diajukan sebagai salah satu syarat Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Di susun oleh :
Dengan rasa syukur saya panjatakan kepada Allah SWT. berkat rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa adanya halangan sedikitpun. Sholawat beriringkan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, hingga
pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam makalah ini menjelaskan tentang “HIV/AIDS”. Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh anggota kelompok karena telah
berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
i
Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
1. Pengertian HIV / AIDS.......................................................................................4
2. Etiologi HIV / AIDS...........................................................................................5
3. Patofisiologi........................................................................................................5
4. Manifestasi klinis...................................................................................................6
5. Cara Penularan.......................................................................................................7
6. Penatalaksaan HIV/AIDS......................................................................................8
7. Klasifikasi Penyakit.............................................................................................10
8. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................12
9. Konsep asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS........................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................18
1. Kesimpulan...........................................................................................................18
2. Saran.....................................................................................................................18
Daftar Pustaka..............................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri dari atas tujuan umum dan tujuan
khusus yang diuraikan sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin di capai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui apa itu HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai
berikut:
3
PEMBAHASAN
4
5
3. Patofisiologi
Menurut Widyanto & Triwibowo, (2013) HIV dapat membelah diri dengan
cepat dan kadar virus dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV
dapat membelah diri menghasilkan virus baru jumlahnya sekitar 10 miliar.
Proses terjadinya defisit nutrisi pada HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4
fase yaitu :
a. Periode jendela Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih
negatif walaupun virus sudah ada dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi
yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratium.
Biasanya Antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu hingga 12
minggu setelah infeksi primer. Pada periode ini pasien mampu dan berisiko
menularkan HIV kepada orang lain.
b. Fase infeksi akut Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target
kemudian terjadi proses replika yang menghasilkan virus baru yang
jumlahnya berjuta-juta virion. Virimea dari banyak virion ini memicu
munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala mirip flu. Sekitar 50-70%
orang hiv yang terinfeksi mengalami sindrom infeksi akut selama 3-6 minggu
seperti influenza yaitu demam, sakit otot, berkeringat, ruam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, keletihan, pembengkakan kelenjar limfe, mual,
6
muntah, anoreksia, diare, dan penurunan BB. Antigen HIV terdeteksi kira-kira
2 minggu setelah infeksi dan terus ada selama 3-5 bulan. Pada fase akut
terjadi penurunan limfosit T yang dramatis kemudian terjadi kenaikan limfosit
T karena respon imun. Pada fase ini jumlah limfosit T masih di atas 500
sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6 minggu terinfeksi HIV.
c. Fase infeksi laten Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun
spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler (SDF) di
pusat germinativum kelenjar limfe. Hal tersebut menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini
jarang di temukan virion sehingga jumlahnya menurun karena sebagian besar
virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah limfosit T-
CD4 menurun sekitar 500- 200 sel/mm3. Meskipun telah terjadi serokonversi
positif individu pada umumnya belum menunjukan gejala klinis
(asimtomatis). Fase ini terjadi sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada
tahun ke delapan setelah terinfeksi HIV gejala klinis akan muncul seperti
demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi pada mukosa dan infeksi kulit
berulang.
d. Fase infeksi kronis Selama fase ini, replika virus terus terjadi di dalam
kelenjar limfe yang di ikuti kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi
kelenjar limfe yaitu sebagai perangkap virus akan menurun atau bahkan
hilang dan virus diluncurkan dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan
jumlah virion berlebihan, limfosit semakin tertekan karena infeksi HIV
semakin banyak. Pada saat tersebut terjadi penurunan, jumlah limfosit T-CD4
di bawah 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan sistem imun pasien
menurun dan semakin rentan terhadap berbagai infeksi sekunder. Perjalanan
penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS.
7
4. Manifestasi klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis
HIV berdasarkan WHO. (Nursalam & Kurniawati, 2009)
a. Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan
(kronis/berulang), demam, dan tuberkulosis.
b. Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.
5. Cara Penularan
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam
cara penularan, yaitu :
sectio caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain
terjadi selam periode post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI
dai Ibu yang positif sekitar 10%.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV
karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan
vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk
orang lain yang tidak terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain
yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV.
e. Alat-alat untuk menoreh kulit; Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau,
silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya
bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan
terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di
fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba
(Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarun
suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga menggunakan
tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi
tinggi untuk menularkan HIV.
6. Penatalaksaan HIV/AIDS
1) Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
9
Meski belum ada obat penyembuh, gejala HIV pada anak dapat ditanggulangi
dengan pemberian ART (obat antiretroviral). Anak yang terkena HIV harus rutin
mengonsumsi obat tersebut seumur hidupnya untuk mengendalikan infeksi HIV dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Maka itu, menjalani pengobatan HIV dengan ART
pada akhirnya membuat anak dapat hidup lebih sehat dan panjang umur.
7. Klasifikasi Penyakit
klinis merupakan hal yang penting sebagai kriteria untuk memulai terapi ARV
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
1. Stadium 1, yaitu :
a. Tidak ada gejala.
b. Limfadenopati Generalisata Persisten .
