Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi epilepsi :

PATOFISIOLOGI BANGKITAN EPILEPTIK


Secara normal aktivitas otak terjadi oleh karena perpindahan sinyal dari satu neuron ke
neuron lain. Perpindahan ini terjadi antara akson terminal  suatu neuron dengan dendrit
neuron yang lain melalui sinaps. Sinaps merupakan area yang penting untuk perpindahan
elektrolit dan sekresi neurotransmitter yang berada di dalam vesikel presinaps. Komposisi
elektrolit dan neurotransmitter saling mempengaruhi satu sama lain untuk menjaga
keseimbangan gradient ion di dalam dan di luar sel melalui ikatan antara neurotransmitter
dengan reseptormya serta keluar masuknya elektrolit melalui kanalnya masing-masing.
Aktivitas tersebut akan menyebabkan terjadinya depolarisasi, hiperpolarisasi dan repolarisasi
sehingga terjadi potensisal eksitasi dan inhibisi pada sel neuron. Potensisal eksitasi di
proyeksikan oleh sel-sel neuron yang berada di kortek yang kemudian di teruskan oleh akson,
sementara sel interneuron berfungsi sebagai inhibisi.
Elektrolit yang berperan penting dalam aktivitas otak adalah natrium (Na+), kalsium (Ca2+),
kalium (K+), magnesium (Mg2+) dan klorida (Cl-). Neurotransmitter pada proses eksitasi
adalah glutamat sedangkan pada proses inhibisi neurotransmiter utama adalah asam
aminibutirik (GABA).

Fitrina R.Epilepsi. RS Stroke Nasional Bukittinggi.Ditjen pelayanan kesehatan.Kemenkes


RI.2018. http://yankes.kemkes.go.id/read-epilepsi-4812.html

Telah diketahui bahwa neuron memiliki potensial membran, hal ini terjadi karena adanya
perbedaan muatan ion-ion yang terdapat di dalam dan di luar neuron. Perbedaan jumlah
muatan ion-ion ini menimbulkan polarisasi pada membran dengan bagian intraneuron yang
lebih negatif. Neuron bersinaps dengan neuron lain melalui akson dan dendrit. Suatu
masukan melalui sinapsis yang bersifat eksitasi akan menyebabkan terjadinya depolarisasi
membran yang berlangsung singkat, kemudian inhibisi akan menyebabkan hiperpolarisasi
membran. Bila eksitasi cukup besar dan inhibisi kecil, akson mulai terangsang, suatu
potensial aksi akan dikirim sepanjang akson, untuk merangsang atau menghambat neuron
lain.
Patofisiologi utama terjadinya epilepsi meliputi mekanisme yang terlibat dalam munculnya
kejang (iktogenesis), dan juga mekanisme yang terlibat dalam perubahan otak yang normal
menjadi otak yang mudah-kejang (epileptogenesis).
1. Mekanisme iktogenesis Hipereksitasi adalah faktor utama terjadinya iktogenesis. Eksitasi
yang berlebihan dapat berasal dari neuron itu sendiri, lingkungan neuron, atau jaringan
neuron.
- Sifat eksitasi dari neuron sendiri dapat timbul akibat adanya perubahan fungsional dan
struktural pada membran postsinaptik; perubahan pada tipe, jumlah, dan distribusi kanal ion
gerbang-voltase dan gerbangligan; atau perubahan biokimiawi pada reseptor yang
meningkatkan permeabilitas terhadap Ca2+, mendukung perkembangan depolarisasi
berkepanjangan yang mengawali kejang.
- Sifat eksitasi yang timbul dari lingkungan neuron dapat berasal dari perubahan fisiologis
dan struktural. Perubahan fisiologis meliputi perubahan konsentrasi ion, perubahan
metabolik, dan kadar neurotransmitter. Perubahan struktural dapat terjadi pada neuron dan sel
glia. Konsentrasi Ca2+ ekstraseluler menurun sebanyak 85% selama kejang, yang
mendahului perubahan pada konsentasi K2+. Bagaimanapun, kadar Ca2+ lebih cepat kembali
normal daripada kadar K2+.
- Perubahan pada jaringan neuron dapat memudahkan sifat eksitasi di sepanjang sel granul
akson pada girus dentata; kehilangan neuron inhibisi; atau kehilangan neuron eksitasi yang
diperlukan untuk aktivasi neuron inhibisi.
2. Mekanisme epileptogenesis
- Mekanisme nonsinaptik
Perubahan konsentrasi ion terlihat selama hipereksitasi, peningkatan kadar K2+ ekstrasel atau
penurunan kadar Ca2+ ekstrasel. Kegagalan pompa Na+ -K+ akibat hipoksia atau iskemia
diketahui menyebabkan epileptogenesis, dan keikutsertaan angkutan Cl- -K+ , yang mengatur
kadar Cl- intrasel dan aliran Cl- inhibisi yang diaktivasi oleh GABA, dapat menimbulkan
peningkatan eksitasi. Sifat eksitasi dari ujung sinaps bergantung pada lamanya depolarisasi
dan jumlah neurotransmitter yang dilepaskan. Keselarasan rentetan ujung runcing abnormal
pada cabang akson di sel penggantian talamokortikal memainkan peran penting pada
epileptogenesis.
- Mekanisme sinaptik
Patofisiologi sinaptik utama dari epilepsi melibatkan penurunan inhibisi GABAergik dan
peningkatan eksitasi glutamatergik.
o GABA Kadar GABA yang menunjukkan penurunan pada CSS (cairan serebrospinal)
pasien dengan jenis epilepsi tertentu, dan pada potongan jaringan epileptik dari pasien dengan
epilepsi yang resisten terhadap obat, memperkirakan bahwa pasien ini mengalami penurunan
inhibisi.
o Glutamat
Rekaman hipokampus dari otak manusia yang sadar menunjukkan peningkatan kadar
glutamat ekstrasel yang terus-menerus selama dan mendahului kejang. Kadar GABA tetap
rendah pada hipokampus yang epileptogenetik, tapi selama kejang, konsentrasi GABA
meningkat, meskipun pada kebanyakan hipokampus yang non-epileptogenetik. Hal ini
mengarah pada peningkatan toksik di glutamat ekstrasel akibat penurunan inhibisi di daerah
yang epileptogenetik (Eisai, 2012).

serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal mengalami
depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secaratepat dan
berulang-ulang. secara klinis serangan epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari
sejumlah besar neuron abnormal muncul secara bersamasamaan membentuk suatu badai
aktivitas listrik di dalam otak. badai listrik tadi menimbulkan bermacam-macam serangan
epilepsi yang berbeda .bergantung pada daerah dan fungsi otak yang
terkena dan terlibat.dengan demikian dapat dimengerti apabila epilepsi tampil dengan
manifestasi yang sangat bervariasi.
sebagai penyebab dasar terjadinya epilepsi terdiri dari 3 kategori yaitu :
1. non spesifik predispossing factor ( NPF ) yang membedakan seseorang peka tidaknya
terhadap serangan epilepsi dibanding orang lain.setiap orang sebetulnya dapat
dimunculkan bangkitan epilepsi hanya dengan dosis rangsangan berbeda-beda
2. specific epileptogenic disturbances (SED). Kelainan epileptogenik ini dapat
diwariskanmaupun didapat dan inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya
epileptiform activity diotak. timbulnya bangkitan epilepsi merupakan kerja sama SED
& NPF
3. presipitating factor (PF) Merupakan faktor pencetus terjadinya bangkitan epilepsi
pada penderita epilepsi yang kronis.Penderita dengan nilai ambang yang rendah
,PF dapat membangkitkan reactive seizure dimana SED tidak ada

Pramesti, et al.Diagnosis and Management of NSCE. PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA


NONCONVULSIVE STATUS EPILEPTIKUS (NCSE) DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF NONCONVULSIVE
STATUS EPILEPTICUS (NCSE). Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Malang, Indonesia.2017. https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:mKpfoobArdEJ:https://mnj.ub.ac.id/index.php/mnj/article/download/249/277+&cd=9&hl=i
d&ct=clnk&gl=id

Anda mungkin juga menyukai