Anda di halaman 1dari 26

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIV/AIDS PADA ANAK

diajukan sebagai salah satu syarat Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

dengan dosen pembimbing Ns. Tia Setiawati M.Kep, Sp.Kep.An

Di susun oleh :

Zahira Nazillah (102021001)


Meryana (102021009)
Sanggi Febriyanti (102021013)
Putri Dilla Mutmainah (102021020)
Shifa Jamilatu Sholihah (102021025)
Andani As Syifa Adawiyah (102021031)
Fitria Putri Deliawati (102021047)
Muhammad Fauzan (102021030)*
Nabhan Miftah (102021033)*

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023
Kata Pengantar

Dengan rasa syukur saya panjatakan kepada Allah SWT. berkat rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa adanya halangan sedikitpun. Sholawat beriringkan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, hingga
pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam makalah ini menjelaskan tentang “HIV/AIDS”. Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh anggota kelompok karena telah
berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Bandung , 24 Maret 2023

i
Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
1. Pengertian HIV / AIDS.......................................................................................4
2. Etiologi HIV / AIDS...........................................................................................5
3. Patofisiologi........................................................................................................5
4. Manifestasi klinis...................................................................................................6
5. Cara Penularan.......................................................................................................7
6. Penatalaksaan HIV/AIDS......................................................................................8
7. Klasifikasi Penyakit.............................................................................................10
8. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................12
9. Konsep asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS........................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................18
1. Kesimpulan...........................................................................................................18
2. Saran.....................................................................................................................18
Daftar Pustaka..............................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV (human immunodeficiency virus) adalah retrovirus golongan RNA


yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan
sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai
infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS (Kementerian Kesehatan
RI,2014)
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda
klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena
penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit
karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan
kuman yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini
dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri dan parasit serta dapat
menyerang berbagai organ, antara lain kulit, saluran cerna/usus, paru-paru dan
otak. Berbagai jenis keganasan juga mungkin timbul (Kementerian Kesehatan
RI,2014)

Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah human immunodeficiency virus, yaitu


virus yang menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. HIV termasuk
genus retrovirus dan tergolong ke dalam family lentivirus. Infeksi dari family
lentivirus ini khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa inkubasi
yang lama, replikasi virus yang persisten dan keterlibatan dari susunan saraf
pusat (SSP). Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus yaitu : dikelilingi oleh
membran lipid, mempunyai kemampuan variasi genetik yang tinggi,
mempunyai cara yang unik untuk replikasi serta dapat menginfeksi seluruh
jenis vertebra (Depkes, 2006).

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan. Pokok


permasalahan utama adalah untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS.Oleh sebab
itu, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.

1. Apa yang di maksud dengan HIV/AIDS?


2. Apa penyebab dari HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Apa tanda dan gejala penderita HIV/AIDS?
5. Bagaimana Cara penularan HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan HIV/AIDS?
7. Bagaimana Klasifikasi HIV/AIDS?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV/AIDS?
9. Apa saja konsep proses keperawatan HIV/AIDS?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri dari atas tujuan umum dan tujuan
khusus yang diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin di capai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui apa itu HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai
berikut:
3

a. Untuk mengidentifikasi HIV/AIDS;


b. Untuk mengidentifikasi penyebab dari HIV/AIDS;
c. Untuk menjelaskan bagaimana patofisiologi HIV/AIDS;
d. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala HIV/AIDS;
e. Untuk menjelaskan cara penularan HIV/AIDS;
f. Untuk menjelaskan klasifikasi penyakit HIV/AIDS;
g. Untuk mengidentifikasi pemeriksaan penunjang HIV/AIDS;
h. Untuk menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita
HIV/AIDS;
i. Untuk mengidentifikasi konsep proses keperawatan dalam HIV/AIDS.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian HIV / AIDS


HIV adalah sekelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus, yang
merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini membawa
materi genetik mereka dalam bentuk asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam
deoksiribonukleat (DNA). Infeksi HIV terjadi ketika virus memasuki sel CD4 (T.
Helper) pejamu dan menyebabkan sel ini mereplikasi RNA virus dan protein virus,
yang pada akhirnya menyerang sel CD4 lain. Sindrom imunodefisiensi di dapat
(Acquired Immunodeficiency Syndrome, AIDS) didefinisikan sebagai bentuk
paling berat dalam rangkaian penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) (Smeltzer, 2016).
Istilah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) digunakan untuk
menjelaskan defisit sistem imun yang berkaitan dengan gangguan oportunistik
(merupakan manifestasi AIDS yang paling umum terjadi, sering terjadi secara
simultan, seperti tuberkulosis/TB dan Pneumocystis Jiroveci atau Pneumocystis
Carinii). AIDS merupakan tahap akhir dan fatal dari infeksi HIV. HIV merupakan
retrovirus yang ditularkan melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi
dari cairan darah. Konsentrasi utama dari virus terjadi pada darah, semen, sekresi
vagina dan serviks, cairan serebrospinal (CSS) pada individu yang terinfeksi.
Virus ini juga ditemukan pada ASI dan saliva (Priscilla, Karen, and Gerene, dalam
buku KMB, volume 1, edisi 5, 2016).

