TENTANG HIV/AIDS
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas
tentang “HIV/AIDS” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita
khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit HIV/AIDS.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover
BAB I PENDAHULUAN
a. Kesimpulan ................................................................................................... 19
b. Saran .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini pertama sekali timbul di Afrika, Haiti dan America Serikat
pada tahun 1978. Pada tahun 1979 Amerika serikat melaporkan kasus- kasus
sarkoma kaposi dan penyakit- penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa.
Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus sarkoma kaposi
dan penyakit infeksi yang jarang terdapat dikalangan homoseksual. Hal ini
menimbulkan dugaan yang kuat bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui
hubungan seksual.
Pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat
untuk pertama sekali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS
dimulai.
Pada tahun 1982–1983 mulai diketahui adanya transmisi diluar jalur
hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara
bersama–sama oleh penyalahguna narkotik suntik. Pada tahun ini juga, ilmuwan
yang menemukan virus HIV pertama kali adalah Barre-Sinoussi dan Luc
Montagnier dari Pasteur institut, Paris menemukan penyebab penyakit ini adalah
LAV (Lymphadenophaty Associated Virus). Kedua ilmuwan ini mendapatkan
Nobel Kedokteran yang mengkaitkan HPV dengan kanker rahim. Komite Nobel
mengatakan penemuan kedua warga Perancis itu membantu para ilmuwan dalam
memahami biologi dari virus yang mengancam dunia.
Lebih dari 25 juta orang meninggal akibat HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan
diseluruh dunia tercatat 33 juta orang yang mengidap virus HIV. Temuan Sinoussi
dan Montagnier antara lain mendorong metode diagnosa pasien maupun dalam
memeriksa darah, yang membatasi penyebaran wabah HIV/AIDS. Walau masih
belum ditemukan obat untuk HIV, dalam beberapa tahun belakangan penyakit itu
1
tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanya. Pengobatan saat ini
sudah berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV sampai puluhan tahun.
Penyakit kelamin Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh retrovirus HIV yang sistem
kekebalan/ pertahan tubuh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
3
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang
yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan
terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang
yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik”
karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang
melemah.
Jika terinfeksi virus ini, maka akan dimungkinkan tetap berada di lingkaran
itu selamanya, belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkannya. Namun ada
perawatan yang membantu mengontrol perkembangan penyakit dan mengurangi
infeksi HIV.
2.2. Etiologi
4
HIV adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel limfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Didalam sel
limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap
hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan
dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core)
dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA (Ribonucleic Acid), enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis
protein. Karena informasi genetik virus ini berupa RNA, maka virus ini harus
mentransfer informasi genetiknya yang berupa RNA menjadi DNA sebelum
diterjemahkan menjadi protein-protein. Dan untuk tujuan ini HIV memerlukan
enzim reverse transcriptase. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp
41 dan gp 120). Glikoprotein yang lebih besar dinamakan gp 120, adalah
komponen yang menspesifikasi sel yang diinfeksi. gp 120 ini terutama akan
berikatan dengan reseptor CD4, yaitu suatu reseptor yang terdapat pada
permukaan sel T helper, makrofag, monosit, sel-sel langerhans pada kulit, sel-sel
glial, dan epitel usus (terutama sel-sel kripta dan sel-sel enterokromafin).
Glikoprotein yang besar ini adalah target utama dari respon imun terhadap
berbagai sel yang terinfeksi. Glikoprotein yang lebih kecil, dinamai gp 41 atau
disebut juga protein transmembran, dapat bekerja sebagai protein fusi yaitu
protein yang dapat berikatan dengan reseptor sel lain yang berdekatan sehingga
sel-sel yang berdekatan tersebut bersatu membentuk sinsitium.
Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka
HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap
radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata
5
dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit,
makrofag dan sel jaringan otak.
Masa Inkubasi
7
menurun.10Sindrom ini akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu
3-6 bulan kemudian tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk
antibodi. Masa 3-6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat
menularkan naamun secara laboratorium hasil tes HIV-nya negatif.
