Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

TENTANG HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :

LILIK SURYANTO (11409701200

NAHDHEA KHAIRUNISA (1140970120064)

AKPER KESDAM VI/ TANJUNGPURA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas
tentang “HIV/AIDS” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita
khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit HIV/AIDS.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan


minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu kita.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


sangat  minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Banjarmasin, 25 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................................................................. 1


b. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
c. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


a. Definisi ......................................................................................................... 3
b. Etiologi ......................................................................................................... 4
c. Siklus Hidup ............................................................................................... 6
d. Tanda atau Gejala HIV/AIDS ....................................................................... 7
e. Cara Penularan .............................................................................................. 9
f. Komplikasi dengan penyakit lain .................................................................. 11
g. Cara Diagnosis HIV/AIDS ........................................................................... 12
h. Pengobatan ................................................................................................... 13
i. Pencegahan ................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ................................................................................................... 19
b. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ini pertama sekali timbul di Afrika, Haiti dan America Serikat
pada tahun 1978. Pada tahun 1979 Amerika serikat melaporkan kasus- kasus
sarkoma kaposi dan penyakit- penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa.
Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus sarkoma kaposi
dan penyakit infeksi yang jarang terdapat dikalangan homoseksual. Hal ini
menimbulkan dugaan yang kuat bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui
hubungan seksual.
Pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat
untuk pertama sekali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS
dimulai.
Pada tahun 1982–1983 mulai diketahui adanya transmisi diluar jalur
hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara
bersama–sama oleh penyalahguna narkotik suntik. Pada tahun ini juga, ilmuwan
yang menemukan virus HIV pertama kali adalah Barre-Sinoussi dan Luc
Montagnier dari Pasteur institut, Paris menemukan penyebab penyakit ini adalah
LAV (Lymphadenophaty Associated Virus). Kedua ilmuwan ini mendapatkan
Nobel Kedokteran yang mengkaitkan HPV dengan kanker rahim. Komite Nobel
mengatakan penemuan kedua warga Perancis itu membantu para ilmuwan dalam
memahami biologi dari virus yang mengancam dunia.
Lebih dari 25 juta orang meninggal akibat HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan
diseluruh dunia tercatat 33 juta orang yang mengidap virus HIV. Temuan Sinoussi
dan Montagnier antara lain mendorong metode diagnosa pasien maupun dalam
memeriksa darah, yang membatasi penyebaran wabah HIV/AIDS. Walau masih
belum ditemukan obat untuk HIV, dalam beberapa tahun belakangan penyakit itu

1
tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanya. Pengobatan saat ini
sudah berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV sampai puluhan tahun.
Penyakit kelamin Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh retrovirus HIV yang sistem
kekebalan/ pertahan tubuh.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Apa itu HIV/AIDS?
b. Bagaimana etiologi HIV/AIDS?
c. Bagaimana siklus hidup dari virus HIV/AIDS?
d. Bagaimana gejala yang ditimbulkan pada penderita HIV/AIDS?
e. Bagaimana penularan virus HIV/AIDS?
f. Adakah komplikasi/timbulnya penyakit lain bila terkena virus HIV/AIDS?
g. Bagaimana cara mendiagnosa virus HIV/AIDS?
h. Bagaimana pengobatan untuk para penderita virus HIV/AIDS?
i. Bagaimana cara pencegahan agak tidak tertular virus HIV/AIDS?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS.
b. Untuk mengetahui etiologi HIV?AIDS.
c. Untuk mengetahui siklus hidup virus HIV/AIDS.
d. Untuk mengetahui gejala yang dirasakan pada penderita HIV/AIDS.
e. Untuk mengetahui cara penularan virus HIV/AIDS.
f. Untuk mengetahui adanya komplikasi pada penderita HIV/AIDS.
g. Bagaimana cara mendiagnosa virus HIV/AIDS.
h. Untuk mengetahui pengobatan bagi para penderita virus HIV/AIDS.
i. Untuk mengetahui pencegahan agar tidak tertular virus HIV/AIDS.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu


kelompok virus tertentu yang ditularkan dari manusia yang terinfeksi ke individu
yang sehat. Virus ini tidak dapat ditularkan oleh gigitan serangga seperti gigitan
nyamuk. Setelah seseorang terinfeksi virus HIV, maka dapat melemahkan sistem
kekebalan tubuh. HIV menyerang limfosit CD4 dari sistem kekebalan tubuh. Hal
ini menyebabkan kerusakan besar pada tingkat kekuatan kekebalan tubuh
manusia. Ketika kekebalan tubuh menjadi lemah, sangat mudah untuk terinfeksi
penyakit lain dan dapat menyebabkan kanker yang menyerang tubuh.

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel


darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem
kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4
dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk


melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang
beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita
tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik
untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di
sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan
penyakit pada tubuh manusia.

3
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang
yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan
terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang
yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik”
karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang
melemah.

Jika terinfeksi virus ini, maka akan dimungkinkan tetap berada di lingkaran
itu selamanya, belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkannya. Namun ada
perawatan yang membantu mengontrol perkembangan penyakit dan mengurangi
infeksi HIV.

Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency


Syndrome. Kondisi ini berkembang dari infeksi HIV. Kecuali seseorang tidak
terinfeksi HIV, maka dia tidak bisa terkena AIDS. Hal ini mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh dan penurunan fungsi normal. Kondisi ini disebut sindrom
karena ada banyak penyakit dan infeksi yang mempengaruhi orang secara
bersama-sama. Ketika gejala berbagai penyakit yang berbeda terlihat, hal ini
menujukkan AIDS. Tidak ada tes khusus untuk mendeteksi AIDS. Jika seseorang
tidak mematuhi pengobatan antivirus yang disarankan oleh dokter, HIV akan
berkembang cepat menjadi AIDS dan akan lebih cepat lagi apabila orang yang
terinfeksi dengan gizi buruk, usia tua dan stress berat.

2.2. Etiologi

Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di


Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus
(LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV)
III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah
menjadi HIV.

4
HIV adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel limfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Didalam sel
limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap
hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan
dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core)
dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA (Ribonucleic Acid), enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis
protein. Karena informasi genetik virus ini berupa RNA, maka virus ini harus
mentransfer informasi genetiknya yang berupa RNA menjadi DNA sebelum
diterjemahkan menjadi protein-protein. Dan untuk tujuan ini HIV memerlukan
enzim reverse transcriptase. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp
41 dan gp 120). Glikoprotein yang lebih besar dinamakan gp 120, adalah
komponen yang menspesifikasi sel yang diinfeksi. gp 120 ini terutama akan
berikatan dengan reseptor CD4, yaitu suatu reseptor yang terdapat pada
permukaan sel T helper, makrofag, monosit, sel-sel langerhans pada kulit, sel-sel
glial, dan epitel usus (terutama sel-sel kripta dan sel-sel enterokromafin).
Glikoprotein yang besar ini adalah target utama dari respon imun terhadap
berbagai sel yang terinfeksi. Glikoprotein yang lebih kecil, dinamai gp 41 atau
disebut juga protein transmembran, dapat bekerja sebagai protein fusi yaitu
protein yang dapat berikatan dengan reseptor sel lain yang berdekatan sehingga
sel-sel yang berdekatan tersebut bersatu membentuk sinsitium.

Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka
HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap
radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata

5
dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit,
makrofag dan sel jaringan otak.