4
5

2. Etiologi HIV / AIDS


AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang
termasuk dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi
dua, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya
merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor dengan
afinitas tinggi untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS disebabkan
oleh HIV yang dikenal dengan retrovirus yang di tularkan oleh darah dan
punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. (Rendy & Margareth, 2012).

3. Patofisiologi
Menurut Widyanto & Triwibowo, (2013) HIV dapat membelah diri dengan
cepat dan kadar virus dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV
dapat membelah diri menghasilkan virus baru jumlahnya sekitar 10 miliar.
Proses terjadinya defisit nutrisi pada HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4
fase yaitu :
a. Periode jendela Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih
negatif walaupun virus sudah ada dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi
yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratium.
Biasanya Antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu hingga 12
minggu setelah infeksi primer. Pada periode ini pasien mampu dan berisiko
menularkan HIV kepada orang lain.
b. Fase infeksi akut Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target
kemudian terjadi proses replika yang menghasilkan virus baru yang
jumlahnya berjuta-juta virion. Virimea dari banyak virion ini memicu
munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala mirip flu. Sekitar 50-70%
orang hiv yang terinfeksi mengalami sindrom infeksi akut selama 3-6 minggu
seperti influenza yaitu demam, sakit otot, berkeringat, ruam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, keletihan, pembengkakan kelenjar limfe, mual,
6

muntah, anoreksia, diare, dan penurunan BB. Antigen HIV terdeteksi kira-kira
2 minggu setelah infeksi dan terus ada selama 3-5 bulan. Pada fase akut
terjadi penurunan limfosit T yang dramatis kemudian terjadi kenaikan limfosit
T karena respon imun. Pada fase ini jumlah limfosit T masih di atas 500
sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6 minggu terinfeksi HIV.
c. Fase infeksi laten Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun
spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler (SDF) di
pusat germinativum kelenjar limfe. Hal tersebut menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini
jarang di temukan virion sehingga jumlahnya menurun karena sebagian besar
virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah limfosit T-
CD4 menurun sekitar 500- 200 sel/mm3. Meskipun telah terjadi serokonversi
positif individu pada umumnya belum menunjukan gejala klinis
(asimtomatis). Fase ini terjadi sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada
tahun ke delapan setelah terinfeksi HIV gejala klinis akan muncul seperti
demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi pada mukosa dan infeksi kulit
berulang.
d. Fase infeksi kronis Selama fase ini, replika virus terus terjadi di dalam
kelenjar limfe yang di ikuti kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi
kelenjar limfe yaitu sebagai perangkap virus akan menurun atau bahkan
hilang dan virus diluncurkan dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan
jumlah virion berlebihan, limfosit semakin tertekan karena infeksi HIV
semakin banyak. Pada saat tersebut terjadi penurunan, jumlah limfosit T-CD4
di bawah 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan sistem imun pasien
menurun dan semakin rentan terhadap berbagai infeksi sekunder. Perjalanan
penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS.
7

4. Manifestasi klinis

Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis
HIV berdasarkan WHO. (Nursalam & Kurniawati, 2009)

a. Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan
(kronis/berulang), demam, dan tuberkulosis.

b. Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.

5. Cara Penularan

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam
cara penularan, yaitu :

a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS ,Hubungan sesual secara


vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa
menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsusng, air mani, cairan
vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau
muluh sehingga HIV yang tedapa dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELEKSI,1995 dalam Nursalam,2007 ). Selama berhubungan juga bisa
terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi
jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual.
b. Ibu pada bayinya ,Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in
utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu
ke bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%
(PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007). Penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran
mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.(Lili V, 2004
dalam Nursalam, 2007). Semakin lam proses melahirkan, semakin besar resiko
penularan. Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi
8

sectio caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain
terjadi selam periode post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI
dai Ibu yang positif sekitar 10%.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV
karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan
vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk
orang lain yang tidak terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain
yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV.
e. Alat-alat untuk menoreh kulit; Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau,
silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya
bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan
terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di
fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba
(Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarun
suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga menggunakan
tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi
tinggi untuk menularkan HIV.

