Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ENCEPHALITIS

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Program Studi Diploma III Keperawatan

Dosen Pengajar : Hermanto, Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

No NAMA NIM
1. Apriliana Putri 2021-01-14401-013
2. Erwin 2021-01-14401-021
3. Kalara Septiani Putri 2021-01-14401-029
4. Karina Tiara Dewi 2021-01-14401-030

YAYASAN EKA HARAP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TINGKAT II

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Encephalitis ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Hermanto, Ners.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan- kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berhadap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya, laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata- kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan kami di masa depan.

Palangka Raya, 13 September 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
I.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
II.1 Definisi................................................................................................................3
II.2 Etiologi................................................................................................................3
II.3 Pathway...............................................................................................................5
II.4 Manifestasi Klinis...............................................................................................5
II.5 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................6
II.6 Pengkajian Keperawatan.....................................................................................7
II.7 Diagnosa Keperawatan........................................................................................7
II.8 Intervensi Keperawatan.......................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................12
III.1 Kesimpulan......................................................................................................12
III.2 Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan
teratas penyebab kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk
Indonesia. Sebagaimana uraian tersebut, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi
terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing. protozoa, jamur, atau ricketsia,
yang biasa disebut dengan encephalitis.

Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh


berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia (Arif
Mansur : 2000). Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang dan
kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-
anak sampai orang dewasa.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang perlu dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa Definisi dari Encephalitis?


2. Bagaimana Etiologi dari Encephalitis?
3. Bagaimana Pathway dari Encephalitis?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Encephalitis?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Encephalitis?
6. Bagaimana Pengkajian Keperawatan Encephalitis?
7. Bagaimana Diagnosa Keperawatan Encephalitis?
8. Dan Bagaimana Intervensi Keperawatan Encephalitis?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1
1. Mengetahui Definisi Encephalitis;
2. Mengetahui Etiologi Encephalitis;
3. Mengetahui Pathway Encephalitis;
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Encephalitis;
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis;
6. Mengetahui Pengkajian Keperawatan Encephalitis;
7. Mengetahui Diagnosa Keperawatan Encephalitis;
8. Mengetahui Intervensi Keperawatan Encephalitis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia, atau virus (Soemarmo,2010). Ensefalitis adalah
infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus, kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh
enterovirus, gondongan, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pada pasca
infeksi campak, influenza, varisella, dan pasca vaksinasi Pertusis (Muttaqin, 2008).

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksivirus.


Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan
ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak
terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

II.2 Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, streptokous, E.
Coli, M. tuberculosa dan T. Paliidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan
penyebab ensefalitis bacterial akut yang menimbulkan pada korteks serebri
sehingga terbentuk abses serebri.

Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut (Mansjoer,


2000) Sedangkan menurut Riyadi (2010) menyebutkan penyebab terjadinya
ensefalitis yaitu:

a. Berupa bakteri (LDH serum meningkat)

b. Virus

3
c. Jamur.

Etiologi ensefalitis yang paling sering adalah virus. Virus herpes simpleks
(HSV) tipe 1 dan 2 lebih sering ditemukan pada neonatus dibandingkan orang
dewasa. Etiologi ensefalitis selengkapnya adalah:

Virus : HSV tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (VZV), virus Epstein-Barr
(EBV), cytomegalovirus (CMV), arbovirus, rabies, influenza,
adenovirus, mumps, virus campak, virus dengue, virus japanese
encephalitis

Bakteri : Rickettsia spp, Ehrlichia spp, Borrelia burgdorferi, Mycoplasma


spp, Bartonella spp, Mycobacterium spp, Treponema pallidum

Fungi : Aspergillus fumigatus, Blastomyces dermatitidis, Candida spp,


Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, Histoplasma
capsulatum

Parasit : Acanthamoeba, Naegleria fowleri, Entamoeba histolytica,


Plasmodium falciparum, Toxoplasma gondii

Protozoa : Baylisascaris procyonis, Balamuthia mandrillaris, malaria

Autoantibodi : N-methyl D-aspartate receptor antibody, leucin-rich glioma


inactivated 1 antibody, anti-Hu, anti-MA, dan anti glutamic acid
decarboxylase[1,4,9].

4
II.3 Pathway

II.4 Manifestasi Klinis


Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa
delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan Gerakan-

5
gerakan abnormal. Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi
kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada
orang dewasa dan menjerit pada anak kecil.

Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk,


peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang
kelumpuhan. Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis Ensefalitis lebih
kurang sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik.
Secara umum gejala berupa trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
penurunan kesadaran.

II.5 Pemeriksaan Penunjang


Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut
diatas:

1. Biakan: dari darah: viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar
untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan
dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

2. Pemeriksaan serologis: uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji
teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh,
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

3. Pemeriksaan darah: terjadi peningkatan leukosit.

4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang-kadang


ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

5. EEG/Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang


merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang. koma, tumor,
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.
(Smeltzer, 2002).

6
6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi
bisa juga didapat hasil edema diffuse.

II.6 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian

a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran


menurun.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah,


panas badan meningkat kurang lebih 1-9 hari, sakit kepala.

d. Riwayat Penyakit Dahulu + klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang


lebih 1-9 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,
telinga dan tenggorokan.

e. Riwayat Penyakit keluarga : keluarga ada yang menderita penyakit yang


disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh :
Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E. Coli, dan lain- lain.

f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi
pada post imunisasi pertusis.

II.7 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
1994 ) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis
adalah :

a. Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d sakit kepala dan mual.

b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d


kerusakan susunan saraf pusat.

7
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

II.8 Intervensi Keperawatan


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menaggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994).

Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a. Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d sakit kepala dan mual.

Tujuan : Nyeri Teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.

2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
Mandiri : Tindakan non analgetik dapat
Berikan tindakan nyaman. menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgetik.
Berikan lingkungan yang tenang, Menurunkan reaksi terhadap stimulasi
ruangan agak gelap sesuai indikasi. dari luar atau sensitivitas terhadap
cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.
Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan Gerakan yang dapat
kebutuhan perawatan diri pasien. meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan
aktif/pasif secara tepat dan masase ketegangan otot yang meningkatkan
otot daerah leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.

8
Kolaborasi : Obat ini dapat digunakan untuk
Berikan algesik sesuai indikasi. meningkatkan kenyamanan/istirahat
umum.

b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari


kedinginan.

Intervensi Rasional
Mandiri : Suhu 38,9 – 41,1 C menunjukkan
Pantau suhu pasien, perhatikan proses penyakit infeksius akut.
menggigil/diaphoresis.
Pantau suhu lingkungan, batasi / Suhu ruangan/jumlah selimut harus
tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
indikasi. mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, Dapat membantu mengurangi demam.
hindari penggunaan alkohol.
Kolaborasi: Digunakan untuk mengurangi demam
Berikan antipiretik sesuai indikasi. dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.

c. Gangguan sensorik motoric (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d


kerusakan susunan saraf pusat.

Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria Hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya


keterlibatan residual. Mendemonstrasikan perilaku untuk
mengkompensasi terhadap nilai.

9
Intervensi Rasional
Mandiri : Kesadaran akan tipe/daerah yang
Lihat kembali proses patologis terkena membantu dalam
kondisi individual. mengkaji/mengantisipasi defisit
spesifik dan keperawatan.
Evaluasi adanya gangguan Munculnya gangguan penglihatan
penglihatan. dapat berdampak negative terhadap
kemampuan pasien untuk menerima
lingkungan.
Ciptakan lingkungan yang Menurunkan/membatasi jmlah stimuli
sederhana, pindahkan perabot yang yang mungkin dapat menimbulkan
membahayakan. kebingungan bagi pasien.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : tidak terjadi kontraktur.

Kriterian hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi, dapat menggerakkan anggota


tubuh.

Intervensi Rasional
Mandiri : Dengan diberi penjelasan diharapkan
Berikan penjelasan pada keluarga keluarga mengerti dan mau membantu
klien tentang penyebab terjadinya program perawatan.
spastik dan terjadi kekacauan sendi.
Lakukan Latihan pasif mulai ujung Melatih melemaskan otot-otot,
ruas jari secara bertahap. mencegah kontraktor.
Lakukan perubahan posisi setiap 2 Dengan melakukan perubahan posisi
jam. diharapkan perfusi ke jaringan lancer,
meningkatkan daya pertahanan tubuh.
Kolaborasi untuk pemberian Diberi dilantin/ valium, kejang/ spastik

10
pengobatan spastik dilanin/valium hilang.
sesuai indikasi.

11
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Enchepalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Enchepalitis karena bakteri
dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena
gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf
pusat melalui peredaran darah. Pemberian imunisasi juga berpotensi
mengakibatkan enchepalitis seperti pada imunisasi polio. Enchepalitis karena
amuba diantaranya amuba Naegleria Fowleri, acantamuba culbertsoni, yang
masuk melalui kulit yang terluka.

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang


sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara
umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi
mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan.

III.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem
organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

12
DAFTAR PUSTAKA

SITRA EHLEKLAM. 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


ENSEFALITIS. Diakes pada tanggal 13 September 2022. Sumber :

https://pdfcoffee.com/ensefalitis-18-pdf-free.html

https://www.scribd.com/embeds/300441086/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Sukma, Yusril Barru. 2017. WOC encephalitis. Diakses pada tanggal 13 September
2022. Sumber :

https://www.academia.edu/34807452/WOC_encephalitis

Purnomo, Agusman. 2018. Ensefalitis. Diakses pada tanggal 13 September 2022.


Sumber :

http://repository.ump.THac.id/5779/3/AGUSMAN%20PURNOMO%20BAB
%20II.pdfI

13

Anda mungkin juga menyukai