Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini sholawat serta salam tak pula kami
haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan
agama islam sampai saat ini.

Adapun tujuan utama penulisan makala ini adalah untuk memenuhi Tugas Keperawatan
anak yang berjudul: “Makalah Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid”

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
di harapkan

Ternate, 27 Maret 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Cover

Kata pengantar.......................................................................................................................1

Daftar isi.................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................6

A. Definisi.......................................................................................................................6
B. Anatomi Fisiologi......................................................................................................7
C. Etiologi.......................................................................................................................10
D. Patofisiologi...............................................................................................................12
E. Manifestasi klinis.......................................................................................................13
F. Komplikasi.................................................................................................................14
G. Pengobatan/penatalaksanaan......................................................................................15
H. Konsep dasar asuhan keperawatan.............................................................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................................26

A. Keseimpulan..............................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................28

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ensefalitis adalah radang
jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau
virus (Arif Mansjur, 2000).

Di USA ensefalitis sering terjadi pada usia 0-3 tahun, sekitar 10-20 % di
USA, persentase lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang belum berkembang.
Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-
infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh
penyakit- penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak. Dengan gejala-gejala
seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku kuduk,
gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran
cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya
akan menyebabkan ensefalitis. Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi
maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu ensefalitis supurativa,
ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena
parasit, dan riketsiosa serebri. Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi
dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan
morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes
Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari
dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan
menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih

3
berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4
hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang berat.
(Arif Mansjur, 2000).

Di Indonesia Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari


infeksi HSV ( Herpes Simplek Vinus ) yang mempunyai mortalitas dan
morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes
Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari
dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir
akan menununkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan
dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang
lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang berat.

B. Rumusan masalah

1. Jelaskan definisi dari penyakit encephalitis?

2. Etiologi dari penyakit encephalitis?

3. Jelaskan patofisiologi pada encephalitis?

4. Manifestasi klinis pada encephalitis?

5. Apa saja komplikasi yang terjadi pada encephalitis?

6. Bagaimana pengobatan encephalitis ?

7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit encephalitis?

C.Tujuan

1. Mengetahui definisi dari penyakit encephalitis


2. Mengetahui anatomi fisiologi encephalitis

4
3. Mengetahui apa saja etiologi pada encephalitis
4. Mengetahui patofisiologi pada encephalitis
5. Mengetahui manifestasi klinis pada encephalitis
6. Mengetahui apa saja komplikasi pada encephalitis
7. Mengetahui pengobatan dari encephalitis
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada encephalitis

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Ensefalitis merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan


sampai tingkat yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat
disebabkan oleh sejumlah agen yang berbeda. (Donna. L. Wong, 2000).

Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang


dapat disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena
bakteri dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus
disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk
ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga
berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio.
Encephalitis karena amuba diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba
culbertsoni yang masuk melalui kulit yang terluka.( Dewanto, 2007).

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh


bakteri,cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur: 2000).

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi


virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh
virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa
seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah,
2007).

6
Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa
ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme.

B. Anatomi fisiologi

Anatomi Fisiologi otak menurut Muttaqin, Arif, 2008 dan Price, wilson,
2005, bahwa Otak nampak seperti sebuah ‟kembang kol” yang beratnya rata-rata
1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Sistem saraf pusat (SSP) meliputi
otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.

Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu otak depan, otak
tengah, dan otak belakang. (Wilson Price,2005)

a. Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional,
yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation), dan
cerebellum.

1) Medulla oblongata

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.

2) Pons

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak


bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.

3) Formasi Reticular

7
Formasi reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‟mengaktifkan‟
bagian lain dalam otak.

4) Cerebellum

Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak
besar. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, seperti keseimbangan
dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Ini salah satu
kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1) Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea).

2) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba).

3) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat.

b. Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil.

Otak tengah adalah lanjutan dari formasi reticular dan merespon


pendengaran dan pengelihatan (seperti gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih
penting fungsinya pada hewan mamalia daripada manusia, karena pada manusia
yang lebih dominan digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian
terbesar pada otak. Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang
mengandung kurang lebih 10 miliar saraf dan terletak pada lapisan luar
otak.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus, hypothalamus,
dan system limbic.

8
1) Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai tempat
penerimaanuntuk sensor data dan sinyal- 10 sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.

2) Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan


mengatur kepentingan biologis lainnya.

3) system limbic, Anatomi system limbic ini hampir seperti hypothalamus.


System limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri kita. Misalnya, kita
tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja menginjak kaki kita.
System limbic terdiri dari tiga bagian utama, yaitu amygdala dan septum yang
berfungsi mengontrol kemarahan, agresi, dan ketakutan, serta hippocampus yang
penting dalam merekam memori baru.

c. Lapisan Otak (meningen)

Menurut Price, wilson (2005), selaput otak terdiri atas tiga lapisanyaitu:

1) Durameter

Durameter yaitu Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat, pada bagian tengkorak terdiri atas selaput (perios) tulang
tengkorak dan durameter tropia bagian dalam. Durameter mengandung rongga
yang mengalirkan darah dari vena otak, dan dinamakan sinus vena

2) Arachnoidea

Arachnoidea yaitu selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi
cairan otak meliputi seluruh susunan saraf sentral, otak, dan medulla spinalis.
Arachnoidea berada dalam 11 balon yang berisi cairan. Ruang sub arachnoid
pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut
sistermagna. Ruangan tersebut dapat dimasukkan jarum kedalam melalui
foramen magnum untuk mengambil cairan otak, atau disebut fungsi sub
oksipitalis.

9
3) Piameter

Piameter yaitu selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arachnoid melalui struktur jaringan ikat. Tepi
flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis inferior
yang mengeluarkan darah dari flak serebri tentorium memisahkan serebrum
dengan serebelum.

Gambar 2.1 Anatomi Otak menurut (Mansjoer,Arif. 2000)

C. Etiologi

Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan


bakteriologik dan virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun
cairan serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai
mikroorganisme dapat macam menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spiroc haeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis

10
adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T.
Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000).

Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi tok sin
dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab
encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi
karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik
atau vaksinasi terdahulu.

Encephalitis dapat disebabkan karena:

a. Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
dan serangga. Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.

b. Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster.
Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula
mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).

c. Herpes simpleks

Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat


mematikan di Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).

d. Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan
Acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui
mukosa mulut saat berenang.

e. Rabies

11
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah
masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
bulan.

f. Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus
Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di
luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.

D. Patofisiologi

Pathogenesis dari encephalitis mirip dengan pathogenesis dari viral


meningitis yaitu mencapai Central Nervous System melalui darah
(hematogen) dan melalui saraf (neuronal spread). Penyebaran hematogen
sterjadi karena penyebaran ke otak secara langsung melalui arteri

12
intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga dijumpai,
misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri
tersebut itu kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat
terjadi melalui penerobosan dari pia mater.

Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi penyebaran


melalui neuron, misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan
rabies. Pada dua penyakit tersebut, virus dapat masuk ke neuron sensoris
yang menginnervasi port d'entry dan bergerak secara retrograd mengikuti
axon- axon menuju ke nukleus dari ganglion sensoris. Akhirnya saraf-
saraf tepi dapat digunakan sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba di
susunan saraf pusat.

Sesudah virus berada di dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel


virus dihancurkan. Dalam hal tersebut virus merangsang sitoplasma tuan
rumah untuk membuat protein yang menghancurkan kapsel virus. Setelah
itu nucleic acid virus berkontak langsung dengan sitoplasma sel tuan
rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan nukleus sel tuan rumah
membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus. Proses ini
dinamakan replikasi.

Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat
dihancurkan. Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar
ekstraselular. Setelah proses invasi, replikasi dan penyebaran virus
berhasil, timbullah manifestasi-manifestasi toksemia yang kemudian
disususl oleh manifestasli lokalisatorik. Gejala-gejala toksemia terdiri
dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. Sedang
manifestasi lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat rupa
gannguan sensorik dan motorik (gangguan penglihatan, gangguan
berbicara,gannguan pendengaran dan kelemahan anggota gerak), serta

13
gangguan neurologis yakni peningkatan TIK yang mengakibatkan nyeri
kepala, mual dan muntah sehinga terjadi penurunan berat badan.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis


ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai
kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai ka ku
kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).

Menurut (Hassan, 1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai


berikut :

a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia

b. Kesadaran dengan cepat menurun

c. Muntah

d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka).

e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau


bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam
kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau
koma.

F. Komplikasi

14
Sebagian besar penderita radang otak parah mengalami komplikasi akibat
peradangan yang terjadi. Risiko komplikasi yang mungkin terjadi tergantung
pada beberapa faktor, yaitu usia penderita, penyebab infeksi, tingkat keparahan,
dan kecepatan penanganan. Kerusakan otak yang disebabkan oleh radang otak
dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan selamanya. Lokasi
kerusakan pada otak juga dapat menentukan jenis komplikasi yang terjadi.
Komplikasi itu meliputi:

 Kelumpuhan

 Gangguan bicara dan berbahasa

 Gangguan pendengaran dan penglihatan

 Gangguan kecemasan umum Hilang ingatan atau amnesia

 Gangguan kepribadian

 Epilepsi

 Pada radang otak yang parah, penderita dapat mengalami koma,


bahkan kematian.

G. Pengobatan/Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001)


antara lain:

a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan


sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin


dianjurkan oleh dokter:

1. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

2. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis. Bila


encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral

15
c. cyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.

d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara


polifragmasi.

e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema


otak

f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah


cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam


pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan


untuk menghilangkan edema otak.

i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk


memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal.

j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis


yang sama.

l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan 02 sesuai


kebutuhan (2-31/menit).

n. Penatalaksanaan shock septik.

o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan


16
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan
tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan
kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas
kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/KGBB/hari
dan phenergan 4 mg/KGBB/hari secara intravena atau intramuscular
dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum
seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,


suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.

b. Keluhan utama Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk


masuk RS. keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala,
kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.

c. Riwayat penyakit sekarang. Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi
keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari
penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian
diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan
luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning
attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang

17
disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,
ataksia dan paralisi saraf otak

d. Riwayat kehamilan dan kelahiran.

Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui
apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui
keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, apgar score, yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

e. Riwayat penyakit yang lalu.

Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan


kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G.
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan
karena dapat memperburuk keadaan.

f. Riwayat kesehatan keluarga.

Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan


penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno
marram, 1983).

g. Riwayat social. Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap


pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit
sehingga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat

18
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan
maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).

h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari)

Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari


antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi
penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena
penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain
perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui
akibat hospitalisasi pada anak.

i. Pemeriksaan fisik.

Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad


apemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan
secara umum meliputi :

a) Keadaan umum. Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena


mengalami perubahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan
tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan
difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat
prosses peradangan otak.

b) Gangguan system pernafasan. Perubahan-perubahan akibat


peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada
batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot
pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).

c) Gangguan system kardiovaskuler. Adanya kompresi pada pusat


vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini

19
akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.

d) Gangguan system gastrointestinal.

Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan


intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus
vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula
terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).

j. Pertumbuhan dan perkembangan.

Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan
menggunakan format DDST.

2. Diagnosa Keperawatan

(TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2016)

20
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume
cairan

b. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi


jalan napas

c. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi


jalan napas

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

e. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan system saraf

f. Resiko cedera ditandai dengan hipoksia jaringan

g. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan


makanan (karena keadaan hipermetabolik)

h. Disrefleksia otonom berhubungan dengan cedera pada medulla


spinalis

i. Konfusi akut berhubungan dengan delirium

j. Konfusi kronis berhubungan dengan cedera otak.

3. Intervensi keperawatan

(TIM POKJA SDKI PPNI, 2016)

a. Perfusi perifer tdak efektif b.d kekurangan volume cairan (D.0009)

Tujuan: perfusi jaringan otak meningkat

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam denyut


nadi perifer meningkat, warnah kulit pucat menurun, pengisian kapiler membaik

Intervensi: perawatan sirkulasi (I.02079)

Observasi

21
-periksa sirkulasi perifer(mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
anklebrachial index)

- identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi(mis. Diabetes, perokok, orangtua,


hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)

- monitor panas, kemerahan, nyeri atau bemgkak pada ekstremitas

Terapeutik

-lakukan pencegahan infeksi

-lakukan perawatan kaki dan kuku

-lakukan hidrasi

Edukasi

-anjurkan berhenti merokok

-Anjurkan berolahraga rutin

- anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar

- anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun


kolestrool, jika perlu

- anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

- anjurkan menghindari penggunakan obat penyekat beta

- anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat

- anjurkan program rehabilitasi vaskulr

- ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi

- informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan.

b. Bersihkan jalan napas tidak efektif b.d kekurangan volume cairan(D. 0001)

22
Tujuan : jalan napas kembali efektif

Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam


diharapkan batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, meng, wheezing
menurun(L.01001)

Intervensi: latihan batuk efektif (I. 01006)

Observasi:

- identifikasi kemampuan batuk

-monitor adanya retensi sputum

-monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

-monitor input dan output cairan(mis. Jumlah karakteristik)

Terapeutik:

-atur posisi semi-Fowler atau fowler

-pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

-buang secret pada tempat sputum

Edukasi

-jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

Anjurkan Tarik napas dalam melalui hitung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu(dibulatkan) selama 8 detik

-anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3 kali

-anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang ke- 3

Kolaborasi

-kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

23
c. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas (D. 0002)

Tujuan: kesinkronan bantuan ventilator meningkat

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan kesinkronan bantuan ventilator meningkat, penggunaan otot bantu napas
menurun, napas mengap-engap menurun, napas dangkal menurun, agitasi menurun,
frekuensi napas membaik, nilai gas darah arteri membaik.(L. 01002)

Intervensi: penyapihan ventilasi mekanik (I. 01021)

Observasi:

-periksa kemampuan untuk disapih(meliputi hemodinamik stabil, kondisi optimal,


bebas infeksi)

-monitor predictor kemampuan untuk mentolelir penyapihan

-monitor tanda-tanda kelelahan otor pernapasan (mis. Kenaikan PaCO2 mendadak,


napas cepat dan dangkal, gerakan dinding abdomen paradox), hipoksemia dan
hipoksiajaringan saat penyapihan

- monitor status cairan dan elektrolit

Terapeutik :

-posisikan semi fowler (30-45 derajat)

-lakukan pengisapan jalan napas

-berikan fisioterapi dada

- lakukan ujicoba penyapihan(30-120 menit dengan napas spontan yang dibantu


ventilator)

-Gunakan teknik relaksasi, jika perlu

-hindari pemberian sedasi farmakologi selama percobaan penyapihan

24
-berikan dukungan psikologis

Edukasi :

-ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan

Kolaborasi:

-kolaborasi pemberian obat yang meningkat kepatenan jalan napas dan pertukaran
gas

4. Implementasi

Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk mencapai


tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksananya sudah
berhasil dicapai.

25
BAB III

PENUTUP

A. Keseimpulan

Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat disebabkan
karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui fraktur
tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang
kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga
berpotensi mengakibatkan encephalitis seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba
diantaranya amuba Naegleria fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang
terluka.( Dewanto, 2007)

Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan virulogik


pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan serebrosspinalis yang harus diambil
pada hari-hari pertama. Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis
adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis
bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000)

26
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah,
saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan proses peradangan.
Kerusakan pada myelin pada akson dan white matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga
mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan
intracranial. Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial.
(Tarwoto Wartonah, 2007).

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias
ensepalitis yang terdiri dari Akademi Keperawatan Harum Jakarta demam, kejang dan kesadaran
menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat
terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).

B. Saran

Berdasarkan keseimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk perawat

Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
enchepalitis, serta meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan mengikuti
seminar serta menindaklanjuti masalah yang belum teratasi.

2. Untuk Mahasiswa

Diharapkan dapat melaksanakan teknik kominukasi terapeutik dalam melakukan pengumpulan


data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011. blogspot. com


/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html,

Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

SDKI SIKI, SLKI PPNI, 2016

Tarwoto dan wartonah. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan
Jakarta: Sagung Seto

28

Anda mungkin juga menyukai