2.3. Siklus Hidup Virus HIV/AIDS


Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek;
hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit
pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat
jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari
setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
 Masuk dan mengikat
 Reverse transkripstase
 Replikasi
 Budding
 Maturasi

Berikut adalah komponen utama dalam pertahanan tubuh:


a. Sel B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-
masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan
untuk mensekresi antibodi  spesifik. Antibodi bekerja dengan cara
membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis
(proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag). Atau
dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang
berhubungan dengan respon inflamasi).
b. Limfosit T
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
 Regulasi sitem imun.
 Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.
6
Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+,
dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang
membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat antigen
target khusus. Sel CD8+membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri
seperti sel kanker.
c. Fagosit
d. Komplemen

2.4. Gejala HIV/AIDS


Gejala HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa macam
klasifikasi sebagai berikut:
a. Stadium awal infeksi HIV
b. Stadium tanpa gejala
c. Stadium ARC (AIDS related complex)
d. Stadium AIDS
e. Stadium gangguan susunan saraf pusat

Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu terjadinya infeksi sampai munculnya gejala


pertama pada pasien. Pada infeksi HIV hal ini sulit diketahui. Dari penelitian pada
sebagian besar kasus dikatakan masa inkubasi rata-rata 5-10 tahun, dan bervariasi
sangat lebar, yaitu antara 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun. rata-rata 21 bulan
pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa walaupun belum ada gejala,
tetapi yang bersangkutan telah dapat menjadi sumber penularan.

a. Stadium awal infeksi


Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus umumnya yaitu berupa demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, mialgia, pembesaran kelenjar dan rasa
lemah.Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran

7
menurun.10Sindrom ini akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu
3-6 bulan kemudian tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk
antibodi. Masa 3-6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat
menularkan naamun secara laboratorium hasil tes HIV-nya negatif.

b. Stadium tanpa gejala

Fase akut akan diikuti fase kronik asimptomatik yang lamanya bisa
bertahun-tahun (5-7 tahun). Virus yang ada didalam tubuh secara pelan-pelan
terus menyerang sistem pertahanan tubuhnya. Walaupun tidak ada gejala, kita
tetap dapat mengisolasi virus dari darah pasien dan ini berarti bahwa selama fase
ini pasien juga infeksius. Tidak diketahui secara pasti apa yang terjadi pada HIV
pada fase ini. Mungkin terjadi replikasi lambat pada sel-sel tertentu dan laten
pada sel-sel lainnya. Tetapi jelas bahwa aktivitas HIV terjadi dan ini dibuktikan
dengan menurunnya fungsi sistem imun dari waktu ke waktu. Mungkin sampai
jumlah virus tertentu tubuh masih dapat mengantisipasi sistem imun.

c. Stadium AIDS related compleks

Stadium ARC (AIDS Related Complex) adalah bila terjadi 2 atau lebih
gejala klinis yang berlangsung lebih dari 3 bulan, antara lain :

 Berat badan turun lebih dari 10%


 Demam lebih dari 380C
 Keringat malam hari tanpa sebab yang jelas
 Diare kronis tanpa sebab yang jelas
 Rasa lelah berkepanjangan
 Herpes zoster dan kandidiasis mulut
 Pembesaran kelenjar limfe, anemia, leucopenia, limfopenia, trombositopenia
 Ditemukan antigen HIV atau antibody terhadap HIV.

d. Stadium AIDS

8
Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma
Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah
bening. Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,
TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti toksoplasmosis dsb.

e. Gejala gangguan susunan saraf


 Lupa ingatan
 Kesadaran menurun
 Perubahan Kepribadian
 Gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak
 Kelumpuhan

Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan menderita


infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun)
akan tetapi beberapa penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun.

2.5. Penularan virus HIV/AIDS


Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
 Secara Kontak Seksual
a. Ano-Genital
Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko
tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif
menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
b. Ora-Genital
Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan
semen dari mitra seksual pengidap HIV.
c. Genito-Genital / Heteroseksual
Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga,
hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda
antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

 Secara Non seksual


9
Penularan secara non seksual ini dapat terjadi melalui :
a. Transmisi Parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah
terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan
mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama.
Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai produk
dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang sangat tinggi.
b. Transmisi Transplasental
Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif
ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang
telah disebutkan di atas ada transmisi yang belum terbukti, antara lain:
 ASI
 Saliva/Air liur
 Air mata
 Hubungan sosial dengan orang serumah
 Gigitan serangga
Walaupun cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena
prevalensi HIV telah demikian tinggi, maka tetap dianjurkan :
- Ibu yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.
- Mengurangi kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman
dan pada anak-anak yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa
dan sering digigit serangga.
- Bagi dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan
dengan air mata pengidap HIV.

Tetapi, perlu diketahui virus HIV tidak menular apabila:


 Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan hubungan
seksual).
 Bersentuhan dengan penderita.
 Berjabat tangan.
 Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.
 Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.
10
 Berciuman pipi dengan penderita.
 Melalui alat makan dan minum.
 Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
 Bersama-sama berenang di kolam.

2.6. Komplikasi / Penyakit lain bila terkena virus HIV/AIDS


a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
 Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
 Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total/parsial.
 Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
 Neuropati karena inflamasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
c. Gastrointestinal
 Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma   Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
 Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritis.

11
 Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rektal, gatal-gatal.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

2.7. Diagnosa
 Metoda umum untuk menetapkan HIV adalah Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), yang mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi. Positif palsu dapat terjadi paada perempuan yang
telah melahirkan beberapa kali, pada yang baru mendapatkan vaksin hepatitis
B, HIV, influenza atau rabies, penerima transfusi darah berulang dan penderita
gagal ginjal atau hati, atau sedang menjalani hemodialisa kronik. Negatif palsu
dapat terjadi bila pasien baru terinfeksi dan test dilakukan sebelum
pembentukan antibodi yang adekuat. Waktu minimum untuk terbentuknya
antibodi 3-4 minggu dari awal terpapar.
 ELISA positif diulang dan bila salah satu atau kduanya reaktif, test konfirmasi
dilakukan untuk diagnosa akhir. Uji Western blot adalah yang paling umum
dilakukan untuk test konfirmasi.
 Test beban virus menghitung viremia dengan mengukur jumlah virus RNA.
Beberapa cara yang bisa digunakan yaitu Reverse Transcriptase-Coupled

12
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), branched DNA (bDNA) dan
Transcription-Mediated Amplification. Setiap pengujian mempunyai batas cara
ke cara lain, sehingga direkomendasikan untuk menggunakan cara yang sama
pada satu pasien.
 Beban virus dapat digunakan sebagai faktor prognosa untuk memonitor
perkembangan penyakit dan efek terapi.
 Jumlah limfosit CD4 dalam darah adalah tanda pengganti perkembangan
penyakit. Normal CD4 berkisar antara 500-2600 sel/mikroliter atau 40-70%
dari seluruh limfosit.

2.8. Pengobatan
Sasaran pengobatan virus HIV/AIDS untuk mencapai efek penekanan
maksimum replikasi HIV. Sasaran sekundernya untuk meningkatkan limofsit CD4
dan perbaikan kualitas hidup, serta sasaran akhirnya untuk menurunkan mortalitas
dan morbiditas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan adalah:
 Pengukuran periodik secara teratur dimana RNA HIV di plasma dan kadar
CD4 untuk menentukan kemajuan terapi dan untuk mengawali atau
memodifikasi regimen terapi.
 Penentuan terapi harus secara individual berdasarkan CD4 dan beban virus.
 Penggunaan kombinasi ARV (Anti Retroviral) poten untuk menekan replikasi
HIV sampai dibawah tingkat sensitivitas penetapan virus HIV dan membatasi
kemampuan memilih variant HIV yang resisten terhadap ARV, yaitu faktor
utama yang membatasi kemampuan ARV menghambat replikasi virus dan
menghambat perbaikan.
 Setiap ARV digunakan dalam kombinasi harus selalu digunakan sesuai dengan
regmen dosis.
 Setiap orang yang terinfeksi HIV, bahkan dengan beban virus di bawah batas
yang dapat terinfeksi, harus dipertimbangkan dapat menular dan harus diberi
konsultasi untuk menghindari perilaku seks dan penggunaan obat yang
berkaitan dengan penularan HIV dan infeksi patogen lain.
13
 Pengobatan direkomendasikan pada seluruh penderita HIV.

Tabel. Rekomendasi untuk memulai terapi dengan ARV pada remaja dan dewasa
berdasarkan fase klinik dan tanda imunologi.

Fase klinik WHO Test CD4 tidak tersedia Test CD4 tersedia
1 Tidak di terapi Terapi bila CD4 <200 sel/mm3
2 Tidak di terapi
3 Terapi Pertimbangan terapi bila CD4 <350
sel/mm3 dan terapi bila CD4 turun
<200 sel mm3
4 Terapi Terapi tanpa memperhitungkan
nilai CD4

a. Nilai dihitung CD4 yang disarankan untuk membantu menetapkan kebutuhan terapi
segera seperti TB pulmonal dan infeksi bakteri berat yang mungkin terjadi pada tiap
tingkat CD4.
b. Total limfosit 1200/mm dapat menggantikan jumlah CD4 bila nilai CD4 tidak ada
atau infeksi ringan. Ini tidak berguna pada pasien tanpa gejala.
c. Pemberian terapi ARV direkomendasikan untuk perempuan hamil dengan fase klinik
3 dan nilai CD4 < 350 sel/mm3.
d. Pemberian ARV direkomendasikan untuk seluruh pasien HIV dengan nilai CD4
<350 sel/mm3 DAN TBC pulmonal atau infeksi bakteri berat.
e. Tepatnya nilai CD4 > 200/mm3 pada infeksi HIV belum ditetapkan.

SECARA FARMAKOLOGI

Ada lima golongan obat ARV, yaitu:

1. Reverse Trannscriptase Inhibitor (RTI)


a. Analog nukleosida (NARTI), Analog nukeotida (NtARTI)

14
(Didanosin, Lamivudin, Zalsitabin, Zidovudin)
b. Non nukleotida (NNRTI)
(Nevirapine, Delavirdin)
2. HIV Protease Inhibitor (PI)
(Nelfinavir, Lopinavir / Ritonavir, Saquinavir)
3. Fusion Inhibitor (FI)
(Ibalizumab, Cenicriviroc)
4. Integrase Inhibitor (II)
(Raltegravir)
5. Viral Entry Inhibitor
(Enfuvirtid)

Kegagalan terapi dapat disebabkan oleh resistensi atau pasien tidak dapat
menoleransi reaksi obat yang diinginkan maka terapi harus ditukar. Interaksi dapat
terjadi dengan beberapa obat ARV.

Tabel. Rekomendasi regimen lini pertama terapi dan perubahan terapi ke lini kedua
infeksi HIV pada orang dewasa.

Regimen lini pertama Regimen lini kedua


Rti Pi
Standar AZT atau d4T + 3TC + ddI + ABC atau TDF + ABC PI/r
NVP atau EFV atau TDF + 3TC (±AZT)
TDF + 3TC + NVP atau ddI (+ ABC atau ddI + 3TC
EFV (±AZT)
ABC + 3TC + NVP atau ddI + 3TC (±AZT) atau TDF +
EFV 3TC (±AZT)
Alternatif AZT atau d4T + 3TC + EFV atau ±AZT ddI
TDF atau ABC

* 3TC (Lamivudine); ABC (Abacavir); AZT (zidovudine) atau bisa disebut ZDV; d4T
(Stavudine); ddI (Didanosine); NFV (Nelfinavir); NNRTI non-nucleoside reverse

15
trancriptase inhibitor; NVP (Nevirapine); PI (Protease Inhibitor); /r (Ritonavir dosis
rendah); TDF (Tenofovir Disoproxil Fumate).

MEKANISME KERJA OBAT-OBAT ARV

1. Reverse Trannscriptase Inhibitor (RTI)


a. Analog nukleosida (NARTI), Analog nukeotida (NtARTI)
RTI bekerja dengan menghambat enzim reverse transkriptase selama proses
transkripsi RNA virus pada DNA pejamu. Analog NRTI akan mengalami
fosforilasi menjadi bentuk trifosfat, yang kemudian secara kompetitif
mengganggu transkripsi nukleotida. Akibatnya rantai DNA virus akan mengalami
terminasi.
b. Non nukleotida (NNRTI)

16
NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim RT dengan
cara berikatan di tempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi
perubahan konformasi pada situs aktif alosterik tempat ikatan nonsubtrat HIV-1.