6. Penatalaksaan HIV/AIDS

1) Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
9

c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan


dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
g. Perawatan pendukung Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum
yang menurun sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV
memerlukan banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin
merupakan tindakan sederhana seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau
mempersiapkan makanannya
2) Pengobatan
Belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan HIV, baik pada orang
dewasa dan anak kecil. Namun, mendiagnosis HIV pada anak harus dilakukan sejak
dini agar si kecil mendapatkan perawatan yang tepat.

Meski belum ada obat penyembuh, gejala HIV pada anak dapat ditanggulangi
dengan pemberian ART (obat antiretroviral). Anak yang terkena HIV harus rutin
mengonsumsi obat tersebut seumur hidupnya untuk mengendalikan infeksi HIV dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Maka itu, menjalani pengobatan HIV dengan ART
pada akhirnya membuat anak dapat hidup lebih sehat dan panjang umur.

7. Klasifikasi Penyakit

WHO telah mengembangkan sistem stadium klinis (awalnya untuk


menentukan prognosis) berdasarkan kriteria klinis. Kondisi klinis
menunjukkan apakah pasien berada pada stadium 1, 2, 3 atau 4. Stadium
10

klinis merupakan hal yang penting sebagai kriteria untuk memulai terapi ARV
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

1. Stadium 1, yaitu :
a. Tidak ada gejala.
b. Limfadenopati Generalisata Persisten .
2. Stadium 2
a. Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui
penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan
sebelumnya).
b. Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis
media, faringitis).
c. Herpes zoster.
d. angularis.
e. Ulkus mulut yang berulang.
f. Ruam kulit berupa papel yang gatal (papular pruritic eruption).
g. Dermatisis seboroik.
h. Keilitis Infeksi jamur pada kuku
3. Stadium 3
a. Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya
(lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya).
b. Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1
bulan.
c. Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya.
d. Kandidiasis pada mulut yang menetap.
e. Oral hairy leukoplakia.
f. Tuberkulosis paru.
11

g. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis,


piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi
panggul yang berat).
h. Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis.
i. Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x

109/l) dan/atau trombositopeni kronis (<50 x 109/l) .

4. Stadium 4
a. Syndrom wasting HIV.
b. Pneumonia Pneumocystis jiroveci.
c. Pneumonia bacteri berat yang berulang.
d. Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama
lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian manapun).
e. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru).
f. Tuberkulosis ekstra paru.
g. Sarkoma Kaposi.
h. Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak
termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening).
i. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat.
j. Ensefalopati HIV.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnosis HIV


Diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini meliputi tes
Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex agglutination
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan
positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara
menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR.
12

Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan
pada bayi lahir dengan ibu HIV.
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b. Western blot (positif)
c. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)

Pemeriksaan penunjang setelah diagnosis HIV ditegakkan :


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Setelah dinyatakan terinfeksi
HIV maka pasien perlu dirujuk ke layanan PDP untuk menjalankan
serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian
imunologis dan penilaian virologi. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan
apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral, menilai
status supresi imun pasien, menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan
sedang terjadi; dan menentukan paduan obat

ARV yang sesuai. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:

a. Darah lengkap.

b. Jumlah CD4.
c. SGOT / SGPT.
d. Kreatinin Serum
e. Urinalisa
f. HbsAg
g. Anti-HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU)
h. Profil lipid serum.
i. Gula darah
j. VDRL/TPHA/PRP
k. Rontgen dada (utamanya bila curiga ada infeksi paru)
13

9. Konsep asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan


yang besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi
sasaran infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit
oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan
bagi penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Keluhan utama
 Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
 Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3) Riwayat Kesehatan:
a) riwayat kesehatan sekarang
b) riwayat kesehatan dahulu (pre-natal, natal, postnatal
c) riwayat kesehatan keluarga (apakah ayah/ibu memiliki riwayat HIV
4) Riwayat Imunisasi (imunisasi apa saja yang telah diberikan)
5) Riwayat Tumbuh Kembang (perkembangan & pertumbuhan (bb, pb tb saat
lahir dan saat masuk rs
6) Riwayat Nutrisi (pemberian asi/susu/mpasi)
14

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
- Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
c. Pengkajian Respiratori
- Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia,
nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
d. Pengkajian Neurologik
- Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri
otot, kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran,
delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.
e. Pengkajian Gastrointestinal
- Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan,
bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis
esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual,
muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
f. Pengkajain Renal
g. Pengkajaian Muskuloskeletal
15

- Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)


h. Pengkajian Hematologik
i. Pengkajian Endokrin

 Kaji status nutrisi


a. Kaji adanya infeksi oportunistik
b. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

2. Dapatkan riwayat imunisasi


 Dapatkan riwayat yang berhubungan dengan faktor resiko terhadap
aids pada anak-anak: exposure in utero to HIV-infected mother,
pemajanan terhadap produk darah, khususnya anak dengan
hemophilia, remaja yang menunjukan prilaku resiko tinggi.
 Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak: gagal tumbuh,
limfadenopati, hepatosplenomegali
 Infeksi bakteri berulang
 Penyakit paru khususnya pneumonia pneumocystis carinii
(pneumonitys inter interstisial limfositik, dan hyperplasia limfoid
paru).
 Diare kronis
 Gambaran neurologis, kehilangan kemampuan motorik yang telah di
capai sebelumnya, kemungkinan mikrosefali, pemeriksaan neurologis
abnormal
 Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian missal tes antibody
serum.

