Anda di halaman 1dari 44

Tugas Asuhan keperawatan Ensefalitis

Di susun oleh:

Nama : Nurjani Maudul

Nirm : 1801013

Kelas: keperawatan 5c

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ENSEFALITIS” tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah II yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila ada kata di dalam makalah ini yang
kurang berkenan penulis mohon maaf sebesar - besanya. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Manado, 19 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….....….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN…………………………...……………………………………………..

1. Latar Belakang…..…………………………………………...……………………………
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..………

A. Definisi ……………………………………………………………………...……………...
B. Etiologi ………………….………………………………………………………………….
C. Patofisiolgi …………………………………………………………………………………
D. Manifestasi Klinis……………..……………………………………………………………
E. Penatalaksanaan………………….…………………………………………………………
F. Pemeriksaan diagnostik……………….……………………………………………………
G. Komplikasi …………………...………………………………………………………….....

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………….

A. Pengkajian…………………………………………………………………………………...
B. Diagnose Keperawatan……………………………………………………………………...
C. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………………..
D. Implementasi ………………………………………………………………………………..
E. Pathway……………………………………………………………………………………...
BAB IV CONTOH KASUS……………………………………...…………………………….
BAB V PEMBAHASAN DIAGNOSA………………………………………………………..
BAB VI PENUTUP…………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..................
B. Saran ……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...…………
BAB 1

PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam

tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan

kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan

penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada

gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya

kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara

umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan

dengan upaya pengobatannya. 

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan

dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired).

Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar

dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor,

dan mikroba.

Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah

satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,

cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis

dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi,

kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus

atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke

dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah

satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.

Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi

enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena

fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa

dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi

untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-

lain.

Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek

Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS

(Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah

30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan

menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada

kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan

prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau

sembuh sengan gejala sisa yang berat


2.        Rumusan Masalah

a.       Apa yang dimaksud dengan ensefalitis ?

b.      Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

ensefalitis ?

c.       Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?

d.      Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah

ensefalitis ?

e.       Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsip-prinsip apa saja

yang harus dipegang sebagai seorang perawat?

3.        Tujuan

Tujuan Umum

a.       Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan asuhan

keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.

Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.

b.      Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

ensefalitis.

c.       Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan

masalah ensefalitis.

d.      Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien

dengan masalah ensefalitis.


e.       Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta

mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.


BAB II

TINAJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
a. Ensefalitis adalah merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan
sampai tingkat yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat disebabkan
oleh sejumlah agen yang berbeda. (Donna.L. Wong, 2000).
b. Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri
dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena
gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf
pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga berpotensi
mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena
amuba diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk
melalui kulit yang terluka.( Dewanto, 2007).
c. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
d. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau
sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah, 2007).
e. Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa ensefalitis
adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme.
2. Etiologi
a. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan
virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan
serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam
mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,
cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab  ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.
Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000).
b. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Encephalitis dapat disebabkan karena:
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan
serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster. Enterovirus
disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan
penyakit mumps (gondongan).
c) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di
Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba,
keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat
berenang.
e) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa
inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces
dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di luar rumah. Tempat
masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.

3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan
proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula
terjadi . Reaksi peradangan juga mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang
selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi
karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto Wartonah,
2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar
ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput
lender dan menyebar melalui system persarafan.

Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa


prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah
nyeri tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat,
fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kakukuduk apabila
infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan
tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang.
Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis,
hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak.
4. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala
berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit
kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi
gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-
kejang di muka).
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal  paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001) antara lain :
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh
dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving
set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas
kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan
(2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.  Sebagai hibernasi dapat
diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara
intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan
antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh,
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography  EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan  Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes
simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus
frontal
7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS

1.        Pengkajian

a) Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

b) Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.

c) Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan

meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.

d) Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari,

pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.

e) Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh

virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus,

E, Coli, dan lain-lain.

f) Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post

imunisasi pertusis.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :

a.    nyeri akut b/d terjadinya inflamasi

b.    Hipertemi b/d instabi termoregulasi.

c.    ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah
3.    Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi

keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a. nyeri akut b/d terjadinya inflamasi

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1)      Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2)      Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :

Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat

menghilangkan ketidaknyamanan

dan memeperbesar efek terapi

analgetik.
Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi terhadap

tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau sensitivitas

sesuai indikasi. terhadap cahaya dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan kemudian.


Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan gerakan yang dapat

kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri.

pasien.
Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan

aktif/pasif secara tepat dan ketegangan otot yang meningkatkan


masase otot daerah leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak

nyaman tersebut.
Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk

indikasi. meningkatkan kenyamanan

/istirahat umum.

b. Hipertermi b/d . instabi termoregulasi

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :

Pantau suhu pasien, perhatikan Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan

menggigil/ diaforesis. proses penyakit infeksius akut.


Pantau suhu lingkungan, Suhu ruangan/jumlah selimut harus

batasi / tambahkan linen diubah untuk mempertahankan suhu

tempat tidur sesuai indikasi. mendekati normal.


Berikan kompres mandi hangat, Dapat membantu mengurangi

hindari penggunaan alkohol. demam.


Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai Digunakan untuk mengurangi

indikasi. demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.
c. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah

Tujuan : setelah di lakukan intervensi selama 2x24 jam maka


Kriteria hasil : klien mengalami peningkatan nafsu makan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :

Kaji pemenuhan kebutuhan


Mengetahui kekurangan nutrisi
nutrisi klien
klien

Agar dapat dilakukan intervensi


Kaji penurnan nafsu makan klien
dalam pemberian makanan pada

klien
Dengan pengetahuan yang baik

Jelaskan pentingnya makanan tentang nutrisi akan memotivasi

bagi proses penyembuhan untuk meningkatkan pemenuhan

nutrisi

4.    Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien dengan

masalah ensefalitis meliputi :

a. nyeri akut b/d terjadinya inflamasi

   .

NO IMPLEMENTASI
1 Memberikan tindakan nyaman.
Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap
2
sesuai indikasi.
3 Mengkaji intensitas nyeri.
Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri
4
pasien.
Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan
5
masase otot daerah leher/bahu.
6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

b.    Hipertermi b/d instabi termoregulasi

NO IMPLEMENTASI
1 Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat
2
tidur sesuai indikasi.
Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan
3
alkohol.
4 Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.

c. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah

NO IMPLEMENTASI

1 MengKaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

2 MengKaji penurnan nafsu makan klien


3 MenJelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan

5.        Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan

melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a.       Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.

b.      Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

c.       Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.

5. Pathway
BAB IV

CONTOH KASUS

A. KASUS
a. Indentitas
Nama penderita : an. SN
Umur : 2 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : RT. 11 Bukit Tempurung. Ma. Sabak
Dikirim olah : rujukan dari RS Nurdin Hamzah Ma. Sabak
MRS tanggal : 01-01-2013
b. Anamnesis
Allo anamnesis dengan : ibu pasien
Tanggal ; 07-01-2013
a) Keluhan utama : penurunan kesadaran ± 3 jam SMRS
b) Keluhan tambahan : kejang, sesak, demam.
c) Riwayat penyakit sekarang :
± 1 hari SMRS anak demam tinggi,timbul mendadak,demam tidak turun-turun,
menggigil ( - ), bintik-bintik merah (-), mimisan (-), pilek (-), berkeringat malam
hari (-) sesak napas (+), tidak di pengaruhi aktivitas (-), tidak pengaruhi posisi (-),
riwayat tidur dengan bantal 2-3 hari (-), perut kembung (+), muntah (-), nafsu
makan menurun (+), BAK dan BAB seperti biasa.
± 3 jam SMRS anak kejang di rumah sebanyak 3x, lamanya kejang 30 menit
setelah kejang anak tetap tidak sadar sehingga anak dibawah orang tuanya ke RS
Nurdin Hamzah Ma.sabak, setibanya disana anak mengalami kejang (+) satu kali,
seluruh badan,anak tetap tidak sadar hingga saat ini lalu di rujuk oleh RS Nurdin
Hamzah ke RSU Rd.Mattaber masuk melalui IGD.
± 7 hari dalam perawatan di HCU, anak sering demam ↑↓, anak masih sering
kejang, namun sebentar± 5 mnt, kejang hanya pada tangan saja, anak sadar
sebelum dan sesudah kejang, dalam sehari anak bisa kejang 2-3 kli anak sudah
mendapatkan perawatan anti kejang, penurunan panas, oksigen, mendapat asupan
makanan melalui selang hidung .
d) Riwayat penyakit dahulu :
o Riwayat kejang sebelumnya :-
o Riwayat batuk dan pilek :-
o Riwayat trauma :-
o Riwayat keluarga dengan epilepsy :-
o Riwayat keluarga dengan batuk-batuk lama :-
e) Riwayat kehamilan dan persalinan :
o masa kehamilan : Aterm
o partus : Normal
o berat badan lahir : 3200 gram
o panjang badan lahir : 48 cm
o penolong : Bidan
o tempat : klinik bersalin
o tanggal : 08-08-2010
f) riwayat perkembangan fisik :
o gigi pertama : 9 bulan/tahun
o berbalik : 4 bulan/tahun
o tengkurap : 7 bulan/tahun
o merangkak : 8 bulan/tahun
o duduk : 9 bulan/tahun
o berdiri : 10 bulan
o berjalan : 1 tahun
o berbicara : 11 bulan/tahun (mama)
o kesan : perkembangan baik
g) riwayat imunisasi
o BCG :÷
o Polio :÷
o DPT :÷
o Campak :÷
o Hepatitis : ÷
o Kesan : imunisasi dasar lengkap
h) Riwayat makanan :
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai usia 1 tahun, setelah itu makanan
tambahan berupa nasi tim bahkan sekarang sudah dengan nasi biasa. Makanan
tambahan lainnya seperti daging, ikan , sayur dan buah tercukupi.
Kesan : nutrisi baik
i) Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
j) Riwayat perkembangan mental :
o Isap jempol :÷
o Ngompol :÷
o Sering mimpi :÷
o Aktivitas : aktif
o Membangkang :-
o Ketakutan :-
k) Status gizi BB : 10 kg, PB : 89 cm, umur : 2 tahun 4 bulan
o Berdasarkan BB/PB → Z-score = + 0,87 SD berada diantara + 2 dan -2 SD
→gizi baik(normal) (standar WHO NCHS)

L. Anamnesa organ:

a. kepala

o Rambut rontok : -
b.Mata
o Rabun senjan : -
o Mata merah : -
o Bengkak : -
c. Telinga
o Sekret : -
o Gangguan pendengaran : -

d. Hidung
o Epistaksis : -
o Kebiruan
e. Gigi mulut
o Sariawan : -
o Gusih berdarah : -
o Lidah kotor : -
f. Tenggorokan
o Suara serak : -
g. Leher
o Kaku kuduk : +,brudzinki 1 positif
o Tortikolis : -
h. Mulut
 Bibir:
- Bentuk : dbn
- Warna : merah
- Ukuran :-
- Bibir kering : +
- Sianosis: -
- Bengkak : -
i. Gigi
o Kebersihan cukup: -
o Karies : -
o Gusih : tidak berdarah
j. Lidah
o Bentuk : dbn
o Gerakan : bebas
o Warna : putih di tengah, merah di pinggir

k. Jantung dan paruh


o Siklus nafas : -
o Bentuk : -
o Sputum : -
o Batuk darah : -
o Kebiruan : -
o Keringat malam hari : -
o Sesak malam hari :-
o Safas bunyi / mengi: -
l. Abdomen
 Hepar :
o Tinja seperti dempul : -
o Sakit kuning : -
o Kembung : -
 Lambung dan usus
o Nafsu makan : kurang
o Frekuensi : 2-3x sedikit –sedikit ± 1-2 sendok makan
o Perut kembung :-
o Mual / muntah : -
o Mencret : +, konsistensi encer,3x tidak berdarah, lender tidak ada
M. ginjal dan perineum
o Sakit kuning : -
o Frekuensi miksi : normal
o Sembab di kelopak mata: -
o Edema tungkai : -
N. Endokrin
o Sering minum : -
o Sering kencing : -
o Sering makan : -
o Keringat dingin
B. Pemeriksaan fisik ( 07-01-2012)
1. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Apatis
GCS : EMV (4-4-1) =9
2. Pengukuran
Tanda vital nadi : 110x/menit, kualitas : kuat regurel
Suhu :38 ◦c
Respirasi : 46 x/ menit,regurel
Berat badan : 10 kg
Panjang /tinggi badan : 89 cm
Lingkar kepala : 49 cm
3. Kulit : warana : sawo matang
Sianosis : tidak ada
Hemagioma : tidak ada
Turgor : cepat kembali < 2 detik
Kelembaban : cukup
Pucat : tidak ada
Lain – lain : -
4. Kepala
Bentuk : normosepal
Lain –lain : -
 Rambut
Warna : hitam
Tebal / tipis : tipis
Jarang / tidak (distribusi): tidak ada
Alopesia : tidak ada
Laian – laian : -
 Mata
Palpebra : tidak edema, tidak cekung
Alis dan buluh mata : tidak mudah di cabut
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
Produksi air mata : cukup
Pupil: diameter : 3mm / 3mm
Simetris : + / +
Reflex cahaya : + /+
Kornea : tidak ada
5. Telinga
Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
6. Hidung
Bentuk : simetris
Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Sekter : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Lain –lain : -
7. Mulut
Bentuk : simetris
Bibir : mukosa sedikit kering,berwarna merah mudah
Gusih : - tidak mudah berdarah , pembengkakan tidak ada
8. Lidah
Bentuk : simeteris
Pucat : tidak ada
Termor : tidak ada
Kotor : tidak ada
Warna : bagian tengah agak putih,dan tepihnya kemerahan
9. Faring
Hiperemi : tidak ada
Edema : tidak ada
Memeberan /pseudomembran : tidak ada
10. Leher
Vena jugularis : pulsasi : tidak terlihat
Tekanan : tidak meningkat
Pembesaran kelenjar leher : tidak ada
Kaku kudu : tidak ada
Masa : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
Parotis : tidak ada
11. Toraksi