2. HIV Protease Inhibitor (PI)


PI bekerja dengan cara menghambat protease HIV. Setelah sintesis mRNA dan
poliprotein HIV, protease HIV akan memecah poliprotein HIV menjadi sejumlah
protein fungsional. Dengan pemberian PI, produksi virion dan perlekatan dengan sel
pejamu masih terjadi, namun virus gagal berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel.

3. Fusion Inhibitor (FI)


FI bekerja dengan menghambat masuknya virus ke dalam sel pejamu, dengan
cara berikatan dengan subunit gp41.

4. Integrase Inhibitor (II)


II bekerja dengan menghambat penggabungan (integrasi) DNA virus dengan
pejamu. 

5. Viral Entry Inhbitor


Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fusi virus ke sel dengan cara
menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.

2.9. Pencegahan
Cara mencegah masuknya suatu penyakit secara umum di antaranya dengan
membiasakan hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan
melakukan pergaulan yang sehat. Beberapa tindakan untuk menghindari dari HIV
atau AIDS antara lain: 
 Hindari hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan
dengan satu pasangan seksual. 
 Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi. 

17
 Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya
jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang
dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi
dengan dokter. 
 Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya
tidak menjadi donor darah. 
 Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum
tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin
sterilitasnya. 
 Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di
kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding
perilaku risiko lainnya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk


mencegah penularan AIDS yaitu, memberikan penyuluhan-penyuluhan atau
informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau
poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan di berbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik. Penyuluhan atau
informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluruh masyarakat dapat mengetahui bahaya
AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus AIDS.

18
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
 Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS adalah dua
kondisi yang berbeda.

HIV AIDS
 HIV membunuh limfosit CD4 dari  Jumlah CD4 pada orang dengan AIDS
sistem kekebalan tubuh dibawah 200
 HIV membuat orang rentan terhadap  AIDS adalah suatu kondisi dimana
infeksi oleh berbagai patogen dan seseorang menderita beberapa jenis
kanker infeksi, sarkoma kaposi, TBC, dll.
 HIV dapat dikendalikan menggunakan  AIDS merupakan stadium lanjut
antivirus setelah 2 sampai 15 tahun terinfeksi
HIV.

 Persepsi Salah Tentang HIV atau AIDS


AIDS merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti pada saat ini.
Munculnya anggapan yang salah terhadap tindakan dan prilaku sehubungan
dengan HIV atau AIDS semakin mengukuhkan penyakit ini untuk ditakuti. 
Oleh sebab itu perlu diketahui bahwa HIV atau AIDS tidak menular
melalui:
- Bekerja bersama orang yang terkena infeksi HIV. 
- Gigitan nyamuk atau serangga lain. 
- Sentuhan tangan atau saling pelukan.
- Hubungan Seks dengan menggunakan kondom. 
- Penggunaan alat makan bersama. 
- Penggunaan toilet bersama. 
- Semprotan bersin atau batuk.

19
 Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.

 Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui kontak seksual, transfusi
darah, jarum suntik dan kehamilan.

b. Saran
 Agar seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam memerangi HIV/
AIDS. Untuk memerangi hal itu dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk
selalu menjaga diri agar terhindar dari HIV/ AIDS.
 Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan
yang bermanfaat bagi pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmana N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI, 2001.
2. Lachlan, MC. Diagnosis Dan Penyakit Kelamin. Jakarta. Penerbit IDI, 1996.
3. Djauzi S. Penatalaksanaan Infeksi HIV. Jakarta. Yayasan Penerbit IDI. 1997.
4. M.D, Woodley, Michele & Alison Whelan, M.D. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.
Penerbit Yayasan Essentia Medica.
5. Sukandar, Yulinah, Elin, dkk. ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai