Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDIMOLOGI

DEMAM VIRUS YANG DITULARKAN OLEH ARTHROPODA

Dosen Pengampuh : Bambang Supraptono,S.K.M,M.Kes (Epid) M.PH


Nama : Sumiati
Nim : 20131320267

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2014
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “DEMAM VIRUS YAN DI TULARKAN ELEH ANTROPODA
”ini. laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah “” pada semester
EPIDIMOLOGI di Poltekes Kemenkes Pontianak,dengan ilmu pendidikannya Kesehatan
Lingkungan .
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi.Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah turut
membantu dalam doa, dan memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah yang telah Epidimologi
memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan
tugasini.Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
kami dalam penyusunan laporan ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan, untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pontianak,4 Mei 2014

Peyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Dan Manfaat......................................................................................2
C. Rumusan Masalah.........................................................................................2
D. Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. MOSQUITO-BORNE DAN CULICOIDES-BORNE VIRAL FEVERS....3
B. VENEZUELAN EQUINE ENCEPHALOMYELITIS VIRUS DISEASE
(Venezuelan Equine Ensefalitis, Demam Venezuelan equine).....................6
C. DEMAM YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DAN OLEH
CULICOIDES LAIN....................................................................................9
D. Demam Virus yang ditularkan kutu ICD-9 066.1........................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua, pastinya pernah menderita penyakit flu atau influenza atau kita
pernah mendengar tentang penyakit gondong, herpes, dan AIDS. Penyakit-penyakit-
penyakit ini sebenarnya disebabkan oleh virus. Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat
kecil atau memiliki ukuran ultra mikroskopik, sehingga kita tidak bisa melihat virus dengan
mata telanjang. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat virus adalah Mikroskop
Electron Scaning.
Virus tidak dapat hidup di alam secara bebas, melainkan harus berada di dalam
sel makhluk hidup yang lain, seperti : manusia, hewan, tumbuhan, dan bakteri. Virus ada
yang bermanfaat bagi manusia dan ada pula yang menimbulkan kerugian bagi manusia.
Berdasarkan asam inti yang dimilikinya, maka virus dibedakan atas 2, yaitu
Virus yang asam intinya berupa DNA.Virus menginfeksi sel inang, DNA mengalami
replikasai (penggandaan) menjadi beberapa DNA. DNA juga mengalami transkripsi
membentuk mRNA (RNA duta). RNA duta (mRNA) akan mengalami translasi
(penerjemahaan) untuk menghasilkan protein selubung virus.
Virus yang asam intinya berupa RNA.Contoh virus RNA adalah HIV penyebab
penyakit AIDS. HIV memasukan RNA ke dalam sel inang. RNA virus malakukan transkripsi
balik membentuk hybrid RNA-DNA dan akhirnya terbentuk DNA virus. Selanjutnya DNA
virus (provirus) masuk ke dalam inti sel inang, menyisip ke dalam DNA inang. Jadi, DNA
inang mengandung DNA virus (disebut provirus). DNA virus membentuk RNA duta yang
dikeluarkan dari inti. Di dalam sitoplasma, RNA virus membentuk protein virus. Akhirnya
protein virus dan RNA virus dirakit membentuk HIV.
Penularan dan pencegahan penyakit karena virus. Sebagian besar virus masuk ke
tubuh manusia melalui mulut dan hidung, sebagian melalui kulit yang luka. Sebenarnya di
dalam tubuh kita terdapat sistem pertahanan yang dapat menyerang virus yang masuk ke
tubuh.
Obat-obatan antibiotic yang digunakan dalam memerangi penyakit infeksi oleh
bakteri tidak dapat digunakan untuk mematikan virus. Sebenarnya obat antibiotik hanya