3. Diagnosa Keperawatan
16

Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak dengan HIV antara
lain:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d proses infeksi
2) Hipertermia b. d proses penyakit
3) Hipovolemia b. d kekurangan intake cairan
4) Diare b. d proses infeksi
5) Defisit Nutrisi b. d ketidakmampuan menelan makanan
6) Risiko infeksi b. d penyakit kronis
7) Risiko Defisit Nutrisi b. d ketidakmampuan mencerna makanan
8) Nyeri akut b. d agen pencedera fisiologis
9) Gangguan integritas kulit b. d perubahan status nutrisi, penurunan
imunologis
1. Intervensi Keperawatan
intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan pada anak yang menderita HIV antara lain
(Rencana Keperawatan Terlampir)
Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita
infeksi HIV antara lain :
a. Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak
biasa dari orang ke orang tidak menularkan HIV
b. Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau
cairan tubuh lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila
akan terpajan darah atau cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung
mata jika ada kemungkinan terdapat aerosolisasi atau terkena percikan
darah atau cairan tubuh, cuci tangan setelah terpajan darah atau cairan
tubuh dan sesudah lepasa sarung tangan, sampah-sampah yang
terrkontaminasi darah dimasukkan ke dalam kantong plastik limbah
khusus.
17

c. Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah
dengan cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang
non infeksi dan batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.
d. Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan
(tinggi badan, berat badan, lingkar kepala
e. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat
kepatuhan terhadap perencanaan pengobatan
f. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga
memberitahu dokter tentang adanya efek samping
g. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak
lanjut : nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain
yang sesuai, tanggal dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan
tindak lanjut

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu dan anak yang belum
terinfeksi HIV antara lain :
a. Ibu jangan melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa
kondom
b. Gunakan jarum suntik steril, dan tidak menggunakan jarum suntik secara
bersama secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.
c. Tranfusi darah melalui proses pemeriksaan terhadap HIV terlebih dahulu.
d. Untuk Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan
spontan/normal sebaiknya tidak menyusui bayi dengan ASInya
e. HIV tidak menular melalui : bersentuhan, bersalaman dan berpelukan
(kontak sosial), berciuman (melalui air liur), keringat, batuk dan bersin,
berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama, gigitan
nyamuk atau serangga lain, berenang bersama, dan memakai toilet
bersama sehingga tidak perlu takut dan khawatir tertular HIV.
18
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah


kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan kapasitas
dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat dapat bersifat
permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang. AIDS secara sosial tidak terlihat
(invisible) meski demikian kerusakan yang ditimbulkannya sangatlah nyata.
HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat mematikan sehingga menimbulkan rasa malu
dan pengucilan dari masyarakat yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk
pembungkaman, penolakan, stigma, dan diskriminasi pada hampir semua sendi
kehidupan. Hampir semua orang yang diduga terinfeksi AIDS tidak memiliki akses
terhadap tes HIV, inilah yang membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan
menjadi sangat rumit. Program pencegahan penyebaran HIV/AIDS harus segera
dilaksanakan, tak terkecuali area Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan.

2. Saran

Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah dengan
mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar mereka mampu
menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong perubahan kearah yang lebih
dinamis, progesif dan produktif. Dengan demikian diharapkan kedepannya bangsa ini
mampu bersaing dengan negara lainya . Agar mencapai impian tersebut remaja

19
Indonesia harus tumbuh secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan
dari telibat kenakalan remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan remaja ini
dibiarkan begitu saja, seolah hanya di tangani dengan asal-asalan. Pemerintahan
sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat menjalankan perannya, yaitu
membuat undang undang pendidikan, undang undang teknologi komunikasi (yang
mengatur tayangan yang layak di akses di internet, televisi, dan media massa), serta
membangun aparat kepolisian yang kuat. Dengan permasalahan remaja yang terkena
HIV DAN AIDS dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang
tidak terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang yang
bertanggung jawab.

20
Daftar Pustaka

Noviana, N., (2016) Konsep HIV/AIDS Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi.


Jakarta :CV.Trans Info Media.

Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta:
EGC

Susilowati,Susi. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya.

Sylvia dan Wilson.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1


(6rd ed). Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai