakaian dingin diatas
mata.
d. Dukung untuk menemukan
posisi yang nyaman.
e. Berikan latihan tentang
gerak aktiI secara tepat dan
masase otot daerah leher.
Mandiri:
a. Menurunkan reaksi terhadap
stimulasi dari luar atau
sensitiIitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat.
b. Menurunkan gerakan yang
dapat meningkatkan nyeri.
c. Meningkatkan Iase
kontriksi,mengumnpulkan
reaksi sensori dan
selanjutnya menurunkan
nyeri.
d. Menurunkan iritasi
meningeal,resultan
ketidaknyamanan lebih
I. Gunakan pelembab yang
agak hangat pada nyeri leher
atau punggung jika tidak ada
demam.
KOLABORASI
g. Berikan anlagetik seperti
asetaminioIen,kodein.
lanjut.
e. Dapat membantu
merelaksasikan ketegangan
otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa
ketidaknyamanan tersebut.
I. Meningkatkan relaksasi
otot,dan menurunkan rasa
sakit.
KOLABORASI:
g. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri yang
berat.

Perubahan persepsi
sensori b.d deIisit
neurologis

KH:
a. Meningkatkan
tingkat kesadaran
biasanya dan
Iungsi persepsi.
Mandiri :
a. Kaji status mental dan
tingkat ansietas pada pasien
b. Berikan penjelasan
hubungan proses penyakit
Mandiri :
a. Gangguan tingkat kesadaran
dapat mempengaruhi
ekspresi takut tetapi tidak
menyangkal keadaannya
b. Mengauk
perubahan dalam
kemampuan dan
adanya
keterlibatan
residu.
c. Mendemonstrasik
an perubahan
perilaku untuk
mengkompensasi
atau menghadapi
deIisit
dan gejalnya
c. Jelaskan dan persiapkan
untuk prosedur tindakan
yang di lakukan
d. Libatkan pasien atau
keluarga dalam perawatan
perencanaan kehidupan
sehari-hari.
b. Meningkatkan pemahaman,
mengurangi rasa takut
karwna ketidak tahuan dan
dapat menurunkan ansietas
c. Dapat meningkatkan ansietas
ketika pemeriksaan
melibatka otak
d. Meningkarkan perasaa
kontrol terhadap diri dan
meningkatkan kemandirian

Gangguan perIusi
jaringan b.d
peningkatan tekanan
intrakranial
Tujuan: Pasien kembali
pada, keadaan status
neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran
pasien dan Iungsi
sensoris
Kriteria hasil: Tanda-
Mandiri
1.Pasien bed rest total dengan
posisi tidur terlentang tanpa
bantal
2.Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
Mandiri :
1. Perubahan pada tekanan
intakranial akan dapat
meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
2. Dapat mengurangi kerusakan
tanda vital dalam batas
normal Kesadaran
meningkat
Adanya peningkatan
kognitiI dan tidak ada
atau hilangnya tanda-
tanda tekanan
intrakranial yang
meningkat
3.Monitor intake dan output
4.Monitor tanda-tanda vital seperti
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan
hati-hati pada hipertensi sistolik
5.Bantu pasien untuk membatasi
gerak atau berbalik di tempat
tidur
Kolaborasi :
6.Berikan cairan perinIus dengan
perhatian ketat.
7.Monitor AGD bila diperlukan
pemberian oksigen
8.Berikan terapi sesuai advis dokter
seperti: Steroid, AminoIel,
Antibiotika
otak lebih lanjt
3. Pada keadaan normal
autoregulasi mempertahankan
keadaan tekanan darah sistemik
berubah secara Iluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan
vaskuler cerebral yang dapat
dimaniIestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan
peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan
inIeksi.
4. hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadra, nausea yang menurunkan
intake per oral
5. AktiIitas ini dapat meningkatkan
tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan
napas sewaktu bergerak atau
merubah posisi dapat melindungi
diri dari eIek valsava
6. Meminimalkan Iluktuasi pada
beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema
cerebral
7. Adanya kemungkinan asidosis
disertai dengan pelepasan
oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral.
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas
kapiler, menurunkan edema
serebri, menurunkan metabolik
sel / konsumsi dan kejang

Resiko terjadi kejang
ulang berhubungan
dengan hipertermi
Tujuan: Klien tidak
mengalami kejang
selama berhubungan
dengan hiperthermi
Kriteria Hasil: Tidak
terjadi serangan kejang
ulang.
Mandiri :
1. Longgarkan pakaian, berikan
pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari
buah, dll)
4. Observasi kejang dan tanda vital
tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak
panas
6. Berikan anti piretika dan
Mandiri :
1. proses konveksi akan terhalang
oleh pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat.
2. perpindahan panas secara
konduksi
3. saat demam kebutuhan akan
cairan tubuh meningkat
4. Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan
dilakukan
5. aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme dan meningkatkan
pengobatan sesuai advis panas
6. Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai
propilaksis

D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang
telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.
E. Evaluasi
Gangguan perIusi jaringan berkurang/hilang
Tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain.
Melaporkan nyeri berkurang/hilang
Tidak /Perubahan persepsi sensori teratasi
Status neurologi dan Iungsi sensori klien kembali normal
Klien tidak mengalami serangan kejang ulang.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Nama : By. L
Tempat tanggal lahir : Jombang, 17 Desember 2002
Jenis kelamin : Perempuan.
Umur : 10 th
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Jl. Melur No 4, Pekanbaru
No. DMK : 10-392-85
Tgl MRS : 13 April 2011
Diagnosa medis : Meningitis
PENANGGUNG JAWAB : JAMKESDA
Pekrjaan : -
Alamat : -
DATA SAAT MASUK RUMAH SAKIT
Taggal masuk rumah sakit : 13 April 2011
Jam masuk rumah sakit : 09:00 WIB
Yang mengirim/merujuk : Datang bersama orang tuanya
Diagnosa medis : Meningitis
Alasan masuk : Klien Sakit kepala dan demam, Mengalami
Kejang.
Cara masuk : UGD RSUD AriIin Ahmad
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Gejala : Seminggu menderita demam, Ilu dan batuk. klien
mulai kejang pada tanggal 11 April 2011 jam 23.00
Kondisi/saat pengkajian: tampak meringis kesakitan,lemah,pucat.
RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR
Apa pernah berobat : Belum
Bila brobta kemna : -
Penaganan yang diterima : -
Bila dirawat dimana : -
Berapa lama : -
RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU
Penyakit yang pernah di derita : tidak ada
Penyabab penyakit : tidak ada
Apakah sudah pernah berobat : belum
Pernah di oprasi : tidak
Alergi : tidak ada

RIWAYAT KESEHATAN KLUARGA
Kejadian penyakit keturunan :tidak ada
Genogram kluarga












RIWAYAT PSIKOSOSIAL & SPRITUAL
O Psikologis
Karakter : Baik
Konsep diri : Tidak Percaya Diri
Emosional : labil
PERSEPSI KLIEN TERHADAP PENYAKITNYA
Hal yang di pikirkan saat ini : penyakitnya
Harapan setelah perawatan : sembuh
Mekanisme koping : klien tidak bisa mengatasi masalah sendiri,
klien meminta bantuan orang tuanya.
Perhatian terhadap orang lain :baik
Hobby : tidak ada
Orang terdekat : ibu dan keluarganya
Perhatian terhadap lawan bicara : sopan
POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
Pola nutrisi & cairan
O Makanan
Sehat
Pola makan : 3 x 1 hari,tapi sering telat makan.
Makanan kesukaan : -
Makanan pantangan : -
Diet khusus : - tidak ada
Sakit
Pola makan : 3 x 1 hari,
makanan pantangan : -
Makanan kesukaan : - tidak ada
Keluhan lain : anoreksia
Masalah keperawatan : kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan
O Cairan/minuman
Sehat
Pola minum : Normal 1,5 L / hari
Minuman kesukaan : susu
Sakit
Intake cairan Oral : 700 ml/ hari
NGT : - tidak ada
Parietal : NaCl 0,9
Total : 1,2 L/hari
Keluhan lain :- tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
O Pola eliminasi
BAK
Sehat
Jumlah urine : 1500 ml/hr
Warna : kuning
Bau : Normal
Pola BAK : Normal
Masalah eliminasi urine:
Sakit
Jumlah urine : 700 ml/hr
Warna : kuning
Bau : normal
Pola BAK : tidak teratur
Masalah eliminasi urine: inkontinensi urine
Keluhan lain :- tidak ada
Masalah keperrawatan: ketidakmampuan berkemih secara normal dan
teratur
BAB
Sehat
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
Bau : normal
Pola deIekasi : Normal 1 X 1 hr
Bentuk lendir darah : -
Masalah eliminasi bowel: -
Pemakaian laksatiI : -
Sakit
Konsistensi : normal
Warna : kuning
Bau
Pola deIekasi : teratur
Bentuk lendir darah : -
Masalah eliminasi bowel: -
Pemakaian laksatiI : -
Masalah lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
Pola aktivitas
Sehat
Pola aktivitas sehari-hari : bermain- main
Latihan Iisik : tidak ada
Jenis Irekuensi : tidak tentu
Lama : tergantung situasi 1,5 jam/ hr
Aktivitas yang membuat lelah : capek karena bermain terlalu lama
Gangguan pergerakan : tidak ada
Penyebab : -
Gejala : -
EIek : -