1
berguna untuk mematikan bakteri penyebab infeksi sekunder yang sering menyertai penyakit
oleh virus. Virus itu sendiri hanya dapat dilawan oleh daya tahan tubuh kita (antibody).
Terbentuknya antibody di dalam tubuh dapat dirangsang secara buatan. Untuk merengsang
seltubuh membentuk antibody, tubuh di beri vaksin atau bibit penyakit yang sudah
dilemahkan. Setelah tubuh membentukl antibody, tubuh akan kebal terhadap serangan
penyakit. Virus juga dapat dibuat vaksin, misalnya vaksin polio, hepatitis, rubella, dan cacar.
Vaksin merangsang sel-sel limfosit untuk menghasilkan antibody. Jadi, vaksin dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

B. Tujuan Dan Manfaat.


1.Tujuan.
  Mempelajari tentang jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, serta cara penularan
dan pencegahan penyakit-penyakit tersebut.    Mempelajari pengelompokan virus
berdasarkan asam inti yang dimilikinya.
2. Manfaat.
Manfaat yang diperoleh yaitu agar kita dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dalam
lagi mengenai virus.

C.  Rumusan Masalah.
A. Penjelasan Tentang Mosquito-Borne Dan Culicoides-Borne Viral Fevers?
B. Penjelasan Tentang Venezuelan Equine ?
C. Penjelsan Tentang Demam Yang Ditularkan Oleh Nyamuk Dan
Oleh Culicoides?
D. Penjelsan Tentang Demam Virus Yang Ditularkan Kutu?

D. Metode Penulisan.
Metode yang digunakan yaitu Riset Deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk membuat
deskripsi atau pencandraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MOSQUITO-BORNE DAN CULICOIDES-BORNE VIRAL FEVERS.
1. Identifikasi :
Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah berupa penyakit yang
mempunyai gejala seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit kepala
yang berat, demam, meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan muntah.
Kongesti faring dan Konjungtiva adalah gejala fisik satu-satunya. Kebanyakan
infeksi relatif ringan, dengan gejala yang berlangsung selama 3 – 5 hari. Beberapa
kasus bisa memberikan gejala demam difasik; sesudah demam beberapa hari,
terutama pada anak-anak, gejala SSP mungkin muncul, yang ditandai dengan gejala
mengantuk hingga gejala ensefalitis yang jelas, disertai disorientasi, kejang, lumpuh,
koma dan kematian. Selama KLB yang terjadi di Texas pada tahun 1971, 3 dari 40
penderita mengalami gejala SSP berat, dengan gejala sisa berupa perubahan
kepribadian dan atau kelumpuhan.
Diagnosa awal dibuat berdasarkan gejala klinis dan gambaran epidemiologis
(adanya pajanan di daerah dimana penyakit equine epizootic sedang berlangsung)
dan di konfirmasi diagnostik dilakukan dengan diisolasinya virus, naiknya titer
antibodi atau deteksi dari IgM spesifik. Virus dapat diisolasi melalui kultur sel atau
bayi tikus yang diinokulasi dengan spesimen darah dan pencucian nasofaring yang
diambil pada 72 jam pertama saat munculnya gejala; darah akut dan darah
konvalesens yang diambil dengan jarak sekitar 10 hari secara terpisah menunjukkan
adanya kenaikan titer antibodi. Infeksi Laboratorium bisa terjadi jika upaya dan alat
pencegahan tidak digunakan dengan semestinya.
2. Penyebab penyakit.
Virus Venezuelan equine encephalomyelitis (VEE), adalah termasuk alfavirus
(Togaviridae, Alphavirus), dengan sub tipe enzootik dan varietas epizootik subtipe 1.
3. Distribusi penyakit.
Endemik di Amerika Selatan, Trinidad dan Amerika Tengah. Penyakit ini muncul
sebagai epizootik, terutama di bagian Utara dan Barat Amerika Selatan; epizootik

3
pada tahun 1970 – 1971 menyebar melalui Amerika Tengah ke USA.
4. Reservoir.
Subtipe enzootik dari VEE bertahan pada siklus tikus – nyamuk. Jenis
epizootik dari subtipe 1 muncul secara periodik dari enzootik virus VEE 1D di
Amerika Selatan bagian Utara. Selama KLB, virus epizootik VEE, menular di dalam
suatu siklus yang melibatkan kuda, yang menjadi sumber utama penularan virus
kepada nyamuk, kemudian ditularkan 46 kepada manusia. Manusia juga mengalami
viremia dan menjadi sumber penularan pada siklus penularan nyamuk - manusia -
nyamuk
5. Cara penularan.
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus VEE diisolasi dari Culex
(melanoconion), Aedes, Mansonia, Psorophora, Haemagogus, Sabethes, Deinocerites
serta Anopheles dan kemungkinan agas ceratopogonid. Infeksi laboratorium bisa
terjadi melalui penularan udara, tidak ada bukti penularan terjadi dari kuda ke
manusia.
6. Masa inkubasi :
Biasanya 2 – 6 hari, bisa juga 1 hari.
7. Masa penularan :
Manusia dan kuda yang terinfeksi merupakan sumber penularan bagi nyamuk
hingga 72 jam, nyamuk yang terinfeksi mungkin menularkan virus sepanjang
hidupnya.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi. Infeksi ringan dan timbulnya imunitas
sering terjadi pada daerah endemis. Anak-anak jika terinfeksi mempunyai risiko
terserangnya SSP.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan
1) Lakukan prosedur umum pemberantasan nyamuk.
2) Hindari daerah endemis berhutan, terutama pada malam hari.
3) Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan masih dalam taraf ujicoba (TC-83)
dan vaksin dari virus yang dimatikan untuk VEE terbukti efektif untuk

4
melindungi petugas laboratorium dan orang dewasa lainnya yang berisiko
tinggi (tersedia pada US Army Medical Research and Materiel Command,
ATTN: MCMR-UMP, Fort Detrick, Frederick, MD 21702-5009, phone 301-
619-2051). Vaksin yang dilemahkan terbukti efektif untuk melindungi kuda
selama terjadinya KLB epizootik pada tahun 1970-1971; pengendalian infeksi
pada kuda terbukti efektif mencegah munculnya kasus baru pada manusia.
Vaksin untuk kuda tersedia secara komersial.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.


1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : untuk daerah endemis tertentu
di banyak negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan. Class 3D
(lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan
tubuh. Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang di beri kasa atau di rawat di
rumah yang disemprot dengan insektisida yang meninggalkan residu paling
sedikit selama 5 hari sesudah onset atau hingga demam hilang.
3) Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : Cari kasus kasus yang tidak
terdiagnosa dan kasus-kasus yang tidak di laporkan.
7) Pengobatan spesifik : tidak ada

C. Penanggulangan wabah :
1). Tentukan luasnya daerah yang terinfeksi, lakukan imunisasi terhadap
kuda dan atau larang kuda-kuda tersebut untuk pindah, keluar dari
daerah terinfeksi.
2). Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan bagi
mereka yang terpajan.
3). Lakukan survei kepadatan nyamuk, tempat perindukan dan tindakan
pemberantasan yang efektif.

5
4). Identifikasi kuda-kuda yang terinfeksi, cegah nyamuk untuk mengigit
mereka dan lakukan upaya pemberantasan nyamuk secara intensif di
daerah terjangkit.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan Internasional : Lakukan Imunisasi terhadap hewan, dan di larang
memindahkan hewan dari daerah epizootik ke daerah yang bebas dari
penyakit.

B. VENEZUELAN EQUINE ENCEPHALOMYELITIS VIRUS DISEASE


(Venezuelan Equine Ensefalitis, Demam Venezuelan equine).
1. Identifikasi :
Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah berupa penyakit yang mempunyai
gejala seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit kepala yang berat,
demam, meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan muntah. Kongesti faring
dan Konjungtiva adalah gejala fisik satu-satunya. Kebanyakan infeksi relatif ringan,
dengan gejala yang berlangsung selama 3 – 5 hari. Beberapa kasus bisa memberikan
gejala demam difasik; sesudah demam beberapa hari, terutama pada anak-anak, gejala
SSP mungkin muncul, yang ditandai dengan gejala mengantuk hingga gejala ensefalitis
yang jelas, disertai disorientasi, kejang, lumpuh, koma dan kematian. Selama KLB yang
terjadi di Texas pada tahun 1971, 3 dari 40 penderita mengalami gejala SSP berat, dengan
gejala sisa berupa perubahan kepribadian dan atau kelumpuhan.
Diagnosa awal dibuat berdasarkan gejala klinis dan gambaran epidemiologis (adanya
pajanan di daerah dimana penyakit equine epizootic sedang berlangsung) dan di
konfirmasi diagnostik dilakukan dengan diisolasinya virus, naiknya titer antibodi atau
deteksi dari IgM spesifik. Virus dapat diisolasi melalui kultur sel atau bayi tikus yang
diinokulasi dengan spesimen darah dan pencucian nasofaring yang diambil pada 72 jam
pertama saat munculnya gejala; darah akut dan darah konvalesens yang diambil dengan
jarak sekitar 10 hari secara terpisah menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi. Infeksi
Laboratorium bisa terjadi jika upaya dan alat pencegahan tidak digunakan dengan
semestinya.

6
2. Penyebab penyakit.
Virus Venezuelan equine encephalomyelitis (VEE), adalah termasuk alfavirus
(Togaviridae, Alphavirus), dengan sub tipe enzootik dan varietas epizootik subtipe 1.
3. Distribusi penyakit.
Endemik di Amerika Selatan, Trinidad dan Amerika Tengah. Penyakit ini muncul
sebagai epizootik, terutama di bagian Utara dan Barat Amerika Selatan; epizootik pada
tahun 1970 – 1971 menyebar melalui Amerika Tengah ke USA.
4. Reservoir.
Subtipe enzootik dari VEE bertahan pada siklus tikus – nyamuk. Jenis epizootik
dari subtipe 1 muncul secara periodik dari enzootik virus VEE 1D di Amerika Selatan
bagian Utara. Selama KLB, virus epizootik VEE, menular di dalam suatu siklus yang
melibatkan kuda, yang menjadi sumber utama penularan virus kepada nyamuk, kemudian
ditularkan kepada manusia. Manusia juga mengalami viremia dan menjadi sumber
penularan pada siklus penularan nyamuk - manusia - nyamuk
5. Cara penularan.
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus VEE diisolasi dari Culex
(melanoconion), Aedes, Mansonia, Psorophora, Haemagogus, Sabethes, Deinocerites
serta Anopheles dan kemungkinan agas ceratopogonid. Infeksi laboratorium bisa terjadi
melalui penularan udara, tidak ada bukti penularan terjadi dari kuda ke manusia.
6. Masa inkubasi :
Biasanya 2 – 6 hari, bisa juga 1 hari.
7. Masa penularan :
Manusia dan kuda yang terinfeksi merupakan sumber penularan bagi nyamuk hingga
72 jam, nyamuk yang terinfeksi mungkin menularkan virus sepanjang hidupnya.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi. Infeksi ringan dan timbulnya imunitas sering
terjadi pada daerah endemis. Anak-anak jika terinfeksi mempunyai risiko terserangnya
SSP.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan
1) Lakukan prosedur umum pemberantasan nyamuk.

7
2) Hindari daerah endemis berhutan, terutama pada malam hari.
3) Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan masih dalam taraf ujicoba (TC-83) dan
vaksin dari virus yang dimatikan untuk VEE terbukti efektif untuk melindungi
petugas laboratorium dan orang dewasa lainnya yang berisiko tinggi (tersedia pada
US Army Medical Research and Materiel Command, ATTN: MCMR-UMP, Fort
Detrick, Frederick, MD 21702-5009, phone 301-619-2051). Vaksin yang dilemahkan
terbukti efektif untuk melindungi kuda selama terjadinya KLB epizootik pada tahun
1970-1971; pengendalian infeksi pada kuda terbukti efektif mencegah munculnya
kasus baru pada manusia. Vaksin untuk kuda tersedia secara komersial.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : untuk daerah endemis tertentu di banyak
negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan. Class 3D (lihat tentang
pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan tubuh.
Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang di beri kasa atau di rawat di rumah yang
disemprot dengan insektisida yang meninggalkan residu paling sedikit selama 5 hari
sesudah onset atau hingga demam hilang.
3) Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : Cari kasus kasus yang tidak terdiagnosa dan
kasus-kasus yang tidak di laporkan
7) Pengobatan spesifik : tidak ada
C. Penanggulangan wabah :
1). Tentukan luasnya daerah yang terinfeksi, lakukan imunisasi terhadap kuda dan atau
larang kuda-kuda tersebut untuk pindah, keluar dari daerah terinfeksi.
2). Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan bagi mereka yang
terpajan.
3). Lakukan survei kepadatan nyamuk, tempat perindukan dan tindakan pemberantasan
yang efektif.
4). Identifikasi kuda-kuda yang terinfeksi, cegah nyamuk untuk mengigit mereka dan
lakukan upaya pemberantasan nyamuk secara intensif di daerah terjangkit.

8
D. Implikasi bencana : tidak ada. E. Tindakan Internasional : Lakukan Imunisasi terhadap hewan, dan di
larang memindahkan hewan dari daerah epizootik ke daerah yang bebas dari penyakit.

C. DEMAM YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DAN OLEH CULICOIDES


LAIN
1. Identifikasi
Kelompok virus yang menyebabkan demam dan biasanya berlangsung selama
satu minggu atau kurang. Kebanyakan dari penyakit virus ini menyerupai dengue (lihat
tabel pada bab pendahuluan arbovirus untuk penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk).
Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, arthralgia atau mialgia dan kadang-
kadang mual dan muntah. Pada umumnya ada konjungtivitis dan fotopobia.
Demam bisa atau tanpa bentuk difasik. Ruam biasa terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh Virus West Nile. Meningoensefalitis terkadang merupakan komplikasi
dari infeksi virus West Nile dan Oropouche. Penderita Rift Valley Fever (RVF) bisa
disertai dengan retinitis, atau hepatitis disertai dengan perdarahan yang bisa berakibat
fatal. Beberapa virus grup C dilapokan menyebabkan kelemahan di bagian bawah
tungkai dan lengan tapi jarang berakibat fatal. Jika terjadi wabah RVF dan Oropouche,
insidens penyakit biasanya mencapai ribuan penderita.
Tes serologis dapat membedakan penyakit ini dengan penyakit virus lain atau
yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi pada umumnya virus dengan genus yang sama
sangat sulit dibedakan secara serologis. Pada beberapa kasus, isolasi virus dilakukan dari
darah yang diambil selama demam dan di suntikkan pada anak tikus atau kultur sel.
Infeksi laboratorium bisa terjadi dengan beberapa jenis virus ini.
2. Penyebab penyakit.
Setiap penyakit disebabkan oleh virus yang berbeda namanya sama dengan
penyakitnya. Virus West Nile, Banzi, Kunjin, Spondweni dan Zika adalah masuk
kelompok flavivirus; kelompok bunyavirus grup C adalah Apeu, Caraparu, Itaqui,
Madrid, Marituba, Murutucu, Nepuyo, Oriboca, Ossa dan Restan. Oropouche adalah
bunyavirus dari grup Simbu. RVF termasuk dalam kelompok phlebovirus. Kelompok
lainnya yang lebih kecil tertera dalam tabel pendahuluan.
3. Distribusi penyakit.

9
Virus West Nile menyebabkan KLB di Mesir, Israel, India, Perancis, Rumania,
Republik Czecho dan tersebar di Afrika, daerah Mediteran Utara dan Asia Barat.
Demam Rift Valley, Bwamba dan Bunyamwera sejauh ini hanya ditemukan di Afrika.
Virus grup C terdapat di daerah tropis Amerika Selatan, Panama dan Trinidad. Demam
Oropouche ditemui di Trinidad, Panama dan Brazil. Virus Kunjin di Australia. Kejadian
musiman tergantung pada kepadatan vektor. Penyakit biasanya muncul di daerah
pedesaan, walaupun kadang-kadang RVF, Oropouche dan virus West Nile menimbulkan
ledakan KLB di daerah “suburban” dan perkotaan.
4. Reservoir
Sebagian besar dari jenis virus ini tidak diketahui reservoirnya, beberapa jenis
virus mungkin ada secara terus menerus dalam siklus nyamuk vertebrata di daerah
tropis. Virus Oropouche bisa ditularkan oleh Culicoides. Burung adalah sumber dari
infeksi nyamuk untuk Virus West Nile, tikus berperan sebagai reservoir pada virus grup
5. Cara penularan.
Kebanyakan cara penularan adalah melalui gigitan nyamuk infektif seperti yang tertera
dibawah ini :
• Untuk virus West Nile, Culex univittatus di Afrika Selatan, C. modestus di Perancis dan C.
pipiens di Israel.
• Untuk virus Bunyamwera, Aedes spp.
• Untuk virus grup C, spesies dari Aedes dan Culex (Melanoconion)
• Untuk virus Rift Valley (pada kambing dan binatang lain), vektor potensial adalah beberapa
jenis nyamuk Aedes; Ae. mcinthoshi bisa terinfeksi secara transovarian dan bisa menjadi
tempat tinggal virus RVF di daerah fokus enzootik. Kebanyakan orang yang terinfeksi
RVF karena menangani jaringan binatang pada waktu melakukan necropsy atau
pemotongan hewan. Culex pipiens adalah vektor penyebab wabah RVF di tahun 1977 di
Mesir yang menelan korban sedikitnya 600 kematian;

penularan mekanis oleh lalat hematopagus dan penularan melalui udara atau darah yang
terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya KLB RVF. Arthropoda lain bisa menjadi vektor,
seperti Culicoides paraensis untuk virus Oropouche.
6. Masa Inkubasi. Biasanya 3 – 12 hari.

10
7. Masa penularan
Tidak langsung ditularkan dari orang ke orang. Nyamuk yang terinfeksi mungkin menularkan
virus sepanjang hidupnya. Terjadinya viremia, syarat penting untuk infeksi virus pada vektor,
viremia pada manusia terjadi pada masa gejala klinis awal untuk kebanyakan virus.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua golongan usia rentan terhadap penyakit ini, baik pria maupun wanita. Infeksi yang
tidak jelas tanpa gejala dan penyakit ringan umum terjadi. Infeksi dapat menimbulkan
imunitas, dan di daerah endemis anak-anak sangat rentan terhadap penyakit ini.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan.
1) Lakukan semua tindakan pencegahan yang diterapkan untuk ensefalitis yang
ditularkan oleh nyamuk (lihat 9A1-6 dan 9A8). Untuk RVF, kewaspadaan umum
perlu diperhatikan dalam penanganan binatang yang terinfeksi serta produknya,
begitu juga terhadap penanganan darah fase akut pada manusia.
2) Vaksin RFV dalam taraf uji coba yang dibuat dari kultur sel yang diinaktivasi tersedia
untuk manusia, sedangkan vaksin hidup dan vaksin dari virus yang diinaktivasi
tersedia untuk imunisasi kambing, domba dan sapi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : pada daerah endemis tertentu dibanyak
negara bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan. Class 3B (lihat Tentang
pelaporan penyakit menular). Untuk Rift Valley Fever, laporkan kepada WHO, FAO
dan kantor International Epizootic di Paris.
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal sewaktu menangani darah dan
cairan tubuh. Rawatlah penderita di ruangan yang telah diberi sekat kasa atau di
tempat yang telah disemprot dengan insektisida setidaknya selama 5 hari sesudah
onset atau hingga tidak ada demam. Darah dari penderita RVF mungkin menular.
3) Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4) Karantina : tidak diperlukan.
5) Imunisasi kontak dan sumber infeksi: tidak diperlukan.
6) Investigasi dari kontak : Tanyakan dimana tempat tinggal penderita selama 2 minggu
sebelum sakit. Cari penderita yang tidak dilaporkan atau yang tidak terdiagnosa.
7) Pengobatan spesifik : tidak ada.