Fase akut akan diikuti fase kronik asimptomatik yang lamanya bisa
bertahun-tahun (5-7 tahun). Virus yang ada didalam tubuh secara pelan-pelan
terus menyerang sistem pertahanan tubuhnya. Walaupun tidak ada gejala, kita
tetap dapat mengisolasi virus dari darah pasien dan ini berarti bahwa selama fase
ini pasien juga infeksius. Tidak diketahui secara pasti apa yang terjadi pada HIV
pada fase ini. Mungkin terjadi replikasi lambat pada sel-sel tertentu dan laten
pada sel-sel lainnya. Tetapi jelas bahwa aktivitas HIV terjadi dan ini dibuktikan
dengan menurunnya fungsi sistem imun dari waktu ke waktu. Mungkin sampai
jumlah virus tertentu tubuh masih dapat mengantisipasi sistem imun.
Stadium ARC (AIDS Related Complex) adalah bila terjadi 2 atau lebih
gejala klinis yang berlangsung lebih dari 3 bulan, antara lain :
d. Stadium AIDS
8
Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma
Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah
bening. Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,
TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti toksoplasmosis dsb.
11
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rektal, gatal-gatal.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.
2.7. Diagnosa
Metoda umum untuk menetapkan HIV adalah Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), yang mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi. Positif palsu dapat terjadi paada perempuan yang
telah melahirkan beberapa kali, pada yang baru mendapatkan vaksin hepatitis
B, HIV, influenza atau rabies, penerima transfusi darah berulang dan penderita
gagal ginjal atau hati, atau sedang menjalani hemodialisa kronik. Negatif palsu
dapat terjadi bila pasien baru terinfeksi dan test dilakukan sebelum
pembentukan antibodi yang adekuat. Waktu minimum untuk terbentuknya
antibodi 3-4 minggu dari awal terpapar.
ELISA positif diulang dan bila salah satu atau kduanya reaktif, test konfirmasi
dilakukan untuk diagnosa akhir. Uji Western blot adalah yang paling umum
dilakukan untuk test konfirmasi.
Test beban virus menghitung viremia dengan mengukur jumlah virus RNA.
Beberapa cara yang bisa digunakan yaitu Reverse Transcriptase-Coupled
12
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), branched DNA (bDNA) dan
Transcription-Mediated Amplification. Setiap pengujian mempunyai batas cara
ke cara lain, sehingga direkomendasikan untuk menggunakan cara yang sama
pada satu pasien.
Beban virus dapat digunakan sebagai faktor prognosa untuk memonitor
perkembangan penyakit dan efek terapi.
Jumlah limfosit CD4 dalam darah adalah tanda pengganti perkembangan
penyakit. Normal CD4 berkisar antara 500-2600 sel/mikroliter atau 40-70%
dari seluruh limfosit.
2.8. Pengobatan
Sasaran pengobatan virus HIV/AIDS untuk mencapai efek penekanan
maksimum replikasi HIV. Sasaran sekundernya untuk meningkatkan limofsit CD4
dan perbaikan kualitas hidup, serta sasaran akhirnya untuk menurunkan mortalitas
dan morbiditas.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan adalah:
Pengukuran periodik secara teratur dimana RNA HIV di plasma dan kadar
CD4 untuk menentukan kemajuan terapi dan untuk mengawali atau
memodifikasi regimen terapi.
Penentuan terapi harus secara individual berdasarkan CD4 dan beban virus.
Penggunaan kombinasi ARV (Anti Retroviral) poten untuk menekan replikasi
HIV sampai dibawah tingkat sensitivitas penetapan virus HIV dan membatasi
kemampuan memilih variant HIV yang resisten terhadap ARV, yaitu faktor
utama yang membatasi kemampuan ARV menghambat replikasi virus dan
menghambat perbaikan.
Setiap ARV digunakan dalam kombinasi harus selalu digunakan sesuai dengan
regmen dosis.
Setiap orang yang terinfeksi HIV, bahkan dengan beban virus di bawah batas
yang dapat terinfeksi, harus dipertimbangkan dapat menular dan harus diberi
konsultasi untuk menghindari perilaku seks dan penggunaan obat yang
berkaitan dengan penularan HIV dan infeksi patogen lain.
13
Pengobatan direkomendasikan pada seluruh penderita HIV.
Tabel. Rekomendasi untuk memulai terapi dengan ARV pada remaja dan dewasa
berdasarkan fase klinik dan tanda imunologi.
