Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

OLEH :

KELOMPOK 3

1. Ahlam Salsabil Al Habsyi


2. Ati Kurniati
3. Ayu Dewi Suryantini
4. Fegiyarto
5. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari
6. Kamilia Hastuti
7. Kuratul Uyun
8. Miftahul Zanna Rama Dani
9. Septiani Dewi Santika
10. Solehudin Fathul Gani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TINGKAT IIA/SEMESTER IV
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan. Yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS”. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan


serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,


arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya kami penyusunnya.

Mataram, Februari 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi...................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3

BAB II
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................4
2.1 Definisi HIV/AIDS. .............................................................................................4
2.2 Etiologi HIV/AIDS ..............................................................................................4
2.3 Klasifikasi HIV/AIDS. .........................................................................................5
2.4 Patofisiologi HIV/AIDS. ......................................................................................6
2.5 Pathway HIV/AIDS .............................................................................................8
2.6 Manifestasi Klinis HIV/AIDS ..............................................................................8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS ....................................................................10
2.8 Penatalaksanaan HIV/AIDS .................................................................................11
2.9 Komplikasi HIV/AIDS ........................................................................................13
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS ..........................................................15

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................. 27
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 27
3.2. Saran .................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit


dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.

Penyebab HIV adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diperoleh
yaitu :
1) Apakah yang dimaksud dengan HIV/AIDS ?
2) Jelaskanlah etiologi HIV/AIDS ?
3) Sebutkanlah klasifikasi HIV/AIDS ?
4) Jelaskanlah patofisiologi HIV/AIDS ?
5) Bagaimanakah pathway HIV/AIDS ?
6) Jelaskanlah manifestasi klinis HIV/AIDS ?
7) Sebutkanlah pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS ?
8) Jelaskanlah penatalaksanaan HIV/AIDS ?
9) Jelaskanlah komplikasi HIV/AIDS ?
10) Jelaskanlah konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang dapat
diperoleh yaitu :
1) Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS.
2) Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS.
3) Untuk mengetahui klasifikasi HIV/AIDS.
4) Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
5) Untuk mengetahui pathway HIV/AIDS.
6) Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS.
7) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS.
8) Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS.
9) Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS.
10) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS.

2
1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, manfaat penulisan yang dapat
diperoleh adalah :
1) Mengetahui definisi HIV/AIDS.
2) Mengetahui etiologi HIV/AIDS.
3) Mengetahui klasifikasi HIV/AIDS.
4) Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
5) Mengetahui pathway HIV/AIDS.
6) Mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS.
7) Mengetahui pemeriksaan diagnostic HIV/AIDS.
8) Mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS.
9) Mengetahui komplikasi HIV/AIDS.
10) Mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi HIV/AIDS.


Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada
darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut
merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi. Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah
putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk
limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD
– 4”.

2.2. Etiologi HIV/AIDS.


Penyakit HIV diakibatkan oleh human immunodeficiency virus dengan
host mayoritas manusia. Agen infeksi HIV disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus, virus ini terdiri dari 2 subtipe, yaitu HIV-1 dan
HIV – 2. HIV- 1 merupakan jenis virus HIV yang paling umum ditemukan
hamper diseluruh belahan dunia, memiliki progresivitas yang tinggi, lebih
cepat dalam meningkatkan nilai viral-load, dan menurunkan tingkat CD4.
HIV- 2 memiliki predominansi untuk ditemukan pada area Afrika Barat.
Subtipe ini tidak seagresif HIV-1 dan ketika ditemukan, umumnya
memiliki tingkatan CD4 yang lebih tinggi dibandingkan penderita infeksi
HIV-1. Manusia merupakan pejamu utama infeksi HIV. Terdapat berbagai
perilaku dan tindakan yang dapat menyebabkan peningkatan resiko
terinfeksi HIV yaitu :

4
1) Melakukan hubungan seks yang tidak terpoteksi.
2) Memiliki riwayat mengidap infeksi menular seksual, terutama jika
berulang.
3) Menggunakan jarum yang telah terkontaminasi HIV, secara bergantian
(seperti pada pengguna narkoba suntik, tindik atau tato).
4) Bekerja pada lingkungan yang beresiko tertusuk jarum/infeksius
(pekerja/tenaga kesehatan).
5) Ibu HIV terhadap janin yang dikandungnya, atau pada bayinya.

2.3. Klasifikasi HIV/AIDS.


Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO:
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimptomatik. Asimptomatik,
2. Limfa denopati Generalisata. aktivitas normal.

II 1. Berat badan menurun<10 %. Simptomatik,


2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan aktivitas normal.
seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren,
kheilitisangularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis.
III 1. Berat badan menurun < 10%. Pada umunya lemah,
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 aktivitas di tempat
bulan. tidur kurang dari
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 50%.
bulan.
4. Kandidiasis orofaringeal.
5. Oral hairy leukoplakia.
6. TB paru dalam tahun terakhir
5
7. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome . Pada umumnya
2. Pnemonia Pneumocystis carinii. sangat lemah,
3. Toksoplasmosis otak. aktivitas di tempat
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan. tidur lebih dari 50 %.
5. Kriptokokosis ekstra pulmonary.
6. Retinitis virus situmegalo.
7. Herpes simpleksmukokutan> 1 bulan.
8. Leukoensefalopati multifocal progresif.
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Tuberkulosis di luar paru.

2.4. Patofisiologi HIV/AIDS.


Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus
6
HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau
fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster
dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

7
2.5. Pathway HIV/AIDS.

2.6. Manifestasi Klinis HIV/AIDS.


Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas


sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal
penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap
mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta
mengalami diarhea yang kronik.

8
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central
yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan
kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang,
selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan
virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada
kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-
retak) serta Eczema atau psoriasis.
6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal
sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).
Menurut WHO:
1) Gejala mayor :
a) Penurunan BB ≥ 10%
b) Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
9
c) Diare kronis
d) Tuberkulosis
2) Gejala minor :
a) Koordinasi orofaringeal
b) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c) Kelemahan tubuh
d) Berkeringat malam
e) Hilang nafsu makan
f) Infeksi kulit generalisata
g) Limfodenopati
h) Herpes zoster
i) Infeksi herpes simplek kronis
j) Pneumonia
k) Sarkoma Kaposi

2.7. Pemeriksaan Diagnostic HIV/AIDS.


1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin

10
2.8. Penatalaksanaan HIV/AIDS.
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan /
rehabilitasi dan edukasi.
1) Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain :
a) Obat Retrovirus
1. Zidovudine (AZT)
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian
obat ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat
memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi
dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko
penularan perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum
dan cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit
kepala, nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi,
insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut.

2. Didanosine ( ddl ), Videx


Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi
terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila
ternyata ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun.
Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap AZT
menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan
asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping:
neuropati perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare. Dosis: 200
mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB <
60kg) Mulanya hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT.
Secara invitro merupakan obat yang paling kuat, tapi efek
samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis
: 0,75mg po tid.

11
b) Obat-obat untuk infeksi oportunistik
1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250
mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2
tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone
atau fansidar.
2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien
anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau
rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare),
bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila
pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.
4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena
cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.
c) Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV.
Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS
multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan
penanganan limfoma paa pasien non HIV.
d) Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus
diberikan pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain
yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan
transfusi darah.

2) Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga
atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan
untuk :
a) Memberikan dukungan mental-psikologis.

12
b) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
c) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
d) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

3) Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik
pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup
bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar,
bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat
lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet,
menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain:
rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

2.9. Komplikasi HIV/AIDS.


1) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
2) Neurologik
a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.

13
b) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia,ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3) Gastrointestinal
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal,limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan
berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obatillegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasiperianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4) Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza,pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5) Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.
6) Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
- Pendengaran : otitis eksternal akut

14
2.10. Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS.
I) Pengkajian Keperawatan.
A) Identitas Pasien.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku/bangsa :
Agama :
Status marietal :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Kiriman dari :
Tanggal MHS :
Cara masuk :
Diagnosa mesdis :
Alasan dirawat :
B) Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku/bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :

15
C) Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Biasanya ditandai dengan demam kronik dengan atau tanpa
menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia.
2) Keluhan saat dikaji.
Terkait dengan keluhan atau hal yang dirasakan oleh pasien
saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS, klien sering datang
dengan gangguan sistem pernafasan / sistem pencernaan (
diare lama). Mulai dari gejala dirasakan sampai dengan
mendapatkan pertolongan medis.
4) Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya Klien memiliki riwayat sering mengalami infeksi (
demam) yang hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran
pencernaan (kandidiasis oral sampai dengan diare).
5) Riwayat kesehatan keluarga.
Pasien diberikan pertanyaan apakah ada salah satu anggota
keluarga terdekat yang mengalami hal yang sama dengan
yang dialami oleh pasien.
6) Kesehatan lingkungan.
Berisi tentang kondisi lingkungan pasien sehari-hari seperti
kebersihan rumah, dll.
7) Riwayat kesehatan lainnya.
Berisi tentang apakah pasien menderita alergi terhadap
makanan atau obat tertentu serta pasien menggunakan alat
bantu atau tidak.

16
D) Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Kaji pola hidup sehat pasien terganggu karena pengaruh
penyakit yang diderita.
Tanda : Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam banyak atau
semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolism.
Kaji gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan
mengenali makanan / mual / muntah, disfagia, nyeri
retrostenal saat menelan, terjadinya penurunan berat badan:
perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot,
turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya
putih dan perubahan warna, kesehatan gigi / gusi yang buruk,
adanya gigi yang tanggal, Edema (umum, dependen).
3) Pola eliminasi.
Kaji gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering
dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi.
Kaji tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan
marah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi
atau abses rectal, personal, perubahan dalam jumlah, warna
dan karakteristik urin.
4) Pola tidur dan istirahat.
Kaji perubahan pola tidur, tidak dapat tidur nyenyak, pikiran
kacau, terus gelisah .
5) Pola aktivitas dan latihan.
Kaji gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan
pola tidur.

17
Kaji tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernapasan.
6) Pola hubungan dan peran.
Kaji apakah keluarga ikut berperan dalam menjaga kesehatan
fisik pasien.
7) Pola sensori dan kognitif.
Kaji adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap
hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan
dalam menjalankan perannya selama sakit.
8) Pola persepsi dan konsep diri.
Kaji pola emosional pasien sedikit terganggu karena pikiran
kacau dan sulit tidur.
9) Pola seksual dan reproduksi.
Kaji perilaku dan pola seksual pada pasien.
10) Pola penanggulangan stress dan koping.
Kaji stres yang timbul akibat pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya, pasien merasakan pikirannya
kacau.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan.
Kaji timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka
pasien akan menjadi cemas dan takut, serta kebiasaan
ibadahnya akan terganggu, dimana pasien dan keluarga
percaya bahwa masalah pasien murni masalah medis dan
menyerahkan seluruh pengobatan pada petugas kesehatan.

E) Observasi dan Pemeriksaan Fisik.


1) Keadaan Umum :
2) Tanda-tanda vital
Suhu : demam menetap > 4 minggu (oC)
Nadi : Penurunan/peningkatan N (x/mnt)
18
Tekanan darah : (mmHg)
Respirasi : Penurunan/peningkatan RR (x/mnt)
3) GCS : E V M
4) Kesadaran :
5) Antropometri :
BB/TB : Pada stadium awal-akhir akan mengalami
penurunan berat badan secara progressive.
IMT :
LiLA :
6) Pemeriksaan Fisik.
a) Kepala.
Kaji sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii,
nyeri kepala menetap.
Mata : Retinitis.
Mulut :
- lesi pada mulut  Kapossi sarcoma.
- Candida oral  plaque putih yang melapisi rongga
mulut dan lidah  candidiasis.
- Candidiasis esophagus.
- Hairy leukoplakia : lesi/plaque atau seperti proyeksi
rambut bergelombang pada bagian lateral lidah yang
tidak nyeri & tidak dapat hilang dengan menggosoknya.
- Ginggivitis.
- Angular chelitis.
b) Leher.
Kaji Lymphadenopathy persistent.
c) Dada.
Kaji :
- Sesak nafas (dispneu, takipneu).
- Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2
< 80% (PCP).
19
- Retraksi interkostalis.
- Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang.
- Batuk menetap > 4 minggu.
- Gejala tuberculosis paru.
- Perubahan pada bunyi nafas/bunyi napas adventisius.
- Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan
sputum).
d) Perut (abdomen)
Kaji :
- Anoreksia.
- Muntah.
- Diare kronis.
- Inkontinensia alvi.
- Hepatosplenomegali.
e) Genitalia.
Kaji Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes
simpleks).
f) Integumen Ekstermitas.
Kaji infeksi kulit umum, herpes simplex, Papular pruritic
eruption (PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgor
kulit tidak elastis, sarkoma Kaposi, wasting syndrome,
Papular pruritic eruption (PPE) simetris.