11
C. Penanggulangan wabah :
1). Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah dirokemendasikan, untuk orang-orang
yang terpajan gigitan nyamuk.
2). Hewan peliharaan yang sakit atau mati dan yang dicurigai terinfeksi RVF jangan
dipotong.
3) Lakukan pengukuran kepadatan vektor nyamuk, cari dan musnahkan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk.
4) Lakukan Imunisasi pada domba, kambing dan hewan ternak terhadap RVF.
5) Lakukan Identifikasi domba dan binatang-binatang lain yang terinfeksi (Rift Valley)
dan lakukan survei serologis terhadap burung (West Nile) atau terhadap tikus (Virus
grup C). Sebar luaskan informasi tentang prevalensi dari penyakit dan luasnya daerah
yang terjangkit.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan internasional : Untuk RVF, lakukan imunisasi terhadap hewan dan dilarang
memindahkan hewan dari daerah enzootik ke daerah bebas penyakit. Dilarang memotong
binatang yang sakit ; untuk virus lainnya tidak ada tindakan spesifik kecuali upaya untuk
mencegah perpindahan nyamuk melalui alat-alat transport seperti pesawat udara, kapal
laut, dan kendaraan darat lainnya. Manfaatkan Pusat Kerjasama WHO.

D. Demam Virus yang ditularkan kutu ICD-9 066.1


1. Identifikasi.
Demam kutu Colorado (Colorado Tick Fever, CTF), adalah penyakit virus dengan
gejala demam akut (kadang-kadang difasik) disertai ruam. Sesudah muncul gejala awal
biasanya terjadi remisi singkat diikuti dengan serangan kedua demam yang berlangsung 2
– 3 hari disertai dengan neutropenia dan trombositopenia yang hampir selalu terjadi pada
saat demam hari ke 4 – 5. Ciri-ciri khas dari CTF adalah penyakit dengan gejala klinis
yang sedang, kadang-kadang disertai dengan ensefalitis, miokarditis dan cenderung
terjadi perdarahan.
Kematian jarang terjadi. Virus Bhanja dapat menyebabkan kelainan syaraf yang
berat dan dapat menimbulkan kematian; infeksi SSP juga terjadi dengan virus Kemerovo
dan Thogoto (yang terakhir mungkin menyebabkan hepatitis). Konfirmasi hasil tes
laboratorium dari CTF dibuat dengan mengisolasi virus dari darah yang disuntikkan pada
tikus muda atau kultur sel atau dengan melihat adanya antigen pada eritrosit dengan
12
metode IF (Virus CTF bisa berada dalam eritrosit sampai dengan 120 hari). Metode IFA
dapat mendeteksi serum antibodi kira-kira 10 hari sesudah onset penyakit. Berbagai
metoda diagnosa untuk konfirmasi demam virus yang ditularkan olehkutu bervariasi satu
sama lain walaupun hanya sedikit, kecuali dalam hal penggunaan serum untuk isolasi
virus sebagai pengganti penggunaan eritrosit.
2. Penyebab penyakit.
Adalah virus Demam kutu Colorado, penyakit domba Nairobi (Ganjam),
Kemerovo, Lipovnik, Quaranfil, Bhanja, Thogoto dan virus Dugbe.
3. Distribusi penyakit.
Demam kutu Colorado endemis di pegunungan dengan ketinggian diatas 5000 kaki di
bagaian barat AS dan Kanada. Virus diisolasi dari kutu Dermacentor andersoni di Alberta
dan British Columbia. Penyakit ini sering terjadi di tempat rekreasi atau terpajan di
tempat kerja (tempat pendakian, tempat memancing), pada lokus-lokus enzootik; variasi
musiman paralel dengan tingginya aktivitas kutu (bulan April – Juni di pegunungan
Rocky Mountain di AS). (Distribusi geografis dari virus lain bisa dilihat pada tabel).
4. Reservoir
Reservoir dari CTF adalah mamalia kecil seperti bajing, landak, bajing tanah dan
Peromyscus spp; termasuk juga kutu terutama D. andersoni.
5. Cara penularan.
Melalui gigitan kutu yang infektif. Kutu yang belum dewasa (D. andersoni)
mendapatkan virus CTF pada waktu mengisap darah binatang yang mengalami viremia;
mereka menularkan virus dengan cara trans stadial dan menularkan pada manusia ketika
kutu dewasa menghisap darah.