a.dinding dada atau perut

inspeksi : bentuk : simeteris

retraksi : tida ada lokasi : -

dyspnea : tidak ada

pernapasan : gerak simetris

bendungan vena : -

sternum : ditengah

palpasi : fremitus lokal : simetris kanan kiri

perfusi : sonor / sonor

auskultasi : suara napas daras : vesikuler

suara napas tambahan : tidak ada rongkhi dan tidak ada wheezing
b.jantung
inspeksi : iktus : tidak terlihat
palpasi : apeks : tidak teraba
thrill : tidak ada
perkusi : batas kanan : ICS IV linea parastemalis dextra
batas kiri : ICS IV linea midklavikula sinitra
batas atas : ICS II linea parastemslis dextra
auskultasi : suara sadar : S1 dan S2 tunggal
bising : tidak ada
c.apdomen :
inspeksi : bentuk : simetris
umbilikus : tidak menonjol
petekie : -
spider nevi : -
turgor : cepat kembali
lain –lain : -
palpasi : nyeri tekan : -
nyeri lepas : -
defans muskural : -
hati : tidak teraba
lien : tidak teraba
ginjal : tidak teraba
masa : tidak teraba
ukuran : -
lokasi : -
permukaan : -
konsistensi : -
perkusi : timpani / pekak : timpani
Asites : tidak ada
Auskultasi : bising usus (+) normal
c.Ekstremitas :
umum : akral atas dan bawah hangat, tidak ada edema

d.Neurologi

Lengan Tungkai
Kanan kiri Kanan Kiri
Gerakan + + + +
Tonus N N N N
Trofin E E E E
Klonus - - - -
Reflex
fisiologis ( bisep, + + + +
trisep, patella)
Reflex parologis
(R. Babinski) - - - -
Sensibilitas + + + +

Pemerikasaan N.Kranialis : N.II,III,IV,VI,dbn, N,VII dbn

e.Genitalia : tidak ada kelainan


f.Anus : tidak ada kelainan

12. Pemerikasaan laboratorium sederhana


Tanggal : 01-01-2013
Darah : Hb 10,9 g/dl ;WBC 3,8/mm
RBC 5,38 jura /mm
Trombosit : 73,000 / mm
Hematokrit : 32,3 %
GDS : 86 mg/dl
Faal ginjal : Ureum : 15,5 mg / dl (20-40 mg/dl)
Kreatinin : 0,6 mg /dl (0,5-15, mg/ dl)
Eliktrosit :
- Natrium : 131,90 mEq / L (135 -145, mEq/ L)
- Kalium : 2,71 mEq /L (3,5 -5,5 mEq/ L)
- Clorida : 109,87mEq /L (98- 110 mEq / L)

Pemerikasaa urin

- Warna : kuning
- Berat jenis : 1005
- Protein : 6
- Sediumen :
 Leukosit : 3-5 / 1pb (0-5 / 1pb)
 Elektrosit : 0 -1 / 1pb ( 0 -1 /1pb)
 Epitel : 0 -2 / 1pb ( 10 / 1pb )

Pemeriksaan feses

- warna : kuning
- konsistensi : lunak
- lendir : -
- sel :
 Eriktrosit : 0 -11 / 1bp
 Leukoait : 0 – 1 /1bp
 Epitel : 1- 12 /1pb
- Bakteri : +

13. Pemeriksaan anjuran


Lumbal pungsi, elektrolit ulang, dan konsul ke dr.spesialis mata
14. Diangnosa banding
Encephalitis
Meningitis
Meningoencephalitis
15. Diagnosa kerja
Susp, Encephalitis
16. Terapi
- IVFD D5 ¼ NS 10 gtt/i
- 02 3-4 liter /i
- Paracetamol 4 x 100 mg ( 10 mg/ kgbb/hari ) K/P
- Phenobarbital 2 x 30 mg
- Ceftriakson 900 mg + d5% dlm 100cc NaCl
- Nebulizer : ventolin 3 x 1,25 mg di tambah NaCl 2 ml
17. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

B.Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1 DS : Hipertermi Dehidrasi
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
2. Kulit terasa hangat
DO :
1. Proses penyakit
2. Dehidrasi

2 DS : Ketidakseimbangan Mual muntah


1. Nafsu makan menurun nutrisi
DO
1. Otot menelan lemah
2. Berat badan menurun
3.
3 DS : Kurang pengetahuan Penyakit yang di
1. Keluarga mengatakan keluarga derita anaknya
kurang mengetahui tentang
penyakit yang derita
anaknya
2. Keluarga tampak khawatir
DO :
1. Keluarga tampak bingun
2. Keluarga tampak khawatir
dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi anaknya

C. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi B.D Dehidrasi

DX Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


hasil
Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. monitor suhu 1. suhu 38,9-41,1 C
dehidrasi tindakan tubuh menunjukan
keperawatan maka proses penyekit
hipertermi menurun 2. sediakan infeksius akut
dengan kriteria lingkungan yang 2. suhu ruangan
hasil: dingin jumlah selimut
2. Suhu tubuh 3. berikan kompres harus diubah
membaik mandi hangat, untuk
3. Suhu kulit 4. kolaborasi mempertahankan
menurun pemberian suhu mendekati
cairan dan normal
elektrolit 3. dapat membantu
intravena, jika mengurangi
perlu demam
4. digunakan untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

DX
Ketidakseimbangan Setelah 1. kaji 1. mengetahui
nutrisi kurang dari dilakukan pemenuhan kekurangan
kebutuhan tubuh b.d tindakan nutrisi klien nutrisi klien
mual muntah keperawatan 2. kaji 2. agar dapat
maka kriteria penurunan dilakukan
hasil : klien nafsu makan intervensi
mengalami klien dalam
peningkatan 3. kolaborasi pemberian
nafsu makan dengan ahli makanan pada
gizi untuk klien
menentukan 3. untuk proses
jumlah kalori penyembuhan
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
jika perlu

Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi

DX Tujuan & kriteria Intervensi rasional


hasil
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. kaji orang tua 1. Untuk
orang tua pendidikan kepeda tentang mengetahui
berhubungan dengan orang tua maka orang penyakit seberapa jauh
kurang terpapar tua atau keluarga 2. berikan keluarga
terhadap informasi mampu penyuluhan mengetahui
meningkamatakan kesehatan tentang
tingkat pengetahuan tentang penyakit
selama dalam penyakit tersebut
perawatan 3. diskusikan 2. Untuk
mengenai meningkatkan
kemungkinan tingkat
proses pengetahuan
penyembuhan. keluarga
3. Dapat
mengatasi
ketidak
mampuannya
dan juga
menerima
perasaan tidak
nyaman yang
lama

D. Implementasi dan evaluwasi


Tanggal 02 – 01-2013 pukul 08:00

Diagnosa implemetasi Evaulwasi


1. Hipertermi 1.memonitor suhu tubuh S:pasien mengatakan suadah
b.d dehidrasi 2.memberikan kompres mandi tidak panas
hangat O: setelah di lakukan
3.mengkolaborasi pemeberian tindakan keperawatan suhu
cairan elektrosit jika perlu tubuh pasien sudah normal
A:masalah sudah teratasi
P:intervensi di pertahankan

2. Ketidak 4. menkaji pemenuhan S:pasien mengatakan sudah


seimbangan nutrisi klien biasa makan dengan baik
nutrisi kurang 5. menkaji penurunan nafsu O: tampak pasien sudah bisa
dari makan klien menghabisakan makanan
kebutuhan 6.berkolaborasi dengan ahli dalam porsi yang lumayan
tubuh b.d gizi untuk menentukan jumlah banyak
mual muntah kalori dan jenis nutrient yang A:masalah sudah teratasi
dibutuhkan jika perlu P: intervensi di pertahankan
7.menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan jika
perlu
3. Kurang 8.kaji orang tua tentang penyakit S: pasien mengatakan sudah
pengetahuan orang 9.berikan penyuluhan kesehatan mengetahui penyakit yang di
tua berhubungan tentang penyakit derita anaknya
dengan kurang diskusikan mengenai O:tampak pasien sudah bisa
terpapar terhadap kemungkinan proses mengetahui inforamsi
informasi penyembuhan tentang penyakit yang di
derita anaknya
A:masalah sudah teratasi
P:intervensi di pertahankan
BAB V

Pembahasan kasus
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan keperawatan ensefalitis,
diangnosa yang muncul hanya tiga diagnosa yang terdapat di bab tiga tentang asuahan
keperawatan teori hal ini bisa di lihat dari analisa data yang terdapat pada asuhan
keperawatan pasien

A. Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1 DS : Hipertermi Dehidrasi
3. Suhu tubuh diatas nilai normal
4. Kulit terasa hangat
DO :
1. Proses penyakit
2. Dehidrasi

2 DS : Ketidakseimbangan Mual muntah


4. Nafsu makan menurun nutrisi
DO
1. Otot menelan lemah
2. Berat badan menurun
3.
3 DS : Kurang pengetahuan Penyakit yang di
3. Keluarga mengatakan keluarga derita anaknya
kurang mengetahui tentang
penyakit yang derita
anaknya
4. Keluarga tampak khawatir
DO :
3. Keluarga tampak bingun
4. Keluarga tampak khawatir
dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi anaknya
B. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi B.D Dehidrasi

DX Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


hasil
Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. monitor suhu 5. suhu 38,9-41,1 C
dehidrasi tindakan tubuh menunjukan
keperawatan maka proses penyekit
hipertermi menurun 2. sediakan infeksius akut
dengan kriteria lingkungan yang 6. suhu ruangan
hasil: dingin jumlah selimut
5. Suhu tubuh 3. berikan kompres harus diubah
membaik mandi hangat, untuk
6. Suhu kulit 4. kolaborasi mempertahankan
menurun pemberian suhu mendekati
cairan dan normal
elektrolit 7. dapat membantu
intravena, jika mengurangi
perlu demam
8. digunakan untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

DX
Ketidakseimbangan Setelah 6. kaji 4. mengetahui
nutrisi kurang dari dilakukan pemenuhan kekurangan
kebutuhan tubuh b.d tindakan nutrisi klien nutrisi klien
mual muntah keperawatan 7. kaji 5. agar dapat
maka kriteria penurunan dilakukan
hasil : klien nafsu makan intervensi
mengalami klien dalam
peningkatan 8. kolaborasi pemberian
nafsu makan dengan ahli makanan pada
gizi untuk klien
menentukan 6. untuk proses
jumlah kalori penyembuhan
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
jika perlu
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi

DX Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


hasil
Kurang Setelah dilakukan 8. kaji orang tua 4. Untuk
pengetahuan orang pendidikan kepeda tentang penyakit mengetahui
tua berhubungan orang tua maka 9. berikan seberapa
dengan kurang orang tua atau penyuluhan jauh
terpapar terhadap keluarga mampu kesehatan tentang keluarga
informasi meningkamatakan penyakit mengetahui
tingkat pengetahuan 10. diskusikan tentang
selama dalam mengenai penyakit
perawatan kemungkinan tersebut
proses 5. Untuk
penyembuhan. meningkatka
n tingkat
pengetahuan
keluarga
6. Dapat
mengatasi
ketidak
mampuannya
dan juga
menerima
perasaan
tidak
nyaman yang
lama

BAB VI

PENUTUP

B. KESIMPULAN
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,

jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus,

parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a.         Ensefalitis supurativa.

b.         Ensefalitis siphylis.

c.         Ensefalitis virus.

d.        Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan sistiserkosis.

e.         Ensefalitis karena fungus.

f.          Riketsiosis serebri.

Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis

tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan

pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.

B.       Saran

Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang

sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka

menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat

betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas

seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Nuraif, Amin. 2016. Asuhan keperawatan praktis. Yogyakarta : Medicition Jogja


Kariasa, I Made. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Abdul Azis S. Varisela. Dalam : Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR (penyunting), Buku

ajaran anak infeksi & penyakit tropis Edisi pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2002. H.

152-9

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/downoad/12697/12295

https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/11047/7853

Anda mungkin juga menyukai