F) Pemeriksaan Penunjang.
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV: ELISA, western blot, P24
antigen test, kultur HIV.
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun : Hematokrit, LED,
CD4 limfosit, rasio CD4/CD limfosit, serum mikroglobulin
B2, hemoglobulin.

20
II) Diagnosa Keperawatan.
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
imunologis HIV / AIDS adalah:
1) Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi
HIV.
2) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic,
dan menurunnya absorbsi zat gizi.
4) Diare berhubungan dengan infeksi GI
5) Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
6) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum
7) Gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terus-
menerus
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi
tentang penyakit

III) Intervensi Keperawatan.

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

1) Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien 1. Pasien dan keluarga
infeksi (kontak ditransmisikan, tim kesehatan atau orang penting mau dan memerlukan
pasien) memperhatikan universal lainnya metode informasikan ini
berhubungan precautions dengan kriteriaa mencegah transmisi
dengan infeksi kontak pasien dan tim HIV dan kuman
HIV, adanya kesehatan tidak terpapar HIV, patogen lainnya.

21
infeksi tidak terinfeksi patogen lain
nonopportunisiti seperti TBC. 2. Gunakan darah dan
2. Mencegah transimisi
k yang dapat cairan tubuh
infeksi HIV ke orang
ditransmisikan. precaution bial
lain
merawat pasien.

3. Gunakan masker
3. Untuk perlindungan
bila perlu.
diri

2) Intolerans Setelah diberikan askep 3 x 1. Monitor respon 1. Respon bervariasi


aktivitas 24 jam diharapkan pasien fisiologis terhadap dari hari ke hari
berhubungan berpartisipasi dalam kegiatan, aktivitas
dengan dengan kriteria bebas dyspnea
kelemahan, dan takikardi selama 2. Berikan bantuan 2. Mengurangi
pertukaran aktivitas. perawatan yang kebutuhan energy
oksigen, pasien sendiri tidak
malnutrisi, mampu
kelelahan. 3. Jadwalkan
3. Ekstra istirahat perlu
perawatan pasien
jika karena
sehingga tidak
meningkatkan
mengganggu
kebutuhan metabolik
isitirahat.
3) Perubahan Setelah diberikan askep x 24 1. Monitor 1. Intake menurun
nutrisi kurang jam diharapkan pasien kemampuan dihubungkan dengan
dari kebutuhan mempunyai intake kalori dan mengunyah dan nyeri tenggorokan
tubuh protein yang adekuat untuk menelan dan mulut
berhubungan memenuhi kebutuhan
dengan intake metaboliknya dengan kriteria 2. Monitor BB, intake 2. Menentukan data
yang kurang, mual dan muntah dikontrol, dan ouput dasar
meningkatnya pasien makan TKTP, serum

22
kebutuhan albumin dan protein dalam 3. Atur antiemetik 3. Mengurangi muntah
metabolic, dan batas n ormal, sesuai order
menurunnya 4. Meyakinkan bahwa
absorbsi zat 4. Rencanakan diet makanan sesuai
gizi. dengan pasien dan dengan keinginan
orang penting pasien
lainnya.
4) Diare Setelah diberikan askep 3 x 1. Kaji konsistensi dan 1. Mendeteksi adanya
berhubungan 24 jam pasien merasa nyaman frekuensi feses dan darah dalam feses
dengan infeksi dan menngontrol diare, adanya darah.
GI komplikasi minimal dengan
kriteria perut lunak, tidak 2. Auskultasi bunyi 2. Hipermotiliti mumnya
tegang, feses lunak dan warna usus dengan diare
normal, kram perut hilang,
3. Atur agen 3. Mengurangi motilitas
antimotilitas dan usus, yang pelan,
psilium (Metamucil) emperburuk perforasi
sesuai order pada intestinal

4. Berikan ointment A
dan D, vaselin atau 4. Untuk menghilangkan
zinc oside distensi

5) Tidak efektif Setelah diberikan askep 3 x 1. Kaji koping 1. Memulai suatu


koping keluarga 20 diharapkan keluarga atau keluarga terhadap hubungan dalam
berhubungan orang penting lain sakit pasein dan bekerja secara
dengan cemas mempertahankan suport perawatannya konstruktif dengan
tentang keadaan sistem dan adaptasi terhadap keluarga.
yang orang perubahan akan
dicintai. kebutuhannya dengan kriteria 2. Biarkan keluarga 2. Mereka tak
pasien dan keluarga mengungkapkana menyadari bahwa

23
berinteraksi dengan cara yang perasaan secara mereka berbicara
konstruktif verbal secara bebas

3. Ajarkan kepada
keluaraga tentang 3. Menghilangkan
penyakit dan kecemasan tentang

transmisinya. transmisi melalui


kontak sederhana.

6) Gangguan Setelah diberikan askep 3 x 1. Pantau TTV 1. Indikator dari volume


volume cairan 24 jam diharapkan volume Catat peningkatan cairan sirkulasi
berhubungan cairan kembali adekuat suhu dan durasi
dengan diare dengan kriteria hasil: demam.
terus-menerus Membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, tanda-tanda 2. Berikan kompres 2. Meningkatkan
vital stabil, haluran urine hangat sesuai kebutuhan
adekuat indikasi dan metabolime dan
pertahankan pakaian diaforesis yang
tetap kering jika berlebihan yang
terjdi demam dihubungkan dengan
demam dalam
meningkatkan
kehilangan cairan tak
kasat mata

3. Kaji turgor kulit, 3. Indikator tidak


membran mukosa, langsung dari status
dan rasa haus cairan

4. Ukur input dan

24
output cairan 4. Mengetahui
keseimbangan dalam
tubuh.

5. Kolaborasi 5. Untuk membantu


pemberian obat- menurunankan
obatan antidiarea jumlah dan keenceran
feses

7) Kurang Setelah diberikan askep 1. Berikan waktu 1. Mengetahui sejauh


pengetahuan selama 2x24 jam diharapkan kepada pasien untuk mana ketidak tahuan
berhubungan menyatakan mengerti tentang menanyakan apa pasien tentang
dengan kurang kondisi, pemeriksaan yang tidak di ketahui penyakitnya.
inpormasi diagnostik, rencana tentang penyakitnya.
tentang penyakit pengobatan, dan tindakan
perawatan diri preventif 2. Kaji ulang proses
2. Memberikan
dengan criteria hasil : penyakit dan harapan
pengetahuan dasar
yang akan dating
dimana pasien dapat
1. Klien mengetahui
membuat pilihan
tentang
beradasarkan
penyakit,pencegahan
informasi.
dan pengobatanya
3. Berikan informasi
3. Pengetahuan apa
tentang: sumber
yang diharapkan
infeksi, tindakan
dapat mengurangi
untuk mencegah
ansietas dan
penyebaran, jelaskan
membantu
pemberian antibiotik,
mengembankan
pemeriksaan
kepatuhan klien
diagnostik: tujuan,
terhadap rencan
gambaran singkat,
terapetik.
25
persiapan yang
dibutuhkan sebelum
pemeriksaan,
perawatan sesudah
pemeriksaan.

4. Anjurkan pasien 4. Pasien sering


untuk menggunakan menghentikan obat
obat yang diberikan, mereka, jika tanda-
minum sebanyak tanda penyakit
kurang lebih delapan mereda. Cairan
gelas per hari. menolong membilas
ginjal.

5. Untuk mendeteksi
5. Berikan kesempatan
isyarat indikatif
kepada pasien untuk
kemungkinan
mengekspresikan
ketidakpatuhan dan
perasaan dan
membantu
masalah tentang
mengembangkan
rencana pengobatan.
penerimaan rencana
terapeutik.

26
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada
darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut
merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit
penyakit infeksi.

3.2. Saran
Diharapkan melalui makalah yang penulis susun mampu memberikan
manfaat serta agar mahasiswa mampu memahami tentang penyakit
HIV/AIDS dan Konsep Asuhan Keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://academia.edu
https://healthfoundation.eu
Doenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC

28

Anda mungkin juga menyukai