6. Masa inkubasi : biasanya 4 – 5 hari.


7. Masa penularan Tidak langsung ditularkan dari manusia ke manusia kecuali melalui
transfusi darah. Siklus pada kehidupan liar berlangsung dalam tubuh kutu, yang tetap
infektif sepanjang hidupnya.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Jarang terjadi serangan kedua.
9. Cara – cara Pemberantasan

13
A. Cara Pencegahan : perlindungan individu dengan menghindari gigitan kutu, lakukan
tindakan pengendalian kutu dan hewan pengerat (lihat Lyme Disease, 9A).
B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat : di daerah endemis tertentu (AS), dan di
kebanyakan negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3B (lihat
tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi : hati-hati terhadap cairan tubuh dan darah penderita, tidak boleh menjadi
donor selama 4 bulan setelah sembuh dari sakit.
3). Disinfeksi serentak : tidak ada, jauhkan kutu dari penderit
4). Karantina : tidak diperlukan.
5). Imunisasi : tidak ada.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : selidiki daerah yang terjangkit kutu.
7). Perawatan spesifik : tidak ada.
C. Tindakan Penanggulangan Wabah : tidak diterapkan.
D. Implikasi Bencana : Tidak ada
E. Tindakan Internasional : manfaatkan pusat kerjasama WHO.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Berdasarkan asam inti yang dimiliki olehnya, maka virus dibagi menjadi dua,
yaitu virus yang asam intinya berupa DNA dan virus yang asam intinya berupa
RNA.Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti penyakit mata belek,
influlenza, polio, cacar, campak (morbili), hepatitis, rabies (anjing gila), herpes simplex,
gondong, kanker, AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), ebola, demam
berdarah, cacar air dan herpes zoster, serta pilek (selesma).
Virus masuk ke tubuh manusia lewat hidung, mulut, dan kulit yang luka. Virus
hanya dapat dilawan oleh daya tahan tubuh kita (antibody). Antibody dapat dirangsang
secara buatan, dengan cara tubuh diberi vaksin atau bibit penyakit yang sudah
dilemahkan. Jadi, vaksin dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.

B. Saran.
Virus dapat dilawan dengan cara tubuh diberi vaksin, karena dapat meningkatkan
sistem kekebalan pada tubuh kita. Oleh sebab itu, usahakan agar kita semua telah
mengikuti program imunusasi yang diadakan secara bertahap. Selain itu hindari makan
dan minum di warung atau tempat-tempat yang tidak higienis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri, Istamar dkk. 2004. Biologi untuk SMA kelas X. Malang. Penerbit Erlangga.

Jeperray P .koplan,MD,2010.Pembrantasan Penyakit Menular.


Centers For Disease Control And Prevention .Atlanta.Usa

16

Anda mungkin juga menyukai