2. Stadium 2
a. Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui
penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan
sebelumnya).
b. Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis
media, faringitis).
c. Herpes zoster.
d. angularis.
e. Ulkus mulut yang berulang.
f. Ruam kulit berupa papel yang gatal (papular pruritic eruption).
g. Dermatisis seboroik.
h. Keilitis Infeksi jamur pada kuku
3. Stadium 3
a. Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya
(lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya).
b. Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1
bulan.
c. Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya.
d. Kandidiasis pada mulut yang menetap.
e. Oral hairy leukoplakia.
f. Tuberkulosis paru.
11
4. Stadium 4
a. Syndrom wasting HIV.
b. Pneumonia Pneumocystis jiroveci.
c. Pneumonia bacteri berat yang berulang.
d. Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama
lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian manapun).
e. Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru).
f. Tuberkulosis ekstra paru.
g. Sarkoma Kaposi.
h. Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak
termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening).
i. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat.
j. Ensefalopati HIV.
8. Pemeriksaan Penunjang
Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan
pada bayi lahir dengan ibu HIV.
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b. Western blot (positif)
c. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
a. Darah lengkap.
b. Jumlah CD4.
c. SGOT / SGPT.
d. Kreatinin Serum
e. Urinalisa
f. HbsAg
g. Anti-HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU)
h. Profil lipid serum.
i. Gula darah
j. VDRL/TPHA/PRP
k. Rontgen dada (utamanya bila curiga ada infeksi paru)
13
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
- Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
c. Pengkajian Respiratori
- Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia,
nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
d. Pengkajian Neurologik
- Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri
otot, kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran,
delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.
e. Pengkajian Gastrointestinal
- Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan,
bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis
esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual,
muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
f. Pengkajain Renal
g. Pengkajaian Muskuloskeletal
15
3. Diagnosa Keperawatan
16
Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak dengan HIV antara
lain:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d proses infeksi
2) Hipertermia b. d proses penyakit
3) Hipovolemia b. d kekurangan intake cairan
4) Diare b. d proses infeksi
5) Defisit Nutrisi b. d ketidakmampuan menelan makanan
6) Risiko infeksi b. d penyakit kronis
7) Risiko Defisit Nutrisi b. d ketidakmampuan mencerna makanan
8) Nyeri akut b. d agen pencedera fisiologis
9) Gangguan integritas kulit b. d perubahan status nutrisi, penurunan
imunologis
1. Intervensi Keperawatan
intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan pada anak yang menderita HIV antara lain
(Rencana Keperawatan Terlampir)
Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita
infeksi HIV antara lain :
a. Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak
biasa dari orang ke orang tidak menularkan HIV
b. Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau
cairan tubuh lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila
akan terpajan darah atau cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung
mata jika ada kemungkinan terdapat aerosolisasi atau terkena percikan
darah atau cairan tubuh, cuci tangan setelah terpajan darah atau cairan
tubuh dan sesudah lepasa sarung tangan, sampah-sampah yang
terrkontaminasi darah dimasukkan ke dalam kantong plastik limbah
khusus.
17
c. Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah
dengan cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang
non infeksi dan batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.
d. Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan
(tinggi badan, berat badan, lingkar kepala
e. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat
kepatuhan terhadap perencanaan pengobatan
f. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga
memberitahu dokter tentang adanya efek samping
g. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak
lanjut : nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain
yang sesuai, tanggal dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan
tindak lanjut
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu dan anak yang belum
terinfeksi HIV antara lain :
a. Ibu jangan melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa
kondom
b. Gunakan jarum suntik steril, dan tidak menggunakan jarum suntik secara
bersama secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.
c. Tranfusi darah melalui proses pemeriksaan terhadap HIV terlebih dahulu.
d. Untuk Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan
spontan/normal sebaiknya tidak menyusui bayi dengan ASInya
e. HIV tidak menular melalui : bersentuhan, bersalaman dan berpelukan
(kontak sosial), berciuman (melalui air liur), keringat, batuk dan bersin,
berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama, gigitan
nyamuk atau serangga lain, berenang bersama, dan memakai toilet
bersama sehingga tidak perlu takut dan khawatir tertular HIV.
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah dengan
mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar mereka mampu
menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong perubahan kearah yang lebih
dinamis, progesif dan produktif. Dengan demikian diharapkan kedepannya bangsa ini
mampu bersaing dengan negara lainya . Agar mencapai impian tersebut remaja
19
Indonesia harus tumbuh secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan
dari telibat kenakalan remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan remaja ini
dibiarkan begitu saja, seolah hanya di tangani dengan asal-asalan. Pemerintahan
sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat menjalankan perannya, yaitu
membuat undang undang pendidikan, undang undang teknologi komunikasi (yang
mengatur tayangan yang layak di akses di internet, televisi, dan media massa), serta
membangun aparat kepolisian yang kuat. Dengan permasalahan remaja yang terkena
HIV DAN AIDS dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang
tidak terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang yang
bertanggung jawab.
20
Daftar Pustaka
Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta:
EGC
21