Sakit
Pola aktivitas sehari-hari : akibat nyeri klien tdak melakuakan
aktivitas sehari-hari
Latihan Iisik : - tidak ada
Jenis Irekuensi : - tidak ada
Lama : - tidak ada
Aktivitas yang membuat lelah : - tidak ada
Gangguan pergerakan : - tidak ada
Penyebab : - tidak ada
Gejala : - tidak ada
EIek : - tidak ada
Tingkat ketergantungan : masih sedikit pada orla,akibat nyeri
Keluhan lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
Pola istirahat tidur
sehat
Pola tidur : tidak teratur
Malam (jam) : tidak tentu, kadanang pukul 21:00 wib
Siang (jam) : tidak pernah tidur siang
Total (jam) : -
Gangguan pola tidur : - tidak ada
Dampak pola tidur : - tidak ada
Alat bantu tidur : - tidak ada
sakit
Pola tidur : tidak teratur
Malam (jam) : susah tidur saat nyeri kepala datang
Siang (jam) : kadang-kadang
Total (jam) : -
Gangguan pola tidur : imsomnia
Dampak pola tidur : lemah
Alat bantu tidur : - tidak ada
Keluhan lain :
Masalah keperawatan : insomnia, akibat dari pola istirahat yang yidak
teratur
Personal Hiegiene
Sehat
Mandi : 2 x 1 hr
Gosok gigi : 2 x 1 hr
Cuci rambut : 1 x 2 hr
Potong kuku :1 x 1 mgg
Hambatan pemenuhan personal higiene : tidak ada
Sakit
Mandi : 2 x 1 hr
Gosok gigi : 2 x 1 hr
Cuci rambut : 1 x 2 hr
Potong kuku :1 x 1 mgg
Hambatan pemenuhan personal higiene : tidak dapat memenuhi sendiri
kebuthab higiene.
Keluhan lain : tidak ada
Masalah keperawatan : ketergantungan terhadap pemenuhan
kebutuhan hiegiene
Keselamatan dan keamanan
Kebisingan : ( - )
Peralatan medik : ( )
Pasien gelisah : ( )
Tabung O
2
: ( )
Identitas klien : ( )
Keluahan lain : ( - )
Masalah keperawatan : ( - )
ATATAN KUSUS
Apakah pasien mengertin tentang
Peykitnya : tidak
Billa pernah dirawat dimna : Belum pernah
Bagaimna hubungan suami istri : -
Apakah ada pertanyaan yang di ajukan : ( - )
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Keadaan umum :Baik
Tingkat kesadaran : CM kadang apatis
Masalah kep : ( - )
TTV
Suhu : 37,4
o
C
Nadi :60 x/i
RR : 24x/i
TD :150/90 mm/hg
Masalah Kep : -
Intigumen
kebersuhan kulit : bersih
warna kulit : sawo matang
lesi : ada
jaringan parut : ada
kelembaban : kering
lain-lain : tidak ada
masalah kep : tidak ada
wajah/muka
inseIksi simetris : simetris
exspresi wajah : meringis
lain-lain : lemah dan pucat
masalah kep : tidak ada kep

MATA
insIeksi kesejajaran : normal
pupil : normal
konjungtiva : Agak Pucat
reaksi pupil terhadap cahaya : unsiokor/tidak merespon terhadap cahaya
masalah kep : Anemia, peningkatan tik.
Telinga
InIeksi :keadaan telinga : Bersih
Palpasi : Belakang telinga : Tidak ada nyeri
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan :
Hidung
Inpeksi : Simetris : Ya
Kesulitan bernaIas : tidak
Mukosa : Lembab
Palpasi terhadap nyeri : Tidak ada nyeri
Masalah keperawatan : tidak ada
Mulut
Inpeksi
Bibir : pucat
Gusi : Normal
Gigi : Normal
Mulut :normal
Keadaan mulut : bersih
Masalah keperawatan : anemia
Leher
Inpeksi : N
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiriod : tidak ada

Thorax / dada Paru
Postur : N
Bentuk : N
SiIat pernaIasan : Perut
Payu Darah
Tidak di Observasi
Kardiovaskuler
Bunyi jantung : teratur
Bunyi SI : N
Bunyi S2 : N
Masalah kep :
Abdomen
Inpeksi : simetris
Auskultasi : bising usus normal
Abdomen :normal
Limpa : -
Masalah kep : tidak ada
Genetalia : Tidak di Observasi

Muskoloskleletal
Otot :Normal
Ukuran : normal
Tremor :-
Uji kekuatan otot : kaki Kakan : 3kiri 3

Tangan Kanan :3 Kiri :3
PersyaraIan /neurologi
Orientasi : Orang
Berbicara : apasia
Sensasi : nyeri
Penciuman : Normal
Pengecapan : Normal
Masalah kep : apasia

Anda mungkin juga menyukai