Fase klinik WHO Test CD4 tidak tersedia Test CD4 tersedia
1 Tidak di terapi Terapi bila CD4 <200 sel/mm3
2 Tidak di terapi
3 Terapi Pertimbangan terapi bila CD4 <350
sel/mm3 dan terapi bila CD4 turun
<200 sel mm3
4 Terapi Terapi tanpa memperhitungkan
nilai CD4
a. Nilai dihitung CD4 yang disarankan untuk membantu menetapkan kebutuhan terapi
segera seperti TB pulmonal dan infeksi bakteri berat yang mungkin terjadi pada tiap
tingkat CD4.
b. Total limfosit 1200/mm dapat menggantikan jumlah CD4 bila nilai CD4 tidak ada
atau infeksi ringan. Ini tidak berguna pada pasien tanpa gejala.
c. Pemberian terapi ARV direkomendasikan untuk perempuan hamil dengan fase klinik
3 dan nilai CD4 < 350 sel/mm3.
d. Pemberian ARV direkomendasikan untuk seluruh pasien HIV dengan nilai CD4
<350 sel/mm3 DAN TBC pulmonal atau infeksi bakteri berat.
e. Tepatnya nilai CD4 > 200/mm3 pada infeksi HIV belum ditetapkan.
SECARA FARMAKOLOGI
14
(Didanosin, Lamivudin, Zalsitabin, Zidovudin)
b. Non nukleotida (NNRTI)
(Nevirapine, Delavirdin)
2. HIV Protease Inhibitor (PI)
(Nelfinavir, Lopinavir / Ritonavir, Saquinavir)
3. Fusion Inhibitor (FI)
(Ibalizumab, Cenicriviroc)
4. Integrase Inhibitor (II)
(Raltegravir)
5. Viral Entry Inhibitor
(Enfuvirtid)
Kegagalan terapi dapat disebabkan oleh resistensi atau pasien tidak dapat
menoleransi reaksi obat yang diinginkan maka terapi harus ditukar. Interaksi dapat
terjadi dengan beberapa obat ARV.
Tabel. Rekomendasi regimen lini pertama terapi dan perubahan terapi ke lini kedua
infeksi HIV pada orang dewasa.
* 3TC (Lamivudine); ABC (Abacavir); AZT (zidovudine) atau bisa disebut ZDV; d4T
(Stavudine); ddI (Didanosine); NFV (Nelfinavir); NNRTI non-nucleoside reverse
15
trancriptase inhibitor; NVP (Nevirapine); PI (Protease Inhibitor); /r (Ritonavir dosis
rendah); TDF (Tenofovir Disoproxil Fumate).
16
NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim RT dengan
cara berikatan di tempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi
perubahan konformasi pada situs aktif alosterik tempat ikatan nonsubtrat HIV-1.
2.9. Pencegahan
Cara mencegah masuknya suatu penyakit secara umum di antaranya dengan
membiasakan hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan
melakukan pergaulan yang sehat. Beberapa tindakan untuk menghindari dari HIV
atau AIDS antara lain:
Hindari hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan
dengan satu pasangan seksual.
Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi.
17
Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya
jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang
dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi
dengan dokter.
Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya
tidak menjadi donor darah.
Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum
tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin
sterilitasnya.
Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di
kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding
perilaku risiko lainnya.
18
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS adalah dua
kondisi yang berbeda.
HIV AIDS
HIV membunuh limfosit CD4 dari Jumlah CD4 pada orang dengan AIDS
sistem kekebalan tubuh dibawah 200
HIV membuat orang rentan terhadap AIDS adalah suatu kondisi dimana
infeksi oleh berbagai patogen dan seseorang menderita beberapa jenis
kanker infeksi, sarkoma kaposi, TBC, dll.
HIV dapat dikendalikan menggunakan AIDS merupakan stadium lanjut
antivirus setelah 2 sampai 15 tahun terinfeksi
HIV.
19
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui kontak seksual, transfusi
darah, jarum suntik dan kehamilan.
b. Saran
Agar seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam memerangi HIV/
AIDS. Untuk memerangi hal itu dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk
selalu menjaga diri agar terhindar dari HIV/ AIDS.
Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan
yang bermanfaat bagi pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukmana N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI, 2001.
2. Lachlan, MC. Diagnosis Dan Penyakit Kelamin. Jakarta. Penerbit IDI, 1996.
3. Djauzi S. Penatalaksanaan Infeksi HIV. Jakarta. Yayasan Penerbit IDI. 1997.
4. M.D, Woodley, Michele & Alison Whelan, M.D. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.
Penerbit Yayasan Essentia Medica.
5. Sukandar, Yulinah, Elin, dkk. ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI. Jakarta.
21