Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini sholawat serta salam tak pula kami
haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan
agama islam sampai saat ini.
Adapun tujuan utama penulisan makala ini adalah untuk memenuhi Tugas Keperawatan
anak yang berjudul: “Makalah Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid”
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
di harapkan
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar.......................................................................................................................1
Daftar isi.................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................4
A. Definisi.......................................................................................................................6
B. Anatomi Fisiologi......................................................................................................7
C. Etiologi.......................................................................................................................10
D. Patofisiologi...............................................................................................................12
E. Manifestasi klinis.......................................................................................................13
F. Komplikasi.................................................................................................................14
G. Pengobatan/penatalaksanaan......................................................................................15
H. Konsep dasar asuhan keperawatan.............................................................................17
A. Keseimpulan..............................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................28
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang
jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau
virus (Arif Mansjur, 2000).
Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20 % di
USA, persentase lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum berkembang.
Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-
infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh
penyakit- penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak. Dengan gejala-gejala
seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku kuduk,
gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran
cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya
akan menyebabkan ensefalitis. Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi
maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu ensefalitis supurativa,
ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena
parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi
dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan
morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes
Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari
dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan
menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih
3
berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4
hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang berat.
(Arif Mansjur, 2000).
B. Rumusan masalah
C.Tujuan
4
3. Mengetahui apa saja etiologi pada encephalitis
4. Mengetahui patofisiologi pada encephalitis
5. Mengetahui manifestasi klinis pada encephalitis
6. Mengetahui apa saja komplikasi pada encephalitis
7. Mengetahui pengobatan dari encephalitis
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada encephalitis
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
6
Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa
ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme.
B. Anatomi fisiologi
Anatomi Fisiologi otak menurut Muttaqin, Arif, 2008 dan Price, wilson,
2005, bahwa Otak nampak seperti sebuah ‟kembang kol” yang beratnya rata-rata
1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Sistem saraf pusat (SSP) meliputi
otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu otak depan, otak
tengah, dan otak belakang. (Wilson Price,2005)
a. Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional,
yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation), dan
cerebellum.
1) Medulla oblongata
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
2) Pons
3) Formasi Reticular
7
Formasi reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‟mengaktifkan‟
bagian lain dalam otak.
4) Cerebellum
Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak
besar. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, seperti keseimbangan
dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Ini salah satu
kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan.
3) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat.
8
1) Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai tempat
penerimaanuntuk sensor data dan sinyal- 10 sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
Menurut Price, wilson (2005), selaput otak terdiri atas tiga lapisanyaitu:
1) Durameter
Durameter yaitu Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat, pada bagian tengkorak terdiri atas selaput (perios) tulang
tengkorak dan durameter tropia bagian dalam. Durameter mengandung rongga
yang mengalirkan darah dari vena otak, dan dinamakan sinus vena
2) Arachnoidea
Arachnoidea yaitu selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi
cairan otak meliputi seluruh susunan saraf sentral, otak, dan medulla spinalis.
Arachnoidea berada dalam 11 balon yang berisi cairan. Ruang sub arachnoid
pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut
sistermagna. Ruangan tersebut dapat dimasukkan jarum kedalam melalui
foramen magnum untuk mengambil cairan otak, atau disebut fungsi sub
oksipitalis.
9
3) Piameter
Piameter yaitu selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arachnoid melalui struktur jaringan ikat. Tepi
flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis inferior
yang mengeluarkan darah dari flak serebri tentorium memisahkan serebrum
dengan serebelum.
C. Etiologi
10
adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T.
Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000).
Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi tok sin
dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab
encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi
karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik
atau vaksinasi terdahulu.
a. Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
dan serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b. Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster.
Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula
mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
c. Herpes simpleks
d. Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan
Acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui
mukosa mulut saat berenang.
e. Rabies
11
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah
masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
bulan.
f. Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus
Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di
luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.
D. Patofisiologi
12
intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga dijumpai,
misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri
tersebut itu kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat
terjadi melalui penerobosan dari pia mater.
Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat
dihancurkan. Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar
ekstraselular. Setelah proses invasi, replikasi dan penyebaran virus
berhasil, timbullah manifestasi-manifestasi toksemia yang kemudian
disususl oleh manifestasli lokalisatorik. Gejala-gejala toksemia terdiri
dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. Sedang
manifestasi lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat rupa
gannguan sensorik dan motorik (gangguan penglihatan, gangguan
berbicara,gannguan pendengaran dan kelemahan anggota gerak), serta
13
gangguan neurologis yakni peningkatan TIK yang mengakibatkan nyeri
kepala, mual dan muntah sehinga terjadi penurunan berat badan.
E. Manifestasi Klinis
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka).
F. Komplikasi
14
Sebagian besar penderita radang otak parah mengalami komplikasi akibat
peradangan yang terjadi. Risiko komplikasi yang mungkin terjadi tergantung
pada beberapa faktor, yaitu usia penderita, penyebab infeksi, tingkat keparahan,
dan kecepatan penanganan. Kerusakan otak yang disebabkan oleh radang otak
dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan selamanya. Lokasi
kerusakan pada otak juga dapat menentukan jenis komplikasi yang terjadi.
Komplikasi itu meliputi:
Kelumpuhan
Gangguan kepribadian
Epilepsi
G. Pengobatan/Penatalaksanaan
15
c. cyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
1. Pengkajian
a. Biodata
c. Riwayat penyakit sekarang. Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi
keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari
penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian
diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan
luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning
attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang
17
disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,
ataksia dan paralisi saraf otak
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui
apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui
keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, apgar score, yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
18
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan
maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
i. Pemeriksaan fisik.
19
akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan
menggunakan format DDST.
2. Diagnosa Keperawatan
20
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume
cairan
3. Intervensi keperawatan
Observasi
21
-periksa sirkulasi perifer(mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
anklebrachial index)
Terapeutik
-lakukan hidrasi
Edukasi
b. Bersihkan jalan napas tidak efektif b.d kekurangan volume cairan(D. 0001)
22
Tujuan : jalan napas kembali efektif
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi
Anjurkan Tarik napas dalam melalui hitung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu(dibulatkan) selama 8 detik
-anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang ke- 3
Kolaborasi
23
c. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas (D. 0002)
Observasi:
Terapeutik :
24
-berikan dukungan psikologis
Edukasi :
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat yang meningkat kepatenan jalan napas dan pertukaran
gas
4. Implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
25
BAB III
PENUTUP
A. Keseimpulan
Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat disebabkan
karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui fraktur
tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang
kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga
berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba
diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang
terluka.( Dewanto, 2007)
26
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah,
saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan proses peradangan.
Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga
mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan
intracranial. Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial.
(Tarwoto Wartonah, 2007).
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias
ensepalitis yang terdiri dari Akademi Keperawatan Harum Jakarta demam, kejang dan kesadaran
menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat
terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
B. Saran
1. Untuk perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
enchepalitis, serta meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan mengikuti
seminar serta menindaklanjuti masalah yang belum teratasi.
2. Untuk Mahasiswa
27
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Tarwoto dan wartonah. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan
Jakarta: Sagung Seto
28